9 Amal Ibadah Utama Di Bulan Ramadhan - Assalamualaikum Wr. Wb..salam jumpa sahabat blogger kali ini
saya akan share informasi tentang 9 amal ibadah utama di bulan Ramadhan,
informasi ini saya kutip dari www.voa-islam.com Marilah
kita sama-sama tingkatkan amal ibadah dibulan ramadhan ini dengan memperbanyak
amalan ibadah-ibadah utama dengan tidak mengesampingkan ibadah-ibadah
lainnya..Baiklah..dengan tanpa berpanjang-panjang kata lagi langsung saja 9
Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan..
1. Puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ
Dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu, Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda:
مَنْ صَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Siapa berpuasa Ramadhan imanan wa ihtisaban (dengan
keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari dan Muslim)
Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada
orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ وَشَرَابَهُ
"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan
perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan
minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah Radhiyallahu 'Anhu)
ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.
Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah seorang
kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut
kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada
orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan,
'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)
Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran,
penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari
saat berpuasa dan tidak.
2. shalat malam/Tarawih
Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
مَنْ قَامَ رَمَضَانَ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan
dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)
Allah Ta'ala berfirman,
وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا
"Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka."
(QS. Al-Furqan: 63-64)
Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam dan para sahabatnya. 'Aisyah Radhiyallahu
'Anhaberkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam tidak pernah
meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan
duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)
Umar bin Khathab Radhiyallahu 'Anhu biasa
melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah
masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian
berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:
وَأْمُرْ أَهْلَكَ بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى
"Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami
lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa." (QS. Thaahaa: 132)
Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:
أَمَّنْ هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو رَحْمَةَ رَبِّهِ
"(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?"
(QS. Al-Zumar: 9)
Ibnu Umar Radhiyallahu 'Anhuma berkata,
"Luar biasa Utsman bin Affan Radhiyallahu 'Anhu" Ibnu Abi
Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena
banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin
Utsman bin AffanRadhiyallahu 'Anhu sehingga beliau membaca
Al-Qur'an dalam satu raka'at."
Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya
mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan qaimin,
karena Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam pernah bersabda,
"Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya
shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)
3. Shadaqah
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam adalah
manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan.
Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus
dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah
shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)
Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan
kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan.
Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:
a. memberi makan
Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan
kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam
firman-Nya:
وَيُطْعِمُونَ الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا
"Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada
orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi
makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari
itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka
dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka
(dengan) surga dan (pakaian) sutera." (QS. Al-Nsan: 8-12)
Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan
mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar
atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam
memberi makan ini kepada orang yang fakir. Rasullullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam,
berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia
tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ahmad,
Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)
Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku mengundang
sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka
itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan
Islmail."
Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka
sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar,
dan Ahmad bin Hambal Radhiyallahu 'Anhum. Dan adalah Ibnu Umar,
tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.
Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan
saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan
melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin
Mubarak.
Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat
di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan
sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika
tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama
orang-orang dan mereka makan bersamanya.
b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
"Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala
orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR.
Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)
Dan dalam hadits Salman Radhiyallahu 'Anhu, "Siapa
yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya,
dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi
tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya."
. . . Sesungguhnya
shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka
bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. . .
4. Membaca Al-Qur'an
Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan
keistimewaan. Salah satunya dengan Al-Qur'an. Karena pada bulan tersebut, kitab
suci umat Islam diturunkan. Kitab yang mengandung hidayah untuk kebaikan agama
dan dunia mereka. Kitab yang menjelasakan kebenaran dengan sangat terang. Kitab
yang menjadi furqan (pembeda) antara hak dan batil, petunjuk dan kesesatan, orang
beruntung dan orang celaka.
شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ
"Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil)."
(QS. Al-Baqarah: 185)
Kita juga bisa lihat puasa Nabi Shallallahu 'Alaihi
Wasallamdiiringi dengan qira'ah Al-Qur'an dan mentadabburinya. Jibril'alaihis
salam selalu datang kepada beliau Shallallahu 'Alaihi Wasallam setiap
bulan Ramadhan untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur'annya. Diriwayatkan dari
Ibnu AbbasRadhiyallahu 'Anhuma, ia berkata: Adalah Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan
semakin dermawan pada Ramadhan saat Jibril mendatanginya dan mengkaji Al-Qur'an
dengannya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam bulan
Ramadhan dan memperdengarkan Al-Qur'an darinya. Maka pada saat ditemui Jibril
itu Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam menjadi lebih
pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut." (HR.
Bukhari dan Muslim)
Ibnu Rajab berkata, "Hadits tersebut menunjukkan sunnahnya
mengkaji Al-Qur'an pada bulan Ramadhan, berkumpul untuk mengkajinya. Di
dalamnya juga terdapat dalil anjuran memperbanyak tilawah Al-Qur'an pada malam
Ramadhan, karena pada malam hari kesibukan telah habis, tekad menguat,
sementara hati dan lisan bersatu untuk merenungkan, sebagaimana firman
Allah Subhanahu wa Ta'ala,
إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا
"Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan." (QS.
Al-Muzzammil: 6)
Para ulama kita terdahulu juga telah memberi teladan dalam hal
ini. Mereka sangat memperhatikan kitabullah di Ramadhan. Misalnya Utsman bin
Affan radliyallah 'anhu,pada bulan Ramadlan menghatamkan Al-Qur'an
sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain menghatamkannya pada shalat
malam/qiyam Ramadhan setiap tiga hari sekali. Sebagian lain menghatamkannya
semingu sekali. Dan yang lainnya sepuluh hari sekali. Mereka membaca Al-Qur'an
dalam shalat dan di luar shalat.
Imam Nawawi rahimahullah berkata, "Adapun
yang menghatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung
karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari,
Sa'id bin JubairRadhiyallahu 'Anhu, beliau menghatamkan dalam satu
raka'at di dalam Ka'bah."
Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik -rahimahullah-,
apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul
bersama ulama."
Imam al-Syafi'i rahimahullah, pada bulan Ramadhan
menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam
Qatadah rahimahullah senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari
sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari
terakhir, menghatamkannya setiap malam.
Imam al-Zuhri rahimahullah jika sudah memasuki
Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau
hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk
Ramadhan, "Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan
memberi makan."
Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk
Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca Al-Qur'an"
Imam al-Dzahabi berkata, "Telah diriwayatkan dari banyak
jalur bahwa Abu Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan
Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."
Ibnu Rajab rahimahullah berkata: "(Maksud)
adanya larangan membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu
jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan
Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar makkah,
dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk menghargai kemuliaan
tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam
lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka."
Menangis ketika membaca al-Qur'an
Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka tidak membaca Al-Qur'an
sebagaimana membaca sair, yaitu tanpa diresapi dan difahami. Mereka sangat
terpengaruh dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam shahih
al-Bukhari, dari Abdullah bin Mas'ud radliyallah 'anhu berkata:
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda,
"Bacakan untukku." Aku menjawab, "Apa aku pantas membacakan
Al-Qur'an kepada anda, sedangkan kepada andalah Al-Qur'an ini
diturunkan?". Beliau bersabda, "Sungguh aku senang mendengarkan
Al-Qur;an dari selainku." Dia berkata, "Aku membaca surah al-Nisa'
sehingga ketika aku sampai:
فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا
"Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu)." (QS.
An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berbalik,
tiba-tiba kedua matanya sudah basah.
Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah radliyallah
'anhuberkata: ketika diturunkan
أَفَمِنْ هَذَا الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ
"Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?
Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?" (QS. An-Najm: 59-60) Ahlu
shuffah menangis sehingga air mata mereka mengalir di pipi-pipi mereka. Ketika
Rasulullahshallallahu 'alaihi wasallam mendengar tangisan mereka,
beliau menangis bersama mereka dan kamipun menangis karena tangisan beliau.
Lalu beliau bersabda, "Tidak akan tersentuh api neraka orang yang menangis
karena takut kepada Allah."
Ibnu Umar radliyallah 'anhu pernah membaca surat
al-Muthaffifin, ketika sampai:
يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ
"(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan
semesta alam?" beliau menangis hingga pingsan, dan tidak kuasa
melanjutkannya.
Dari Muzahim bin Zufar berkata: "sufyan ats-Tsauri shalat
Maghrib bersama kami, ketika bacaan beliau sampai
إِيَّاكَ نَعْبُدُ وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين
"Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan." (QS. Al-Fatihah: 5) lalu beliau
menangis hingga terputus bacaan beliau kemudian mengulanginya lagi dari
al-hamdu.
Dari Ibrahim bin al-Asy'asy berkata, "Aku mendengar Fudhail
pada satu malam berkata saat ia membaca surat Muhammad, dia dalam keadaan
menangis dan bertambah tangisannya saat sampai pada ayat,
وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ
"Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu
agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan
agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu." (QS. Muhammad: 31)
Beliau berkata, "dan agar Kami menyatakan (baik buruknya)
hal ihwalmu." Dia mengulanginya dan "(ia berkata) Engkau memberi
tahu tentang hal ihwal kami, jika Engkau membuka hal ihwal kami berarti Engkau
memperlihatkan kesalahan-kesalahan kami dan menyingkap penutup-penutup kami.
Jika Engkau menyatakan hal ihwal kami pastinya Engkau membinasakan kami dan
menyiksa kami." Dan beliau (Fudhail) menangis."
5. Duduk di masjid sampai matahari terbit
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit
(HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah Shallallahu
'Alaihi Wasallam, beliau bersabda,
مَنْ صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ
"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk berdzikir
kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya
seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna." (Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani)
Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu
dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya
dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di
akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk
menggapai derajat tinggi di surga.
6. I'tikaf
Adalah Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam senantiasa
beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan
diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim).
I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan;
berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah
melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah
bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang
benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i'tikaf di sepuluh
hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I'tikaf merupakan
kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu'takif (orang yang
beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya,
memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung
hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan
kepada-Nya. Maka bagi orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali
Allah dan mendapat ridha-Nya.
7. Umrah pada bulan Ramadhan
Telah diriwayatkan dari Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam,
beliau bersabda,
عُمْرَةً فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ
"Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji." (HR.
Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku."
Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi Shallallahu
'Alaihi Wasallam.
8. Menghidupkan Lailatul Qadar
Allah Ta'ala berfirman,
إِنَّا أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ
"Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan." (QS. Al-Qadar: 1-3)
Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallam bersabda,
وَمَنْ قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ
"Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan
mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu." (HR. Bukhari
dan Muslim)
Adalah Nabi Shallallahu 'Alaihi Wasallam berusaha
mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya.
Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan
harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara
marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia
mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan
datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang
dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)
. . . Lailatul Qadar
berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya.
Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang
diriwayatkan Muslim. . .
Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan
sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari
terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan
kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu
yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini.
Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih
baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan
Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya,
sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.
Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya
pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke
27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab Radhiyallahu
'Anhu, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam
yang Rasulullah Shallallahu 'Alaihi Wasallammemerintahkan kami
untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu dengan
mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh RamadhanShallallahu
'Alaihi Wasallam kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan
tanpa sinar yang terik/silau."
Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan
Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:
اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ فَاعْفُ عَنِّي
"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai
pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi,
dishahihkan Al-Albani)
9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar
Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang
mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa,
khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:
- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka
memiliki doa yang tak ditolak.
- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan
berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang
beristighfar, pasti Aku ampuni dia."
- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan,
"Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah)."
(QS. Al-Dzaariyat: 18)
. . . Sesungguhnya
berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami
istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. . .
Demikian informasi 9
amal ibadah utama di bulan ramadhan semoga kita semua senantiasa diberikan
rahmad dan hidayah dari Allah SWT Marilah kita sama-sama tingkatkan amal ibadah
dibulan suci ini ..Amiiinnnnn..!!!!
`
bagus nih artikelnya.
ReplyDeleteIjin copas ya..
oh iya tolong ingatkan saya bila saya lupa menaruh link sumbernya :D
#Salam silaturahmi
Siipp Sobat..thanks sdah berknjung..
DeleteBagus artikelnya sob..
ReplyDeletesering-serign ya sob
Thanks sobat..
DeleteSangat menarik untuk disimak dan pastinya manfaat. Terima kasih sobat sudah berbagi. Marhaban Ya Ramadhan, mohon maaf lahir batin..
ReplyDeleteTrima Kasih Sobat..Marhaban Yaa Ramadhan..Mohon Maaf Lahir Batin juga Sobat
DeleteSeep Bang..
ReplyDeleteIzin Copas... :D
Silahkan Aqhim..jangan lupa cantumkan link sumber.. :)
DeleteAbsen malam mas...
ReplyDeleteTrims SObat..
DeleteMas tukar link yuk, link mas sudah saya pasang si sidebar silakan dicek
ReplyDeleteSiipp sobat..trims sudah bertukar link..
DeleteMakasih ya mas link saya sudah dipasang..
ReplyDeleteSama2 sobat..happy blogging..
DeleteInfo bagus niy, dan lengkap juga, beserta ayat2nya.
ReplyDeleteSangat bermanfaat, agar kita selalu saling mengingatkan.
Boleh tukaran link? konfirmasi ke blog ane ya, jika mau :)
thanks sobat..Siap sobat langsung ke tkp jemput link sobat..
Deletebanyak juga ya..amalan yang bisa di bagi...
ReplyDeletekalau mas sendiri lebih suka amalan yg mana????