tag:blogger.com,1999:blog-49514151487676688952024-03-23T21:43:04.098+08:00PEMULA PUNYA BLOGSeorang Pemula Yang ingin Belajar dan Berbagi Apa AjaAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.comBlogger89125tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-1271097359305672042012-11-30T03:25:00.000+08:002012-11-30T03:25:40.322+08:006 Kebiasaan Yang Membuat Anda Bangkrut<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
Salam kangen para sahabat blogku..<br />udah lama tidak utak-atik blog ini jadi kangen deh..sekalian mohon maaf sebesar2nya buat sahabat2ku yang sudah berkunjung di blog aku namun belum sempat saya kunjungi balik..<br />bingung juga mau upload apa..udah deh browsing mbah google deh..dapat deh info yang cukup menarik buat saya dari http://www.beritaunik.net mudah-mudahan informasi ini dapat bermanfaat buat para sahabatku..ok langsung aja cekidot 6 kebiasaan yang membuat anda bangkrut..<br />
<br />
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-_HzFS7zARAQ/ULe024SAikI/AAAAAAAAAj0/IW2aTrdCz8I/s1600/bangkrut2.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="200" src="http://4.bp.blogspot.com/-_HzFS7zARAQ/ULe024SAikI/AAAAAAAAAj0/IW2aTrdCz8I/s200/bangkrut2.jpg" width="171" /></a>Baru tanggal 10 bulan ini, tetapi saldo rekening Anda sudah mendekati nol. Ke mana uang Anda lenyap? Anda mungkin sudah mengeluarkan uang begitu banyak, tetapi tidak Anda sadari. Sebab, Anda merasa tidak membelanjakan sesuatu yang penting. Anda bukan baru membayar premi asuransi, membayar uang masuk sekolah anak, atau membayar biaya servis mobil. Anda hanya window shopping atau membuka-buka situs belanja online. Wow… ternyata inilah sumber masalahnya.<br />Karena sudah merupakan kegiatan sehari-hari, window shopping tidak lagi Anda anggap sebagai sumber pengeluaran. Masih ada beberapa hal lain yang kerap Anda lakukan, dan ternyata membuat gaji cepat menyusut.<br />
<a name='more'></a><br />1. “Window shopping”<br /><br /><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-KW2BmULcMFU/ULe03x05lbI/AAAAAAAAAj8/wyo63Q0GLMY/s1600/bangkrut3.jpg" imageanchor="1" style="clear: right; float: right; margin-bottom: 1em; margin-left: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-KW2BmULcMFU/ULe03x05lbI/AAAAAAAAAj8/wyo63Q0GLMY/s1600/bangkrut3.jpg" /></a>Sering kali kita window shopping dengan alasan iseng karena tidak punya kegiatan. Memang menyenangkan sih melihat barang-barang bagus di sekitar kita. Namun, dari sekadar iseng, akhirnya Anda jadi membeli sesuatu yang tidak Anda rencanakan. Anda bahkan tidak perlu keluar rumah untuk window shopping. Hanya dengan melihat-lihat katalog, browsing internet, membaca majalah, atau menonton iklannya di televisi pun, Anda bisa tergoda untuk membeli.<br />Sebenarnya Anda pasti sudah tahu bahwa window shopping adalah kebiasaan buruk yang untuk menghentikannya butuh kedisiplinan tinggi. Paling aman adalah dengan tidak mengunjungi mal bila Anda memang tidak memerlukan sesuatu untuk dibeli atau ditemui. Selain itu, tak perlu lagi meminta katalog atau menerima tawaran e-mail update mengenai barang-barang kesukaan Anda. Tanyakan pada diri Anda: apakah saya memerlukannya dan dapatkah saya membelinya secara tunai? Bila tidak, cepatlah berlalu.<br /><br />2. Membawa banyak uang tunai<br /><br />
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-S0x1ietV-U8/ULezMhXwMSI/AAAAAAAAAjs/suHNQ4XEgaE/s1600/bangkrut.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="198" src="http://2.bp.blogspot.com/-S0x1ietV-U8/ULezMhXwMSI/AAAAAAAAAjs/suHNQ4XEgaE/s320/bangkrut.jpg" width="320" /></a>Mengandalkan kartu kredit untuk berbelanja memang tidak baik, tetapi selalu membawa banyak uang tunai juga sama buruknya. Uang tunai memberikan Anda perasaan memiliki uang berlebih, dan karenanya perlu dibelanjakan. Bawalah uang tunai secukupnya saja, dan tinggalkan sisanya di rumah. Menghindari kartu kredit perlu tetap dilakukan, tetapi yang penting adalah membuat budget mengenai kapan harus membayar sesuatu secara tunai. Manajemen amplop juga cukup efektif untuk mengelola uang tunai.<br /><br />3. Membagi data pribadi Anda pada vendor<br />Ketika Anda melakukan online shopping, Anda tentu akan diminta memberikan alamat rumah dan informasi kartu kredit. Situs-situs ini juga memberikan tombol-tombol sekali klik untuk memesan sesuatu sehingga Anda bisa membeli dalam sekejap. Sangat mudah, tetapi juga sangat berbahaya. Trik belanja yang serbamudah ini tidak hanya membuat Anda kehabisan uang jika Anda tergolong impulsive shopper, tetapi juga menghilangkan rasa telah menggunakan uang. Sebab, Anda tidak menggunakan uang tunai atau menandatangani struuk kartu kredit di sini. Semua tinggal klik saja.<br />Jangan biarkan vendor menyimpan informasi kartu kredit Anda. Hindari signing up untuk e-mail atau katalog jika hal itu hanya mendorong Anda untuk berbelanja.<br /><br />4. Mengumpulkan voucer belanja<br />Mendapatkan diskon Rp 100.000 untuk produk perawatan badan atau sportsgear memang lumayan, tetapi pastikan dulu bahwa Anda memang membutuhkan barang-barang tersebut. Hanya karena menerima voucer belanja, tidak berarti Anda harus membelanjakannya kan? Lagi pula, kebanyakan nilainya juga tidak begitu terasa. Tak perlu merasa sayang bila voucer akhirnya mubazir karena tidak digunakan. Lebih baik Anda buat daftar barang-barang yang diperlukan, setelah itu baru melihat apakah ada voucer yang bisa dimanfaatkan.<br /><br />5. “Shopping” dengan emosi<br /><br />
Anda mungkin ingin refreshing karena merasa stres di kantor atau bosan di rumah. Atau, Anda ingin memanjakan diri Anda karena berhasil menurunkan berat badan. Lalu, Anda pun shopping. Anda berhasil mendapatkan baju baru, gadget baru, novel-novel terbaru, lagi sale pula.<br />Namun, membiarkan mood Anda mendikte keputusan belanja adalah cara tercepat untuk menjadi bangkrut. Tenangkan diri Anda sebelum shopping. Kembali kepada pertanyaan mendasar: apakah Anda memerlukannya dan apakah Anda mampu membelinya? Anda bisa kok memberi penghargaan pada diri Anda tanpa mengeluarkan uang, misalnya berendam di bak mandi, atau saling memijat dengan suami, pacar atau selingkuhan (hehe) .<br /><br />6. Tidak membuat perencanaan<br />Anda kelelahan setelah pulang dari kantor, dan di rumah tidak ada makanan. Paling praktis memang membeli makanan. Berdasarkan data dari Bureau of Labor Statistics, di Amerika diperkirakan rata-rata keluarga yang terdiri atas empat orang menghabiskan lebih dari 4.000 dollar untuk makan di luar. Bukankah ini kebiasaan yang sangat mahal?<br />Bila Anda berbelanja mingguan, buatlah daftar menu untuk seminggu sehingga Anda selalu mempunyai bahan makanan untuk diolah. Jika aktivitas Anda begitu padat, cobalah untuk memasak pada hari Minggu, lalu menyimpannya di lemari es untuk disantap esok harinya. Bagaimanapun juga, memasak sendiri jauh lebih hemat dan sehat daripada membeli makanan di luar.<br /><br />Demikian 6 kebiasaan yang membuat anda bangkrut..perhatikan apakah kebiasaan-kebiasaaan diatas juga menjadi kebiasaan para sahabat????<br />So hanya disiplin yang keras serta semua selalu dalam rencana utamanya dalam menyusun anggaran belanja baik mingguan ataupun bulanan..mudah2an artikel ini dapat memberi manfaat sehingga kita terhindar dari kebangkrutan..amiin..<br />
<br />
Baca Juga : <a href="http://www.beritaunik.net/tips-trik/6-kebiasaan-yang-membuat-anda-bangkrut.html" target="_blank">http://www.beritaunik.net</a> sebagai sumber artikelAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com42tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-38064524238950787962012-08-24T03:24:00.001+08:002012-08-24T03:31:06.696+08:00Kelebihan Blogspot dibandingkan blog gratisan lainnya<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Hi..Sahabat Blogger..Pada kesempatan kali ini saya akan coba berbagi tentang kelebihan Blogspot dibandingkan blog gratisan lainnya. Sejak pertama mengenal Blog saya sudah langsung kesengsem dengan blogspot Seorang pemula seperti saya ini, dalam membuat blog sangat terbantu dengan menggunakan Blogspot atau Blogger karena Blogspot atau blogger memiliki interface yang easy catching, enak dilihat dan mudah dipahami. Menu- menunya yang sederhana membuat siapapun mudah mempelajari platform blog gratisan yang satu ini. Kemudahan lain juga akan kita peroleh ketika kita ingin memodifikasi blog yang kita miliki, seperti optimasi SEO, mengganti template, menambah widget atau modifikasi widget yang sangat memanjakan penggunanya. disamping kelebihan - kelebihan tersebut Blogspot juga masih memiliki kelebihan lainnya yakni :</span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br />1. Dimiliki oleh Perusahaan TI terkemuka, Google </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Blogger/Blogspot sebenarnya, pertama kali diperkenalkan oleh Pyra Labs pada tahun 1999. Kemudian Google membelinya dengan kepemilikan penuh. Selain itu Google juga memiliki sistem operasi Android yang semakin pesat perkembangannya dimana jelas search engine defaultnya tentu saja memakai google. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 2. Murah </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Murah karena Anda tidak perlu untuk mencari perusahaan web hosting yang baik, Google memiliki ruang web dan bandwidth yang cukup besar untuk mengalokasikan blog Anda di server mereka. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 3. Blogger lebih Aman </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-size: large;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Google hampir 99,99% anti hack. Mereka dapat menjamin Anda bahwa setiap situs web host di dalamnya tidak dapat hacked sampai dan kecuali Anda membocorkan informasi login Anda. Setiap akun di google dilindungi dengan berbagai cara termasuk menggunakan nomer Handphone pribadi pemiliki akun.</span><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> Jika Anda meng-host blog Anda di perusahaan web hosting lain, mungkin ada peluang untuk blog sobat di hack. Ada beberapa predator yang haus untuk database MySQL hacker tanpa alasan, membaca artikel tentang database MySQL hacking dengan SQL injection. </span></span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 4. Tidak perlu khawatir tentang memperbarui Platform Blog </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Setiap kali ada upgrade WordPress, dengan fitur barunya, berarti sobat harus upgrade ke versi baru secara manual. Tapi di Blogger Anda tidak perlu khawatir tentang itu, fitur baru akan tersedia untuk dashboard Anda segera setelah mereka diluncurkan. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 5. Kemudahan dalam mendesain Template blog. </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Untuk desainer WordPress membutuhkan lebih dari satu desain halaman, yaitu untuk Home page, halaman Post, halaman Arsip, dll halaman kustom Sementara di Google Blogger, halaman web saja sudah cukup. Dalam kasus jika Anda ingin desain terpisah maka Anda dapat menggunakan tag kondisional untuk mengubah template, misalnya tampilan yang berbeda antara halaman homepage dan postingan. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 6. Jangan khawatir bahkan jika domain Anda berakhir. </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Jika seorang blogger yang sebelumnya memakai blogspot kemudian membeli domain dan custom domainnya berakhir, maka kita dapat segera beralih kembali ke subdomain gratis dari blogspot. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 7. Login terpadu dengan Akun Google Anda. </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Seperti saya katakan sebelumnya, Blogger menjadi produk Google, semua aplikasi Google dan produk dapat dengan mudah diintegrasikan ke Blog Anda. Banyak fitur yang berguna untuk situs Web yang ditawarkan oleh Google, termasuk AdSense, AdWords, Google Analytics dan alat Webmaster untuk pengindeksan Google. Alih-alih menambahkan kode ke template Anda, sesuatu yang dapat dengan cepat menjadi membingungkan dan menghasilkan situs yang rusak, Blogger memungkinkan Anda untuk hanya mengklik sebuah tombol dan mengintegrasikan alat ini ke blog Anda. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 8. Mudah dan Cepat Pengindeksan. </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Segera setelah Anda mempublikasikan artikel Anda dari Blogger Blog, Google langsung bereaksi! Posting Blog Anda dengan mudah diindeks di mesin pencari mereka. Selain itu, Google adalah salah satu mesin pencari terkemuka dan Blogger adalah salah satu layanan yang disediakan oleh mereka. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"> 9. Satu akun Gmail bisa untuk banyak akun blog. </span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;">Tapi dengan Blogger, Anda dapat memiliki tidak terbatas jumlah account Blog dari satu Akun Google. Anda dapat menjalankan beberapa blog sekaligus dalam satu akun gmail. Ini yang tidak dimiliki di situs penyedia blog gratisan. Proses setup untuk blog baru pun sangat mudah sehingga seorang anak pun bisa melakukannya. </span></blockquote>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Demikian Kelebihan Blogspot dibandingkan blog gratisan lainnya sebagai referensi bagi sahabat yang ingin belajar membuat blog..semoga bermanfaat..</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sumber : <a href="http://www.super-gaptek.com/2012/04/kelebihan-blogspot-dibanding-wordpress.html" target="_blank">http://www.super-gaptek.com</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com58tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-53565808969387576962012-08-19T10:59:00.000+08:002012-08-19T10:59:01.838+08:00Selamat Idul Fitri 1 Syawal 1433 H<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Assalamu alaikum WR. WB. pada kesempatan ini saya selaku admin <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/" target="_blank">PEMULA PUNYA BLOG</a> jika kiranya dalam sikap, berkomentar dan menanggapi komentar dari sahabat-sahabat blogger ada yang dirasa kurang berkenan saya memohon maaf yang sebesar-besarnya. </span><div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-4SmrLLHc5rs/UDBVp4ZUErI/AAAAAAAAAi8/2lJwbvdwmpw/s1600/selamat-idul-fitri.jpg" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-4SmrLLHc5rs/UDBVp4ZUErI/AAAAAAAAAi8/2lJwbvdwmpw/s1600/selamat-idul-fitri.jpg" /></a></div>
<div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Maksud hati ingin bersilaturahmi cuman keterbatasan signal yang menyebabkan silaturahmi tersebut belum bisa terlaksana untuk melalui media ini saya beserta seluruh keluarga <a name='more'></a>mengucapkan</span><div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><br /></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><b>SELAMAT IDUL FITRI 1 Syawal 1433 H</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><b>MINAL AIDIN WALFAIZIN </b></span></div>
<div>
<div style="text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif; font-size: large;"><b>MOHON MAAF LAHIR DAN BATIN</b></span></div>
<div style="text-align: center;">
<br /></div>
</div>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com22tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-47808610441003888272012-08-16T05:02:00.003+08:002012-08-16T05:13:41.082+08:00Fakta Unik Tentang Facebook<a href="http://4.bp.blogspot.com/-20cWX3HTYrg/UCwQmc2qSqI/AAAAAAAAAiU/tD3wz_wfJL0/s1600/faktaunikfacebook.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Fakta Unik Tentang Facebook" border="0" src="http://4.bp.blogspot.com/-20cWX3HTYrg/UCwQmc2qSqI/AAAAAAAAAiU/tD3wz_wfJL0/s1600/faktaunikfacebook.jpg" /></a><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Siapa yang tidak mengenal <b>Facebook</b> Sebuah situs social yang sangat populer pada saat sekarang ini. Di indonesia orang akan dikatakan <b>GAPTEK (gagap teknologi) </b>kalo tidak memiliki akun Facebook alias FB.</span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Situs yang di otaki oleh <b>Mark </b><span style="background-color: white; line-height: 18px;"><b>Zuckerbeg </b>ini walaupun tidak diumumkan secara resmi tapi di percaya bahwa sudah memiliki pengguna lebih dari 800 juta orang di seluruh dunia.</span></span><br />
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 18px;">Berikut ini saya akan ungkapkan beberapa fakta unik seputaran Facebook sebagai bahan tambahan pengetahuan bagi sahabat blogger.. ok langsung saja Fakta Unik Tentang Facebook..Cekidot..</span></span><br />
<a name='more'></a><br />
<ol>
<li><span style="background-color: white; text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Dalam 1 hari, rata-rata pengguna menghabiskan 32 menit untuk membaca status Facebook. Dalam 1 tahun saja, dibutuhkan sekitar 573 Milyar jam untuk membaca semua status Facebook.</span></span></li>
<li><span style="background-color: white; text-align: center;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Waktu yang dibutuhkan untuk membaca seluruh status facebook selama 1 tahun sama dengan waktu yang dibutuhkan untuk mengelilingi dunia dengan pesawat Boing 747 selama 8,5 juta kali.</span></span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Mark Zuckerberg memiliki 24% saham di Facebook. Salah satu pemilik saham yang lain adalah Microsoft dengan jumlah 1,3%.</span></span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">4 Februari 2004 adalah tanggal ketika Mark Zuckerberg meluncurkan Facebook kala dia masih menjadi mahasiswa di Universitas Harvard</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2%
dari seluruh pencarian di Google tahun 2010 lalu mengandung kata Facebook.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Facebook
mempekerjakan 1700 karyawan di 12 negara.</span></span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Pengguna Facebook tertua berumur 104 tahun. Dia adalah Lilian Lowe yang berasal dari Wales.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">1
dari 13 orang di dunia saat ini memiliki sebuah akun Facebook. Lebih dari
separuhnya log in setiap hari.</span></span></li>
<li><span style="background-color: white; color: #333333; line-height: 18px;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rata-rata pengguna Facebook punya 130 teman.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Rata-rata
8 friend request dikirimkan oleh seorang pengguna Facebook tiap
bulan.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Sebanyak
66.168 foto ditag di Facebook setiap menit.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">2.176.000
pesan privat dikirim via Facebook setiap 20 menit.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">35
juta orang mengubah status Facebooknya setiap hari.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">38
juta user Facebook mengunjungi halaman 'Texas HoldEm Poker' setiap bulan.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;">27% user Facebook tidak menampilkan status relasi mereka</span>
</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">25%
perusahaan dilaporkan menolak pelamar setelah menyelidiki profil Facebook
mereka.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">42%
pria dan 63% wanita mengaku memakai Facebook untuk mencari mantan kekasih.</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #333333;">Facebook diterjemahkan dalam 76 bahasa.</span>
</span></span></li>
<li><span style="line-height: 115%;"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">Facebook
diestimasi bernilai 32 miliar poundsterling</span></span></li>
</ol>
<div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><span style="line-height: 18px;">Sumber Artikel :</span></span></div>
<div>
<span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;"><a href="http://www.rio-chikara.com/2012/02/fakta-unik-menarik-tentang-facebook.html" target="_blank">Fakta Unik Menarik Tentang Facebokk</a>
</span></div>
<div>
<a href="http://inet.detik.com/read/2011/03/02/080737/1582683/398/17-fakta-menarik-tentang-facebook" target="_blank"><span style="font-family: Arial, Helvetica, sans-serif;">detikInet : 17 Fakta Menarik Tentang Facebook</span></a>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com16tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-74467504133938466962012-08-12T23:18:00.005+08:002012-08-12T23:18:37.003+08:00Cara Membuat Label Bentuk Dropdown Di blog<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">HI..Sahabat blogger..sudah berapa hari ini tidak posting sesuatu di blog ini..Jadi kangen deh utamanya dengan komentar sahabat..hehehehe..Pada kesempatan kali ini saya akan coba berbagi mengenai cara membuat label bentuk dropdown di blog. </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Mungkin bagi sebagian sahabat tips ini sudah usang..Bagi saya yang masih newbie sangat bermanfaat utamanya guna menghemat tempat di blog..tidak seperti tampilan label sebelumnya..ok daripada berpanjang lebar lebih baik langsung aja deh cara membuat label bentuk dropdown di blog..cekidot..</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Setelah sebelumnya saya sudah post <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/06/cara-menambahkan-gadget-label-di-blog.html" target="_blank">cara menambahkan gadget label di blog</a> selanjutnya tips kali ini saya akan berbagi cara membuat label bentuk dropdown kurang lebih tampilannya di blog seperti berikut ini </span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-a_PEFxQPINo/UCfFSta6xBI/AAAAAAAAAhw/rhQFIOhLjTQ/s1600/dropdownlabel.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><img alt="Cara membuat label bentuk dropdown di blog" border="0" height="320" src="http://2.bp.blogspot.com/-a_PEFxQPINo/UCfFSta6xBI/AAAAAAAAAhw/rhQFIOhLjTQ/s320/dropdownlabel.JPG" width="255" /></span></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"></span></div>
<a name='more'></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Cara Membuatnya :</span><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;">1. Login ke Blogger.</span><br style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;">2. Di halaman Dasbor, kita pilih Rancangan.</span><br style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;">3. Kemudian pilih Edit HTML</span><br style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;">4. Untuk jaga-jaga back up template dulu </span><br style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;" /><span style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;">5. Beri tanda centang pada Expand Template Widget </span>
</span></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: left;">
<span style="background-color: white; color: #222222; line-height: 20px; text-align: justify;"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">6. Cari kode berikut :</span></span></div>
<blockquote class="tr_bq">
<span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><ul></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><b:loop values='data:labels' var='label'></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><li></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><b:if cond='data:blog.url == data:label.url'></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><data:label.name/></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><b:else/></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><a expr:href='data:label.url'><data:label.name/></a></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></b:if></span><strong style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;">(<data:label.count/>)</strong><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></li></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></b:loop></span><span style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></ul></span></span></blockquote>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> Untuk memudahkan Pencarian gunakan <b>CTRL + F</b> </span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"> Kalau sudah ketemu hapus kode tersebut dan ganti dengan kode berikut ini :</span><br />
<blockquote class="tr_bq">
<span style="color: blue; font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><select onchange='location=this.options[this.selectedIndex].value;'></code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><option></code><strong style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;">Pilih Kategori</strong><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></option><br /><b:loop values='data:labels' var='label'><br /><option expr:value='data:label.url'><data:label.name/><br />(<data:label.count/>)<br /></option><br /></b:loop><br /></select></code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><b:loop values='data:labels' var='label'></code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"><option expr:value='data:label.url'><data:label.name/></code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;">(<data:label.count/>)</code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></option></code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></b:loop></code><code style="background-color: white; line-height: 19.200000762939453px;"></select></code></span></blockquote>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Tulisan <b>pilih kategori</b> bisa diganti sesuai selera sahabat..selanjutnya simpan pekerjaan dan lihat hasilnya sudah nampak seperti yang ada di blog aku ini..demikian tips blog cara membuat label bentuk dropdown di blog semoga bermanfaat..</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><br /></span>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Sumber : <a href="http://pelajaran-blog.blogspot.com/2009/08/membuat-label-berupa-dropdowndrop-down.html" target="_blank">http://pelajaran-blog.blogspot.com</a></span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com28tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-53950091652527419012012-08-05T22:57:00.000+08:002012-08-05T23:10:55.391+08:00Kho Ping Hoo : Bukek Siansu<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kho Ping Hoo : Bukek Siansu" border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho Ping Hoo : Bukek Siansu - Hi..Para Sahabat Blogger utamanya para pecinta karya-karya Kho Ping Hoo. Maksud hati ingin menjadikan blog ini sebagai salah satu media bacaan cerita silat online namun berhubung karena sering mengalami masalah pada saat posting utamanya postingan yang panjang seperti cerita Kho Ping Hoo seperti yang pernah saya ungkapkan <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/cara-mengatasi-masalah-posting-di-blog.html" target="_blank">disini</a> sehingganya saya berfikir untuk memberikan saja link download cerita <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/kho-ping-hoo-serial-bukek-siansu.html" target="_blank">Bukek Siansu</a> dari pertama sampai tamat kepada para sahabat blogger pecinta cerita karangan Kho Ping Hoo sebagai lanjutan cerita <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/kho-ping-hoo-serial-bukek-siansu.html" target="_blank">BUKEK SIANSU</a> yang pernah saya posting <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/kho-ping-hoo-serial-bukek-siansu.html" target="_blank">disini</a>. Ok..langsung aja..cekidot..</span><br />
<a name='more'></a><ol>
<li><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;"><a href="http://adf.ly/B8TXb" target="_blank">Kho ping hoo - BKS01 - Bukek Siansu</a> </span></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYjcD" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS02 - Suling Emas</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYjla" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS03 - Cinta Bernoda Darah</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYjtD" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS04 - Mutiara Hitam</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYjxd" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS05 - Istana Pulau Es</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYk3r" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS06 - Pendekar Bongkok</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYk83" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS07 - Pendekar Super Sakti</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYkIz" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS08 - Sepasang Pedang Iblis</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYkWg" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS09 - Kisah Sepasang Rajawali</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYkbD" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS10 - Jodoh Rajawali</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYkgi" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS11 - Suling Emas dan Naga Siluman</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYklS" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS12 - Kisah Pendekar Pulau Es</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYkqz" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS13 - Suling Naga</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYktx" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS14 - Kisah Si Bangau Putih</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYkxw" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS15 - Kisah Si Bangau Merah</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYl1w" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS16 - Si Tangan Sakti</span></a></li>
<li><a href="http://adf.ly/BYl5o" target="_blank"><span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Kho ping hoo - BKS17 - Pusaka Pulau Es [tamat]</span></a></li>
</ol>
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Semua format file dalam bentuk (.txt) sehingga lebih mudah dimasukkan ke Handphone yang memiliki e-book selamat membaca..</span><br />
<span style="font-family: Trebuchet MS, sans-serif;">Special Thanks To : Asmaraman S. Kho Ping Hoo</span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com20tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-48850234583706111282012-07-28T23:15:00.000+08:002012-07-28T23:15:08.670+08:00BUKEK SIANSU : Seri KeduabelasBUKEK SIANSU : Seri Keduabelas - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kesebelas.html" target="_blank">Lanjutan Kho Ping Hoo - Bukek Siansu Seri Kesebelas</a> - Selesai<br />
<br />
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";"> asing yang bertubuh jangkung, bersikap
gagah dan berkulit coklat gelap, bermata tajam dan bercambang bauk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkeliaran di daerah itu. Di tengah
jalan, dia melihat seorang laki-laki asing yang tinggi besar dan gagah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memegang gandewa dan akan panah
dikelilingi prajurit-prajurit Han dan Arab sambil tertawa-tawa. Laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusia tiga puluh tahun lebih yang
gagah itu berkata </span></div>
<a name='more'></a>dalam bahasa Han yang kaku, "Lihat burung-burung itu!
Aku<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan menurunkannya sekaligus tiga ekor.
Yang mana kalian pilih?" Swat Hong tertarik , berhenti dan memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas. Diam-diam dia terkejut dan
menganggap orang itu sombong. Mana bisa menjatuhkan burung-burung yang terbang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu tinggi sekaligus tiga ekor kalau
orang ini bukan seorang ahli panah yang sakti? "Tiga ekor dari
depan!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar teriakan. "Tidak, yang
paling belakang adalah paling sukar!" kata orang lain. Perwira bangsa Arab
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum dan tampaklah giginya yang
rata dan putih berkilauan, kumisnya bergerak-gerak. "Biar kujatuhkan dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdepan dan burung terakhir!"
Kelompok burung yang terbang tinggi sudah tiba tepat di atas mereka. Perwira
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasang tiga batang anak panah pada
gendewanya, lalu menarik tali gendewa . Terdengar suara menjepret dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meluncurlah tiga batang anak panah
seperti tiga sinar berkilauan ke atas. Dari bawah tidak kelihatan bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> burungburung itu terkena anak panah,
namun jelas tampak betapa dua ekor burung terdepan dan seekor paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belakang tiba-tiba runtuh ke bawah.
Ketika tiga ekor burung itu jatuh ke tanah dan semua orang melihat bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dada burung itu tertusuk anak panah,
mereka bersorak dan bertepuk tangan memuji. "Boleh juga dia," pikir
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong sungguhpun dia maklum bahwa
kepandaiannya memanah seperti itu hanyalah berguna untuk pertempuran jarak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh dan sama sekali tidak ada artinya
untuk pertandingan berdepan. Tentu kalah cepat oleh am-gi (senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia) seperti jarum, paku, piauw dan
lain-lain. "Hai, Nona! Tepuk tangan untuk kelihaian Perwira Ahmed!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba ada seorang laki-laki menegur
Swat Hong. Laki-laki ini adalah seorang perajurit Han dan sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyeringai dia bertepuk tangan dan
mendesak Swat Hong untuk ikut bertepuk tangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JILID 23<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi Swat Hong tidak mau
melayaninya, membuang muka dan melanjutkan langkahnya. Akan tetapi laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu melompat dan menghadang didepannya
sambil bertolak pinggang. "Eitt..... nanti dulu! Berani kau menghina<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Perwira Ahmed? Dia bukan hanya lihai
dan menembak tepat, juga banyak wanita tergila-gila kepadanya! Dan kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani memandang rendah?" Swat
Hong memandang dengan mata melotot lalu mendengus, "Pergilah!" sambil
melangkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terus. "Dan kau laki-laki kurang
ajar!" Swat Hong berkata dan sekali dia menggerakan lengannya yang
terpegang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berbalik sudah memegang pergelangan
tangan laki-laki itu dan begitu dia membetot, laki-laki itu jatuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersungkur mencium tanah! "Aihhh,
berani kau memukulku?" Prajurit itu marah sekali dan cepat melompat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menubruk. "Plakkk!
Augghhh....!" Perajurit itu terlempar dan mengaduh-aduh, mukanya
membengkak. Melihat ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lima orang perajurit kawan orang
pertama itu menjadi marah dan menerjang maju. "Tangkap, dia tentu
mata-mata!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong merasa muak sekali dan juga
marah. Melihat lima orang itu menerjang dan hendak berlumba menangkap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merangkulnya, kaki tangannya bergerak
dan dalam segebrakan saja, lima orang itu pun roboh tersungkur dan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat berlagak lagi karena
mengaduh-aduh kesakitan. Tentu saja keadaan menjadi ribut dan banyak anak buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan mengurung, akan tetapi
tiba-tiba perwira yang ahli menggunakan anak panah tadi meloncat maju dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadik. "Mundur semua!"
Setelah orang-orang mundur tidak melanjutkan gerakan mereka untuk mengeroyok,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perwira itu membungkuk di depan Swat
Hong sambil berkata, "Harap Nona maafkan. Sudah lazim bahwa anak buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan selalu bersikap kasar. Nona
tentu bukan orang sini, kalau boleh bertanya hendak ke manakah?"
"Hemm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikir Swat Hong. Pantas kalau banyak
wanita tergila-gila. Memang perwira yang bernama Ahmed ini gagah sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah dan tampan, amat keras daya
tariknya terhadap wanita terutama sekali sepasang matanya yang tajam dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bulu mata panjang lentik dan alis yang
tebal itu. Juga dagunya berlekuk dan menambah kejantanannya. Selain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan dan gagah, juga laki-laki ini
pandai bersikap manis terhadap wanita. "Sudahlah," kata Swat Hong.
Aku pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ingin mencari permusuhan, asal
mereka jangan kurang ajar. Bahkan aku ingin menghadap Kaisar untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu perjuangannya. Di manakah aku
dapat menghadap Kaisar?" Mendengar ucapan gadis yang cantik jelita dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah itu, seketika lenyaplah kemarahan
para prajurit. "Aih, kiranya seorang lihiap (pendekar wanita)!"
"Tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh kang-ouw kenamaan!" Perwira
Ahmed menghentikan ribut-ribut itu dan kembali dia tersenyum, manis dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menarik sekali. "Untuk membantu
perjuangan, tidak perlu menghadap Sri Baginda, Nona. Tidak mudah menghadap Sri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Baginda yang sedang sibuk. Kebetulan di
sini juga merupakan markas dan dipimpin Bouw-ciangkun. Banyak pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang kang-ouw yang telah
diterima menjadi sukarelawan. Akan tetapi baru sekarang datang seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sukarelawati seperti Nona. Ahh,
terimalah hormat dan rasa kagumku, Nona. Engkau tentulah yang disebut pendekar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita dari dunia kang-ouw,
bukan?" Swat Hong tidak peduli, yang penting adalah membantu perjuangan
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membasmi An Lu Shan dan keturunan atau
penggantinya. "Dapatkah aku bertemu dengan Bouw-ciangkun?"
"Tentu saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi, perkenankanlah aku
memuaskan keinginan hatiku yang sudah terpendam bertahun-tahun untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyaksikan kelihaian seorang pendekar
wanita dari timur, Nona." Perwira Ahmed memperlihatkan gendewanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Dapatkah Nona mainkan gendewa dan
anak panah?" Swat Hong maklum bahwa dia hendak diuji, dan siapa tahu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin perwira ini termasuk seorang di
antara para pengujinya. "Senjata ini kurang praktis untuk pertandingan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jarak dekat dan terang-terangan."
Perwira Ahmed mengerutkan alisnya, akan tetapi bibirnya tetap tersenyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manis. "Benarkah? Nona, dengan
gendewa ini aku dapat merobohkan musuh dalam jarak seratus langkah, biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh itu menggunakan senajta apa pn
untuk melindungi dirinya. Aku dapat melepaskan anak panah terus-menerus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan bertubi-tubi sampai puluhan
batang!" "Hemm, mungkin berhasil merobohkan segala burung dan manusia
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bodoh saja." "Wah....!"
Ahmed membelalakkan matanya. "Apakan di dunia ini ada orang yang sanggup
menyelamatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri dalam jarak seratus langkah dari
gendewaku?" "Boleh kaucoba. Aku bersedia." "Eiiiihhh,
jangan, Nona! Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan menyesal selama hidupku kalau
sampai melukaimu, apalagi membunuhmu!" "Tidak perlu khawatir, aku
malah akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi hujan anak panahmu itu
dengan tangan kosong!" "Mustahil!" Orang Han yang pertama kali
dirobohkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong, kini mendekat dan karena dia
maklum akan kelihaian dara itu, kini dia hendak mencari muka dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Saudara Ahmed, jangan
memandang rendah seorang lihiap. Dia pasti akan sanggup memenuhi
kata-katanya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Atas dorongan dan desakan banyak orang,
akhirnya Ahmed mau juga mencoba kepandaian wanita cantik jelita itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dengan tenang Swat Hong melangkah
sambil menghitung sampai seratus, langkah pendekpendek saja, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalik dan menghadapi Ahmed dengan
mata tak berkedip. "Wah, terlalu dekat....! Terlalu dekat sekali!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langkahmu begitu pendek-pendek, Nona. Ini
hanyalah lima puluh langkah, tidak ada seratus!" Ahmed berteriak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil melangkah mundur sampai lima
puluh langkah. Diam-diam Swat Hong memuji kejujuran dan niat baik di hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perwira asing itu. "Terserah
kepadamu. Nah, aku sudah siap." katanya. Ahmed ragu-ragu, mukanya agak
pucat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tapi...... tapi, setidaknya kau
harus membawa pedang untuk menangkis atau sebuah perisai." "Tidak
perlu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seranglah!" Didesak oleh orang
banyak, dan memang di dalam hatinya dia juga merasa penasaran sekali, Ahmed
lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasang lima batang anak panah di
gendewanya, dan masih ada puluhan batang di tempat anak panah yang siap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk disambar tangan kanan menyusul
rombongan anak panah terdahulu. "Nona, siap dan hati-hatilah!"
teriaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan terdengar suara menjepret ketika
tampak lima sinar berturutturut meluncur ke arah Swat Hong, diikuti oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puluhan pasang mata yang tidak berkedip
dan dengan hati penuh ketegangan. Swat Hong melihat betapa lima batang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak panah itu meluncur disekeliling
tubuhnya. Tahulah dia bahwa orang itu memang amat hebat ilmu panahnya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi juga amat lembut hatinya
terhadap wanita sehingga sengaja membuat anak panah rombongan pertama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyeleweng. Dia diam saja tidak
bergerak membiarkan lima batang anak panah itu lewat, diikuti seruan menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas dari semua orang yang sudah
merasa ngeri melihat nona itu sama sekali tidak mengelak! Ahmed membelalakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya. hampir dia tidak percaya. Anak
panahnya itu hanya sedikit saja selisihnya dari kulit tubuh wanita itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun wanita itu dengan tenang saja
berdiri diam tidak bergerak! "Tidak perlu sungkan, bidik yang tepat!"
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong berkata setelah dia merasa yakin
bahwa luncuran anak panah itu dapat diikuti dengan pandang matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga mudah bagi dia untuk menjaga
diri. Lima batang lagi anak panah sudah berada di gendewa Ahmed dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat bukan main dan kembali terdengar
suara menjepret ketika lima batang anak panah itu menyambar seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kilat ke arah Swat Hong. Dara itu
melihat betapa lima batang ini menyambar ke arah kakinya semua, maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerti bahwa Ahmed masih saja
khawatir kalau-kalau mencelakainya, maka dia meloncat dan sekaligus menendang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke bawah sehingga dia bukan hanya
mengelak, bahkan berhasil menendang runtuh semua anak panah itu! Ahmed<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan seruan kagum dan kini dia
pun tidak ragu-ragu lagi akan kehebatan pendekar wanita itu. Anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panahnya meluncur bertubi-tubi seperti
hujan derasnya, susul menyusul ke arah tubuh Swat Hong dan dara ini pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlihatkan kepandaiannya. Sambil
mengelak berloncatan ke sana-sini, tangannya menyambar dan dua batang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panah ditangkapnya dengan kedua
tangannya, lalu dia menggunakan dua batang anak panah itu untuk menangkis semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak panah yang datang menyambar,
kemudian dengan cepat dan tak terduga-duga dia menyambitkan sebatang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panah yang meluncur cepat ke arah
Ahmed. Auhhh....!" Ahmed berteriak kaget dan gendewanya terlepas dari
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kirinya karena tangan kirinya itu kena
sambar sebatang anak panah. Gendewanya terlepas akan tetapi tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kirinya tidak terluka karena anak panah
yang menyambar tangannya itu dilepas dengan cara dibalik sehingga bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ujung yang runcing yang mengenai
tangannya, melainkan ujung belakang yang bulu-bulunya telah dibuang . Ahmed<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segera lari menghampiri Swat Hong,
memandang penuh kagum, kemudian dia membungkuk sampai dalam sambil berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Duhai....., Nona adalah setangkai
bunga di tengah padang pasir! Satu di antara puluhan ribu wanita belum tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada yang seperti Nona...... saya merasa
kagum dan hormat sekali.......!" Wajah Swat Hong menadi merah. Bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main hebatnya pujian yang keluar dari
mulut pria ini, pujian yang aneh dan istimewa. Akan tetapi sebelum dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab terdengar kaki kuda berderap
dan muncullah seorang panglima sebangsa Ahmed naik kuda. Usianya tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah empat puluhan tahun, tinggi besar
dan berwibawa, gagah dan juga tampan, akan tetapi begitu bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandang, Swat Hong merasa tidak suka
kepada panglima ini karena pandang mata itu seolah-olah hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menelanjangi dan sinar mata orang itu
seperti dapat menembus pakaiannya! Ahmed cepat berdiri dengan tegak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberi hormat kepada atasannya.
Panglima itu lalu bertanya kepada Ahmed dalam bahasa mereka sendiri yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dimengerti oleh Swat Hong, dijawab pula
oleh Ahmed. Panglima itu mengangguk-angguk, bicara lagi lalu memutar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kudanya pergi dari tempat itu setelah
melempar kerling penuh gairah dan kagum ke arah Swat Hong. "Nona,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Komandanku tadi bertanya tentang Nona
dan menyuruh Nona langsung saja menghadap Bouw-ciangkun untuk melapor.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tentu saja bantuan tenaga seorang yang
berkepandaian tinggi seperti Nona amat dihargai dan dibutuhkan. Mari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona, saya antar." "kau baik
sekali, terima kasih," jawab Swat Hong yang merasa memperoleh seorang
sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam diri perwira yang simpatik ini.
"Nama saya Ahmed, Nona." Swat Hong tersenyum, mengerti bahwa itulah
cara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sopan dari sahabat barunya untuk
menanyakan namanya. "Dan namaku Han Swat Hong." Mereka memasuki
sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangunan besar dan di ruangan dalam,
Ahmed membawa Swat Hong ke dalam sebuah kamar di mana duduk seorang tua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpakaian panglima perang. Orang ini
berusia lima puluh tahun lebih, mukanya bulat dan matanya sipit menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agak lebar ketika dia memandang Swat
Hong yang datang bersama Ahmed. Setelah memberi hormat, Ahmed berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nona Han Swat Hong ini ingin
menjadi sukarelawati." "Hemm, aku sudah mendengar dari komandanmu.
Kau boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi meninggalkan Nona ini di
sini," jawab Panglima Bouw dengan sikap angkuh. Menyaksikan sikapnya ini
saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong sudah merasa kurang senang.
Ahmed memberi hormat, melirik kepada Swat Hong lalu melangkah keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan tegap. Setelah derap kaki Ahmed
tidak terdengar lagi, kamar itu menjadi sunyi sekali biarpun di situ,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selain Bouwciangkun dan Swat Hong,
masih terdapat empat orang pengawal yang berdiri di sudut kamar seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arca. "Silahkan duduk, Nona."
Suara Bouw-ciangkun berubah, tidak singkat dan keras seperti tadi, melainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lunak dan manis. Hal ini membuat Swat
Hong makin tidak senang lagi, akan tetapi karena kedatangannya hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu kerajaan melawan pemberontak,
bukan hendak berhubungan dengan orang ini, dia tidak banyak cakap, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> duduk. "Kami telah mendengar akan
kelihaian Nona yang mendemonstrasikan kepandaian di luar tadi. Kebetulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali kedatangan Nona, karena Kaisar
memang membutuhkan seorang pengawal wanita untuk menjaga keselamatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarga Kaisar. Oleh karena itu, harap
Nona menanti di dalam pesanggrahan, kalau kesempatan sudah terbuka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami akan mengantarkan Nona untuk
menghadap Kaisar sendiri." Girang juga hati Swat Hong karena dia lebih
senang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk bekerja dekat dengan keluarga
Kaisar daripada bekerja sama dengan para prajurit Kaisar itu. Pula, memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena merasa bahwa ayahnya adalah
masih sedarah dengan keluarga Kaisar maka dia berkeinginan membantu keluarga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar, maka pekerjaan menjadi pengawal
untuk melindungi keselamatan keluarga Kaisar amatlah cocok baginya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Baik, saya akan menanti,"
jawabnya. Setelah mencatatkan nama Swat Hong, Bouw-ciangkun sendiri lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengantarkan dara itu pergi ke pesanggrahan,
yaitu sebuah bangunan yang terpencil, berada di pinggir gunung,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangunan yang bentuknya indah dan
mungil. Ketika menuju ke bangunan ini, Swat Hong melihat beberapa orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjaga yang jumlahnya hanya belasan
orang akan tetapi senjata mereka aneh, yaitu sebatang pedang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bengkak-bengkok seperti ular dan
memegang perisai yang bentuknya seperti batok kura-kura. "Mereka ini
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan istimewa, pasukan
pengawalku." kata Bouw-ciangkun menjelaskan dengan nada suara bangga
ketika Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang mereka itu yang berdiri tegak
dan memebri hormat kepada Bouwciangkun dengan gagah. Setelah mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki pesanggrahan, Bouw-ciangkun
melanjutkan, "Mereka terdiri dari orang-orang pilihan, bermacam suku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangsa di barat dan utara." Akan
tetapi Swat Hong sudah tidak memperhatikan lagi cerita tentang pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal tadi, karena dia sedang
memperhatikan keadaan pesanggrahan yang cukup mewah itu. "Rumah ini
kosong?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanyanya. "Memang di kosongkan dan
disediakan untuk tamu agung. Karena sekarang tidak ada tamu, maka Nona boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beristirahat di sini barang sehari dua
hari untuk menanti kesempatan Kaisar dapat menerima Nona menghadap. saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan mengirim dua orang pelayan wanita
untuk melayani segala keperluan Nona, dan sekarang juga saya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusaha melaporkan kedatangan Nona
kepada kaisar." Swat Hong hanya memangguk dan pembesar itu pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkannya. Ketika Swat Hong
sedang memeriksa keadaan pesangrahan itu yang ternyata mewah dan lengkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kamar tidur yang indah, masuklah
dua orang pelayan wanita membawa perlengkapan dan bahan masakan. "Kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima perintah untuk melayani Nona
di sini," kata mereka dan segera mereka sibuk di dapur. Swat Hong merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak enak hatinya. Dia melamar untuk
menjadi pejuang membantu Kaisar, akan tetapi dia diterima seperti seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tamu agung, ditempatkan di rumah mungil
dan dilayani dengan istimewa seperti dimanja! Apakah karena dia wanita?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ataukah karena dia memperlihatkan
kepandaiannya tadi dan dipilih menjadi pengawal keluarga Kaisar? Dia ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat-lihat keadaan di luar. Akan
tetapi baru saja dia meninggalkan pondok itu sejauh belasan langkah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba muncullah tiga orang mengawal
istimewa yang bersenjata pedang berbentuk ular dan perisai kura-kura<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi. "Harap Nona jangan
meninggalkan pondok . Kami diperintah untuk menjaga pesanggrahan dan kalau Nona<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaksa pergi kami harus mengawal
Nona." Swat Hong mengerutkan alisnya. Akan tetapi karena maksud itu baik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biarpun dianggapnya tidak ada gunanya,
aneh dan menyebalkan, dia tidak menjawab melainkan kembali memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pondok, terus ke kamar dan merebahkan
diri di atas pembaringan. Dia merasa seperti seorang asing di situ.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba dia tersenyum teringat kepada
Ahmed. Untung ada orang yang simpatik itu. Setidaknya, dia yakin bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mempunyai seorang sahabat yang
boleh dipercaya. Akan tetapi baru saja dia beristirahat di atas tempat tidur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lunak itu, terdengar suara hiruk
pikuk di luar. Swat Hong yang memang selalu merasa tidak enak itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat dan berlari ke luar. Kagetlah
dia ketika melihat bahwa yang datang adalah Bouw-ciangkun dan Panglima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Arab tinggi besar yang menjadi atasan
Ahmed tadi, diiringkan oleh tujuh orang pelayan pria yang membawa baki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertutup. Begitu berhadapan,
Bouw-ciangkun menjura dengan hormat sambil berkata, "Kiong-hi (selamat),
Nona Han.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kami telah menghadap Kaisar dan karena
Beliau masih sibuk, mulai besok lusa Nona boleh menghadap sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sementara itu, Beliau mengirim kami
berdua untuk menemani Nona menerima hidangan yang dikirim dari dapur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarga Kaisar!" Hati Swat Hong
tidak senang dan curiga, akan tetapi karena nama Kaisar disebut-sebut, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berani menolak. Dia tahu bahwa
penolakan hadiah dari Kaisar dapat diartikan penghinaan dan pemberontakan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Banyak dia mengerti tentang peraturan
kerajaan, karena selain dia sendiri adalah puteri raja di Pulau Es juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia banyak membaca kitab-kitab ayahnya
tentang penghidupan keluarga Raja di daratan besar. Terpaksa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalas dengan menjura penuh hormat,
kemudian bersama dua orang panglima itu dia memasuki pondok dan duduk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi meja besar bersama mereka
berdua. Setelah hidangan yang lengkap dan masih panas diatur di atas meja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan para pelayan mudur berdiri di
sudut, dua orang pelayan wanita muncul melayani mereka makan minum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw-ciangkun memperkenalkan panglima
itu sebagai panglima yang menjadi komandan dari pasukan Arab yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu. "kami mengandalkan
bantuan sahabat-sahabat dari barat ini untuk merampas kembali kota raja." antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain Bouw-ciangkun berkata, akan tetapi
urusan itu hanya didengarkan sepintas lalu saja oleh Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghendaki agar pertemuan ini cepat
selesai. Dengan tangannya sendiri Bouw-ciangkun lalu mengisi cawan-cawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kosong di depan Swat Hong, Panglima
Arab, dan dia sendiri, lalu mengangkat cawan arak sambil berkata, "mari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita mulai makan minum bersama dengan
mengucapkan terima kasih kepada Sri Baginda dengan mengangkat cawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghormatan untuk kejayaan Sri Baginda
Kaisar!" Swat Hong mengangkat cawan dan minum bersama mereka, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw-ciangkun mempersilahkan Swat Hong
dan Panglima Arab itu untuk mulai makan. Sambil makan, Bouw-ciangkun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan gembira menceritakan keadaan
mereka, kekuatan yang sedang mereka susun, juga menceritakan kekacauan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota raja sebagai akibat perebutan
kekuasaan di antara para peberontak sendiri. Betapa An Lu Shan dan puteranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas dan sekarang Shi Su Beng yang
berkuasa juga menghadapi bersaingan dari bekas kawan-kawannya sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ha-ha-ha, seperti sekumpulan
anjing memperebutkan tulang!" Dia menutup ceritanya sambil tertawatawa.
Panglima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Arab itu yang diperkenalkan tadi
bernama Hussin bin Siddik, mengeluarkan sebuah guci yang bentuknya seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanduk kerbau, membuka tutupnya dan
mencium bau harum yang aneh. Sambil tertawa dia mengacungkan guci tanduk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerbau itu sambil berkata, "Nona
adalah seorang pendekar yang berilmu tinggi dan dipilih untuk menjadi pengawal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sri Baginda. karena itu sudah
sepatutnya menerima penghormatan kami dengan anggur padang pasir ini! Marilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita minum tiga cawan untuk pertama,
demi keselamatan Sri Baginda sekeluarga!" Dia mengisi cawan arak di depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong dengan minum dari guci tanduk
kerbau itu, tidak banyak, hanya setengah cawan kurang. karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diajak minum demi keselamatan keluarga
kaisar, tentu saja Swat Hong tidak menolak, apalagi karena dia melihar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa Bouwciangkun dan Panglima Hussin
sendiri juga minum. Diminumnya cawannya dan ternyata anggur itu enak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tidak begitu keras, manis dan harum
sungguhpun agak aneh harumnya. "Secawan lagi kita minum demi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> persahabatan kita!" Kembali Swat
Hong minum dari cawan araknya yang sudah diisi lagi setengahnya. "Dan
cawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terakhir kita minum untuk kemenangan
perjuangan kita!" Sekali ini cawan itu dipenuhi dan karena anggur itu sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak mendatangkan pengaruh
apa-apa, Swat Hong tidak khawatir dan minum anggur sampai habis. panglima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hussin dan Bouw-ciangkun tertawa girang
dan melanjutkan makan minum sepuas-puasnya. Setelah kenyang, kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang panglima itu berpamit dan sambil
tertawa Bouw-ciangkun berkata, "Harap Nona jangan pergi meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesanggrahan ini karena siapa tahu
tiba-tiba saja Sri Baginda Kaisar telah siap menerima kunjungan Nona. hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu bisa saja terjadi di siang hari
atau di malam hari. Sebaiknya kalau Nona mengaso saja dalam pesanggrahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sewaktu-waktu, kalau Sri Baginda
menghendaki, aku sendiri atau Panglima Hussin yang akan datang menjemput<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona." Swat Hong mengangguk dan
setelah dua orang panglima itu pergi dan meja dibersihkan lalu ditinggal pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh para pelayan, dia lalu minta
kepada wanita pelayan untuk menyediakan air. Setelah mandi dan tukar pakaian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong kembali beristirahat di dalam
kamar yang indah itu. Berada di dalam kamar ini teringatlah dia akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kamarnya sendiri di Pulau Es, kamar
yang lebih indah dan lebih menyenangkan lagi. Dia menutup mulut dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan dan menguap..... goyang-goyang
kepalanya. Mengapa dia begini mengantuk? Dia menguap lagi. Bukan main!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Rasa kantuk sukar dipertahankannya
lagi. Aneh sekali! Hari baru menjelang senja, belum malam. Pula habis makan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mandi, mana bisa mengantuk? Kembali
dia menguap dan Swat hong meloncat bangun, duduk sambil memegangi kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelipisnya. Ini tidak wajar, pikirnya!
Rasa kantuk yang amat hebat dan terbayanglah wajah Panglima Hussin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajaknya minum sampai tiga kali,
kemudian terbayanglah dan terdengar lagi kata-kata Bouw-ciangkun yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyatakan bahwa kalau Kaisar
menghendaki, sewaktu-waktu dia atau Panglima Hussin akan datang menjenguknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Semua ini dilakukan sambil tertawa-tawa
dan seakan-akan ada "main mata" di antara kedua orang panglima itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Celaka....!" dia mengeluh,
ingin dia turun membasahi muka denan air, akan tetapi dia tidak kuat, baru saja
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun, dia sudah terguling ke atas
lantai karena kepalanya pening dan Swat Hong sudah tidur di atas lantai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pulasnya! Tak lama kemudian,
setelah matahari mulai condong ke barat, sesosok bayangn seorang pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebat dan mengintai pesangrahan
itu dari balik batu-batu gunung. pemuda ini tinggi besar, gagah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan, dengan sebatang pedang di
punggungnya, berpakaian sederhana dan matanya bersinar-sinar penuh kemarahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pemuda ini adalah Kwee Lun! Bagaimana
dia dapat datang di tempat jauh itu? Seperti telah dituturkan di bagian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan, dua tahun yang lalu pemuda ini
berpisah dari Swat Hong dan langsung dia pulang ke Pulau Kura-kura di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lam-hai. Tepat seperti dugaannya
semula, gurunya, Lam-hai Seng-jin, terheran-heran dan kagum mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuturan muridnya terutama pengalaman
muridnya yang bertemu dan bersahabat dengan penghuni Pulau Es! Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muridnya selesai menceritakan semua
pengalamannya, juga tentang kematian Ouw Soan Cu, gadis Pulau Neraka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dicintainya dengan suara berduka, kakek
itu berkata, "Pengalamanmu sudah cukup, muridku. Sekarang biarlah aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperdalam ilmumu dan menerima
sisa-sisa dari semua kepandaianku. Setelah itu, berangkatlah kau lagi ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daratan besar. Negara sedang kacau
balau dilanda oleh para pemberontak. Tenagamu dibutuhkan. Kabarnya kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengungsi ke Secuan, maka sebaiknya
kalau kau kelak menyusul ke sana untuk membantu kaisar, jangan membiarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirimu terbujuk oleh kaum pemberontak."
Demikianlah, Kwee Lun berlatih silat untuk yang terakhir dari gurunya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama sekali memperhebat ilmu pedang
yang dimainkan bersama dengan kipas di tangan kirinya. Setahun kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berangkatlah dia meninggalkan Pulau
Kura-kura untuk kedua kalinya, mendarat di daratan besar dan langsung dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi ke barat, ke Secuan! Kebetulan
sekali dia tiba pada hari itu juga, berbareng dengan datangnya Swat Hong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hanya bedanya, kalau Swat Hong datang
dari timur, adalah Kwee Lun datang dari selatan, akan tetapi mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki daerah yang sama yaitu yang
dikuasai oleh Bouw-ciangkun. Kwee Lun terus melaporkan diri dan langsung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diterima sebagai sukarelawan. Dia tidak
tahu bahwa pada siang hari itu juga Swat Hong datang dan bertemu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perwira Ahmed dari pasukan Arab yang
diperbantukan. Tanpa disengaja, ketika Kwee Lun berjalan-jalan dan bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan para perajurit Han,
bertanya-tanya tentang keadaan, dia mendengar kelakar seorang di antara para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> prajurit itu. "Wah, enak juga
menjadi panglima tentara asing! Selain jaminannya lebih hebat, juga hiburannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih luar biasa lagi. Bayangkan saja,
dara perkasa yang mengebohkan siang tadi, kabarnya akan diserahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai hadiah kepada Panglima
Hussin!" "Ah, masa?" "Hem, jelita sekali dia!"
"Dan masih perawan hijau lagi!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Akan tetapi ilmu silatnya hebat!
jangan-jangan panglima itu akan mampus olehnya!" "Mudah-mudahan
begitu!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "tapi panglima itu terkenal pandai, dan
lihat saja Perwira Ahmed itu, dimana-mana para wanita tergila-gila<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya. Agaknya mereka memiliki
jimat untuk menundukan hati wanita." Mendengar ini, Kwee Lun mengerutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> alisnya. Tak disangkanya, di tempat
seperti ini dia mendengarkan peristiwa yang sepantasnya terjadi di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjahat. Seorang dara dihadiahkan
begitu saja! Mendengar bahwa dara itu lihai ilmu silatnya, dia tertarik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kalau wanita itu lihai, mana bisa
dia dihadiahkan begitu saja?" dia ikut bicara sambil tersenyum. "Aha,
kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tahu, kawan. Banyak jalan yang
dapat dilakukan oleh Bouw-ciangkun. Dan kabarnya, tidak pernah ada wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dapat melawan apabila dikehendaki
oleh Panglima Hussin itu. Apalagi kalau Bouw-ciangkun sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengijinkannya, dan dalam hal ini,
agaknya Bouw-ciangkun selalu berusaha mengambil hati orang-orang berkulit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hitam itu!" Kwee Lun makin tak
senang hatinya. Dia mendengarkan dengan teliti dan akhirnya memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keterangan bahwa dara yang hendak
dihadiahkan itu kabarnya telah dikurung di dalam pesanggerahan, yaitu rumah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecil terpencil yang oleh para
perajurut diberi nama tempat penjagalan perawan! "Hem, semenjak kecil suhu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menanamkan sifat pendekar, membela
keadilan dan kebenaran kepadaku." Kwee Lun berpikir, "Biarpun
sekarang aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi seorang pejuang, tetap aku
harus menentang kejahatan, dari siapapun juga datangnya! Dengan pikiran ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee Lun mulai melakukan penyelidikan
dan pada sore hari itu dia sudah mendekati rumah pesanggerahan itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelinap untuk menyelidiki dari jarak
dekat, kalau mungkin memasuki rumah itu dan menolong si gadis yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak dijadikan korban. Melihat betapa
di empat penjuru terdapat empat orang penjaga yang selalu melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perondaan mengelilingi pesanggerahan
itu, Kwee Lun bersembunyi dan mengintai. Penjaga-penjaga yang memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang ular dan perisai kura-kura itu
kelihatanya bukan penjaga-penjaga sembarangan. Dia harus menanti sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malam tiba, barulah ada harapan baginya
untuk dapat memasuki pesanggrahan itu tanpa diketahui orang. Asal saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tdak terlambat, pikirnya. Akan
tetapi, tiba-tiba dia melihat seorang perwira Arab yang berkumis rapi datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghampiri pesanggerahan itu. Empat
orang penjaga menghadangnya, mereka bercakap-cakap dan perwira itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibiarkan oleh para penjaga memasuki
pesanggrahan. Hemm, ini agaknya pembesar yang di "hadiahi" gadis itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikir Kwee Lun dengan marah sekali.
Kalau dia harus menanti lebih lama lagi , mungkin dia akan terlambat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kebetulan sekali terdapat seorang
penjaga meronda di dekat tempat dia bersembunyi, "Keparat busuk!"
Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru marah dan dia meloncat dari
tempat sembunyinya. Penjaga itu terkejut cepat menarik perisai kura-kura di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan dadanya dan mengangkat pedangnya,
siap untuk menyerang. "Haaaaiiiiittttt!!!" Tubuh Kwee Lun yang
meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke atas itu langsung menendang dengan
tumit kaki kanan di depan. "Bresss....!!" Perisai kura-kura itu
ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat menahan tendangan Kwee Lun, akan
tetapi pemegangnya terdorong dan terjengkang bergulingan. Mendengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berisik ini, berdatanganlah para penjaga
lain dan dalam waktu sebentar saja Kwee Lun terpaksa harus mencabut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang dan kipasnya, mengamuk dikepung
oleh belasan orang penjaga yang bersenjata pedang ular dan perisai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kukra-kura itu. Sementara itu, perwira
berkumis yang bukan lain adalah Perwira Ahmed tadi, setelah berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meyakinkan para penjaga bahwa dia
datang untuk memeriksa apakah dara itu masih berada di pesanggrahan, terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar ribut-ribut dan ketika dia
menengok, dia melihat seorang pemuda perkasa sedang dikepung para penjaga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Perwira yang cerdik ini menduga bahwa
tentu pemuda itu datang untuk menolong Swat Hong, maka dia bergegas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki rumah itu. Dua orang pelayan
wanita dibentaknya untuk minggir. "Aku harus menjaga dia, ada orang jahat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang! Didorongnya dau pintu kamar dan
cepat ditutupnya dari dalam. Melihat Swat Hong rebah terlentang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidur pulas di atas lantai, Ahmed cepat
berlutut dan mengeluarkan sebuah botol hijau dari sakunya. "Huh, benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahat! Mengorbankan siapa saja tanpa pilih
bulu!" gerutunya sambil membuka tutup botol hijau yang cepat dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempelkan di depan hidung Swat Hong.
Tak lama kemudian dara itu terbangun, mengeluh dan merintih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aduhh....pening kepalaku....."
"Sttt..... Nona Swat Hong...... sadarlah...... aku datang
menolongmu......"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ahmed mengguncang-guncang dara itu.
Swat Hong membuka matanya dan terkejut melihat Ahmed berlutut di dekatnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Lekas kaucium ini....."
Ahmed kembali mendekatkan botol di depan hidung Swat Hong. Gadis itu memang
sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai kesan baik terhadap diri
Ahmed, maka dia tidak membantah dan disedotnya botol itu. Tercium bau keras<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia tersedak lalu berbangkis.
Apa.... apa yang terjadi......?" Swat Hong bertanya, kepalanya masih agak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pening. "Lekas kau telan
ini...." Ahmed memberikan sebutir pil hitam. "Engkau telah terkena
racun Hashish yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dicampurkan di dalam anggur. Ini obat
penawarnya." Teringatlah Swat Hong dan tahulah dia mengapa dia tertidur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di lantai. Tanpa bertanya lagi dia lalu
menelan pel kecil itu dan benar saja, peningnya hilang dan pikirannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terang kembali. "Nona, aku
mendengar bahwa siang tadi kau dijamu oleh mereka. Tahulah aku bahwa kau tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diberi anggur bercampur hashish. Lekas
kau keluar, di luar sedang terjadi pertempuran. Seorang pemuda agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang hendak menolongmu, dia
bersenjata pedang dan kipas...." "Kwee Lun.....!" Swat Hong
berseru kaget,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar pedangnya di atas meja dan
hendak lari keluar. "Nanti dulu, Nona." Swat Hong berhenti. "kau
baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, Saudara Ahmed. Aku berterima
kasih kepadamu." "Bukan itu. kau....kau harus lukai aku dengan pedang
itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau tidak, aku akan dihukum mati
sebagai pengkhianat." Barulah sadar Swat Hong betapa perwira ini telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolongnya dengan taruhan nyawa
sendiri. "Kau adalah seorang yang amat baik, bagaimana mungkin aku tega
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melukaimu? Kau sahabatku..... dan
ternyata di segala bangasa, ada saja manusianya yang jahat dan baik, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada bedanya dengan bangsa lain. Aku
mengerti maksudmu, saudara Ahmed, nah, biar kurobohkan kau dengan
totokan!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong bergerak cepat sekali, dan
tahu-tahu dua jalan darah di tubuh Ahmed telah di totoknya dan perwira itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terguling roboh dan tak mampu bergerak
karena kaki tangannya menjadi lumpuh, tubuhnya lemas tak mampu bergerak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong cepat menyambar botol dan
sisa obat penawar, memasukannya di dalam sakunya, kemudian dia menendang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meja kursi sampai terpelanting ke kanan
kiri sehingga menimbulkan kesan seolah-olah di kamar itu telah terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertempuran, mencabut pedang dari
pinggang Ahmed dan melemparkan pedang di lantai, kemudian dia memegang tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ahmed dan berkata, suaranya terharu,
"Selamat tinggal!" Saudara Ahmed. Sekali lagi terima kasih dan kita
takkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu kembali." Hanya dengan
bibir dan pandang matanya saja Ahmed tersenyum penuh kagum, mulutnya hanya
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
berkata," Kau..... setangkai bunga di padang pasir........"
Swat Hong melompat dan berlari ke luar. Dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayan wanita yang lari mendatangi dia
tendang terguling dan menjerit-jerit, kemudian dia terus lari ke luar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Heran juga ketika dia melihat bahwa
dugaannya tadi benar ketika mendengar penuturan Ahmed tentang seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda bersenjata kipas dan pedang.
Kwee Lun telah datang dan mengamuk di luar pesanggrahan! Gerakan pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat bukan main karena memang selama
satu tahun dia berlatih dengan tekun. Akan tetapi ternyata para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyoknya juga merupakan pasukan
yang terlatih dan memiliki keistimewaan. Bukan hanya senjata mereka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aneh, yaitu pedang ular dan perisai
kura-kura, akan tetapi juga mereka itu membentuk barisan yang kokoh kuat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling membantu dan banyak menggunakan
perisai untuk berlindung, kemudian pedang ular itu meluncur dari depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perisai, persis gerakan seekor
kura-kura menyerang dan menyembunyikan kepala di dalam batoknya. Menghadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepungan yang ketat ini, Kwee Lun
merasa kewalahan juga. Akan tetapi dia mengamuk dengan penuh keberanian dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya dia dapat membobolkan kepungan
dengan jalan berloncatan ke sana-sini, kemudian mendadak dia meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melewati kepala pengepung yang berada
di belakangnya dan begitu berada di luar kepungan dia berhasil merobohkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang pengeroyok dengan pedang dan
kipasnya. Empat belas orang sisa pasukan itu sudah mengepung lagi, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi mendadak terdengar lengking
nyaring dan robohlah empat orang diserang oleh Swat Hong dari luar kepungan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nona Han....!"
"Kwee-toako, mari kita basmi mereka ini!" seru Swat Hong. Kwee Lun
girang bukan main, tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah disangkanya bahwa dara yang
hendak dijadikan korban itu adalah Han Swat Hong. Dia merasa kecelik juga,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena ternyata bahwa gadis yang akan
ditolongnya itu berbalik malah menolongnya! "Kita lari saja, Nona. tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu melawan tentara yang amat
banyak!" "Tidak aku harus bunuh dulu si keparat she Bouw....!"
Pada saat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara hiruk pikuk dan
berbondong-bondong datanglah pasukan besar dipimpin oleh Bouw-ciangkun sendiri!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat Bouw-ciangkun, Swat Hong
menjadi marah sekali. Dari mulutnya terdengar suara melengking nayring dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya melesat seperti terbang
cepatnya, pedangnya menyambar sebagai sinar kilat ke arah Bouw-ciangkun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panglima ini terkejut, menggerakan
pedang menangkis. Terdengar suara berdencing nyaring dan pedang di tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panglima itu patah disusul robohnya
tubuhnya yang berkelojotan karena ternyata lehernya hampir putus terbabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang di tangan Swat Hong! "Nona,
jangan...." Kwee Lun lari mendekat dan mereka sudah dikepung oleh ratusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang perajurit yang menjadi bengong
menyaksikan kematian komandan mereka secara yang sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disangka-sangka itu. Semua orang
menduga bahwa tentu nona yang tadinya melamar sebagai sukarelawati dan pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
yang menjadi sukarelawan ini tentulah mata-mata dari pihak pemberontak!
"Tangkap mata-mata!" "Bunuh mereka!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tahan semua senjata....!!"
Kwee Lun berteriak dan suaranya mengatasi semua keributan itu, semua orang
menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata dan memandang kepada pemuda itu
dengan marah. Mau bicara apa lagi mata-mata yang sudah membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> komandan mereka ini?
"Saudara-saudara sekalian! Kami berdua bukan mata-mata pemberontak, sama
sekali bukan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bahkan kami adalah musuh-musuh pemberontak.
Kami berdua adalah sungguh-sungguh hendak membantu gerakan Sri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Baginda Kaisar untuk menghalau
pemberontak dari kota raja. Akan tetapi celakanya, Nona Han Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beriktikad baik ini dicurangi oleh
Bouw-ciangkun. Sukarelawati yang gagah perkasa ini, yang akan dapat membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak sekali kepada Sri Baginda, oleh
Bouw-ciangkun hendak dikorbankan sebagai hadiah kepada panglima Arab,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk diperkosa! Tentu saja kami
melawan kejahatan ini!" "Tangkap......!" "Bunuh.....! Dia
telah membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw-ciangkun......!" "Jangan
percaya hasutan mulut mata-mata pemberontak!" Kini tempat itu penuh dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perajurit, tidak hanya ratusan, bahkan
ribuan banyaknya. Mereka sudah marah semua karena biarpun di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka ada yang dapat memaklumi
kebenaran ucapan Kwee Lun, namun kenyataan dibunuhnya Bouw-ciangkun tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggegerkan dan mengacaukan mereka.
Dengan senjata di tangan mereka sudah mengeroyok dua orang itu. "Menyesal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berhasil, Nona." "Tidak
apa, Toako. Mati di sampingmu membesarkan hati." "Benarkah?"
"Tentu saja, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau seorang yang baik sekali,
Kwee-toako." "Kalau begitu, marilah mati bersama!" Pemuda itu
dengan wajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseri sudah siap dengan sepasang
senjatanya, mereka saling membelakangi dan saling melindungi. Para perajurit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah berdesak-desakan hendak menyerbu.
Tiba-tiba terdengar suara yang halus dan tenang, namun penuh wibawa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Harap Cu-wi sekalian tidak
menggerakkan senjata.......!" Sungguh ajaib sekali. Biarpun ada di antara
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tidak mempedulikan kata-kata ini
dan hendak tetap menyerang, tiba-tiba saja merasa bahwa tangan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mampu bergerak! Terdengar
seruanseruan kaget dan heran, dan kini semua mata memandang kepada seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda yang dengan tenangnya berjalan
memasuki kepungan itu, dengan membuka jalan di antara para perajurit.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Juga Kwee Lun dan Swat Hong
mengeluarkan seruan tertahan. Mereka berdua pun merasa betapa tangan mereka
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat digerakkan! Otomatis mereka pun
menoleh dan melihat pula seorang pemuda yang memasuki kepungan itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sikap tenang sekali. Seorang pemuda
yang berpakaiannya sederhana, agak kurus, matanya memancarkan sinar yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> luar biasa, pemuda yang memandang
kepada Swat Hong dengan senyum di bibir. "Su.... Suhenggggg.....!"
Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong menjerit, pedangnya terlepas
dari pegangan dan sambil terisak dia lari menghampiri lalu menubruk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu yang bukan lain adalah Kwa
Sin Liong! "Suheng..... aihhh, Suheng...... Ibuku....."
"Tenanglah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi, tenanglah........" Suara
Sin Liong mengandung wibawa yang luar biasa sehingga Swat Hong yang dilanda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekagetan dan keharuan hebat karena
sama sekali tidak menyangka bahwa suhengnya masih hidup itu, dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menenangkan hatinya. "Suheng.....
betapa bahagia rasa hatiku! Suheng, jangan kautinggalkan aku lagi....."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tidak, Sumoi. Tidak lagi."
"Aku cinta padamu, Suheng! Aku cnta padamu!" Tanpa malu-malu Swat
Hong meneriakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara hatinya ini di tengah-tengah
kepungan ratusan, bahkan ribuan orang perajurit! Kwee Lun memandang semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan dua titik air mata membasahi
bulu matanya. Dia merasa terharu, juga girang sekali, girang melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebahagian Swat Hong dan sekaligus dia
teringat kepada Soan Cu. Dia pun sudah dapat bergerak, melangkah maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berkata, "Kwa-taihiap, syukur
bahwa engkau masih dalam keadaan selamat. Sungguh aku ikut merasa
girang...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong tersenyum kepadanya.
"Kwee-toako, engkau seorang sahabat yang baik. Simpanlah pedang dan
kipasmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak perlu melanjutkan pembunuhan yang
tidak ada gunanya ini." Kwee Lun menurut, akan tetapi matanya memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ragu dan sambil menyarungkan pedang dan
menyimpan kipasnya, dia bertanya, "Akan tetapi.... mereka itu....?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Terdengar teriakan-teriakan dari para
pengepung. "Tangkap mata-mata musuh!" "Bunuh pemberontak!"
"Tangkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembunuh Bouw-ciangkun!" Ribuan
orang perajurit sudah bergerak lagi. Swat Hong memegang lengan suhengnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee Lun juga mendekati Sin Liong.
Betapapun juga, gentar dia menghadapi ribuan orang yang berteriak itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apalagi dia tidak boleh melawan.
Ketenangan Sin Liong membuat dia mencari perlindungan dekat pemuda ini. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong memegang lengan sumoinya dan
terdengarlah suaranya penuh kesabaran dan ketenangan yang wajar, "Cu-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekalian tahu bahwa mereka berdua ini
bukan mata-mata, dan Cu-wi tahu apa yang telah terjadi. Maka harap Cu-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkenankan kami pergi, kemudian
sebaiknya melaporkan kepada Sri Baginda apa yang telah terjadi sehingga dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diambil tidakan tepat, demi
ketertiban." Suara ini demikian halus, akan tetapi mengatasi semua
teriakan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anehnya orang-orang itu tidak
berteriak-teriak lagi. "Kami hendak pergi sekarang!" Sin Liong
memegang lengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong dengan tangan kanannya,
memegang lengan Kwee Lun dengan tangan kiri, lalu menarik kedua orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari kepungan. Swat Hong dan
Kwee Lun melangkah dengan bengong, merasa seperti dalam mimpi saja karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika mereka melangkah pergi melalui
ribuan orang pasukan itu, tidak ada seorang pun di antara para perajurit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mencoba untuk menghalangi mereka,
bahkan ajaibnya, tidak ada seorang pun yang memandang mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah para perajurit itu tidak
melihat mereka! Dan memang begitulah. Para perajurit itu pun bengong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika secara tiba-tiba setelah pemuda
tampan halus itu berpamit, tiga orang itu tiba-tiba saja lenyap dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> situ tanpa meninggalkan bekas! Setelah
Sin Liong dan dua orang temannya pergi jauh, barulah gempar di tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan akhirnya Kaisar memperoleh
laporan tentang semua peristiwa yang terjadi. Panglima Hussin dikirim pulang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pimpinan pasukannya diserahkan
kepada Ahmed! Sementara itu, Sin Liong, Kwee Lun dan Swat Hong pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Secuan. Ketika mereka tiba
jauh dari daerah itu, mereka berhenti dan Swat Hong berkata, "Suheng,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa kita meninggalkan Secuan? Aku
ingin sekali menjadi sukarelawati, membantu Kaisar dan membasmi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontak yang telah mengakibatkan
kematian Ibu, kematian Soan Cu dan Ayahnya, bahkan kematian kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buyutku!" "Benar apa yang
dikatakan Nona Swat Hong, Kwa-taihiap. Perjuangan menanti tenaga kita. Marilah
kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertiga membantu kerajaan membasmi
pemberontak." Sin Liong menarik napas panjang, memegang tangan sumoinya
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diajak duduk di atas rumput. Swat Hong
duduk dekat suhengnya dan memandang wajah suhengnya dengan penuh kagum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kasih sayang. "Kwee-toako,
benarkah engkau tertarik dengan perang, dengan saling bunuh membunuh antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia, antara bangsa sendiri itu?
Betapa mengerikan, Toako. Menggunakan ilmu silat untuk membela yang lemah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menentang yang jahat masih dapat
dimengerti dan masih mending. Akan tetapi bunuh-membunuh hanya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membela sekelompok manusia lain saling
memperebutkan kemuliaan duniawi, sungguh patut disesalkan. Mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya ingin mempergunakan orang lain
demi mencapai cita-cita sendiri. "Aih, apa yang dikatakan Suheng memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tepat, Kwee-toako. Ingat saja
pengalamanku. Aku jauh-jauh datang untuk menjadi sukarelawati, membantu mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi belum apa-apa aku sudah
akan dikorbankan demi untuk menyenangkan hati panglima asing itu." Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong berkata kemudian dia menceritakan
pengalamannya kepada Sin Liong, semenjak mereka berpisah dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditolong oleh kakek buyutnya, sampai
dia berpisah dari Kwee Lun meninggalkan ibunya yang menghadapi maut. "Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berhasil mencari Swi Nio dan Toan
Ki yang kutitipi pusaka-pusaka Pulau Es. Maka aku berniat membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
Kaisar sekaligus mencari mereka yang kurasa melarikan diri membawa
pusaka-pusaka itu untuk mereka sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sungguh menggemaskan!"
"Jangan tergesa-gesa berperasangka buruk terhadap orang lain, Sumoi. Kelak
kita memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus mencari mereka dan meminta
kembali pusaka-pusaka itu untuk kita bawa kembali ke Pulau Es." Kwee Lun
juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menceritakan riwayatnya semenjak dia
berpisah dari Swat Hong. Kemudian mereka minta agar Sin Liong suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menceritakan riwayatnya.
"Bagaimana engkau yang menurut cerita Kakek buyut dilempar ke sumur ular
dan ditutup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan reruntuhan guha, dapat
menyelamatkan diri, Suheng?" dan selama ini engkau kemana saja?" Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum. "Aku memang nyaris
tewas di sumur itu, akan tetapi memang agaknya belum tiba saatnya aku mati,
maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu mustika hijau kepunyaanmu ini
telah menolongku, Sumoi." Sin Liong mengeluarkan mustika hijau itu. Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong menerima batu itu dan menciumnya.
"Terima kasih, kau telah menyelamatkan Suheng!" katanya girang. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong lalu menuturkan dengan singkat
keadaannya selama dua tahun di dalam sumur ular sampai dia berhasil keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika sumur itu dibongkar oleh Han Bu
Ong dan orang-orang kerdil. "Ahh, Ibunya yang mencelakanmu, anaknya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanpa sengaja menolongmu!" Swat
Hong berseru heran. "lalu bagaimana kau bisa datang ke Secuan dan
menyelamatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku dan Kwee-toako?"
"Mula-mula aku pergi ke kota raja dan mendengar betapa Ibumu, juga Soan Cu
telah tewas di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana, akan tetapi juga bahwa ibu tirimu
The Kwat Lin juga tewas pula. Karena aku menduga bahwa peristiwa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu membuat engkau dimusuhi oleh para
pemberontak, maka aku yakin bahwa kau tentu membantu Kaisar di Secuan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka aku segera menyusul ke sini dan
kebetulan sekali melihat engkau dan Kwee-toako dikeroyok para perajurit."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong tidak memberitahukan bahwa
sesungguhnya telah terjadi keajaiban pada dirinya sehingga seolah-olah dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu bahwa sumoinya berada di Secuan.
Seolah-olah apa yang terjadi bukan merupakan rahasia lagi baginya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba Kwee Lun bertanya nada
suaranya hati-hati dan penuh sungkan, "Kwa-taihiap, sejak dulu saya tahu
bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Taihiap memiliki kepandaian luar biasa.
Akan tetapi..... tadi di sana seruan taihiap membuat ribuan orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhenti bergerak, bahkan aku pun.....
tidak mampu bergerak. Kemudian....... ketika kita pergi, terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keajaiban, seolah-olah mereka itu sama
sekali tidak melihat kita pergi....." Sin Ling hanya tersenyum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat pundak tanpa menjawab.
"Benar! Apa yang telah kau lakukan tadi, Suheng?" Swat Hong juga
bertanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tidak apa-apa, Sumoi. Engkau pun
melihat sendiri. Kita pergi dari mereka, dan karena tidak ada permusuhan atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebencian di hatiku, tentu saja mereka
pun tidak melakukan apa-apa." Swat Hong memang sejak dahulu sudah tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan keanehan watak Suhengnya dan
kadang-kadang ucapan suhengnya tidak dimengerti sama sekali, maka jawaban<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sederhana ini cukup baginya. Tidak demikian
dengan Kwee Lun. Pemuda ini menduga bahwa Pemuda Pulau Es itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukanlah manusia biasa, maka cepat dia
berkata, "Kwa-taihaip, jika Taihiap berkenan, saya....... saya mohon<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> petunjuk......" Sin Liong menoleh,
memandang. Mereka bertemu pandang dan Sin Liong tersenyum lagi. "Kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaiknya pulang saja ke Pulau
Kura-kura, Kwee-toako. Dan mengingat engkau suka sekali akan ilmu silat dan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yakin bahwa engkau tidak akan
menggunakan ilmu itu untuk berbuat jahat, maka mungkin aku dapat menambahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedikit tingkat ilmumu itu. Harap kau
coba-coba mainkan pedang dan kipasmu itu sebaik mungkin." Bukan main<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girangnya hati Kwee Lun. Dia menjura
dengan hormat sambil mengucapkan terima kasih, kemudian dia mencabut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang dan kipasnya lalu bermain silat
di depan Sin Ling dan Swat Hong. Seperti kita ketahui, dari kitab kuno<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong memperoleh ilmu luar biasa,
yaitu mengenal semua inti ilmu silat dari gerakan pertama saja. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah Kwee Lun mainkan jurus-jurus
simpanan yang paling lihai dan menghentikan permainan silatnya, Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertepuk tangan memuji, sedangkan Sin
Liong berkata, "Ada kelemahan-kelemahan di dalam beberapa jurusmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toako." Pemuda luar biasa ini lalu
memberi petunjuk kepada Kwee Lun yang menjadi terheran-heran, kagum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girang sekali. Petunjuk-petunjuk itu
merupakan penyempurnaan dari semua ilmu silatnya.Dia menerima dan melatih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> petunjuk-petunjuk ini dan demikianlah,
sampai hampir sebulan lamanya, tiga orang ini melakukan perjalanan ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> timur dan disepanjang perjalanan, Kwee
Lun menerima petunjuk-petunjuk dari Sin Liong, bahkan Kwee Lun menerima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelajaran latihan untuk menghimpun
tenaga sinkang. Selama sebulan itu, Kwee Lun memperoleh keyakinan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda Pulau Es ini benar-benar bukan
seorang manusia biasa. Tidak tanduknya, bicaranya, pandang matanya, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa pemuda itu dapat mengerti ilmu
silatnya lebih sempurna daripada dia sendiri! Maka ketika tiba saatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpisah, dia tanpa ragu-ragu
menjatuhkan diri berlutut di depan Sin Liong! "Harap jangan berlebihan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee-toako," kata Sin Liong.
"Wah, Toako. Apa-apaan ini?" Swat Hong juga mencela.
"Kwa-taihiap, saya boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibilang adalah murid Taihiap. Dan
Han-lihiap, agaknya belum tentu selama hidupku akan dapat bertemu lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan Ji-wi (Kalian). Perkenankan
saya, Kwee Lun, menghaturkan terima kasih dan selama hidup saya tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melupakan Ji-wi!"
"Hushhhh..... sudahlah, Toako. Kita berpisah di sini. Engkau ke selatan
dan kami akan terus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke timur. Mari, Sumoi, kita lanjutkan
perjalanan," kata Sin Long dengan suara tenang dan biasa saja, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajak sumoinya pergi dari situ. Swat
Hong beberapa kali menengok dan melihat Kwee Lun masih berlutut dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata basah air mata! Dia pun terharu,
akan tetapi tidak lagi merasa sengsara seperti ketika dia berpisah dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee Lun hampir dua tahun yang lalu.
Kini Sin Liong, suhengnya, pria yang dicintainya, berada di sampingnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tidak ada lagi perkara apa pun di dunia
ini yang dapat menyusahkan hatinya lagi! Sudah terlalu lama kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Bu Swi Nio dan Lie Toan
Ki, dua orang muda yang dipercaya oleh Swat Hong untuk menyelamatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka Pulau Es. Benarkah dugaan
Swat Hong bahwa mereka itu bertindak curang, mengangkangi sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka yang secara kebetulan
terjatuh ketangan mereka itu? Sama sekali tidak demikian dan mari kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikuti perjalanan mereka semenjak
mereka meninggalkan kota raja. Malam hari itu, mereka berhasil lolos<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari kota raja dan semalam
suntuk terus melarikan diri ke barat. Pada keesokan harinya, dengan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lesu dan lelah, mereka sudah tiba jauh
dari kota raja dan selagi mereka hendak mengaso, tiba-tiba terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> derap kaki kuda dari belakang. Mereka
terkejut dan cepat menyelinap ke dalam semak-semak untuk bersembunyi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi, empat orang yang menunggu
kuda itu sudah melihat mereka dan begitu tiba di tempat itu, mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat turun, mencabut senjata dan
seorang di antara mereka berseru, "Dua orang pengkhianat rendah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarlah!" Dari tempat
persembunyian mereka, Swi Nio dan Toan Ki mengenal empat orang itu. Mereka
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekas-bekas teman mereka ketika masih
membantu An Lu Shan dahulu di masa "perjuangan". Karena mengenal
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tahu bahwa mereka itu adalah
orang-orang kang-ouw yang dahulu juga membantu pemberontakan karena sakit hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada kelaliman Kaisar, Swi Nio dan
Toan Ki meloncat keluar. Liem Toan Ki tersenyum memandang kepada kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusia lima puluh tahun yang memimpin
rombongan empat orang itu. Kakek ini bernama Thio Sek Bi, murid dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang tokoh kang-ouw kenamaan, yaitu
Thian-tok Bhong Sek Bin! Adapun tiga orang yang lain adalah orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw yang agaknya tunduk kepada
Thio Sek Bi ini, namun menurut pengetahuan Toan Ki, kepandaian mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidaklah perlu dikhawatirkan. Hanya
orang she Thio ini lihai. "Thio-twako, kita sama mengerti bahwa perjuangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita hanya untuk menghalau Kaisar
lalim. Urusan kami di istana The Kwat Lin sama sekali tidak ada hubungannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan urusan perjuangan. Harap Toako tidak
mencampuri urusan pribadi dan suka mengalah, membiarkan kami pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan aman." "ha-ha-ha-ha!
Liem Toan Ki, enak saja kau bicara! Setelah berhasil memperoleh pusaka-pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keramat, mau lolos begitu saja dan
melupakan teman! Kami berempat tentu akan menerima uluran tanganmu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersahabat kalau saja persahabatan itu
kau buktikan dengan membagikan sebagian pusaka itu. Demikian banyaknya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buat apa bagi kalian? Membagi sedikit
kepada kawan, sudah sepatutnya, ha-ha!" Thio Sek Bi berkata sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menudingkan senjata toya ditangannya ke
arah punggung Toan Ki, di mana terdapat buntalan pusaka yang dititipkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya oleh Swat Hong. "Ya,
sebaiknnya bagi rata, bagi rata antara teman sendiri, Saudara Liem Toan Ki dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona Bu Swi Nio!" kata orang ke
dua sedangkan teman-temannya juga mengangguk setuju. Toan Ki terkejut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mengertilah dia bahwa tentu empat ini
malam tadi ikut mengepung dan mereka mendengar penitipan pusaka itu oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong , maka mereka lalu diam-diam
mengejar sampai di hutan ini. "Hem, saudara-saudara. Kalau kalian tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa ini adalah pusaka tentu kalian
tahu pula bahwa ini bukanlah milikku, dan aku hanya dititipi saja dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berhak membagi-bagikan kepada
siapapun juga." Ha-ha-ha! Lagaknya! Siapa mau percaya omonganmu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pusaka-pusaka dari Pulau Es yang hanya
dikenal di dunia kang-ouw sebagai dalam dongeng telah berada di tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian dan kalian benar-benar tidak
menghendakinya? Bohong!" kata Thio Sek Bi sambil tertawa mengejek. Bohong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atau tidak, apa yang dikatakan oleh
Ki-koko adalah tepat! kami tidak kan membagi pusaka kepada kalian atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapapun juga. Habis kalian mau apa?"
Bu Swi Nio membentak sambil mencabut pedangnya. "Ha-ha, wah lagaknya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau begitu, pusaka itu akan kami
rampas dan kalian berdua, mati atau hidup, akan kami seret kembali ke kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja!" kata Thio Sek Bi sambil
memutar toyanya, diikuti oleh tiga orang kawannya. Swi Nio dan Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan senjata dan melawan dengan
mati-matian. Ilmu toya yang dimainkan oleh Thio Sek Bi amat hebat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aneh karena dia adalah murid dari
Thian-tok. Thian-tok (Racun langit) terkenal sebagai seorang ahli racun dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai pemuja tokoh dongeng
Kauw-cee-thian Si Raja Monyet, maka yang paling hebat di antara ilmu silatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah ilmu silat toya panjang yang
disebut Kim-kauw-pang seperti senjata tokoh dongeng Kau-cee-thian sendiri!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Muridnya ini, biarpun senjatanya toya,
namun dimainkan dengan gerakan yang amat aneh dan sebentar saja Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah terdesak olehnya. Namun, Liem
Toan Ki adalah seorang murid Hoa-san-pai yang memiliki dasar ilmu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersih dan kuat. Selain itu, dia sudah
mempunyai banyak pengalaman, bahkan tidak ada yang tahu bahwa dia adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid Hoa-san-pai karena selain dia
tidak pernah mengaku karena takut membawa-bawa nama Hoasan- pai dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontakan, juga ilmu silatnya sudah
dia campur dengan ilmu silat lain sehingga tidak kentara benar. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan pedang yang indah dan cepat,
dia dapat menjaga diri dari desakan toya di tangan Thio Sek Bi. Di lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pihak, Swi Nio yang menghadapi pengeroyokan
tiga orang itu, tidak mengalami banyak kesulitan. Wanita muda ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah digembleng oleh The Kwat Lin,
sedikit banyaknya telah mewarisi ilmu yang dahsyat dari wanita itu, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini dikeroyok oleh tiga orang lawan
yang tingkatnya dibawah dia, tentu saja dia dengan mudah dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempermainkan mereka. Terdengar Swi Nio
mengeluarkan suara melengking berturut-turut seperti yang biasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikeluarkan oleh The Kwat Lin, dan tiga
orang lawannya roboh berturut-turut dan terluka parah, tidak mampu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melawan lagi. Sambil melengking keras,
Swi Nio meloncat dan membantu kekasihnya yang terdesak oleh toya Thio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sek Bi. "Cring!
Tranggggg......!" Swi Nio terhuyung, akan tetapi Thio Sek Bi merasa betapa
telapak tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
panas. Liem Toan Ki tidak menyia-nyiakan kesempatan itu, menubruk maju
dan memutar pedangnya kemudian dibantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh kekasihnya dia terus mendesak
sehingga permainan toya dari murid Thian-tok itu menjadi kacau. Akhirnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiga puluh jurus kemudian, robohlah
Thio Sek Bi, lengan kanannya terbacok dan terluka parah, juga pundak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kirinya terobek ujung pedang Swi Nio.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JILID 24<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Lekas.....! Kita pakai kuda mereka!"
Liem Toan Ki berkata kepada kekasihnya. Swi Nio menyambar kendali dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ekor kuda terbaik, sedangkan Toan Ki
lalu mencambuk dua ekor kuda yang lain sehingga binatang-binatang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kabur ketakutan. Kemudian mereka
meloncat ke atas punggung kuda rampasan itu dan membalapkan kuda meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu. "Mestinya mereka itu
dibunuh, akan tetapi aku tidak tega melakukannya," kata Toan Ki.
"Benar, belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu mereka itu jahat."
"Moi-moi, berhenti dulu," tiba-tiba Toan Ki berkata. Swi Nio menahan
kudanya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat kekasihnya seperti orang
bingung. "Ada apakah?" "Tidak baik kalau kita menuruti
permintaan Nona Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong pergi ke Awan Merah." Bu
Swi Nio mengerutkan alisnya dan memandang kepada kekasihnya dengan penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selidik. Selama ini, dia selain
mencinta, juga kagum dan percaya penuh kepada kekasihnya yang dianggapnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pria yang gagah perkasa dan
patut dibanggakan. Akan tetapi sekarang dia memandang penuh curiga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan-jangan kekasihnya juga ketularan
penyakit seperti empat orang tadi, menginginkan pusaka Pulau Es!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biarpun dia sendiri belum pernah
membuka-buka pusaka-pusaka itu, namun dia maklum bahwa pusaka-pusaka Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berada di tangan gurunya adalah
pusaka yang tak ternilai harganya, benda keramat yang tentu mengandung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu-ilmu mujijat! "Kok, apa.....
apa maksudmu?" Mendengar nada suara kekasihnya, Toan Ki mengangkat muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang. Mereka bertemu pandang dan
Toan Ki tersenyum, memegang tangan kekasihnya dan mencium tangan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ihhhh! kau berdosa padaku,
memandang penuh curiga seperti itu!" katanya tertawa. "Tidak,
Moi-moi, tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikiran yang bukan-bukan di dalam
hatiku. Aku hanya teringat akan bahaya besar kalau kita ke Awan Merah. Thio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sek Bi tadi adalah murid Thian-kok,
sedangkan Thian-kok adalah suheng dari Puncak Awan Merah di tai-hang-san!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau murid dari Sang Suheng seperti
Thio Sek Bi tadi, apakah kita dapat mengharapkan sute akan lebih baik?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jangan-jangan kita seperti ular-ular
menghampiri penggebuk!" "Sialan! Kausamakan aku dengan ular? Koko,
kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu, bagaimana baiknya
sekarang?" Swi Nio menghentikan kelakarnya karena menjadi khawatir juga.
"Swi-moi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
tugas yang kita pikul bukanlah ringan. Apalagi karena agaknya sudah
banyak yang tahu bahwa kita berdualah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memegang pusaka-pusaka Pulau Es, maka
kurasa langkah-langkah kita tentu akan dibayangi orang-orang kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang ingin merampas Pusaka Pulau Es. Ke
mana pun kita pergi, kita tentu akan dicari oleh mereka." Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi pucat. Baru dia sadar betapa
berat dan berbahaya tugas mereka. "Aihh, kalau begitu bagaimana baiknya?'<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tidak ada jalan lain kecuali berlindung
ke Hoa-san. Aku akan minta bantuan Hoa-san-pai agar suka menerima kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersembunyi di sana dan menyembunyikan
pusaka di sana. Hanya Hoa-sa n-pai saja yang dapat kupercaya dan kiranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak sembarangan orang berani main
gila di Hoa-san-pai." "Engkau benar, Koko dan aku setuju sekali. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi, bagaimana nanti kalau yang
mempunyai pusaka ini menyusul kita ke Puncak Awan Merah dan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendapatkan kita di sana?"
"Lebih baik begitu daripada mendapatkan kita di sana tanpa pusaka lagi,
atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar bahwa kita tewas dan pusaka
dirampas orang! Sebagai orang-orang yang sakti, tentu mereka akan dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari kita atau menduga bahwa aku
berlindung ke Hoa-san-pai. Mari kita berangkat, Moi-moi, hatiku tidak enak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelum kita tiba di Hoa-san."
Demikianlah, dua orang itu lalu bergegas melanjutkan perjalanan ke Hoa-san.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah tanpa halangan mereka tiba di
bukit itu, Toan Ki mengajak kekasihnya langsung menghadap ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai yang terhitung twa-supeknya
(uwak guru pertama) sendiri yang tidak pernah dijumpainya. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu dengan Kong Thian Cu, ketua
Hoa-san-pai pada waktu itu, seorang kakek tinggi kurus yang bersikap lemah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lembut dan rambutnya sudah putih semua,
serta merta kedua orang muda itu menjatuhkan diri berlutut. "Teecu Liem<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toan Ki menghaturkan hormat kepada
Twa-supek," kata Toan Ki. "Teecu Bu Swi Nio menghaturkan hormat
kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Locianpwe," kata Swi Nio penuh
hormat. Kakek itu mengangguk-angguk. "Duduklah dan bagaimana engkau dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyebut pinto sebagai Twasupek, orang
muda?" "Teecu adalah murid dari Suhu Tan Kiat yang membuka perguruan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silat di Kun-min dan menurut Suhu,
katanya beliau adalah sute dari Twa-supek yang menjadi ketua di Hoa-san-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguhpun Suhu berpesan agar teecu
tidak menyebut-nyebut nama Hoa-san-pai kepada siapapun juga." Kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan terkejut, lalu menarik napas
panjang, mengelus jenggotnya dan kembali mengangguk-angguk. "Tan-sute<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang murid Suhu, akan tetapi sayang,
pernah dia membuat mendiang Suhu marah dan mengusirnya. Padahal bakatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik sekalli. Kiranya dia membuka
perguruan silat? Dan dia pesan agar muridnya tidak membawa nama Hoa-san-pai?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagus, ternyata dia jantan juga. Di
manakah dia sekarang dan bagaimana keadaannya?" "Suhu telah tewas
dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan penasaran, difitnah pembesar
sebagai pemberontak dan dijatuhi hukuman mati." "Ahhh....!"
"Karena itulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka teecu sebagai muridnya yang juga
menderita karena orang tua teecu juga menjadi korban keganasan pembesar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemerintah, lalu ikut berjuang bersama
An Lu Shan, kemudian setelah berhasil tecu mengundurkan diri karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu tidak menghendaki kedudukan
apa-apa. Apalagi melihat betapa Angoanswe menerima bantuan orang-orang dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaum sesat, maka teecu mengundurkan
diri." "Bagus, baik sekali engkau mengambil keputusan itu, karena
biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau tidak menyebut nama Hoasan- pai,
namun pinto akan ikut merasa menyesal kalau ada orang yang mewarisi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandain Hoa-san-pai mempergunakan
kepandaian itu untuk urusan pemberontak. Sekarang engkau bersama Nona ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang menghadap pinto ada keperluan
apakah?" "Teecu datang untuk mohon pertolongan Twa-supek. Nona ini
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tunangan teecu, dia puteri dari
mendiang Lu-san Lojin." "Siancai....! Lu-san Lojin sudah meninggal?
Pinto<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah bertemu satu kali dengan ayahmu,
Nona. Seorang yang gagah perkasa!" Kemudian kakek ini menoleh kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liem Toan Ki dan bertanya,
"Pertolongan apakah yang kalian harapkan dari pinto?" Dengan terus
terang tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyembunyikan sesuatu Liem Toan Ki
lalu menceritakan tentang penyerbuannya bersama para penghuni Pulau Es,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa kemudian puteri Pulau Es telah
menitipkan Pusaka Pulau Es kepada mereka berdua, kemudian betapa mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihadang orang jahat yang hendak
merampas pusaka dan mereka mengambil keputusan untuk bersembunyi di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai. Kakek itu menjadi bengong
mendengar penuturan panjang lebar itu, beberapa kali memandang ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buntalan di punggung Toan Ki dan
memandang wajah mereka berdua seperti orang yang kurang percaya.
"Siancai....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau tidak melihat wajah kalian berdua
yang agaknya bukan orang gila dan bukan pembohong, pinto sukar untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percaya bahwa kalian telah bertemu
bahkan bertanding bahu-membahu dengan orang-orang Pulau Es! Pinto kira bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nama Pulau Es hanay terdapat dalam
dongeng belaka." "Karena teecu yakin bahwa tentu orang-orang di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw akan saling berebut untuk
merampas pusaka-pusaka ini, maka teecu berdua mengambil keputusan untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlindung di Hoa-san-pai sampai yang
berhak atas pusaka-pusaka itu datang mengambilnya." Sampai lama kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termenung dan menundukan kepalanya,
dipandang dengan hati gelisah dan tegang oleh Toan Ki dan Swi Nio. Akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek itu mengangkat mukanya memandang
dan berkata, suaranya bersungguh-sungguh. "Selamanya Hoa-san-pai menjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nama dan kehormatan sebagai partai
orang-orang gagah. Entah berapa banyak anak murid Hoa-san-pai tewas dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempertahankan kebenaran dan keadilan,
bahkan ada pula yang tewas tanpa pinto ketahui apa sebabnya dan di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewasnya seperti Keesan Ngo-han, lima
orang murid pinto yang dahulu bertugas melindungi Sin-tong....."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aihhhh....!!" Tiba-tiba Swi
Nio mengeluarkan teriakan tertahan dan ketika kakek itu memandang kepadanya,
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat berkata, "Mendiang Subo
adalah bekas ratu Pulau Es yang menyeleweng dan bersekutu dengan Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liok Si memberontak kepada pemerintah.
Pernah teecu mendengar penuturan Subi ketika menceritakan kelihaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li bahwa Kee-san Ngo-hohan
terbunuh oleh Kiam-mo Cai-li itu." Ketua Hoa-san-pai itu kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut dan sinar matanya menjadi
keras, "Hemm, kiranya iblis betina itu yang membunuh murid-murid
pinto....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Akan tetapi iblis itu telah tewas
di tangan Nona Han Swat Hong puteri Pulau Es yang menitipkan pusaka kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu berdua, Twa-supek," Toan Ki
berkata. Kakek itu mengangguk-angguk dan mendengarkan penuturan mereka berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentang penyerbuan hebat di kota raja,
di dalam istana dari The Kwat Lin, bekas Ratu Pulau Es yang minggat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melarikan Pusaka-pusaka Pulau Es itu.
"Kalau begitu, sudah sepatutnya kalau Hoa-san-pai membantu para penghuni<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es. Kalian boleh tinggal di sini
dan biarlah Hoa-san-pai yang melindungi kalian dan pusaka-pusaka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai yang berhak datang
mengambilnya." "Sebelumnya teecu berdua menghaturkan banyak terima
kasih atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebijaksanan dan kemuliaan hati
Twasupek. dan teecu ingin mengajukan permohonan ke dua......" Kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum. "Permohonanmu yang
paling hebat, menegangkan dan berbahaya telah pinto terima dan urusan pusaka
ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya kita bertiga saja yang
mengetahuinya, tidak boleh kalian bocorkan keluar agar tidak menimbulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keributan. Sekarang, ada permohonan apa
lagi yang hendak kaukemukakan?" "Teecu...... mohon .....karena teecu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdua sudah tidak mempunyai keluarga
lagi, dan teecu berdua sudah cukup lama bertunangan, maka.... teecu mohon<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkah dan doa restu Twa-supek untuk
menikah di sini." Toan Ki yang hidupnya sudah penuh dengan segala macam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengalaman hebat itu, tidak urung
tergagap ketika mengucapkan permintaan ini, sedangkan Bu Swi Nio menundukkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mukanya yang menjadi mereh sekali. Kong
Thian-cu tertawa bergelak, lalu berkata, "Pernikahan adalah peristiwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat menggembirakan. Tentu saja pinto
suka sekali memenuhi permintaan ini. Liem Toan Ki, engkau adalah murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai pula, tentu saja engkau
berhak untuk menikah di sini, disaksikan oleh semua murid Hoa-san-pai yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di sini." Demikianlah,
Pusaka-pusaka Pulau Es yang di rahasiakan itu disimpan oleh Kong Thian-cu
sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dalam kamar pusaka yang tersembunyi,
tidak ada anggauta Hoa-san-pai lain yang mengetahuinya dan sebulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian diadakanlah perayaan sederhana
namun khidmat untuk melangsungkan upacara pernikahan antara Liem Toan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ki dan Bu Swi Nio. Pada malam pertama
pernikahan itu Bu Swi Nio menangis di atas dada suaminya, menangis dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh keharuan, kedukaan yang bercampur
dengan kegembiraan mengenangkan semua pengalamannya, kematian ayahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kakaknya, malapetaka yang menimpa
dirinya ketika dalam keadaan mabok dan tidak ingin diri dia diperkosa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Pangeran Tan Sin Ong. Dia memeluk
suaminya dan berterima kasih sekali karena dia dapat membayangkan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau tidak ada pria yang kini menjadi
suaminya dengan syah dan terhormat ini tentu dia sudah membunuh diri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andai kata dalam keadaan hiduppun ia
akan mendrita aib dan terhina. Sampai dua tahun suami isteri yang saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencinta dan berbahagia ini hidup di
Hoa-san-pai, menjadi anggota-anggota dan anak murid Hoa-san-pai yang tekun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlatih dan rajin bekerja. Akan tetapi
mereka gelisah sekalli karena sampai selama ini, Han Swat Hong atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain tokoh Pulau Es tidak ada yang
muncul bahkan gadis luar biasa dari Pulau Neraka, Ouw Soan Cu, juga tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul. Tentu saja hati mereka akan
menjadi lebih lega dan bebas dari kekhawatiran kalau saja pusaka-pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es itu sudah diambil oleh yang
berhak dan tidak menjadi tanggung jawab mereka.. Lebih hebat lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegelisahan hati mereka ketika pada
suatu hari Ketua Hoa-san-pai, Kong Thian-cu yang sudah tua itu, meninggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dunia karena sakit. Sebelum meninggal
dunia, Kong Thian-cu memberitahukan di mana dia menyembunyikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka itu yang tidak diketahui
orang lain. Setelah Kong Thian-cu meninggal dunia, kedudukan Ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai digantikan oleh seorang
tokoh Hoa-san-pai lain, terhitung sute dari Kong Thian-cu yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi seorang tosu yang saleh,
berjuluk Pek Sim Tojin. Ketua yang baru ini pun tidak tahu akan rahasia Pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es, sehingga kini rahasia pusaka
itu seluruhnya menjadi tangung jawab Liem Toan Ki dan isterinya. Biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama dua tahun itu tidak terjadi
sesuatu, namun hati suami isteri ini selalu merasa tidak tenteram. Bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berdua seringkali merundingkan
bagaimana baiknya. Hendak meninggalkan Hoa-san-pai dan mencari Swat Hong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka tidak berani meninggalkan
Hoa-san-pai di mana pusaka itu disimpan, juga mereka tidak tahu ke mana harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari Han Swat Hong. Tinggal diam
saja di Hoa-san mereka merasa makin lama makin gelisah. Selama itu, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada satu kali pun mereka berani
memeriksa pusaka yang disimpan di tempat yang amat rapat di kamar pusaka oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendiang Kong Thian-cu. Akhirnya mereka
terpaksa menahan diri, dan saling berjanji bahwa kalau setahun lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemilik pusaka yang sah tidak muncul,
mereka akan menghadap Pek Sim Tojin, menceritakan dengan terus terang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerahkan pusaka itu untuk dipelajari
bersama sehingga dengan demikian pusaka itu ada manfaatnya demi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemajuan dan kebaikan Hoa-san-pai
sendiri. "Suheng, kita berhenti istirahat dulu di sini!" Swat Hong
berkata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong menoleh kepada dara itu,
tersenyum dan berkata, "Engkau lelah, Sumoi?" Swat Hong mengangguk
dan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong menghentikan langkahnya, lalu
keduanya duduk dibawah sebatang pohon besar di lereng bukit itu. Tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhentian mereka itu ditepi jalan yang
merupakan lorong setapak, di sebelah kiri terdapat dinding bukit, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelah kanan jurang yang amat curam.
Pemandangan di seberang jurang amatlah indahnya, tamasya alam yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tergelar di bawah kaki mereka, sehelai
permadani hidup yang permai dengan segala macam warna berselang-seling,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan kacau namun menyedapkan
pandangan karena di dalam kekacauan itu terdapat keselarasan yang wajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sawah ladang bekas hasil tangan manusia
berpetak-petak, digaris oleh sebatang sungai yang berbelok-belok,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan rumpun di sana-sini diseling
pohon-pohon besar yang masih bertahan di antara perobahan yang dilakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh tangan-tangan manusia. Sebatang
pohon yang daun-daunnyatelah menguning dan banyak yang rontok, kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyendiri dan menonjol di antara
segala tumbuh-tumbuhan menghijau , dan seolah-olah segala keindahan berpusak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada pohon menguning hampir mati itu.
Matahari yang berada di atas kepala tidak menimbulkan bayangan-bayangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga hari tampak cerah sekali.
Sinar matahari dengan langsung dan bebas menyinari bumi dan segala yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di atasnya, terang menderang
tidak ada gangguan awan. Di dalam keheningan itu, Swat Hong dapat melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini semua. Ketika tanpa disengaja
tangannya yang digerakkan untuk menyeka keringat bertemu dengan lengan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong, barulah dia sadar akan dirinya
dan sekelilingnya. Dan dia terheran. Semenjak dia bertemu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya dan melakukan perjalanan ini,
seringkali dia tenggelam ke dalam keindahan yang amat luar bias, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sukar dia ceritakan dengan kata-kata.
Dia merasa tenteram, tenang dan penuh damai sungguhpun suhengnya jarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan kata-kata. Dia seperti
merasa betapa diri pribadi suhengnya bersinar cahaya yang hangat dan aneh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terasa ada getaran yang ajaib keluar
dari pribadi suhengnya yang mempengaruhinya dan mendatangkan suatu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaan yang menakjubkan, yang
mengusir segala kekesalan, segala kerisauan, dan segala kedukaan. Sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa kali dia ingin mengutarakan
ini kepada suhengnya, namun setiap kali dia hendak bicara, mulutnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti dibungkamnya sendiri oleh
keseganan yang timbul dari perasaan halus dan lembut terhadap suhengnya itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesuatu yang belum pernah dirasakannya
semula. Dia mencinta suhengnya, ini sudah jelas. Namun sekarang timbul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaan lain yang lebih agung daripada
sekedar cinta biasa, perasaan yang membuat dia penuh damai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suheng......." Dia
memberanikan hatinya berkata. "Ya......?" Sin Liong mengangkat muka
memandangnya sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum. Senyumnya begitu lembut
penuh kasih, pandang matanya begitu bersinar penuh pengertian sehingga Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong merasa betapa seolah-olah sebelum
dia bicara, suhengnya itu telah tahu apa yang terkandung di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya! Inilah yang biasanya membuat
membungkam dan tidak dapat melanjutkan kata-katanya. Kini dia mengeraskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati dan berkata dengan suara lirih,
"Suheng, kita akan ke manakah?" "Ke Hoa-san, sudah kuberitahukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu," jawabnya sederhana.
"Bagaimana kau bisa tahu bahwa mereka berada di Hoa-san?" Sin Liong
tersenyum,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senyum cerah, secerah sinar matahari di
saat itu, senyum yang bebas dan wajar tidak menyembunyikan sesuatu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak membawa arti sesuatu.
"Sumoi, pusaka itu kau berikan kepada Liem Toan Ki dan tunangannya, dan
karena Liem<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toan Ki adalah murid Hoa-san-pai, maka
tentu saja mereka berada di Hoa-san." Swat Hong mengangguk-angguk,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang dia tahu bahwa Toan Ki adalah
murid Hoa-san, akan tetapi dia lupa bahwa dia tidak pernah menceritakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hal ini kepada suhenngya!
"Bagaimana kalau mereka tidak berada si sana, Suheng?" Kembali senyum
itu. Senyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang yang begitu pasti akan segala
sesuatu, senyum penuh pengertian, seperti senyum seorang tua yang melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenakalan anak-anak dan maklum pengapa
anak itu nakal! "Sumoi, apakah gunanya memikirkan hal-hal yang belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi? Membayangkan hal-hal yang
belum terjadi adalah permainan buruk dari pikiran, karena hal itu hanya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghasilkan kecemasan dan kekhawatiran
belaka. Apa yang akan terjadi kelak kita hadapi sebagaimana mestinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau sudah terjadi di depan
kita." Swat Hong tertarik sekali. "Apakah rasa cemas itu timbul dari
pikiran yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayangkan masa depan, Suheng?"
"Agaknya jelas demikian, bukan? Yang takut akan sakit tentulah dia yang
belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkena penyakit itu, kalau sudah
sakit, dia tidak takut lagi kepada sakit, melainkan takut kepada kematian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang belum tiba. Perlukah hidup dicekam
rasa takut dan rasa kekhawatiran? Pikiran yang bertanggung jawab atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> timbulnya rasa takut. Pikiran
mengingat-ingat kesenangan di masa lalu, dan mengharapkan terulangnya
kesenangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu di masa depan, maka timbullah
kekhawatiran kalau-kalau kesenangan itu tidak akan terulang. Pikiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenang penderitaan masa lalu dan
ingin menjauhinya, ingin agar di masa depan hal itu tidak terulang kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka timbulah kekhawatiran kalau-kalau
dia tertimpa penderitaan itu lagi!" "Habis bagaimana, Suheng?"
"Hiduplah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat ini, curahkan seluruh perhatian,
seluruh hati dan pikiran, untuk menghadapi saat ini, apa yang terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu di saat ini, bukan apa yang
boleh terjadi di masa depan, bukan pula mengenang apa yang telah terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di masa lalu." "Kalau begitu
kita menjadi tidak acuh dan bersikap masa bodoh....." "Justru
biasanya kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersikap masa bodoh dan tidak acuh,
tidak menaruh perhatian yang mendalam terhadap saat ini, karena seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhatian kita sudah dihabiskan untuk
mengingat-ingat masa lalu dan untuk membayang-bayangkan masa depan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seluruh pengharapannya, seluruh
cita-citanya, seluruh nafsu keinginannya, seluruh kesenangan dan kekecewaannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Justeru kalau bebas dari masa lalu
tidak lagi ada bayangan masa depan dan kita hidup saat demi saat penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhatian, dan ini barulah di namakan
hidup sepenuhnya, hidup sempurna dan lengkap karena kita menghayati hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan penuh kewajaran, tidak terbuai
dalam aalam kenangan dan harapan yang muluk-muluk namun sesungguhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kosong belaka." Sampai lama hening
di situ. Pengertian yang mendalam meresap di hati sanubari Swat Hong dan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam keheningan itu tercakup seluruh
alam mayapada. "Suheng, telah dua tahun pusaka itu berada di tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka. Aku telah mencari ke mana-mana,
hanya ke Hoa-san-pai yang belum. Kurasa mereka itu tidak jujur, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya tentu mereka telah
menyembunyikan pusaka itu. Kalau tidak demikian mengapa mereka tidak pergi
menanti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku di Puncak Awan Merah seperti yang
kupesankan? Memang hati manusia tidak atau jarang sekali ada yang jujur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sekali saja melihat sesuatu yang dapat
menguntungkan diri pribadi, maka terlupalah semua pelajaran tentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegagahan dan kebaikan. Aku ingin mencari dan
menghajar mereka itu!" "Sumoi, prasangka adalah satu di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> racun-racun yang merusak kehidupan
kita. Prasangka di lahirkan oleh pikiran yang mengada-ada, yang membayangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesuatu yang direka-reka, yang timbul
karena kekhawatiran. Prasangka adalah suatu kebodohan yang menyiksa diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri. Kalau kita sudah bertemu
dengan mereka dan sudah melihat keadaan yang sesungguhnya, apakah kegunaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> prasangka? Prasangka dan sebagainnya
lenyap setelah kita membuka mata melihat kenyataan apa adanya, dan sebelum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, berprasangka berarti membiarkan
pikiran mempermainkan diri. Apakah kegunaannya bagi kehidupan kita?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kembali hening. Swat Hong tak mampu
menjawab karena dia dihadapkan dengan keadaan yang nyata. Memang, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memikirkan hal-hal yang belum terjadi,
maka timbullah kekhawatiran, dan dari kekhawatiran ini timbulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> prasangka yang bukan-bukan. Yang salah
dalam semua itu adalah pikiran! Setelah tubuh mereka beristirahat dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cukup, keduanya lalu melanjutkan
perjalanan menuju ke Hoasan. Makin lama Swat Hong makin mendapat kesan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya benar-benar telah berubah,
jahu bedanya dengan dahulu. Pada suatu hari, ketika mereka tiba di kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pegunungan Hoa-san dan beristirahat,
Swat Hong tidak dapat menahan rasa keinginan tahunya dan dia berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suheng, setelah dua tahun
berpisah denganmu dan berjumpa kembali, aku memperoleh kenyataan bahwa engkau
telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berubah sekali!" "Begitukah,
Sumoi?" "Aku tidak tahu apanya yang berubah, memang kelihatannya
engkau masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa sepeti dulu, Suhengku yang sabar,
tenang dan bijaksana. Akan tetapi entahlah, engkau berubah benar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguhpun aku sendiri tidak dapat
mengatakan apanya yang berubah." Sin Liong tersenyum dan sinar matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseri. "Memang setiap manusia
seyogianya mengalami perubahan, Sumoi. Kita masing-masing haruslah berubah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak terikat dengan masa lalu, dengan
segala macam kebiasaan masa lalu, setiap hari, setiap detik kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> haruslah baru! Kalau demikian, barulah
hidup ada artinya!" Swat Hong hendak berkata lagi, akan tetapi tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong memegang tangannya dan
mengajaknya bangkit berdiri lalu berlahan-lahan melanjukan perjalanan mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendaki bukit pertama. Ketika Swat Hong
hendak menanyakan sikap yang tiba-tiba ini dari suhengnya, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar suara orang dan tampaklah
olehnya banyak orang berbondong-bondong naik ke pegunungan Hoa-san,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datangnya dari berbagai penjuru. Mereka
itu terdiri dari bermacam orang, dengan pakaian yang bermacam-macam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula, namun jelas bahwa rata-rata
memiliki gerakan yang ringan dan tangkas dan mudah bagi Swat Hong untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengetahui bahwa mereka adalah
orang-orang kang-ouw! Melihat kenyataan bahwa tidak ada di antara mereka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperhatikan Sin Liong dan Swat Hong,
hanya memandang sepintas lalu saja seperti mereka itu saling memandang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahulah Swat Hong bahwa mereka itu
bukan merupakan satu rombongan, melainkan terdiri dari banyak rombngan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga tentu saja mereka mengira
bahwa dia dan suhengnya adalah anggauta rombongan lain. Hati Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diliputi penuh pertanyaan. Siapakah
mereka dan apa kehendak mereka itu? Apakah di Puncak Hoa-san terdapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perayaan dan mereka ini adalah para
tamu yang berkujung ke Hoa-san-pai"Akan tetapi melihat sikap suhengnya
diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tenang saja, Swat Hong merasa malu
untuk bertanya dan teringatlah dia akan kata-kata suhengnya tentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permainan pikiran yang membayangkan
masa depan yang menimbulkan kekhawatiran belaka. Mau tidak mau dia harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membenarkan karena kini dia merasakan
sendiri. Biarlah dia hadapi apa yang sedang terjadi sebagaimana mestinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sebagai apa adanya tanpa merisaukan
hal-hal yang belum terjadi! Ketia akhirnya mereka tiba di Puncak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san, di depan markas perkumpulan
Hoa-san-pai yang besar, Swat Hong menjadi terkejut. Di tempat itu ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak terdapat perayaan apa-apa dan
kini banyak tosu dan anggauta Hoa-san-pai berkumpul dan berdiri di ruangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan yang tinggi, sedangkan di bawah
anak tangga, di halaman depan penuh dengan orang-orang kang-ouw yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersikap menantang! Ketika dia melirik
ke arah suhengnya, dia melihat Sin Liong bersikap masih biasa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang, dan suhengnya ini pun memandang
ke depan dengan perhatian sepenuhnya. Maka dia pun lalu memandang lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia melihat seorang tosu berambut
putih dengan tenang berdiri menghadapi para orang-orang kang-ouw itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil menjura dengan sikap hormat lalu
berkata dengan suara halus namun cukup nyaring, "Harap Cu-wi sekalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudi memaafkan kami yang tidak tahu
akan kedatangan Cu-wi maka tidak mengadakan penyambutan sebagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mestinya. Pinto melihat bahwa Cu-wi
adalah tokoh-tokoh kangouw dari bermacam golongan dan tingkat, dan pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hari ini berbondong datang mengunjungi
Hoa-san-pai, tidak tahu ada keperluan apakah?" Swat Hong memandang para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang kang-ouw itu dan diantaranya
banyak tokoh aneh yang tidak dikenalnya itu, dengan heran dia melihat adanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siang-koan Houw Tee Tok, tokoh yang
tinggal di Puncak Awan Merah di tai-hang-san itu! "Suheng, itu Tee Tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada pula di sini," bisikannya
sambil menyentuh lengan suhengnya. "Aku sudah melihatnya," kata Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlahan, "dan yang di sebelah
sana itu adalah Bhong Sek Bin yang berjuluk Thian-tok (Racun Langit). Bekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suheng dari Tee Tok, dan itu adalah
Thian-he Tee-it Ciang Ham Ketua kang-jiu-pang di Secuan. yang di sana itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah Lam-hai Seng-jin, tosu majikan
Pulau Kura-kura di Lamhai....." "Guru Kwee-toako?" Sin Liong
mengangguk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong memandang penuh perhatian dan
terheran-heran melihat suhengnya mengenal orang-orang yang memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> julukan aneh-aneh itu. Thian-he Tee-it
berarti Di Kolong Langit Nomer Satu! Dan Lam-hai Seng-jin berarti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Manusia dari laut Selatan! "Dan
itu adalah Gin-siauw Siucai (Pelajar Bersuling Perak), seorang bertapa di Bukit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bengsan dan yang di ujung itu adalah
seorang yang pernah menyerang Pulau Neraka seperti yang pernah kuceritakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu, Sumoi. Dialah Tok-gan
Hai-liong (Naga Laut Mata Satu) Koan Sek, seorang bekas bajak laut."
"Wah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu banyak orang pandai mendatangi
Hoa-san-pai, ada apakah, Suheng?" "Kita melihat dan mendengarkan
saja."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sementara itu, ucapan dan pertanyaan
Ketua Hoa-san-pai tadi mendatangkan suasana berisik ketika para pendatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang jumlahnya ada lima puluhan orang
itu saling bicara sendiri tanpa ada yang menjawab langsung pertanyaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketua Hoa-san-pai. Agaknya mereka itu
merasa sungkan dan saling menanti, menyerahkan jawaban kepada orang lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hadir di situ. Betapapun juga,
para tokoh kang-ouw itu merasa segan juga karena Hoa-san-pai terkenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai sebuah perkumpulan atau partai
persilatan yang besar, yang selama ini tidak pernah mencampuri urusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perebutan kekuasaan atau tidak pernah
pula mencampuri urusan kang-ouw yang tidak ada hubungannya dengan mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Orang-orang Hoa-san-pai terkenal
sebagai orang-orang gagah yang disegani di dunia persilatan, maka tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka itu diliputi perasaan sungkan.
Pek Sim Tojin yang berambut putih dan bersikap tenang itu melihat seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek tinggi besar bermuka tengkorak
yang menyeramkan maju ke depan, maka melihat bahwa belum juga ada yang mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab, dia lalu berkata ditujukan
kepada kakek tinggi besar bermuka tengkorak itu. "Kalau pinto tidak salah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenal orang, Sicu adalah Thian-tok
Bhong Sek Bin. Sicu adalah seorang yang amat terkenal di dunia kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengingat bahwa kedatangan Sicu
pasti mempunyai kepentingan besar, maka pinti harap Sicu suka berterus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terang mengatakan apa keperluan
itu." Thian-tok Bhong Sek Bin menyeringai penuh ejekan. "Ha-ha-ha,
engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar, Totiang! Aku adalah Bhong Sek
Bin dan memang bukan percuma jauh-jauh aku datang mengunjungi Hoa-san-pai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tentang mereka semua ini aku tidak
tahu, akan tetapi kedatanganku adalah untuk bicara dengan dua orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bernama Liem Toan Ki dan Bu Swi Nio.
Suruh mereka berdua keluara bicara dengan aku dan aku tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa-bawa Hoa-san-pai!" Ucapan
ini disambut oleh suara berisik lagi di antara para tamu, bahkan banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala dianggukan tanda setuju dan di
sana sini terdengar teriakan, "Suruh mereka keluar!" Pek Sim Tojin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya dan mengelus
jenggotnya yang putih. "Pinto tidak menyangkal bahwa di antara anak murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai terdapat dua orang yang
bernama Liem Toan Ki dan isterinya bernama Bu Swi Nio. Akan tetapi, selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini mereka adalah murid-murid
Hoa-san-pai yang tekun dan baik, bahkan tidak pernah turun dari Hoa-san, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah melakukan keonaran di luar,
apalagi membuat permusuhan dengan golongan manapun. Kini Cu-wi sekalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbondong datang, agaknya bersatu
tujuan untuk menemui mereka! Pinto sebagai ketua Hoa-san-pai yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanggung jawab atas semua sepak
terjang murid-murid Hoa-san-pai, berhak mengetahui apa yang terjadi antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu-wi dengan mereka!" hening
sejenak dan agaknya semua tamu kembali merasa sungkan dan ragu-ragu untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab. Sementara itu, hati Swat Hong
terasa tegang begitu mendengar nama Liem Toan Ki dan Bu Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disebut-sebut. Dia menunjukan pandang
matanya ke atas ruangan depan, namun di antara para anggauta Hoa-san-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tidak meliahat adanya kedua orang
itu. "Suheng...., agaknya mereka benar berada di sini seperti yang Suheng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> duga...." bisik Swat Hong dengan
hati tegang, akan tetapi suhengnya memberi isyarat agar dia tenang saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sumoi, aku berpesan, kalau nanti
terjadi apa-apa, kau serahkan saja kepadaku dan jangankau ikut turun tangan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ya!" Dengan penuh kepercayaan akan
kemampuan suhengnya, Swat Hong mengangguk akan tetapi hatinya berdebar penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketegangan. Tidak salah lagi, pikirnya
yang menduga-duga, tentu orang-orang kang-ouw ini mencari Liem Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Bu Swi Nio berhubung dengan
Pusaka-pusaka Pulau Es itu! Kalau tidak demikian apalagi? Melihat bahwa tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada orang yang menjawab pertanyaan
Ketua Hoa-san-pai itu, Thian-he Tee-it Ciang Ham yang datang bersama lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang muridnya, mengacungkan tombak di
tangan kanannya, ke atas dan berteriak. "Totiang, sebagai Ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai tentu saja kau berhak
mengetahui sepak terjang muridmu, akan tetapi kalau urusan ini tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyangkut Hoa-san-pai, bagaiman kami
dapat bicara denganmu? Ini adalah urusan pribadi, urusan Liem Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri, maka suruh dia keluar agar
kami dapat bicara dengan dia! Kalau Totiang bersikeras, berarti Hoa-san-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan mencampuri urusan pribadi!"
Berkerut alis Ketua Hoa-san-pai itu. Ucapan tadi, biarpun tidak secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langsung, sudah merupakan tantangan dan
hanya terserah kepada Hoa-san-pai untuk melayani tantangan itu ataukah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak. Maka dia tidak mau bertindak
sembrono dan ingin melihat dulu bagaimana duduk perkaranya. Ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai ini memang belum sempat
diberi tahu oleh Liem Toan Ki dan isterinya tentang pusaka Pulau Es itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Supek, biarlah teecu berdua yang
menghadapi mereka!" Tiba-tiba terdengar suara orang dan muncullah Liem
Toan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ki dan isterinya dari dalam, mereka
sudah kelihatan mempersiapkan diri dengan senjata pedang di pinggang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pakaian ringkas. Wajah mereka agak
pucat, namun sikap mereka gagah dan tidak jerih. Liem Toan Ki meloncat ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan, Di atas ruangan depan itu
berdampingan dengan istrinya, menghadapi orang-orang kang-ouw itu sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Sayalah Liem Toan Ki dan
isteri saya Bu Swi Nio. Tidak tahu urusan apakah yang membawa Cu-wi sekalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang mencari kami di Hoa-san?"
Hiruk pikuklah para tamu itu setelah mereka melihat sepasang suami isteri muda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul dari dalam. Pertama-tama yang
berteriak adalah Thian-tok Bhong Sek Bin, "Liem Toan Ki dan Bu Swi Nio,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian telah berani melukai muridku!
Aku baru bisa mengampuni kalian kalau kalian menyerahkan pusakapusaka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaubawa itu!" Liem Toan Ki
tersenyum. "hemm, kami terpaksa melukai muridmu karena dia menyerang kami,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Locianpwe. Pusaka apa yang Locianpwe
maksudkan?" "Pura-pura lagi, keparat! Pusaka Pulau Es!" teriak
Thian-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah. "Serahkan Pusaka Pulau Es
kepada kami!" "Kepada kami!" "Bagi-bagi rata!"
"Dijadikan sayembara!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Macam-macam teriakan para tokoh
kang-ouw dan Liem Toan Ki mengangkat kedua lengannya ke atas. "Cu-wi
sekalian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa buktinya bahwa kami berdua
menyimpan Pusaka Pulau Es?" "Orang she Liem, kau masih berpura-pura
lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya? Aku dan banyak orang melihat
betapa gadis Pulau Es itu menyerahkan pusaka itu kepadamu!" Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara orang yang bukan lain
adalah Thio Sek Bi, murid Thiantok yang pernah berusaha merampok pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Mendengar ucapan ini dan melihat
munculnya murid Thian-tok dan beberapa orang bekas pengawal yang dulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ikut bertempur di istana The Kwat Lin,
tahulah Toan Ki dan Swi Nio bahwa menyangkal tidak akan ada gunanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. "Kita harus mempertahankan
mati-matian," bisik Swi Nio kepada suaminya yang mengangguk dan berkata
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara lantang, "Cu-wi sekalian!
Kami berdua tidak menyangkal lagi bahwa memang kami telah dititipi pusaka oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona Han Swat Hong, dua tahun yang
lalu. Akan tetapi, kami tidak akan menyerahkan pusaka itu kepada siapapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga kecuali kepada yang berhak, yaitu
Nona Han Swat Hong!" Teriakan-teriakan hiruk pikuk menyambut ucapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lantang ini. "Kalau begitu, kalian
akan menjadi tawananku!" Thian-tok membentak marah sambil melangkah ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan, akan tetapi gerakannya ini segera
diikuti oleh banyak orang dan jelas bahwa mereka hendak memperebutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liem Toan Ki dan istrinya agar menjadi
orang tawanan mereka, tentu untuk dipaksa menyerahkan pusaka!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Siancai..... harap Cu-wi bersabar
dulu.....!" Tiba-tiba dengan suara yang halus namun berpengaruh, Ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai berkata sambil mengangkat
kedua tangan ke atas, "Biarkan pinto bicara dulu!" "Totiang, kau
hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara apa lagi?" Thian-tok
membentak marah, alisnya berdiri dan matanya melotot. "Pinto mengaku bahwa
urusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka Pulau Es itu sama sekali tidak
ada sangkut pautnya dengan Hoa-sanpai dan Hoa-san-pai pun tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengetahuinya. Maka sebagai Ketua
Hoa-san-pai, pinto hendak bertanya dulu kepada murid Liem Toan Ki. Ini adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan dalam dari Hoa-san-pai, kiranya
Cu-wi tidak akan mencampurinya!" Terdengar teriakan-teriakan,
"Silahkan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Silahkan, tapi cepat dan serahkan
mereka kepada kami!" Pek Sim Tojin lalu menghadapi Liem Toan Ki dan
bertanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Toan Ki, apa artinya ini semua?
Benarkah kalian menyembunyikan Pusaka Pulau Es di Hoa-san-pai?" Liem Toan
Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Bu Swi Nio segera menjatuhkan diri
berlutut di depan kaki Ketua Hoa-san-pai itu. Liem Toan Ki segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Harap Supek mengampunkan
teecu berdua. Adalah mendiang Twa-supek yang mengijinkan teecu berdua dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Beliau yang melarang teecu berdua
menceritakan kepada siapapun juga, bahkan Beliau yang membantu teecu berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hal ini. Karena sekarang mereka
telah mengetahuinya dan hendak menggunakan paksaan, biarlah teecu berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapinya sendiri tanpa
membawa-bawa Hoa-san-pai." Setelah berkata demikian, Toan Ki dan Bu Swi
Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat bangun, mencabut pedang dan
berkatalah Toan Ki dengan suara lantang, "Haiiii, kaum kang-ouw dengarlah!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Urusan ini adalah urusan kami berdua
suami isteri, bukan sebagai murid Hoa-san-pai, maka kalau kalian begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tahu malu hendak merampas Pusaka
Pulau Es, biar kami menghadapi kalian sampai titik darah penghabisan!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Keparat, aku tidak membiarkan kau
mapus sebelum kalian menyerahkan pusaka itu." Thian-tok membentak.
"Tahan!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba Pek Sim Tojin membentak dan
sikapnya angker sekalil. "Cu-wi sekalian sungguh terlalu, memperebutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka milik orang lain dan sama sekali
tidak memandang mata kepada Hoa-sanpai, hendak membikin ribut di sini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapa saja tidak akan pinto ijinkan
untuk menggunakan kekerasan di Hoa-san-pai!" "Tepat sekali! Aku
Tee-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siangkoan Houw pun bukan seorang yang
tak tahu malu! Aku tidak akan membolehkan siapa pun menjamah Pusaka Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es yang menjadi milik Nona Han Swat
Hong!" Tiba-tiba tokoh Tai-han-san yang tinggi besar itu sudah melompat ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas ruangan luar dan mendampingi Toan
Ki dan Swi Nio dengan sikap gagah! "ha-ha-ha, itu baru namanya laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejati! Tee-tok, kau membikin aku
merasa malu saja! Aku pun tua bangka yang tidak berguna mana ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperebutkan pusaka orang lain? Aku
pun tidak membiarkan siapa pun memperebutkan pusaka itu!" Lam-hai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seng-jin, guru Kwee Lun, tosu yang
bersikap halus dengan tangan kiri memegang kipas dan tangan kanan memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hudtim (kebutan pertapa), telah
melangkah ke ruangan depan mendampingi Tee-tok. "Masih ada aku yang
menentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang kang-ouw tak tahu malu
hendak merampas pusaka lain orang!" Tampak bayangan berkelebat disertai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara halus melengking dan diruang
depan itu nampak Ginsiauw Siucai Si Sastrawan yang bersenjata suling perak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mauwpit! Melihat ini Thian-tok
tertawa bergelak dengan hati penuh kemarahan, apalagi melihat bekas sutenya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tee Tok, memelopori lebih dulu membela
Hoa-san-pai dan murid Hoa-san-pai yang membawa Pusaka Pulau Es yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikehendakinya. "Ha-ha-ha! Kalian
pura-pura menjadi pendekar budiman? Hendak kulihat sampai di mana kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian!" Thian-tok sudah lari ke
depan, diikuti oleh banyak tokoh kang-ouw lagi dan dapat dibayangkan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu sebentar akan terjadi perang
kecil yang amat hebat antara para anggauta Hoa-san-pai dibantu oleh tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh kang-ouw itu melawan para orang
kang-ouw yang memperebutkan pusaka. "Tahan....!" Seruan ini halus dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ramah, tidak mengandung kekerasan
sesuatu pun, akan tetapi anehnya, semua orang merasa ada getaran yang membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menghentikan gerakan mereka
mencabut senjata dan kini semua mata memandang ke arah ruangan depan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena tadi ada berkelebat dua sosok
bayangan orang ke arah situ. Ternyata Sin Liong dan Swat Hong telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri di ruangan depan markas
Hoa-san-pai. Dengan sikap tenang sekali Sin Liong menghadapi semua orang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama sekali memandang tokoh-tokoh
besar dunia persilatan yang hadir, dan yang semua memandang kepadanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan mata terbelalak, kemudian
terdengar pemuda ini berkata, "Cu-wi Locian-pwe mengapa sejak dahulu
sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang gemar sekali memperebutkan
sesuatu?" Thiantok Bhong Sek Bin yang berwatak kasar memandang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak, demikian pula Thian-he
Tee-it Ciang Ham, Lam-hai Seng-jin, Gin-siauw Siucai dan para tokoh lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang belasan tahun lalu pernah hendak
memperebutkan bocah ajaib, Sin-tong yang bukan lain adalah Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri. Mereka merasa kenal dengan
pemuda ini, akan tetapi lupa lagi. "Ka...... kau siapakah.....?"
akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Thian-tok bertanya. "Ha-ha-ha,
kalian lupa lagi siapa dia ini?" Tiba-tiba Tee Tok Siangkoan Houw berseru
keras,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya girang dan lega bukan main
bahwa dia tadi tidak ragu-ragu melindungi Pusaka Pulau Es. Melihat munculnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda yang dia tahu memiliki kelihaian
yang luar biasa itu, dia girang sekali. "Coba lihat dengan baik-baik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belasan tahun yang lalu di lereng
Pegunungan jeng-hoa-san kalian juga memperebutkan sesuatu. Siapa dia?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sin-tong....!" "Bocah
ajaib......!!" Teringatlah mereka semua dan kini memandang Sin Liong
dengan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak. "Mau apa kau datang ke
sini?" thian-tok bertanya dengan suara agak berkurang galaknya. Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menjura kepada Ketua Hoa-san-pai,
kepada Tee tok dan lain tokoh yang tadi membela Hoa-san-pai, diikuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Swat Hong kemudian Swat Hong berkata
kepada Toan Ki dan Swi Nio, "Terima kasih kami haturkan kepada Ji-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> (Kalian Berdua) yang ternyata adalah
orang-orang gagah yang pantas dipuji dan dikagumi kesetiaan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegagahannya. Sekarang saya harap Ji-wi
suka mengembalikan pusaka- pusaka itu kepadaku." Toan Ki dan Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjura an Toan Ki menjawab,
"Harap Lihiap suka menanti sebentar." kemudian pergilah dia bersama
Swi Nio ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelah dalam, diikuti pandang mata
Ketua Hoa-sanpai yang menjadi terheran-heran. "Mau apa kalian dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda datang ke sini?" kembali
Thian-tok bertanya. "Harap Locianpwe ketahui bahwa kami berdua adalah
penghuni<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es yang datang untuk mengambil
kembali Pusaka Pulau Es. Pusaka itu adalah milik Pulau Es dan harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
dikembalikan ke sana." "Penghuni Pulau Es....??" Suara
ini bukan hanya keluar dari mulut para tamu, tetapi juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari pihak Hoasan- pai dan mereka yang
membelanya, kecuali Tee Tok Siangkoan Houw yang sudah tahu akan keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda dan pemudi itu. Tak lama
kemudian muncullah Toan Ki dan Swi Nio. Toan Ki membawa bungkusan yang dulu dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terima dari Swat Hong, lalu menyerahkan
bungkusan itu kepada Swat Hong sambil menjura dan berkata, "Dengan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami mengembalikan pusaka yang Lihiap
titipkan kepada kami dengan hati lega!" Memang hatinya lega dan girang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dapat terlepas dari tanggung
jawab yang amat berat itu. Swat Hong membuka dan meneliti pusaka-pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Melihat bahwa pusaka itu masih
lengkap, dia makin kagum. "Suheng tidak pantas kalau kita tidak membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> budi mereka ini." Sin Liong
tersenyum, mengangguk, kemudian dia berkata kepada Thian-tok dan lain tamu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih memandang dengan bengong dan kini
dari mata mereka itu terpancar ketegangan dan keinginan besar. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pusaka Pulau Es yang terkenal itu
tampak di depan mata, mana mungkin mereka mundur begitu saja tanpa usaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk mendapatkannya? "Cu-wi
Locianpwe jauh-jauh datang ke sini, harap suka memaklumi bahwa pusaka-pusaka
ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah kembali ke pemiliknya dan akan
dikembalikan ke Pulau Es. Maka kami berdua mengharap sudilah Su-wi tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggu lagi Hoa-san-pai dan suka
meninggalkan tempat ini." "Kami harus mendapatkan pusaka itu!"
"Kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga!" "Kami minta
bagian!" Teriakan-teriakan itu terdengar riuh rendah dan Sin Liong lalu
berkata lagi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halus, "Kami berdua akan berada di
sini selama tiga hari, kemudia kami akan meninggalkan Hoa-san-pai. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita tidak berada di sini, masih belum
terlambat bagi kita untuk bicara lagi tentang pusaka. Amatlah tidak baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagi nama Cu-wi Locianpwe kalau
mengganggu Hoa-san-pai yang sama sekali tidak tahu-menahu tentang hal ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nanti kalau kami sudah meninggalkan
Hoa-san-pai, boleh kita bicara lagi." Melihat sikap orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hoa-san-pai, dan sekarang sudah jelas
bahwa pusaka itu berada di tangan Sintong dan dara muda itu, Thian-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu mendengus dan berkata, "Baik,
kami menanti di bawah bukit. Kalian berdua tidak akan dapat terbang lalu."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pergilah mereka itu meninggalkan
Hoa-san-pai, akan tetapi semua orang tahu belaka bahwa mereka tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengurung tempat itu dan tidak akan
membiarkan Sin Liong dan Swat Hong lolos dari situ membawa pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka Pulau Es yang amat mereka
inginkan itu. Sin Liong lalu menjura kepada Ketua Hoasan- pai, para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh Hoa-san-pai, Toan Ki dan Swi Nio,
juga kepada Tee Tok dan mereka yang tadi membela Hoa-san-pai, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Terutama kepada Saudara
Liem Toan Ki dan Nyonya, sudah sepantasnya kalau kami meninggalkan sedikit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu untuk Jiwi pelajari. Dan kepada
para Locianpwe, kiranya akan ada manfaatnya kalau saya melayani para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Locianpwe main-main sedikit untuk
memperluas pengetahuan ilmu silat." Semua orang menjadi ragu-ragu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tahu akan maksud hati pemuda yang
aneh itu, akan tetapi Tee-tok Siangkoan Houw sudah tertawa bergelak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu meloncat ke halaman depan. "Marilah,
ingin aku tua bangka ini memperdalam sedikit kepandaianku!" Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum lalu melangkah perlahan ke
pekarangan. "Silahkan Siangkoan Locianpwe menggunakan Pek-liu-kun (Ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Silat Tangan Geledek)!" katanya
tenang. "Harap Locianpwe jangan sungkan dan keluarkanlah jurus-jurus
simpanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Pek-liu-kun!" Tee Tok sudah
maklum akan kehebatan pemuda ini, dan setelah dua tahun tidak jumpa, kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sikap pemuda ini luar biasa sekali,
bahkan dengan kata-kata biasa saja pemuda itu sudah mengundurkan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang yang tadi sudah bersitegang
hendak menggunakan kekerasan. Dia dapat menduga bahwa bukanlah percuma pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini mengajak dia berlatih silat, tentu
ada niat-niat tertentu. Karena dia merasa bahwa dia tidak mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maksud jahat dan tadi membela Pusaka
Pulau Es dengan sungguh hati, dia kini pun tanpa raguragu lagi lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan gerengan keras dan
tubuhnya berkelebat ke depan. Dengan sepenuh tenaga dan perhatiannya, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang pemuda itu dengan jurus-jurus
simpanan dari Ilmu Silat Pek-lui-kun yang dahsyat. "Haiiittt.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> eihhh.....?" Bukan main heran dan
kagetnya ketika melihat pemuda itu menghadapi dengan gerakan-gerakan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama! Tiap jurus yang dimainkannya,
dihadapi oleh Sin Liong dengan jurus yang sama pula dan dipakai sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan balasan namun dengan cara yang
sedemikian hebatnya sehingga jurus yang dimainkannya itu tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> artinya lagi! Jurus yang dimainkan oleh
pemuda itu untuk menghadapinya jauh lebih ampuh, dan sekaligus menutup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua kelemahan yang ada, menambah daya
serang yang amat hebat sehingga dalam jurus pertama saja, kalau pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menghendaki, tentu dia sudah
dirobohkan sungguhpun dia sudah hafal benar akan jurusnya sendiri itu! Bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main girang hati kakek itu. Dia terus
menyerang lagi dengan jurus lain, dan sama sekali dia menggunakan delapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belas jurus terampuh dari Pek-lui-kun
dan yang kesemuanya selain dapat dihindarkan dengan baik oleh Sin Liong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga telah dengan sekaligus
"diperbaiki" dengan sempurna. Semua gerakan ini dicatat oleh Tee Tok
dan setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia selesai mainkan delapan belas jurus
pilihan itu, dia melangkah mundur dan menjura sangat dalam ke arah Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong. "Astaga.... kepandaian
Taihiap seperti dewa saja......., saya...... saya menghaturkan banyak terima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasih atas petunjuk Taihiap....."
katanya agak tergagap. "Ah, Locianpwe terlalu merendah," jawab Sin
Liong. Tee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tok lalu menjura ke arah Ketua Hoa-san-pai
dan yang lain-lain, seketika pamit dan pergi dengan langkah lebar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan wajah termenung karena dia masih
terpesona dan mengingat-ingat gerakan-gerakan baru yang menyempurnakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> delapan belas jurus pilihannya tadi!
Lam Hai Seng-jin bukan seorang bodoh. Dia adalah seorang tokoh kawakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berilmu tinggi. Melihat peristiwa
tadi, tahulah dia bahwa pemuda ini memang bukan orang sembarangan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya telah mewarisi ilmu mujijat yang
kabarnya dimiliki oleh penghuni Pulau Es. Maka dia tidak mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyianyiakan kesempatan itu dan dai
sudah meloncat maju dengan senjata hudtim dan kipasnya. "Orang muda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat, kauberilah petunjuk
kepadaku!" "Totiang, muridmu Kwee Lun Toako adalah sahabat baik kami,
harap Totiang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudi mengajarnya baikbaik," jawab
Sin Liong dan dia pun segera menghadapi serangan kipas dan hudtim dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tangannya. Biarpun dia tidak
menggunakan kedua senjata itu, namun kedua tangannya digerakan seperti kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata itu, dan dia pun mainkan
jurus-jurus yang sama, namun gerakannya jauh lebih hebat, bahkan sempurna.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seperti juga tadi, kakek ini
memperhatikan dan dia telah menghafal dua puluh jurus campuran ilmu hudtim dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kipas. "Terima kasih, terima
kasih..... Siancai, pengalaman ini takkan kulupakan selamanya." Dia
menjura kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lain lalu berlari pergi.
"Totiang, sampaikan salamku kepada Kwee-toako!" seru Swat Hong, akan
tetapi kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu hanya mengangguk tanpa menoleh karena dia
pun sedang mengingat-ingat semua jurus tadi agar tidak sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lupa. Berturut-turut Gin-siauw Siucai
juga menerima petunjuk ilmu silat suling perak dan mauwpitnya, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketua Hoa-san-pai juga menerima
petunjuk ilmu pedang Hoasan-kiamsut. Para tokoh kang-ouw yang mengurung tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu di lereng puncak, terheran-heran
melihat tiga orang tokoh itu meninggalkan puncak seperti orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termenung. Akan tetapi diam-diam mereka
menjadi girang karena tiga orang lihai itu tidak membantu atau mengawal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda-mudi Pulau Es yang mereka hadang.
Tiga hari lamanya Sin Liong dan Swat Hong tinggal di Hoa-san, setiap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hari menurunkan ilmuilmu tingi kepada
Toan Ki dan Swi Nio sehingga kedua orang suami isteri ini kelak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi tokohtokoh kenamaan dan
mengangkat nama Hoa-san-pai sebagai partai persilatan yang besar dan lihai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada hari ke empatnya, pagi-pagi mereka
meninggalkan markas Hoa-san-pai, diantar sampai ke pintu gerbang oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketua Hoa-san-pai, Toan Ki, Swi Nio dan
para pimpinan Hoa-san-pai. "Taihiap, Lihiap, pinto khawatir Jiwi akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalami gangguan di jalan. Menurut
laporan para anak murid pinto, orang-orang kang-ouw itu masih menanti di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lereng gunung." Pek Sim Tojin
berkata dengan alis berkerut. "Bagaimana kalau kami mengantar Ji-wi sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melewati mereka dengan selamat?"
Sin Liong tersenyum. "Terima kasih, Locianpwe. Akan tetapi, menghindari
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berarti membuat mereka terus merasa
penasaran. Sebaliknya malah kalau kami berdua menemui mereka dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membereskan persoalan seketika
juga." Toan Ki dan Swi Nio yang selama tiga hari menerima petunjuk dari
Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong, telah menaruh kepercayaan penuh
akan kesaktian pemuda Pulau Es ini, maka mereka tidak merasa khawatir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka maklum bahwa pemuda dan gadis
dari Pulau Es itu bukanlah manusia sembarangan, apalagi pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki wibawa yang tidak lumrah
manusia, gerak-geriknya demikian penuh kelembutan, penuh belas kasih sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidaklah mungkin dapat terjadi sesuatu
yang buruk menimpa seorang manusia seperti ini! Memang benar seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dilaporkan oleh anak buah
Hoa-san-pai bahwa para tokoh kang-ouw itu, dipelopori oleh Thian-tok, masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadang di lereng puncak. Thian-tok
yang tadinya mengandalkan kepandaiannya sendiri, setelah menyaksikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa pemuda dan dara Pulau Es itu
telah mendapatkan kembali pusaka-pusakanya, diam-diam telah mengajak semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh lain bersekutu dengan janji bahwa
kalau pusaka dapat dirampas, dia akan memberi bagian kepada mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua. Terutama yang menjadi
pembantunya sebagai orang ke dua adalah Thian-he Tee-it Ciang Ham yang tingkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya hanya berselisih atau
kalah sedikit saja dibandingkan dengan kepandaian Racun Langit itu. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika Sin Liong yang membawa pusaka di
punggungnya bersama Swat Hong berjalan berlahan dan tenang melalui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu, segera para tokoh kang-ouw
itu muncul dan telah mengurung dua orang muda itu dengan ketat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempersiapkan senjata masing-masing
dengan sikap mengancam. Sin Liong menggelenggelengkan kepala. "Hal itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak bisa dilakukan, Cu-wi Locianpwe.
Pusaka-pusaka ini adalah milik Pulau Es turun-temurun, mana mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang diserahkan kepada orang lain?
Setelah kami berdua berhasil menemukannya kembali, kami harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengembalikannya kepada Pulau Es,
tempatnya semula. Maka harap Cu-wi suka memaklumi hal ini dan tidak memaksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada kami." "Orang muda
yang keras kepala! Kalau kami memaksa, bagaimana?" "Terserah kepada
Cu-wi sekalian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi, harap Sumoi suka pergi dulu ke
pinggir, jangan menghalangi para Locianpwe ini." Swat Hong mengangguk dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum, kemudian tubuhnya berkelebat
dan terkejutlah semua orang kang-ouw itu ketika melihat gadis itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat seperti terbang saja, melayang
melalui kepala mereka dan kini telah berdiri di luar kepungan! Sungguh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan bukti kepandaian ginkang (Ilmu
meringankan tubuh) yang amat hebat! Sin Liong sengaja menyuruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya pergi keluar dari kepungan
karena tidak menghendaki sumoinya itu naik darah dan turun tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan kekerasan terhadap
orang-orang kang-ouw ini. Setelah kini melihat sumoinya keluar dari kepungan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia lalu menyilangkan kedua lengannya
di depan dada, berkata, "Silahkan kepada Cu-wi apa yang hendak Cu-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lakukan setelah jelas kukatakan bahwa
Pusaka Pulau Es tidak akan kuberikan kepada Cu-wi." Melihat sikap tenang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan penuh tantangan ini, para tokoh
kang-ouw menjadi marah juga. Pemuda itu tidak memegang senjata, berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kepungan dan pusaka itu berada di
dalam buntalan yang berada di punggungnya. Maka serentak orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw yang sudah mengilar dan ingin
sekali merampas pusaka itu menerjang maju dan berebut hendak menyerang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong dan mengulur tangan hendak
merampas buntalan. Pemuda itu hanya berdiri tersenyum, berdiri tegak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyilangkan kedua lengannya sambil
memandang tanpa berkedip mata. "Ahhh....!" "Hayaaa.....!"
"Aihhhh.....!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Semua orang terhuyung-huyung mundur
karena belum juga tangan mereka menyentuh pemuda itu, hati mereka sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemas dan luluh menghadapi wajah yang
tersenyum itu, tangan mereka seperti lumpuh dan tenaga mereka seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lenyap seketika membuat mereka
terhuyung dan hampir jatuh saling timpa! Thian-tok dan Thian-he Tee-it menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaget dan marah sekali melihat keadaan
teman-teman mereka itu. Kedua orang itu berilmu tinggi ini memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan teman-teman mereka turun
tangan lebih dulu untuk menguji kepandaian pemuda yang keadaannya amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencurigakan karena terlampau tenang itu.
Kini melihat betapa teman-temannya mundur tanpa pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan sebuah jari tangan pun,
kedua orang itu terkejut marah dan penasaran. Thian-tok menerjang ke depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan senjata Kim-kauw-pang di
tangannya, sedangkan Ciang Ham juga sudah meloncat dekat dengan senjata tombak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tangan. "Orang muda, serahkan
pusaka itu!" Thian-tok membentak. "Sin-tong, jangan sampai terpaksa
aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan tombak pusakaku!"
Ciang ham juga menghardik. Akan tetapi Sin Liong tetap tidak bergerak hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Terserah kepada Ji-wi
Locianpwe, Ji-wi yang melakukan dan Ji-wi pula yang menanggung akibatnya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Keras kepala!" Thian-tok
membentak dan tongkatnya yang panjang sudah menyambar ke arah kepala pemuda
itu. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong sama sekali tidak mengelak,
bahkan berkedip pun tidak ketika melihat tongkat itu menyambar ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalanya, disusul tombak di tangan
Thian-he Tee-it Ciang Ham yang menusuk ke arah lambungnya. "Desss!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Takkkk!!" "Aihhh.......!"
"Heiiii....." Thian-tok Bhong Sek Bin dan Thian-he Tee-it Ciang ham
berteriak kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan meloncat ke belakang.Tongkat itu
tepat mengenai kepala dan tombak itu pun tepat menusuk lambung, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua senjata itu terpental kembali
seperti mengenai benda yang amat kuat, bahkan telapak tangan mereka terasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panas! Tentu saja mereka merasa
penasaran, biarpun ada rasa ngeri di dalam hati mereka. Pada saat itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang kang-ouw lainnya yang
melihat betapa dua orang lihai itu sudah menyerang dengan senjata, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerbu ke depan. Sin Liong tetap diam
saja ketika belasan batang senjata yang bermacam-macam itu datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagaikan hujan menimpa tubuhnya. Semua
senjata tepat mengenai sasaran, akan tetapi tidak ada sedikit kulit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh pemuda itu yang lecet, kecuali
pakaiannya yang robek-robek dan orang-orang itu terpelanting ke sana-sini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan ada yang terpukul oleh senjata
mereka sendiri yang membalik. Makin keras orang menyerang, makin keras<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
pula senjata mereka membalik. Bahkan Thian-tok sudah mengelus kepalanya
yang benjol terkena kemplangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkatnya sendiri, sedangkan paha
Ciang ham berdarah karena tombaknya pun membalik tanpa dapat ditahannya lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika mengenai tubuh Sin Liong untuk
yang kedua kalinya. Ketika mereka memandang dengan mata terbelalak kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong, mereka melihat pemuda itu
masih tersenyum-senyum, masih berdiri tegak dengan kedua lengan bersilang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di depan dada, hanya bedanya, kini
pakaiannya robek-robek dan penuh lobang. Thian-tok dan Thian-he Tee-it<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah orang-orang yang terkenal di
dunia persilatan sebagai tokoh-tokoh besar yang sudah banyak mengalami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertempuran. Mereka tahu pula bahwa
orang yang memiliki sinkang amat kuat dapat menjadi kebal, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama hidup mereka belum pernah
menyaksikan kekebalan seperti yang dihadapi mereka sekarang ini. Kekebalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang agaknya tanpa disertai pengerahan
tenaga. Apalagi melihat cahaya aneh seperti melindungi tubuh pemuda itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka maklum bahwa pemuda ini bukan
orang sembarangan. Tanpa melawan saja pemuda ini telah membuat mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berdaya, betapa hebatnya kalau
pemuda ini mengangkat tangan membalas! "Maafkan kami......!" Thian-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru lalu melompat dan berlari
pergi. "Sin-tong, maafkan......!" Ciang Ham juga berkata lalu
menyeret<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tombaknya, terpincang-pincang pergi
dari situ. Tentu saja para tokoh lain yang memang sudah merasa ngeri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jerih, melihat kedua orang yang
diandalkan itu lari, cepat membalikkan tubuh dan berserabutan lari dari situ<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Sin Liong yang masih
berdiri tegak di tempat itu. Swat Hong lari menghampiri suhengnya, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memeluk suhengnya itu. "Suheng.......,
kau tidak apa-apa......?" tanyanya. Sin Liong menggeleng kepala dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum. "Pakaianmu
hancur......" "Pakaian rusak mudah diganti, akhlak yang rusak lebih
menyedihkan lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena mendatangkan malapetaka."
"Suheng, kau......" "Ada apakah, Sumoi......?" Swat Hong
menggelengkan kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia melepaskan rangkulannya,
melangkah mundur dua tindak dan memandang suhengnya dengan pandang mata penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takjub dan juga jerih. "Suheng,
kau...... kau berbeda dari dulu......." "Aih, Sumoi, aku tetap Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengmu yang dahulu."
"Tidak, tidak.....! kau berbeda sekali. Ilmu apakah yang kau pergunakan
tadi? Mendiang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ayahku sekalipun tidak pernah
memperlihatkan ilmu mujijat seperti itu........" "Apakah keanehannya,
Sumoi? Ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berdasarkan kekerasan tentu hanya
mengakibatkan pertentangan dan kerusakan belaka, dan setiap bentuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekerasan hanya akan mecelakakan diri
sendiri." "Suheng, ajarilah aku ilmu tadi....." "Tidak ada
yang bisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajar, kelak kau akan mengerti sendiri,
Sumoi. marilah kita lanjutkan perjalanan kita." Setelah berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian, Sin Liong memegang tangan
sumoinya dan terdengar jerit tertahan dara itu ketika dia merasa bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibawa lari oleh suhengnya dengan
kecepatan seperti terbang saja! Dia sendiri adalah seorang ahli ginkang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki ilmu berlari cepat cukup luar
biasa, akan tetapi apa yang dialaminya sekarang ini benar-benar seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbang, atau seperti terbawa oleh
angin saja! Makin yakinlah hatinya bahwa suhengnya telah menjadi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat luar biasa kesaktiannya,
menjadi seorang manusia dewa! Gerakan pembalasan yang dilakukan oleh Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kerajaan Tang yang baru, yaitu kaisar
Su Tiong, yang dilakukan dari Secuan, amat hebat. Gerakan pembalasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk merampas kembali ibu kota
Tiang-an dari tangan pemberontak ini dibantu oleh pasukan yang dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikumpulkan di Tiongkok bagian barat,
dibantu pula oleh pasukan Turki, bahkan pasukan Arab. Dengan bala tentara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang besar dan kuat, Kaisar Su Tiong
melakukan serangan balasan terhadap pemerintah pemberontak yang tidak lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipimpin oleh An Lu Shan karena
jenderal pemberontak itu telah tewas. Perang hebat terjadi selama sepuluh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun, dan di dalam perang ini, para
pemberontak dapat dihancurkan dan kota demi kota dapat dirampas kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai akhirnya ibu kota dapat direbut
kembali oleh Kaisar Su Tiong. Di dalam perang ini, Han Bu Ong putera The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin yang bersama orang-orang kerdil
membantu pemerintah pemberontak, tewas pula dalam pertempuran hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai tidak ada orang pun orang kerdil
tinggal hidup. Dalam tahun 766 berakhirlah perang yang mengorbankan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak harta dan nyawa itu, namun
kerajaan Tang telah menderita hebat sekali akibat perang yang mula-mula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditimbulkan oleh pemberontak An Lu Shan
itu. Kematian yang diderita rakyat, pembunuhan-pembunuhan biadab yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi di dalam perang selama pemberontakan
ini adalah yang terbesar menurut catatan sejarah. Menurut catatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuno, tidak kurang dari tiga puluh lima
juta manusia tewas selama perang yang biadab itu! Bukan hanya kerugian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harta dan nyawa saja, akan tetapi juga
setelah perang berakhir, Kerajaan Tang kehilangan banyak kekuasaan atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedaulatannya! Bantuan-bantuan yang
diterima oleh Kaisar di waktu merebut kembali kerajaan, membuat Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpaksa membagi-bagi daerah kepada
para pembantu yang diangkat menjadi gubernur-gubernur yang lambat laun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makin besar kekuasaannya dan
seolah-olah menjadi raja-raja kecil yang berdaulat sediri. Di samping itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontak An Lu Shan membentuk
pasukan-pasukan yang ketika pemberontak dihancurkan, melarikan diri ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbatasan dan menjadi pasukan-pasukan
liar yang selalu merupakan gangguan terhadap kekuasaan pemerintah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikianlah, dengan dalih apapun juga,
pemberontakan lahiriah hanya mendatangkan kerusakan dan malapetaka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena tidaklah mungkin perdamaian
diciptakan oleh perang! Menurut sejarah di seluruh dunia, tidak pernah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> revolusi jasmani mendatangkan
perdamaian dan kesejahteraan. Kiranya hanyalah revolusi batin, revolusi yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi di dalam diri setiap orang manusia,
yang akan dapat mengubah keadaan yang menyedihkan dari kehidupan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia di seluruh dunia ini. Dengan
tewasnya Han Bu Hong di dalam perang itu, maka habislah semua tokoh yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari Pulau Es dan Pulau Neraka.
Yang tinggal hanyalah Sin Liong dan Swat Hong berdua saja, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua orang ini pun sudah kembali ke
Pulau Es dan semenjak peristiwa di Hoa-san-pai itu, tidak ada lagi yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu bagaimana keadaan kedua orang itu
dan, di mana adanya mereka! Yang jelas, Pulau Es masih ada dan kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang suheng dan sumoi yang saling
mencinta itu pun masih hidup. Buktinya, beberapa tahun kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kadang-kadang mereka itu muncul sebagai
manusia-manusia sakti menyelamatkan belasan orang nelayan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahunya diserang badai. Didalam
kegelapan selagi badai mengamuk dahsyat itu, ketika perahu-perahu mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipermainkan badai dan nyaris
terguling, tiba-tiba muncul sebuah perahu kecil yang didayung oleh seorang pria<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpakaian putih dan seorang wanita
cantik, dan kedua orang ini dengan kesaktian luar biasa menggunakan tali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menjerat perahu-perahu itu
kemudian menariknya keluar dari daerah yang diamuk badai! Apakah mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong dan Swat Hong, tidak ada
orang yang mengetahuinya karena setiap kali muncul menolong para nelayan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para penghuni pulau-pulau yang berada
di utara, kedua orang itu tidak pernah memperkenalkan nama mereka. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar mereka itu adalah Sin Liong dan
Swat Hong, bagaimanakah jadinya dengan mereka? Apakah suheng dan sumoi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang saling mencinta dan yang telah
kembali ke Pulau Es itu langsung menjadi suami isteri? Hal ini pun tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada yang tahu, karena agaknya bagi
mereka berdua, menjadi suami isteri atau bukan adalah hal yang tidak penting<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. Diri mereka telah dipenuhi oleh
cinta kasih, bukan cinta kasih yang biasa melekat di bibir manusia pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> umumnya, karena cinta kasih seperti itu
telah diselewengkan artinya, cinta kasih kita manusia hanya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan kesenagan dan kesusahan
belaka dan justeru karena cinta kasih kita itu mendatangkan kesenangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka dia mendatangkan pula kesusahan
karena kesenangan dan kesusahan adalah saudara kembar yang tak mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat dipisah. Menerima yang satu harus
menerima pula yang ke dua, yang mau menikmati kesenangan harus pula mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menderita kesusahan. Tidak, cinta kasih
mereka bukan seperti cinta kasih palsu yang kita punyai! Pernah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang anak nelayan yang diwaktu malam
hari, ketika perahunya diayun-ayun gelombang kecil dan dia sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggantikan ayahnya yang tertidur
untuk menjaga kail, mendengar nyanyian halus yang dinyanyikan oleh seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita cantik di atas perahu dan yang
kelihatan remang-remang di bawah sinar bulan purnama di malam itu. Anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang cerdas ini masih teringat akan
bunyi nyanyian itu seperti berikut: "Langit, Bulan dan Lautan kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai Cinta kasih namun tak pernah
bicara tentang Cinta kasih! Kasihanilah manusia yang miskin dan haus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan Cinta Kasih, bertanya-tanya apakah
Cinta Kasih itu? Bilamana tidak ada ikatan tidak ada pamerih dan rasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut tidak memiliki atau dimiliki
tidak menuntut dan tidak merasa memberi. Tidak menguasai atau dikuasai tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada cemburu, iri hati tidak ada dendam
dan amarah tidak ada benci dan ambisi. Bilamana tidak ada iba diri tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mementingkan diri pribadi, bilamana
tidak ada "Aku" barulah ada Cinta Kasih........" Puluhan tahun,
bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seratus tahun kemudian di dunia
kang-ouw timbul semacam cerita setengah dongeng tentang seorang manusia dewa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mereka sebut Bu Kek Siansu,
seorang laki-laki tua yang sederhana namun yang pribadinya penuh cinta kasih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cinta kasih terhadap siapa pun dan apa
pun. Bu Kek Siansu yang dikenal sebagai tokoh Pulau Es dan menurut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cerita tradisi dari keturunan
tokoh-tokoh seperti Tee Tok Siangkoan Houw, Lam Hai Sengjin dan muridnya, Kwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lun, Gin-siauw Siucai, tokoh-tokoh
Hoa-san-pai, katanya bahwa Bu Kek Siansu itu adalah anak yang dahulu disebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin-tong (Anak Ajaib), yaitu pemuda Kwa
Sin Liong yang menghilang bersama sumoinya, Han Swat Hong, dan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kabarnya menetap di Pulau Es, tidak
pernah lagi terjun ke dunia ramai. Dan memang seorang manusia seperti Bu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kek Siansu tidak pernah mau menonjolkan
diri, selalu bergerak tanpa pamrih, hanya digerakan oleh cinta kasih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maka kita pun tidak mungkin dapat
mengikuti seorang manusia seperti Bu Kek Siansu, dan hanya kadang-kadang saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat melihat muncul di antara orang
banyak, dan di dalam dunia persilatan, Bu Kek Siansu akan muncul di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ceritera "Suling Emas".
Demikinlah, terpaksa pengarang menutup cerita "Bu Kek Siansu" ini
yang hanya dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menceritakan pengalaman pemuda Kwa Sin
Liong sewaktu dia belum menjadi seorang Bu Kek Siansu, sewaktu dia belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki cinta kasih sehingga masih
diombang-ambingkan oleh suka dan duka dalam kehidupannya. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenangkan isi nyanyian yang
dinyanyikan oleh anak nelayan itu, penulis mengajak para Pembaca Budiman untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama-sama mempelajari dan mudah-mudahan
kita pun akan memiliki Cinta Kasih melalui pengenalan diri pribadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Teriring salam bahagia dari pengarang dan
sampai jumpa kembali di lain cerita..<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-86593256379676090092012-07-28T21:59:00.002+08:002012-07-28T21:59:50.258+08:00BUKEK SIANSU : Seri KesebelasBUKEK SIANSU : Seri Kesebelas - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kesepuluh.html" target="_blank">Lanjutan Kho Ping Hoo - Bukek Siansu Seri Ke Sepuluh</a><br />
<br />
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";"> bertumpuk-tumpuk dan berserakan, darah
manusia membanjiri padang rumput. Namun akhirnya, betapapun gigih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Panglima Kok Cu It melakukan perlawanan
setelah dia menyuruh pasukan pengawal mengiringkan Kaisar lebih dulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan diri ke kota raja, karena
kalah banyak jumlah pasukannya, Tung Kuan jatuh ketangan pihak An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan. Pasukan-pasukan yang masih dapat
bertahan segera </span></div>
<a name='more'></a>ditarik mundur ke Ling Pao dan membuat pertahanan di<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat ini. kaisar telah melanjutkan
perjalanan kembali ke Tiang-an di mana dia berkemas-kemas dengan hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh kekhawatiran. Tak lama kemudian,
Ling pao juga jatuh dan Panglima Kok Cu It terpaksa membawa sisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukannya kembali ke kota raja.
Melihat betapa gerakan An Lu Shan amat kuat dan tidak dapat dibendung,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panglima ini menganjurkan kepada Kaisar
untuk pergi mengungsi ke Secuan. Kaisar mengumpulkan semua pembantunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang setia dan akhirnya, atas desakan
mereka pula, kaisar menerima usul itu. Berangkatlah rombongan Kaisar ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barat. Yang berada di dalam rombongan
itu, selain Kaisar sekeluarga tentu saja termasuk selir Yang Kui Hui,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga perdana Menteri Yang Kok Tiong kakak
dari selir cantik itu berserta semua keluarganya, para Thaikam (Orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kebiri) yang setia kepada Kaisar, dan
beberapa orang ponggawa tinggi yang menjadi kaki tangan mereka. Rombongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar ini dikawal oleh pasukan pengawal
istimewa dan berangkatlah rombongan Kaisar pergi mengungsi di lakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di waktu malam agar jangan ada rakyat
mengetahuinya. Pelarian yang dilakukan tergesa-gesa ini pun mencerminkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> watak orang-orang bangsawan ini. Selain
keluarga mereka, juga mereka membawa harta benda mereka sebanyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin! Tidak ada lagi yang dipikirkan
kecuali membawa keluarga dan harta bendanya sehingga mereka lupa bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan harta benda yang penting untuk
dibawa sebagai bekal, melainkan ransum! Mereka melupakan ini dan sibuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa harta benda yang mungkin dapat
terbawa. Telah menjadi kelemahan kita manusia dalam penghidupan kita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa kita selalu melekat kepada
benda-benda duniawi. Kita lupa bahwa benda-benda itu yang memang merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlengkapan hidup dan kita butuhkan,
hanyalah menjadi hamba kita, menjadi kebutuhan kita selagi hidup. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi kita silau oleh benda-benda mati
itu, kita mengejarnya dan mengumpulkannya, bukan lagi karena kebutuhan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan karena ketamakan, karena
rakus sehingga kita mengumpulkan sebanyak mungkin. Setelah itu, kita menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba duniawi, kita melekatkan diri dan
kita telah merobah batin kita menjadi benda-benda itu! Maka kita selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempertahankan duniawi secara
mati-matian, kita tidak bisa lagi hidup tanpa dia, lahir maupun batin.
Kehilangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harta benda menjadi hal yang amat hebat
dan penuh derita. Mencari dan mengumpulkan harta benda menjadi hal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling penting di dalam hidup kita
sehingga kalau perlu dalam mengejar duniawi berupa harta benda, kedudukan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemuliaan dan lain-lain, kita tidak
segan-segan untuk sikut-menyikut jegal-menjegal, bunuh-membunuh antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia! Maka akan BAHAGIALAH DIA YANG
MEMPUNYAI NAMUN TIDAK MEMILIKI, dalam arti kata, mempunyai apa saja di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dunia ini karena ada hubungannya,
karena ada kebutuhannya, hanya mempunyai lahiriah saja, namun batin sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak memiliki, sama sekali tidak
terikat atau melekat sehingga punya atau tidak punya bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan soal penting lagi! Karena
ketamakan itulah maka rombongan Kaisar segera mengalami akibatnya setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rombongan besar itu melarikan diri
sampai di pos penjagaan Ma Wei, yang terletak di Propinsi Shen-si sebelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barat, rombongan ini kehabisan ransum
yang tidak berapa banyak itu. pasukan pengawal yang menderita kelelahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kelaparan, karena sisa ransum yang
sedikit diperuntukan Kaisar dan keluarganya serta para bangsawan ,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi gelisah dan tampaklah
wajah-wajah yang membayangkan penasaran dan kemarahan, mulai terdengarlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara-suara tidak puas di antara para
anggauta pasukan. Perhentian di Ma Wei ini dipergunakan oleh Yang Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiong untuk mengadakan pertemuan dengan
orangorang Tibet. Yang Kok Tiong berusaha untuk mengadakan kontak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan Pemerintah Tibet untuk membantu
Kaisar dalam menghadapi pemberontakan dan membujuk seorang pendeta Lama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berada di antara orang-orang Tebet
itu untuk menyampaikan permintaan bantuannya. Hatinya juga gelisah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika melihat betapa anak buah pasukan
pengawal mulai tidak puas. Akan tetapi Kaisar yang sudah merasa lelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berduka, tidak tahu akan semua itu
dan dia menenggelamkan dirinya yang dirundung kedukaan itu dalam pelukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selirnya yang menghiburnya. Tidak
seorang pun di antara para bangsawan itu tahu betapa di luar terjadi hal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> luar biasa. Seorang laki-laki muda dan
seorang gadis cantik menyelinap di antara penduduk setempat, mendekati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat mengaso para pasukan pengawal
dan dua orang muda ini berbisikbisik dengan para pasukan. Mereka ini bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain adalah Bu Swi Nio dan Liem Toan
Ki! Seperti telah kita ketahui, Liem Toan Ki, jago muda dari Hoa-san-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu adalah mata-mata An Lu Shan dan Bu
Swi Nio, murid The Kwat Lin, akhirnya juga menjadi pembantu An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena terbawa oleh Liem Toan Ki yang
menjadi tunangannya itu. Kini, selagi memata-matai keadaan Kaisar yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melarikan diri, Bu Swi Nio teringat
akan kematian kakaknya, maka diambilnya keputusan untuk membalas dendam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada Yang Kui Hui yang menyebabkan
kematian kakaknya, Bu Swi Liang. Setelah berunding dengan kekasihnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berdua lalu menyelinap di antara
penduduk, mengadakan kontak dengan para komandan pasukan pengawal,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulai menghasut mereka itu.
"Lihat, kita bersusah payah, setengah mati kelelahan dan kelaparan menjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keselamatan Kaisar, beliau sendiri
bahkan bersenang-senang dan tidak memperdulikan kita, mabok dalam rayuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ynag Kui Hui setan kuntilanak
itu!" Bu Swi Nio antara lain menghasut. "Lihat kakaknya yang menjadi
perdana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menteri itu. Diam-diam mengadakan perundingan
dengan orang-orang Tibet. Dialah bersama adiknya ular cantik itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjadi pengkhianat dan menjual
negara. Coba ingat, bukankah An Lu Shan diambil anak oleh Yang Kui Hui?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Padahal diam-diam menjadi kekasihnya?
Negara telah dijual oleh Yang Kui Hui, diberikan kepada kekasihnya, An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan. Dan sekarang agaknya Yang Kok
Tiong hendak menjual keselamatan Kaisar kepada orang-orang Tibet! Aduhhh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguh membuat orang hampir mati
penasaran. kaisar dipermainkan seperti itu, namun tinggal diam karena mabok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh kecantikan Yang Kui Hui iblis
betina yang keji itu!" demikian Liem Toan Ki menambah minyak dalam api
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulai dikobarkan oleh Swi Nio. Memang
para anggauta pasukan sudah gelisah dan kehilangan ketenangan. Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa sengsara dan nasib mereka masih
belum dapat ditentukan bagaimana. Mungkin saja mereka semua akan mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> konyol jika sampai dapat disusul oleh
pasukan-pasukan pemberontak. Mendengar hasutan-hasutan itu, mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi makin gelisah dan akhirnya
terdengarlah teriakan-teriakan yang diam-diam didahului oleh Swi Nio dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toan Ki. "Gantung
pengkhianat!" "Bunuh penjual negara!" "Seret Yang Kok
Tiong!" "Yang Kok Tiong pengkhianat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus dihukum mati!" "Sebelum
menjual negara itu mampus, kami tidak mau pergi!" Teriakan-teriakan ini
makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat dan kini seluruh pasukan sudah
bangkit, mengacung-acungkan kepalan dan senjata ke arah bangunan-bangunan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di mana rombongan bangsawan itu berada.
Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Kaisar ketika mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teriakan-teriakan itu. Juga yang
lain-lain menjadi kaget setengah mati, terutama Yang Kok Tiong sendiri. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedang berunding dengan orang-orang
Tibet, ketika tiba-tiba Kaisar bersama pengawal-pengawal pribadi memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu. Kaisar kelihatan marah.
"Siapa mereka ini??" bentaknya sambil menuding ke arah tujuh orang
Tibet<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berada di situ.
"Hamba....hamba sedang berunding.... minta pertolongan Pemerintah
Tibet," jawab Yang Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiong. "Tangkap orang-orang Tibet
itu! Siapa tahu mereka adalah mata-mata perampok!" Perintah Kaisar ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diturut oleh para pengawal dan
ditangkaplah tujuh orang Tibet itu yang tidak berani melakukan perlawanan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sementara itu, teriakan-teriakan di
luar menuntut kematian Yang Kok Tiong makin menghebat. Berbondong-bondong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datanglah para pembantu Kaisar,
berkumpul di tempat Yang Kok Tiong yang duduk dengan muka pucat mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tuntutan para pasukan di luar. Di depan
mata semua orang, tanpa malu-malu Yang Kui Hui menubruk dan merangkul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> leher Kaisar sambil menangis.
"Sudilah Paduka menolong kakakku.... harap Paduka menyelamatkan
kakakku..." Selir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menangis. Didekap dan ditangisi
selirnya yang tercinta, kaisar yang tua itu segera menghardik kepada kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal pribadinya, "tangkap si
pembuat ribut itu!" Komandan pengawal itu berdiri tegak dan menjawab,
"Ampun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sri Baginda. Akan tetapi yang ribut
adalah seluruh pasukan pengawal!" "Junjungan hamba ...... tolonglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakakku..... selamatkan dia
......!" Yang Kui Hui menangis. yang Kok Tiong juga menjatuhkan diri
berlutut di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan kaki Kaisar. "Hamba hanya
dapat mengharapkan kebijaksanan Paduka dan menaruh nyawa hamba di dalam telapak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Paduka ....!" "Seret
Yang Kok Tiong si pengkhianat keluar!" terdengar teriakan dari luar.
"Keluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahanam itu, kalau tidak kami menyerbu
ke dalam!" Suara ini diikuti suara pintu digedor-gedor dari luar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tangkap dia...!!" Kaisar
memerintah dan menudingkan telunjuknya kluar. Komandan pengawal hendak membuka
dau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pintu, akan tetapi tiba-tiba dari luar
meloncat masuk pengawal yang menjaga di luar, mukanya pucat dan tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggigil lalu dia menjatuhkan diri di
atas lantai menghadap Kaisar sambil berkata, "Mereka .... mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> .....akan menyerbu.....!" Oleh
kepala pengawal, Kaisar dan rombongannya dikawal naik ke loteng. Kemudian
Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dan memandang kepada pasukannya
yang memberontak di luar itu. Begitu melihat munculnya Kaisar, para anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah pasukan berteriak kacau balau,
menuntut agar Yang Kok Tiong diberikan kepada mereka. Kepala pengawal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat gelagat buruk, diam-diam lalu
menotok perdana menteri itu dan membawanya turun lagi di luar tahunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar, kemudian dia membuka pintu dan
mendorong perdana menteri itu ke luar. Banyak tangan yang penuh dendam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebencian menyambut, tubuh Yang Kok
Tiong di seret-seret, hujan pukulan dan makian, penghinaan dan ludah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditujukan kepadanya. Ketika Yng Kui Hui
yang mendengar teriakan-teriakan kakaknya itu keluar mendekati Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menjenguk ke bawah, dia menjerit
dan merangkul Kaisar, menangis. Kaisar sendiri terbelalak memandang betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perdana menterinya itu, kakak dari
selirnya, disiksa oleh pasukan, dipukuli dan dimaki-maki. "Tolonglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakakku..... tolonglah dia...."
Yang Kui Hui merintih dan menangis. Kaisar lalu berseru ke bawah dengan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lantang, "Haiii! Semua anggauta
pasukanku....! Tahan.....! Jangan lanjutkan perbuatan gila itu!"
"Berhenti....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalaian iblis-iblis jahat.......!
Uh-huuuuhhh-huuuu....!!" Yang Kui Hui juga menjrit-jerit dan akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
menutupi mukanya, demikian pula Kaisar ketika melihat betapa Yang Kok
Tiong sudah rebah dan tidak berkutik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi, dengan tubuh hancur dan penuh
darah. Tiba-tiba dari dalam rombongan pasukan dan orang-orang dusun yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak berkumpul di tempat itu
terdengar suara nyaring seorang laki-laki, "Seret iblis betina Yang Kui
Hui....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dialah biang keladinya! Dialah yang
menjatuhkan kerajaan dengan menggoda Sri Baginda! Semenjak ada dia,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerajaan menjadi lemah dan dikuasai oleh
pengkhianat-pengkhianat!" Disusul suara wanita, "Bunuh kuntilanak
itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia siluman betina! Dia Tiat Ki ke dua
....! Dia berjinah dengan An Lu Shan, dia mengumpulkan keluarganya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menguasai kerajaan! Dia harus dihukum
gantung.....! Suara ini adalah suara Bu Swi Nio yang ingin membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kematian kakaknya. Dia menyebutnyebut
nama tokoh wanita Tiat Ki, yang dalam dongeng sejarah adalah seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siluman rase yang menjelma wanita
menjadi selir Kaisar dan menyeret kerajaan ke dalam kehancuran pula.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mendengar teriakan-teriakan menghasut
dari Liem Toan Ki dan Bu Swi Nio ini, pasukan yang haus darah dan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ridak puas itu lalu berteriak-teriak,
menuding-nuding kepada Yang Kui Hui sambil menuntut agar wanita cantik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu digantung! "Tidak....!! Kalian
gila semua! Tidaaaakkk....!!" Kaisar memeluk tubuh selirnya yang pucat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir pingsan itu, lalu menariknya
masuk, diikuti teriakan-teriakan para anak buah pasukan dan rakyat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setempat. Kaisar dengan muka mereh
karena marahnya merangkul Yang Kui Hui yang menangis terisakisak itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diikuti oleh rombongan. Semua anggauta
rombongan memandang dengan muka pucat, apalagi mereka mendengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ribut-ribut di luar rumah dan kini
pintu digedor-gedor lagi. "Gantung Yang Kui Hui.....!" "Bunuh
siluman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu.....!" "Kalau tidak,
rumah ini kami bakar!!" Tentu saja Kaisar dan yang lain menjadi makin
panik. Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjatuhkan diri di atas kursi, mukanya
pucat dan keringatnya bercucuran membasahinya, sementara itu Yang Kui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui berlutut di dekat kursi Kaisar,
memeluk kaki Kaisar dan memperlihatkan sikap yang memelas (menimbulkan iba)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, tubuhnya gemetar karena
suara-suara dari luar yang terdengar, suara menuntuk kematiannya itu seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ujung pedang-pedang yang
ditusuk-tusukan ke ulu hatinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JILID 21<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Gedoran pintu makin keras,
teriakan-teriakan makin hebat sementara Kaisar menanti hasil para komandan
pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal yang tadi keluar untuk
menyabarkan anak buahnya. Penantian yang mencekam dan menegangkan urat syaraf.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba, ketik para komandan pasukan
keluar dan bicara, suarasuara teriakan dan gedoran pintu terhenti. Hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar lega, dia menunduk dan saling
pandang dengan kekasihnya. Sepasang mata yang indah itu yang tak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehilangan daya pengaruh yang membuat
Kaisar terpesona, kini berlinang air mata. Akan tetapi hanya sejenak saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati mereka terhibur dan harapan mereka
timbul, karena tiba-tiba terdengar teriakan-teriakan lebih keras lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disusul gedoran pada pintu dan dinding
dan tak lama kemudian, kepala pengawal dan para pembantunya masuk dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka pucat, serta merta menjatuhkan
diri berlutut di depan Kaisar. "Hamba siap menerima hukuman karena hamba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekalian tidak berhasil menundukan
kemarahan mereka," kata komandan pengawal sambil menunduk. Kaisar bangkit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri dan pada saat itu terdengar
suara, "Bunuh siluman Yang Kui Hui! Kalau tidak, mari kita bunuh saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua!" "Tidak!
Tidaaaaaakkk....! Persetan....!!" Kaisar berteriak dan lengan kirinya
merangkul leher selirnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah dia hendak melindungi
kekasih tercinta itu. "Dor-dor-dorrrr...." pintu digedor dari luar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hancurkan saja Raja lalim dan
lemah....!" "Bakar saja rumah ini kalau yang Kui Hui tidak dihukum
mati!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Keadaan sudah amat berbahaya dan
menegangkan. Semua bangsawan yang berada di situ sudah menjadi pucat. Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mahkota segera menjatuhkan diri
berlutut di depan Kaisar. "Dalam keadaan seperti ini, mengapa Paduka masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kukuh?" putera mahkota itu
menangis. Para pembesar yang setia kepada kaisar juga membujuk, bahkan kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> thaikam yang menjadi kepercayaan Kaisar
dan yang diam-diam secara pribadi memusuhi Yang Kui Hui, berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Harap Paduka suka
mempertimbangkan dengan tenang. Memang menyakitkan hati sekali tuntutan mereka.
namun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka tidak dapat dibendung dan kalau
ditolak, tentu Paduka akan terancam bahaya, bahkan seluruh keluarga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Paduka. Apakah Paduka hendak
mengorbankan keselamatan Paduka sendiri dan seluruh keluarga hanya untuk satu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang yang toh tidak akan dapat Paduka
selamatkan juga?" Putera mahkota menoleh kepada Yang Kui Hui dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, suaranya keras dan penuh
tuntutan, "Seorang yang selama puluhan tahun memperoleh kemuliaan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anugerah kebaikan Kaisar, apakah di
waktu terancam lalu melupakan budi yang besarnya melebihi nyawa itu?" Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui Hui menjadi pucat wajahnya dan dia
menjatuhkan diri berlutut di depan Kaisar, memeluk kaki Kaisar sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis dan berkata, "Biarlah
hamba membalas segala budi kebaikan Paduka....." "Tidak....!
Tidak....ohhh, Kui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui, tidak....! Jangan....!" akan
tetapi banyak tangan merenggut tubuh selir cantik itu dari pelukan Kaisar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu menyerahkannya kepada kepala
thaikam. Selir itu diseret oleh kepala thaikam ke atas pagoda dan tak lama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian, terdengarlah sorak-sorai para
pasukan melihat tubuh selir cantik jelita itu tergantung di pagoda,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tergantung lehernya dan berkelojotan
sebentar lalu terdiam. "Hidup kaisar....!!" "Biang keladi
kelemahan telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas....!!" "Kita akan mengawal
Kaisar sampai titik darah terakhir!" Di sebelah dalam, Kaisar yang tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis itu terbelalak mendengar
teriakan yang sama sekali berlainan itu. Dia bingung tidak tahu apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi, memandang ke kanan kiri.
"Di mana dia....? Mana Yang Kui Hui....!" Semua keluarganya
menjatuhkan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlutut. "Dia..... telah
mengorbankan nyawa demi keselamatan paduka sekeluarga...." "Kui
Hui....!!" Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlari naik ke loteng, kemudian roboh
pingsan melihat tubuh kekasihnya yang diam tidak bergerak, tergantung di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pagoda itu. Peristiwa ini merupakan
peristiwa bersejarah yang kemudian terkelan di seluruh Tiongkok sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berabad-abad lamanya. Bagi mereka yang
ikut merasa berduka dan terharu mendengar cerita tentang pemutusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hubungan cinta yang amat menyedikan
ini, menganggap Kaisar itu lemah dan telah melakukan kesalahan besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Peristiwa ini menjadi terkenal sekali
ratusan tahun kemudian, bahkan dijadikan cerita drama yang dipangungkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menjadi bahan karangan cerita
tentang peristiwa itu yang tak terhitung banyaknya. Lebih terkenal sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah sastrawan Po Cu I menulisnya
dengan judul "Kesalahan Abadi". Dengan lesu dan penuh duka, rombongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar melanjutkan perjalanan mengungsi
ke Secuan dan kematian selir tercinta itu melumpuhkan seluruh gairah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup Kaisar yang sudah tua itu. Akan
tetapi, di tengah perjalanan, kembali terjadi peristiwa hebat. Ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rombongan itu sedang beristirahat dan
bermalam di sebuah dusun kecil di daerah yang sepi di perbatasan Secuan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malam itu tiba-tiba heboh karena
terjadinya pembunuhan atas diri seorang di antara para pengeran yang ikut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengungsi. Pangeran ini adalah adik
pangeran mahkota. Di waktu malam yang amat sunyi itu, dua sosok bayangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebat di atas genteng rumah-rumah
yang dijadikan tempat mengaso rombongan Kaisar. Mereka ini bukan lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki.
Keduanya, sebagai mata-mata An Lu Shan, setelah berhasil mengasut anak buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan pengawal sehingga terbunuhnya
Yang Kui Hui dan kakaknya, diam-diam terus mengikuti dan membayangi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rombongan itu, mencari kesempatan baik
untuk membunuh Kaisar! Inilah tujuan mereka, karena matinya Kaisar akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan kemenangan besar bagi An Lu
Shan. Akan tetapi, mereka berdua salah masuk! Mereka memasuki kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangeran muda yang berada di sebelah
kamar Kaisar. Ketika dua batang pedang di tangan mereka bergrak, tubuh di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas pembaringan, di dalam kelambu yang
tertusuk pedang dan mengeluarkan pekik maut bukanlah tubuh Kaisar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan tubuh pangeran itu! barulah
kedua orang ini tahu bahwa mereka telah keliru, dan cepat mereka meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan keluar dari dalam kamar itu melalui
jendela. "Tangkap penjahat!" "Tangkap pembunuh!!" Dalam
sekejap mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja kedua orang mata-mata itu dikepung
oleh belasan orang pengawal dan disergap. Tentu saja Bu Swi Nio dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liem Toan Ki membela diri dan membalas
dengan serangan-serangan dahsyat. Terjadilah pertandingan keroyokan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruangan yang cukup terang itu dan makin
lama makin banyaklah pengawal yang datang mengeroyok. Menghadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyokan banyak sekali pengawal
yang berkepandaian tinggi, dua orang itu menjadi repot juga. Dengan berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling membelakangi, Swi Nio dan Toan
Ki saling melindungi, pedang mereka bergerak cepat menyambar-nyambar ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan, kanan dan kiri menangkis semua
senjata yang datang bagaikan hujan ke arah mereka. Suara beradunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata nyaring diselingi
teriakan-teriakan para pengeroyok memecah kesunyian malam di dusun itu. Tidak
kurang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari delapan orang pengeroyok roboh
oleh pedang mereka dan kini para pengawal atas komando perwira atasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka mengurung dan mengatur barisan.
Kesempatan ini dipergunakan oleh Bu Swi Nio untuk menggeser kakinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mundur sampai punggungnya beradu dengan
punggung Liem Toan Ki. Kemudian dia berbisik, suaranya mengandung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keharuan, "Maaf, Koko. Aku yang
membujukmu ke sini sehingga kau juga menghadapi bahaya maut...."
"Hushhh....,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mati atau hidup kita berdua,
Moi-moi...." "Aku tak takut mati, tapi.... aku belum sempat membalas
segala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebaikanmu, Koko...." "Tidak
ada kebaikan di antara kita. Kita saling mencinta, bukan? Mencinta sampai kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mati bersama!" Ucapan Toan Ki ini
membangkitkan semangat di dalam hati Swi Nio. Sambil memengang pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> erat-erat dan tangan kirinya dikepal,
dia berkata. "Aku akan merasa bangga denganmu, Koko!" Percakapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bisik-bisik itu dihentikan karena kini
para pengeroyok yang tadi mengurung mereka telah mulai menyerang. Kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyokan mereka teratur, dan
serangan datang bertubi-tubi, berantai karena mereka mengelilingi dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini sampai tiga empat baris. Swi Noi
dan Toan Ki kembali harus menggerakan pedang masing-masing untuk menangkis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melindungi tubuh mereka, namun
karena datangnya serangan tidak seperti tadi, kadang-kadang bertubi-tubi dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> susul menyusul, mereka berdua menjadi
repot sekali dan tiba-tiba terdengar Swi Nio mengeluh perlahan ketikabahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kirinya terkena hantaman gagang tombak.
Biarpun keduanya telah terluka, namun mereka terus mengamuk, pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menyambar-nyamabar dan kembali
robohlah empat orang pengeroyok, sungguhpun mereka berdua sendiri juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalami lukaluka bacokan. Maklumlah
keduanya bahwa menghadapi pengeroyokan demikian banyak pengawal, Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mungkin dapat meloloskan diri,
maka mereka mengamuk untuk dapat membunuh sebanyak mungkin musuh sebelum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berdua dirobohkan.Mereka berdua
sudah bertekad untuk melawan sampai mati. Akan tetapi tiba-tiba terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perubahan. Para pengurung dan
pengeroyok menjadi kacau balau dan terdengar suara meledak-ledak nyaring serta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disusul pekik-pekik kesakitan dan
robohlah beberapa orang pengeroyok yang kena disambar oleh sebatang cambuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berduri. Juga ada para pengeroyok yang
dilempar-lemparkan sepasang lengan yang amat kuat. Swi Nio dan Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut dan girang sekali karena
maklum bahwa ada bala bantuan datang. Mereka tadinya menduga bahwa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang tentulah teman-teman mereka,
para mata-mata yang disebar oleh An Lu Shan. Akan tetapi mereka menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terheran-heran dan kagum sekali ketika
menyaksikan bahwa yang mendatangkan kekacauan pada pihak para pengeroyok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanyalah dua orang, seorang pemuda
tinggi besar yang gagah perkasa, yang menggunakan kedua tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melempar-lemparkan para pengawal, dan
seorang dara yang amat cantik jelita dan gagah, dara yang mengamuk dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang cambuk berduri dan sebatang
pedang, gerakannya cepat dan ganas. Siapakah dua orang yang tidak dikenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Swi Nio dan Toan Ki itu? Mereka
adalah Ouw Soan Cu, gadis Pulau Nereka yang lihai itu, dan pemuda tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar Kwee Lun, murid Lam-hai Seng-jin
yang tinggal di Pulau Kura-kura di laut selatan. Seperti telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diceritakan di bagian depan, mereka
berdua saling berjumpa di puncak Awan Merah di Pegunungan Tai-hang-san,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yaitu di tempat tinggal Tee-tok
Siangkoan Houw. Ouw Soan Cu gadis Pulau Neraka itu datang bersama Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedangkan Kwee Lun yang menjadi teman
seperjalanan dan sahabat Swat Hong datang pula bersama gadis itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tadinya, sebelum Sin Liong pergi
bersama Swat Hong untuk mencari The Kwat Lin di Bu-tong-pai, pemuda ini yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa kasihan kepada Soan Cu
menitipkan gadis itu kepada Tee-tok Siangkoan Houw. Akan tetapi melihat Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi bersama Swat Hong, Soan Cu tidak
mau tinggal di tempat itu, lalu dia pun pergi hendak mencari ayahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan Kwee Lun, yang merasa tertarik
kepada gadis cantik jelita dan galak serta jujur itu, segera berpamit dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat lari mengejar Soan Cu. Di kaki
pegunungan Tai-hang-san, barulah Kwee Lun mampu menyusul Soan Cu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis itu memperlambat larinya dan
berjalan dengan termenung. Setelah kini mulai melakukan perjalanan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri, barulah Soan cu merasa bingung
sekali. tadinya, melakukan perjalanan bersama Sin Liong, dia tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa-apa, hanya ikut saja dan segeralah
hal diputuskan oleh pemuda itu. Setelah kini sadar bahwa dia berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang diri di dunia yang luas ini,
dia merasa kesepian dan bingung. Dia tidak mengenal tempat dan tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus menuju ke mana untuk mencari
ayahnya! Teringat akan semua ini, hatinya kecil dan gelisah, juga marah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Marah kepada Sin Liong yang meninggalkanya.
"Nona Ouw, perlahan dulu.....!" Karena termenung dan hatinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gelisah, Soan Cu sama sekali tidak
memperhatikan keadaan sekitarnya maka dia tidak tahu bahwa ada orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayanginya di belakang. Barulah dia
terkejut ketika mendengar seruan itu dan cepat dia membalikkan tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang. Dia cemberut melihat bahwa
yang memanggilnya adalah pemuda tinggi besar yang pernah bertempur dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia di Puncak Awan Merah karena pemuda
ini memembela Swat Hong dan dia membela Sin Liong. Teringat akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peristiwa itu, tiba-tiba saja dia
merasa gelisah dan menahan ketawanya dengan senyum lebar, lalu menutupi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulutnya. Melihat gadis itu menahan
ketawa, namun jelas sinar mata gadis itu mentertawakannya, Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya yang tebal, akan
tetapi dia pun tersenyum dan berkata sambil menjura, "Nona Ouw, mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau menahan ketawa dan
menyembunyikan senyum? Menyambut seorang kenalan dengan senyum lebar di bibir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan penghormatan paling besar.
Senyum adalah seperti matahari pagi, menghidupkan menenteramkan, penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> damai dan bahagia....." Mendengar
ucapan pemuda itu yang diatur seperti orang membaca sajak, Soan Cu tertawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia kagum juga. Terdengar amat
indah kata-kata tadi. Akan tetapi timbul pula kenakalannya dan dai menjawab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan nada mengejek, "Orang She
Kwee, aku tertawa bukan menyambutmu, melainkan teringat akan peristiwa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat lucu. Engkau datang bersama Han
Swat Hong, membelanya mati-matian, akan tetapi sekarang di manakah dia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Engkau ditinggalkan begitu saja! Betapa
lucunya! Lucu ataukah menyedihkan?" Alis tebal itu makin dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkerut, akan tetapi kemudian Kwee Lun
tersenyum lagi dan menganggukangguk. "Memang lucu sekali! Ha-ha-ha-ha,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lucu sekali!" Melihat pemuda itu
tidak tersinggung malah tertawa-tawa, Soan Cu menjadi penasaran. "Apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lucu?" bentaknya. "Kau.....
eh, kita berdua.... yang lucu. Mengapa bisa begini kebetulan?" "Apa
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebetulan?" Soan Cu makin
penasaran karena ejekannya itu kini agaknya malah dibalikan oleh pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya. "Bukankah kebetulan
sekali nasib kita amat serupa? Aku datang bersama Nona Swat Hong dan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditinggalkan, sebaliknya engkau pun
datang bersama Sin Liong dan engkau ditinggalkan pula. Nasib kita benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serupa, bukankah ini amat
lucunya?" Wajah Soan Cu menjadi merah sekali. "Sratttt!" Pedang
Coa-kut-kiam yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersinar-sinar telah berada di tangan
kanannya.Kwee Lun terkejut bukan main, hanya memandang bengong karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali tidak menyangka bahwa gadis
yang dianggapnya jujur dan lincah gembira ini demikian mudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersinggung! "Eh, Nona Ouw.....
kau.... marah oleh godaanku tadi?" "Siapa marah? Hayo cabtu pedangmu,
kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lanjutkan pertempuran kita yang
terhenti ketika di Puncak Awan Merah. Aku masih belum kalah olehmu!" Kwee
lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penarik napas panjang, hatinya lega.
Tepat dugaannya, nona ini sama sekali bukan tersinggung oleh godaannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan karena memiliki watak aneh,
ingin melanjutkan pertempuran ketika mereka saling membela sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masing-masing di Puncak Awan Merah.
"Wah, berat, Nona. Aku terima kalah. Dalam geberakan-geberakan yang pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita lakukan itu saja aku sudah tahu
bahwa ilmu kepandaianmu jauh lebih tinggi daripada aku. Pula kita bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh. terserah kalau Nona hendak
menganggap aku musuh, akan tetapi aku Kwee Lun sama sekali tidak menganggap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau sebagai musuhku. Bahkan sebaliknya,
di antara kita, mau atau tidak telah terdapat ikatan persahabatan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat erat." "Hemm, jangan kau
mencoba untuk membujuku. Persahabatan dari mana? Enak saja kau bicara!"
""Eh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apakah kau hendak menyangkal bahwa
engkau adalah sahabat baik dari Kwa Sin Liong, Nona?" "memang, dia
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabat baikku, bukan engkau!"
"Nah, kalau engkau sahabat baik dari dari Kwa Sin Liong, berarti engkau
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabat baikku pula. Kwa Sin Liong
adalah Suheng dari Han Swat Hong, dan Nona itu adalah sahabatku. Sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Si Suheng tentu juga menjadi
sahabat baik dari sahabat Si Sumoi, bukan?" "Hemm, kau memang pandai
bicara."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu menyarungkan kembali pedangnya.
"Bilang saja bahwa kau tidak berani melawan aku!" "Tentu saja
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani, karena memang pedangku bukan
untuk melawan, melainkan untuk membantumu mencari kembali Ayahmu. Bukankah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau hendak mencari Ayahmu, Nona?
Tahukah kau ke mana kau harus mencarinya?" Ditegur seperti itu, Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi bingung lagi. Memang tadi dia
sedang termenung bingung, tidak tahu harus pergi ke mana, dengan matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang indah terbelalak gadis itu
memandang kepada Kwee Lun dan menggelengkan keplanya, lalu dia berkata,
"Apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau tahu?" "Tentu saja aku
tidak tahu, Nona. Aku belum mengenal Ayahmu itu. Akan tetapi, sebagai seorang
gadis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda, sungguh tidak leluasa bagimu
untuk mencari sendiri. Aku dapat membantumu, aku sering merantau dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> guruku dahulu , dan aku banyak mengenal
daerah-daerah, tahu pula dunia kang-ouwse sehingga agaknya akan lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menguntungkan bagimu dan menyenangkan
bagiku kalau kita melakukan perjalanan bersama. Tentu saja kalau kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suka....." Sampai lama Soan Cu menatap
wajah pemuda itu, kemudian dia menghela napas, berkata, "Engkau baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, seperti Sin Liong. Tentu saja
engkau tidak dapat kuandalkan seperti dia, kepandaianmu tidak sehebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia. Akan tetapi engkau juga gagah
perkasa, jujur dan itu sudah cukup untuk meyakinkan aku bahwa engkau tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat menjadi seorang sahabat."
"Ha-ha-ha, terima kasih, ha-ha-ha! Sudah kuduga bahwa engkau adalah
seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis yang luar biasa, polos dan tidak berpura-pura,
cantik dan gagah perkasa. Ha-ha-ha!" Kwe Lun tertawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan bebas dan terkejutlah Soan Cu
ketika , melihat betapa air mata mengalir di kedua pipi pemuda tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar yang gagah dan tampan ini.
"Eh, kau menangis??" Kwee Lun menghentikan tawanya, mengusap air mata
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ujung lengan bajunya sambil menggeleng
kepala. "Ini adalah penyakitku, Nona. Aku selalu mengeluarkan air mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau tertawa terlalu gembira. Akan
tetapi, kalau dilihat kenyataannya, apa sih bedanya antara tawa dan tangis?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Apakah bedanya antara senang dan susah,
antara nyeri dan nikmat? Kesemuanya adalah dua muka dari satu tangan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tak terpisahkan. Mencari yang satu,
pasti akan ketemu dengan yang ke dua." "Wah, kau memang seorang
manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aneh, Kwee-toako. Kau gagah perkasa,
pemberani, pandai bersajak, pandai filsafat, dan.... cengeng!" Girang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan main hatinya mendengar gadis itu
menyebutnya toako, tanda bahwa gadis itu benarbenar mau menerima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> persaudaraan atau persahabatan diantara
mereka. "Ouw-siocia..... atau engkau lebih senang kusebut adik?"
"Sebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja namaku Soan Cu." "Bagus!
Kau hebat! Soan Cu kau percayalah, aku Kwee Lun bukanlah seorang yang berarti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> palsu. Engkau tidak akan kecewa menaruh
kepercayaan kepadaku dan sudi menerima uluran tangan persahabatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dariku. Aku akan berdaya upaya sedapat
mungkin untuk mencari Ayahmu itu. Siapakah nama beliau?" "Ayahku
bernama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Sian Kok, tokoh besar dari Pulau
Neraka yang sudah belasan tahun meninggalakn Pulau Neraka." Tiba-tiba Kwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lun memandang dengan mata terbelalak
dan mukanya berubah agak pucat, bibirnya bergetar ketika dia menegaskan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Pu.... Pulau..... Neraka?"
Soan Cu tersenyum. "Apakah kau masih mau menganggap aku sahabat setelah
kau tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku adalah seorang gadis dari Pulau
Neraka?" "Eh-eh, jangan salah paham, Soan Cu. Aku..... hanya terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali mendengar ada pulau yang namanya
seperti itu. Pernah guruku, Lam-hai Sengjin mengatakan bahwa di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dongeng yang tersebar diantara kaum
kang-ouw, terdapat sebutan dua pulau. Pertama adalh Pulau Es....."
"Tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal Sin Liong dan Swat Hong!"
"Benar, dan aku sudah merasa bahagia bukan main telah bertemu dengan
seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteri Pulau Es. dan Ke dua, menurut
Suhu adalah pulau yng tentu tidak pernah ada dan hanya ada dalam dongeng,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah Pulau Neraka........"
"Bukan dongeng. Akulah gadis Pulau Neraka." Ouw Soan Cu lalu
menceritakan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> singkat keadaan Pulau Neraka, juga tentang
ayahnya yang minggat dari pulau ketika ibunya tewas melahirkan dia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ah, kasihan sekali engkau, Soan
Cu." "Ayahku yang patut dikasihani." "Tidak! Ayahmu telah
melakukan hal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat keliru. Perbuatannya lari dari
Pulau Neraka itu jelas membayangkan betapa ayahmu hanyalah mngingat akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirinya sendiri saja." "Kwee
Lun! Apa yang kaukatakan ini? kau berani menghina nama ayah di depanku?"
Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melotot marah. "Maaf, Soan Cu. Aku
sama sekali tidak menghina siapa pun. Aku hanya bicara berdasarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyataan. Ibumu meninggal duni ketika
melahirkanmu, apakah beliau itu salah? Engkau sendiri yang dilahirkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kelahiran itu mengakibatkan
kematian ibumu, apakah engkau pun bersalah? Tentu saja tidak! Mendiang ibumu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan engkau sama sekali tidak bersalah
dan kematian itu adalah suatu hal yang wajar, yang sudah semestinya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lumrah karena hidup dan mati hal yang
biasa. Akan tetapi ayahmu. Beliau malah lari meninggalkan pulau,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan anaknya yang baru
terlahir! Apakah perbuatan ini harus kubenarkan saja? Kalau aku berbuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian, berarti aku bukan membenarkan
secara jujur, melainkan menjilat untuk menyenangkan hatimu." Lenyap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahan Soan Cu. Dia menunduk. "kau
aneh, Kwee-toako, aneh dan terlalu terus terang. Habis andaikata benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti yang kau katakan bahwa Ayah
terlalu mementingkan diri sendiri apakah aku, sebagai anaknya tidak boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari Ayahku?" "Bukan
begitu, Soan Cu. Tentu saja engkau harus mencari Ayahmu dan aku akan membantumu
sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita berhasil menemukan Ayahmu.
Mudah-mudahan saja kita akan berhasil karena harus diakui betapa akan sukarnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari seorang yang tidak kita ketahui
berada di mana. Akan tetapi aku percaya bahwa kalau memang Ayahmu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah pergi selama belasan tahun itu
berada di daratan, sebagai seorang tokoh besar, tentu ada orang kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mengetahuinya." Demikanlah,
kedua orang muda ini melakukan perjalanan bersama dan makin eratlah hubungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diantara mereka. Dalam diri
masing-masing mereka menemukan sahabat yang cocok kepribadian yang serasi
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> watak masing-masing, terbuka, jujur dan
tidak bisa bermanis-manisan muka. Soan Cu mulai tertarik sekali kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda tinggi besar yang tampan, jujur,
jenaka dan biarpun kelihatan kasar, namun ternyata pandai bernyanyi dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membaca sajak-sajak indah. Di lain
pihak, Kwee Lun juga tertarik sekali oleh pribadi Soan Cu, seorang gadis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kadang-kadang kelihatan liar dan
ganas, tidak pernah menyembunyikan perasaan, namun kadang-kadang begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lembut dan penuh sifat keibuan. makin
akrab hubungan mereka, makin terobatlah hati yang tadinya luka oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> asmara. Kwee Lun mulai dapat melupakan
Swat Hong yang dikaguminya, sedangkan Soan Cu mulai dapat melupakan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong. Kwee Lun bersama Soan Cu
melakukan penyelidikan sampai jauh ke barat, karena dia mendengar dari seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh Kangouw bahwa nama Ouw Sian Kok
pernah muncul dibarat. Akan tetapi, pada waktu mereka melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjalanan ke barat untuk mencari jejak
tokoh Pulau Neraka itu, keadaan sudah kacau balau oleh perang dan arus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia ke barat amat banyak. Kedua
orang muda itu terbawa harus manusia dan mereka pun seperti dua orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedang mengungsi ke barat. Ketika
mendengar bahwa rombongan Kaisar yang melarikan diri berada di depan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar pula tentang kematian selir
terkenal Yang Kui Hui bersama kakaknya yang menjadi perdana menteri, Kwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lun berkata kepada temannya, "Soan
Cu, mari kita melihat keadaan Kaisar. Aku tidak mencampuri urusan perang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi siapa tahu, rombongan
keluarga bangsawan tertinggi yang melarikan itu akan menarik perhatian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang kang-ouw, termasuk
Ayahmu." Seperti biasa selama melakukan perjalanan bersama, Soan Cu hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyetujui karena dia sendiri tidak
tahu apa-apa. Hanya mengharapkan untuk bertemu dengan ayahnya mulai menipis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena sampai saat itu belum juga ada
keterangan yang jelas dan meyakinkan tentang diri ayahnya. Malam itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dapat menyusul rombongan Kaisar
yang berada dalam keadaan berduka setelah terjadi peristiwa pembunuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Yang Kui Hui karena Kaisar selalu murung
dan berduka sekali. Dan seperti diceritakan di bagian depan, pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malam itu terjadi lagi peristiwa hebat
yang menimpa rombongan Kaisar, ketika Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diam-diam menyelinap ke dalam temapat
penginapan dan hendak membunuh Kaisar akan tetapi salah masuk dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaliknya membunuh seorang pangeran
muda. Ketika Soan Cu dan Kwee Lun melihat dua orang muda yang dengan gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa mengamuk dan dikepung ketat
oleh para pengawal, telah menderta luka-luka namn masih terus mengamuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat, Kwee Lun menjadi kagum dan
berbisik, "Melihat gerakannya, pemuda gagah itu tentu murid Hao-san-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah orang gagah, pendekar sejati,
maka sepatutnya kita menolong mereka." Soan Cu mengangguk."Memang
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adil sekali dua orang dikeroyok puluhan
orang perajurit seperti itu. Gadis itu pun gagah dan cantik. Mari,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toako, kita bantu mereka meloloskan
diri." Mereka lalu melayang turun dari atas pohon dari mana mereka tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengintai, dan tak lama kemudian
gegerlah para pengeroyok ketika dua orang muda ini menyerbu dari luar kepungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan merobohkan para pengeroyok dengan
amat mudahnya. Kwee Lun tidak mencabut pedangnya, melainkan menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tangannya yang kuat menangkapi
dan melempar-lemparkan pengawal yang menghadang di depannya, sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu mengamuk dengan cabuk berduri
di tangan kri dan sebatang pedang di tangan kanan. Gerakan dara ini bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main ganasnya, cambuknya meledak-ledak
dan setiap ledakan disusul robohnya seorang pengeroyok, pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuat gerakan cepat sehingga tampak
sinar bergulung-gulung yang merontokan semua senjata lawan. "Harap Ji-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mundur dan cepat lari, biar kami
menahan mereka!" kata Kwee Lun sambil menggerakkan sikunya yang kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobohkan seseorang pengawal yang
menerjangnya dari belakang. "Terima kasih atas bantuan Ji-wi (Anda
Berdua)!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seru Liem Toan Ki dengan girang karena
dia khawatir sekali akan keadaan kekasihnya. Sambil menggerakkan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> , mereka lalu mundur dan membuka jalan
darah, merobohkan mereka yang berani menghadang dan karena kini para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal itu dikacaukan oleh Kwee Lun
dan Soan Cu, tidak sukar bagi Swi Nio dan Toan Ki untuk meloloskan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kepungan yang sudah terpecah belah
itu. Setelah melihat dua orang itu menghilang, Kwee Lun juga mengajak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu meninggalkan gelanggang
pertempuran dan menghilang di dalam gelap, mengejar bayangan dua orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka tolong itu. Menjelang pagi, Soan
Cu dan Kwee Lun melihat dua orang yang ditolongnya tadi sedang menanti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka di luar sebuah hutan besar.
Melihat dua orang penolong mereka, Swi Nio dan Toan Ki cepat maju dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberi hormat dengan mengangkat kedua
tangan ke depan dada dan membungkuk. "Banyak terima kasih kami haturkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas bantuan Ji-wi yang mulia,"
kata Toan Ki. "Kalau tidak mendapat bantuan Ji-wi, tentu kami berdua telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas di tangan para pengawal Kaisar
itu." "Ah, diantara kita, bantu membantu merupakan hal yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sewajarnya," jawab Kwee Lun.
"kami sendiri juga mengharapkan bantuan Ji-wi." "Bantuan apa?
Kami akan bergembira<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali kalau dapat membantu
Ji-wi," seru Liem Toan Ki yang telah merasa berhutang budi. "Kami
berdua sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari seorang tokoh bernama Ouw Sian
Kok, tokoh dari Pulau Neraka. Barangkali Ji-wi dapat membantu kami di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana adanya Ouw-locianpwe itu?"
Kaget juga Swi Nio dan Toan Ki mendengar disebutnya Pulau Neraka, mereka saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandang dan menggelengkan kepala.
"Sayang, kami sendiri belum pernah mendengar nama Ouw Sian Kok dari Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka. Akan tetapi kami akan membantu
sekuat tenaga. Di manakah adanya beliau yang terakhir kalinya, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apakah Ji-wi sudah mendapatkan
jejaknya?" "Itulah sukarnya. Kami tidak tahu beliau berada di mana
maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengharapkan keterangan dari
orang-orang kang-ouw." "Kalau begitu, mari Ji-wi ikut dengan kami ke
timur. Saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kira, mencari seorang tokoh besar di
dunia kangouw akan bisa kita dapatkan keterangan selengkapnya di sekitar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota raja. Apalagi sekarang, setelah
perjuangan An Lu Shan Tai-ciangkun berhasil, tentu banyak tokoh kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul di kota raja dan kita dapat
bertanya-tanya kepada mereka." "Akan tetapi kabarnya di sana terjadi
perang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan banyak orang mengungsi ke
Secuan." Toan Ki tersenyum. "Jangan khawatir, kami berdua adalah
orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam! Kami berdua bekerja untuk
An-taiciangkun, maka kami mempunyai banyak kenalan di sana. Sekarang Tiang-an<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah diduduki, dan agaknya keadaan
tentu telah aman kembali. " Mereka bercakap-cakap dan terdapatlah
kecocokan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di antara mereka. Juga Soan Cu menjadi
akrab dengan Swi Nio. Gadis Pulau Neraka yang masih hijau ini senang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali mendengar penuturan Swi Nio yang
sudah berpengalaman, sebaliknya Swi Nio juga kagum terhadap dara cantik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang ternyata adalah seorang dari Pulau
Neraka yang hanya dikenal dalam dongeng, kagum menyaksikan kehebatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu kepandaian Soan Cu tadi dan jug
ngeri menyaksikan senjata-senjata yang ampuh dan ganas itu. Berangkatlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berempat, kembali ke timur
menuju ke Tiang-an, kota raja pertama yang telah terjatuh ke tangan An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan. Setelah berhasil menduduki
Lok-yang ibu kota kedua itu melalui pertempuran yang seru, An Lu Shan memimpin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan intinya menuju ke Tiang-an.
Kembali dia harus menghadapi perlawanan gigih di Lembah Tung Kuan, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi setelah lembah ini didudukinya,
pasukan-pasukan terus menekan dan bergerak menuju ke Tiang-an.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikianlah, Tiang-an, ibu kota yang
megah itu, diserbu dan didudukinya dengan amat mudah, hampir tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlawanan sama sekali. Hal ini adalah
karena banyak kaki tangan dan mata-matanya yang dipimpin oleh Ouwyang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cin Cu dan The Kwat Lin, telah lebih
dulu melakukan kekacauan-kekacauan sehingga melemahkan pertahanan, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar melarikan diri meninggalkan kota
raja Tiang-an, hal ini membuat para pasukan penjaga menjadi kehilangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semangat dan sebagian besar di anatara
mereka menyatakan takluk tanpa melalui peperangan yang lama, ada pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang melarikan diri menyusul rombongan
Kaisar ke barat. Seperti biasa terjadi di waktu perang, dari jaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahulu sebelum sejarah tercatat sampai
sekarang, akibat-akibat yang mengerikan terjadi dan menimpa diri pihak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kalah perang. Demikian pula nasib
para bangsawan di kota raja yang tidak sempat melarikan diri. Banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang dibunuh hanya oleh tudingan jari
tangan orang lain yang memfitnahnya, mengatakan bahwa orang itu adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matamata pemrintah. Mayat
bergelimpangan di sepanjang jalan dan anggauta-anggauta pasukan pemberontak
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menang perang itu berpesta pora
mengangkuti harta benda dan wanita dari pihak yang kalah. Jerit tangis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita-wanita yang dipaksa dan
diperkosa, membumbung tinggi ke angkasa, bercampur baur dengan sorak dan tawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
kemenangan. Dan An Lu Shan, seorang yang ahli dalam hal memimpin
pasukan, sengaja membiarkan saja hal itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi agar darah yang bergolak di
dada para anak buahnya dapat diredakan. Beberapa hari kemudian, setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak buahnya sepuas-puasnya dan
sekenyang-kenyangnya mengganggu wanita dan merebutkan harta benda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditinggal lari, barulah muncul perintah
yang melarang perbuatan seperti itu. Namun An Lu Shan juga tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melupakan janji-janjinya kepada para
pembantunya yang telah berjasa. Dengan royal dia lalu membagi-bagikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangkat, gedung bekas tempat tinggal
para bangsawan yang melarikan diri atau terbunuh, membagi-bagikan harta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benda dan para puteri cantik yang
menjadi tawanan. Maka selama beberapa bulan lamanya berpesta poralah para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki tangan An Lu Shan yang menerima
hadiah-hadiah itu. Tentu saja An Lu Shan lebih lagi memperhatikan para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantu yang tangguh dan yang masih
diharapkan bantuan mereka. Kepada mereka ini dia memberi hadiah yang lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar lagi. Dia tidak mengingkari
janjinya terhadap para pembantu yang berjasa besar seperti The Kwat Lin bekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ratu Pulau Es itu, maka setelah
Tiang-an diduduki, putera The Kwat Lin yang bernama Han Bo ong lalu diberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anugerah pangkat pangeran! The Kwat Lin
sendiri diangkat menjadi seorang panglima pengawal, sedangkan Ouwyang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cin Cu diangkat menjadi koksu (guru
penasihat negara). Dapat dibayangkan betapa girangnya hati The Kwat Lin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cita-citanya tercapai, puteranya telah
menjadi pangeran dan kalau dia pandai mengatur kelak siapa tahu terbuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesempatan bagi para puteranya untuk
menjadi Kaisar! Tidaklah mengherankan apa yang terkandung dalam hati The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin sebagai cita-cita ini. Sudah
lajim bagi kita manusia di dunia ini untuk selalu menjadi hamba dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-cita kita sendiri. Seluruh
kehidupan ini seolah-olah dikuasai dan diatur oleh cita-cita kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masing-masing. Kita tenggelam dalam
khayal dan cita-cita, tidak tahu betapa cita-cita amatlah merusak hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita . Cita-cita membuat pandang mata
kita selalu memandang jauh ke depan penuh harapan untuk mencapai sesuatu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kita cita-citakan. Pandang mata
yang selalu ditujukan ke masa depan yang belum ada ini, tangan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dijangkaukan ke depan untuk selalu
mengejar apa yang belum kita miliki membuat kita hidup seperti dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bayangan. Kita tidak mungkin dapat
menikmati hidup, padahal hidup adalah saat demi saat, sekarang ini, bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masa depan yang merupakan bayangan
khayal atau masa lalu yang sudah mati. Sekali kita menghambakan diri kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-cita, selama hidup kita akan
terbelenggu oleh cita-cita karena tidak ada cita-cita yang dapat terpenuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai selengkapnya, dan kita terseret
ke dalam lingkaran setan yang tak berkeputusan. Mendapat satu ingin dua,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh dua mengejar tiga dan
selanjutnya, itulah cita-cita! Dan semua itu akan kita kejar terus sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kematian merenggut kehidupan kita,
bahkan di ambang kubur sekali pun di waktu mendekati kematian, kita masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terus di cengkeram cita-cita, yaitu
cita-cita untuk masa depan sesudah mati! Betapa mungkin kita dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menikmati hidup ini kalau mata kita
selalu memandang masa datang yang belum ada? Sebaliknya, orang yang bebas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari cita-cita, bebas dari masa lalu
dan masa depan, dapat menghayati hidup ini saat demi saat! Demikian pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan The Kwat Lin. Cita-citanya
tercapai dengan diangkatnya puteranya menjadi pangeran, akan tetapi sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> habis di situ sajakah citacitanya? Sama
sekali belum! jauh dari pada cukup atau habis! Bahkan cita-cita barunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lebih hebat baru saja dia mulai,
yaitu cita-cita melihat puteranya menjadi kaisar! Karena cita-cita ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka keadaannya pada saat itu tidak
terasa membahagiakan, bahkan terasa amat kurang. Hanya pangeran! hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panglima pengawal! Jauh dibandingkan
dengan puteranya menjadi kaisar dan dia menjadi ibu suri! Banyak orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantah, mengatakan bahwa cita-cita
mendatangkan kemajuan, tanpa cita-cita kita tidak akan maju. Apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-cita itu? Apakah kemajuan itu?
Cita-cita adalah keinginan akan sesuatu yang belum terdapat oleh kita. Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keinginan seperti ini merupakan
dorongan nafsu yang tak mengenal kenyang, makin dituruti makin lapar dan haus,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghendaki yang lebih. Dan akhirnya
akan sukar dibedakan lagi dengan ketamakan, kerakusan yang mendatangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertentangan, permusuhan dan kesengsaraan.
Dan apakah kemajuan itu? Sudah menjadi pendapat umum bahwa kemajuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah keduniawian, harta benda,
kedudukan, nama besar. Apakah "kemajuan" seperti ini mendatangkan
kebahagiaan"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya mereka yang telah memiliki nama
terkenal saja yang mampu menjawab, dan jawabannya pasti TIDAK! Bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaliknya malah. makin banyak
kedudukan atau nama besar, makin ketat kita melekat kepada duniawi, makin
banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula kesengsaraan hidup yang kita
derita berupa kekecewaan, pertentangan dan kekhawatiran. karena yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasti saja, hanya mereka yang masih
memiliki lahir batin yang akan kehilangan! Dan kehilangan berarti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekecewaan, kedukaan dan sebelumnya
terjadi kehilangan, kita digerogoti kekhawatiran. Akan tetapi pada waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tidak nampak seorang pun karena
pada waktu itu, rakyat penghuni ibu kota sedang dicengkeram ketakutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat. Seperti biasa setelah perang
berakhir, rakyat yang menjadi sasaran mereka yang memperoleh kemenangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Para anggauta pasukan baru berkeliaran
keluar masuk perkampungan, keluar masuk rumah orang seperti rumahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri, bahkan tidak jarang terjadi
mereka memasuki kamar tidur orang seperti memasuki kamar tidur sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil menyeret nyonya rumah yang masih
muda atau anak gadis mereka! Seperti para atasannya yang mengadakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesta besar-besaran, kaum rendahan juga
berpesta dengan gayanya tersendiri. Seperti biasanya pula, penduduk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya pandai menangis dan mengeluh mengadu
kepada Thian sebagai hiburan satu-satunya. Menjelang tengah malam,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesta masih amat ramai. Ouwyang Cin Cu
sebagai seorang yang berkedudukan tinggi sekali sekarang, seorang koksu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang juga hanya sekedar memberi
selamat dan tidak tinggal lama. Akan tetapi para pengawal baru, tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka yang berpangkat perwira ke atas,
masih berpesta pora karena memang The Kwat Lin ingin mengambil hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para rekannya ini yang kelak dia
harapkan bantuan mereka. Bahkan ketika para tamu orang penting sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan tempat pesta dalam keadaan
setengah mabok dan tempat itu mulai sepi, The Kwat Lin masih menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para pembesar pengawal yang jumlahnya
belasan orang itu untuk diajak berunding mengenai tugas mereka yang baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai pengawal-pengawal istana,
bahkan mereka merupakan dewan pimpinannya. Lewat tengah malam, para tamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah pulang dan yang tinggal hanyalah
empat belas orang pimpinan pengawal yang kini dijamu dan diajak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berunding di ruangan dalam, adapun
ruangan luar tempat pesta mulai dibersih-bersihkan oleh sejumlah pelayan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kelihatan lelah dan mengantuk.
Pada saat itulah berkelebat bayangan tiga orang. Para pelayan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membersihkan tempat bekas pesta itu hanyalah
melihat bayangan berkelebat dan tahu-tahu di tempat itu kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang wanita cantik dan seorang
laki-laki gagah sudah berdiri dengan sikap angker! Tentu saja para pelayan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut sekali dan mengira bahwa
orang-orang aneh yang bergerak amat cepatnya ini tentulah sahabat majikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka yang juga terkenal lihai bukan
main, maka seorang di antara mereka menyambut sambil menjura dan berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sam-wi yang terhormat agak
terlambat karena pesta telah bubar." "Kami tidak ingin pesta,"
jawab wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setengah tua dengan sikap keren.
"Kami ingin berjumpa dengan majikan kalian." Melihat sikap yang keren
penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wibawa ini, para pelayan menjadi gentar
dan dua orang di antara mereka cepat memasuki ruangan dalam di mana The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin sedang mengadakan perundingan
dengan rekanrekannya. Diam-diam wanita itu, Liu Bwee, memberi isyarat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan matanya kepada Swat Hong,
puterinya. Swat Hong mengangguk dan dengan gerakan yang amat cepat dara ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah meloncat dan menyelinap lenyap
dari situ, sedangkan ibunya dan Ouw Sian Kok sudah menerjang ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruangan ketika melihat pelayan tadi
pergi melapor. Baru saja dua orang pelayan itu memasuki ruangan dalam dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belum sempat mengeluarkan kata-kata,
pintu telah terbuka lebar dan Liu Bwee bersamaa Ouw Sian Kok telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerjang ke dalam. "Heiii!
Siapa....!!" Bentakan The Kwat Lin terhenti dan wajahnya berubah pucat
ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat munculnya wanita yang tentu saja
amat dikenalnya itu. Dia menjadi pucat ketakuan karena mengira bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekas suaminya, Han Ti Ong Raja Pulau
Es yang amat ditakutinya itu muncul. Akan tetapi ketika melihat bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki yang datang bersama Liu Bwee
itu bukanlah Han Ti Ong, hatinya menjadi lega dan dengan tabah dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat ke depan, dua kali menendang
membuat dua orang pelayannya terlempar keluar ruangan, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi Liu Bwee sambil tersenyum
mengejek. "Aih, kiranya wanita buangan yang datang mengacau dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengantarkan nyawa!" bentaknya.
"Perempuan hina yang berhati iblis! engkau telah menerima budi kebaikan
dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suamiku, mengangkatmu dari lembah
kehinaan ke tempat mulia, malah membalasnya dengan khianat! Engkau dan anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harammu itu harus mampus di
tanganku!" "Mulut busuk!" The Kwat Lin balas memaki dan sekali
tanganya bergerak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak sinar merah dari Pedang
Ang-bwe-kiam di tangan kananya, kemudian tanpa menanti lagi, sinar merah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah meluncur ke depan menyerang Liu
Bwee. "Cringggg....!!" Bunga api berpijar dan The Kwat Lin mundur dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langkah sambil memandang Ouw Sian Kok
yang telah menangkis pedangnya dengan sebatang pedang di tangan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangkisan yang membuat lengannya
tergetar, tanda bahwa laki-laki yang datang bersama Liu Bwee ini memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian tinggi pula. "Siapa
engkau?" Bentaknya, sementara para rekannya, empat belas orang perwira dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panglima pengawal, telah mencabut
senjata masing-masing dan mengurung, menanti saat bantuan mereka diperlukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh The Kwat Lin. Ouw Sian Kok yang
mengerti bahwa dia bersama Liu Bwee dan Han Swat Hong telah memasuki guha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau dan berada dalam ancaman bahaya
besar, sengaja mengulur waktu untuk memberi kesempatan kepada Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang oleh ibunya ditugaskan menyelinap
ke dalam istana untuk mencari dan merampas kembali pusaka-pusaka Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es, karena hanya dengan jalan demikian
saja kiranya pusakapusaka itu dapat dirampas kembali. Dia tertawa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelus jenggotnya, seadngkan Liu Bwee
siap dan berdiri saling membelakangi punggung dengan Ouw Sian Kok,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maklum bahwa mereka tentu akan
menghadapi pengeroyokan dan karenanya harus dapat saling melindungi.
"Ha-ha-ha!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau tanya siapa aku? Aku pun seorang
buangan! namaku Ouw Sian Kok dari Pulau Neraka!" Mendengar ini The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin diam-diam merasa terkejut dan heran
juga. Dia sudah mendengar dari bekas suaminya, Raja Pulau Es, bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para buangan di Pulau Neraka bukanlah
orang-orang sembarangan, bahkan banyak di antara mereka memiliki ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian tinggi. Akan tetapi karena
dia percaya akan kepandaiannya sendiri, juga merasa aman berada di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para pengawal dan lebih lagi berada di
dalam istananya di kota raja, dia memandang rendah. "Huh, kiranya adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buangan rendah dan hina dari Pulau
Neraka." Ouw Sian Kok yang ingin mengulur waktu, kembali tertawa untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalihkan perhatian The Kwat Lin.
"Ha-ha-ha! Biarpun kami para penghuni Pulau Neraka adalah orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buangan, namun kiranya sukar dicari
seorang pun di antara kami yang memiliki watak rendah untuk mengkhianati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang yang telah menolong dan
melimpahkan kebaikan kepada kami seperti yang dilakukan olehmu, The Kwat
Lin!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Manusia hina! Mampuslah!!"
"Sing-sing-singggg....!!" Ouw Sian Kok maklum akan kelihaian wanita
ini, maka cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ia mengelak, menangkis dan membalas
menyerang sambil mengerahkan seluruh tenaga dan kegesitannya, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan ilmu-ilmu simpanannya.
Terjadilah duel yang amat hebat di antara kedua orang berilmu tinggi ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat betapa Ouw Sian Kok yang memang
seperti direncanakan harus menghadapi The Kwat Lin lihai, Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat memutar pedangnya dan menghadapi
pengeroyokan belasan orang pengawal itu. Pedangnya bergerak dahsyat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, dan dalam sepuluh jurus saja
dia telah merobohkan dua orang pengawal. yang lain tetap mengepungnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena tidak ada seorang pun di antara
mereka yang berani membantu The Kwat Lin, melihat betapa bayangan wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan bayangan lawannya lenyap
menjadi satu digulung oleh sinar pedang mereka. Mulai cemas rasa hati The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin ketika mendapatkan kenyataan bahwa
Ouw Sian Kok merupakan lawan yang berat dan seimbang dengannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sedangkan para rekannya itu biarpun
berjumlah banyak, ternyata tidak mampu mengimbangi amukan Liu Bwee sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berturut-turut roboh pula beberapa
orang di antara mereka! "Cari bantuan dari benteng!" Terpaksa The
Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak keras dan mendengar ini,
seorang di antara para pengawal itu segera lari keluar untuk minta bala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bantuan. Melihat gelagat yang berbahaya
ini, Ouw Sian Kok menjadi khawatir juga. Mengapa Swat Hong belum juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali? "Lekas robohkan mereka
dan bantu aku mengalahkan dia ini!" Katanya kepada Liu Bwee ketika melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa Liu Bwee tidak begitu sukar
untuk mendesak para pengeroyoknya. Liu Bwee maklum pula akan kelihaian The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin dan tahulah dia bahwa
betapapun lihainya Ouw Sian Kok, menghadapi wanita itu amat sukar untuk
mencapai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemenangan. Maka dia memutar pedangnya
makin cepat, merobohkan lagi tiga orang. Pada saat itu, berkelebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bayangan yang gesit dan tampaklah Swat
Hong yang membawa sebatang pedang dan di punggungnya tampak sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buntalan kain sutera merah. "Ibu,
aku berhasil....!" teriakan sambil menerjang maju merobohkan dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyok ibunya. Melihat ini, The Kwat
Lin menjadi marah sekali. Maklumlah dia bahwa dia kena diakali dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat menduga apa isi buntalan sutera
merah itu, sutera merah yang amat dikenalnya. Pusaka-pusaka Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah berada di tangan Swat Hong!
"Bedebah! Kembalikan pusaka-pusaka itu!" bentaknya dan tubuhnya
secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba sekali mencelat ke arah Swat
Hong, pedangnya menusuk tenggorokan tangan kirinya meraih ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> punggung. "Trangggg....!" Liu
Bwee yang menangkis pedang The Kwat Lin, terhuyung dan hampir roboh, Seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal menubruknya akan tetapi
pengawal itu terlempar dengan dada pecah karena ditendang oleh Liu Bwee,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedangkan swat Hong sudah dapat
menangkis pedang The Kwat Lin yang kembali menyerangnya. Ouw Sian Kok sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat pula dan menerjang The Kwat Lin
sehingga kembali mereka bertanding dengan hebat . "Hong-ji,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kauselamatkan dulu pusaka-pusaka
itu!" tiba-tiba Liu Bwee berteriak kepada puterinya. "Kita akan cepat
menyusul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi!" kata pula Ouw Sian Kok
kepada Swat Hong. Swat Hong yang melihat bahwa jumlah pengawal tinggal hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal lima orang dan mereka bukanlah
lawan berat bagi ibunya, sedangkan Ouw Sian Kok juga dapat menahan Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin, mengangguk dan sekali berkelebat dia
meloncat ke luar. "Tahan dia.....! Jangan larikan pusaka Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es....!" Kwat Lin berteriak marah
akan tetapi dia tidak dapat mengejar karena sinar pedang Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghalanginya dengan serangan-serangan
dahsyat. Terpaksa dia mengerahkan tenaganya untuk mendesak Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dalam kemarahan yang amat hebat ini
tenaga The Kwat Lin bertambah sehingga Ouw Sian Kok berseru kaget dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mundur karena pundak kirinya berdarah,
terluka sedikit kena diserempet sinar pedang kemerahan. Ketika Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlari cepat sekali keluar, dia
terkejut setengah mati melihat sepasukan pengawal berbondong datang memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana itu dari pintu luar, bersenjata
lengkap, dipimpin sendiri oleh Ouwyang Cin Cu! Binggunglah dia. Pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang harus diselamatkan, akan tetapi
betapa mungkin dia meninggalkan ibunya yang terancam bahaya maut? Selagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia meragu dan mengintai dari tempat
bersembunyi, tiba-tiba dia melihat berkelebatnya bayangan empat orang, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika dia mengenal dua orang di antara
mereka adalah Kwee Lun dan Soan Cu, dia menjadi girang sekali. Cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia meloncat keluar, berseru lirih,
"Kwee-toako! Soan Cu....!!" Soan Cu dan Kwee Lun terkejut dan
berhenti,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga Swi Nio dan Liem Toan Ki yang
datang bersama mereka. Ketika melihat bahwa orang yang muncul dari balik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pohon di luar istana itu adalah Swat
Hong, Kwee Lun menjadi girang sekali, akan tetapi Soan Cu cemberut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagaimana hatinya dapat merasa girang
bertemu dengan dara yang menimbulkan iri di hatinya dahulu itu? Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi, Swat Hong yang girang sekali
tentu saja tidak dapat melihat wajah cemberut di tempat yang remang-remang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, maka cepat dia berkata, "Soan
Cu, Ayahmu berada di dalam, bersama ibuku, sedang dikepung para pengawal."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seketika pucat wajah Soan Cu dan dia
memandang bengong, sampai lama baru dapat berkata gagap, "A.... Ayah....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ku....?" "Benar! Kita harus
membantunya," kata lagi Swat Hong. "kalau begitu tunggu apa lagi?
mari kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu orang tua kalian!" Kwee
Lun berkata. "Nanti dulu.... siapakah dua orang ini?" Swat Hong
bertanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil menuding kepada Swi Nio dan Liem
Toan Ki. "Namaku Bu Swi Nio, Adik Han Swat Hong. Aku sudah mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namamu dari kedua saudara ini dan aku
merasa kagum sekali. Ketahuilah bahwa aku dahulu adalah murid The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin, akan tetapi sekarang aku hendak
mencari dan membunuhnya." Swi Nio berkata penuh semangat. "Dan aku
tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata-mata Jenderal An Lu Shan, akan
tetapi aku berjuang bukan untuk mencari pangkat, melainkan untuk membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dendam. Sekarang aku hendak membantu
dia....eh, tunanganku ini untuk menghadapi The Kwat Lin." Tiba-tiba Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong bergerak maju, kedua tangannya
bergerak cepat sekali, yang kanan menyerang ke arah leher Liem Toan Ki,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedangkan yang kiri menotok ke arah
dada Swi Nio. "Eiihhh...." "Haiiiittt......!" Toan Ki Dan
Swi Nio yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut sekali cepat mengelak, namun
tetap saja mereka terhuyung dan hampir jatuh terdorong sambaran kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Swat Hong. "Eh-eh.... apa
yang kaulakukan itu?" Kwee Lun dan Soan Cu menegur heran dan juga marah.
"Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya menguji mereka. Maafkan aku, Enci
Swi Nio dan Liem-toako. Melihat tingkat kepandaian kalian, lebih baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian tidak ikut masuk. Musuh amat
kuat, dan ada tugas yang lebih penting lagi bagi kalian, kalau benar kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suka membantu kami dari Pulau Es."
Swi Nio dan Toan Ki yang tadinya terkejut dan marah, menjadi lega bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiranya gadis yang amat lihai itu hanya
menguji mereka. Biarpun ucapan itu merendahkan tingkat kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, namun harus mereka akui bahwa
ilmu kepandaian mereka masih jauh kalau dibandingkan dengan Kwee Lun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu, apalagi Swat Hong ini.
"kami berdua siap membantu!" Toan Ki berkata, hampir berbareng dengan
Swi Nio.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tanpa ragu-ragu lagi karena
mengkhawatirkan keadaan ibunya, Swat Hong melepaskan ikatan buntalan dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> punggungnya, menyerahkannya kepada Toan
Ki. Dia lebih percaya kepada Toan Ki daripada kepada Swi Nio, hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena tadi dia mendengar bahwa Swi Nio
adalah bekas murid The Kwat Lin! "Inilah pusaka kami dari Pulau Es yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seharusnya kuselamatkan. Akan tetapi
karena Ibuku dan Ayah Soan Cu terkurung di dalam, aku harus membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dan kuharap kalian suka
menyelamatkan pusakapusaka ini jauh dari kota raja. Kelak, kita dapat saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu di Puncak Awan Merah di tempat
kediaman Tee-tok Siangkoan Houw, di Pegunungan Tai-hang-san. Nah, kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergilah cepat!" Liem Toan Ki
menerima bungkusan itu dengan hati kaget bukan main, juga Swi Nio terkejut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat dia menyambar tangan kekasihnya.
"Mari kita segera pergi!" Kedua orang muda itu menyelinap lenyap di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kegelapan malam. "Hayo kita
bantu Ibu dan Ayahmu!" kata Swat Hong kepada Soan Cu. Soan Cu mengangguk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena merasa lehernya seperti dicekik
oleh sedu-sedan yang naik dari dalam dadanya. Ayahnya! Dia akan bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ayah kandungnya yang selama
hidupnya belum pernah dia lihat itu. Bertemu dalam keadaan terancam bahaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maut! Tampak tiga bayangan berkelebat
ketika Soan Cu, Swat Hong, dan Kwee Lun menyerbu ke dalam istana itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika mereka tiba di dalam, ternyata Liu
Bwee dan Ouw Sian Kok telah dikepung ketat dan kini pertempuran telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpindah ke ruang luar yang lebih
lega. Agaknya, agar dapat melakukan perlawanan dengan leluasa dan mendapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesempatan untuk meloloskan diri, Liu
Bwee dan Ouw Sian Kok telah pindah keluar dari ruangan dalam yang sempit,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kini, dengan saling membelakangi,
kedua orang itu mengamuk dengan hebat, dikepung ketat oleh para pengawal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana, sedangkan The Kwat Lin dan
Ouwyang Cin Cu menonton di pinggir. Ketika Swat Hong dan dua orang kawannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masuk, mereka melihat Kwat Lin berlari
pergi ke dalam istananya. Swat Hong maklum bahwa wanita itu tentulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak memeriksa simpanan pusakanya,
maka dia lalu menyentuh tangan Soan Cu yang sedang bengong memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada laki-laki setengah tua yang
mengamuk dengan gagahnya itu, dengan mata merah hampir menangis. Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sadar dan menengok. "Kita kejar
dia! Dialah yang paling jahat dan berbahaya!" Soan Cu mengangguk dan kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang gadis berkelebat pergi mengejar
Kwat Lin. Kwee Lun Sendiri lalu berteriak keras dan meloncat ke depan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meyerbu para pengeroyok. Sepak terjang
pemuda tinggi besar ini memang hebat, tenaganya yang amat kuat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuat dia sekali turun tangan
merobohkan empat orang pengeroyok. tentu saja kepungan menjadi buyar dan kacau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan ketika mereka membalik untuk
mengeroyok Kwee Lun, pemuda yang lihai ini lalu merobah tenaga dahsyat tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pukulan-pukulan Bian-sin-kun,
pukulan kapas yang kelihatannya lemah dan lunak namun setiap kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyentuh tubuh para pengeroyok tentu
membuat dia terguling. "Jiwi-locianpwe, saya adalah Kwee Lun, sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik dari Nona Swat Hong dan Nona Soan
Cu! Mereka sedang mengejar Si Iblis Betina!" teriak Kwee Lu dengan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nyaring. Liu Bwee dan Ouw Sian Kok
terkejut dan girang sekali, terutama Ouw Sian Kok yang mendengar bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puterinya juga datang! Akan tetapi, malang
baginya. Karena dia terlampau girang hendak melihat wajah puterinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menoleh ke sana ke mari
mencari-cari. "Ouw-toako, awas....!!" Tiba-tiba Liu Bwee berteriak
dan wanita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusaha untuk menangkis sinar biru
dari pedang Ouwyang Cin Cu. "Trangggg.....aih.....!!" Liu Bwee
terlambat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan bergulingan untuk menyelamatkan
diri, sedangkan Ouw Sian Kok terjungkal karena tamparan tangan kiri Ouwyang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cin Cu mengenai punggungnya.
"Plakk! Aughhhh.....!" Ouw Sian Kok muntahkan darah segar dari
mulutnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Curang....!!" Kwee Lun
membentak dan kipas di tangan kiri serta pedang di tangan kanannya menyambar
ganas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Namun, dia terlalu lunak bagi Ouwyang
Cin Cu dan sekali tangkis kipas itu robek dan pedangnya hampir terpental.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Haiiiitttt.....!!" Ouw Sian
Kok yang marah sekali menerjang maju dengan tangan terbuka. Melihat serangan
ganas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, Ouwyang Cin Cu terkejut dan cepat
dia meloncat mundur. Sebelum dia didesak oleh tiga orang lawan itu, para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
pengawal sudah mengepung lagi dan kini mereka bertiga dikeroyok dan
dihujani senjata oleh puluhan orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal. "Twako.....
kau.....terluka....?" Sambil mengamuk dengan pedangnya, Liu Bwee bertanya.
"Tidak apa....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mati pun aku rela.... pusaka telah
diselamatkan......." kata Ouw Sian Kok. "Tapi...... tapi
anakku....." Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak dapat melanjutkan kata-katanya
karena harus menghadapi pengeroyokan banyak pengawal. Sementara itu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam istana juga terjadi pertempuran
yang mati-matian dan hebat sekli. The Kwat Lin yang melihat datangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bala bantuan yang dipimpin sendiri oleh
Ouwyang Cin Cu, setelah melihat bahwa dua orang pengacau itu terkepung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketat, lalu teringat akan pusaka yang
tadi dibawa Swat Hong. Dia teringat pula akan puteranya yang sudah tidur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di kamarnya, maka cepat dia
meninggalkan tempat pertempuran untuk memeriksa pusaka dan puteranya.
Dilihatnya Bu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ong masih tidur nyenyak dan terjaga,
maka dia cepat lari ke dalam kamarnya sendiri. Seperti telah diduganya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para penjaga sebanyak lima orang yang
berada di kamarnya tewas semua dan keadaan kamarnya rusak dan kacau.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sekali saja melihat ke arah peti hitam
yang terbuka di depan tempat tidurnya, tahulah dia bahwa semua pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah dirampas oleh Swat Hong, seperti
yang dikhawatirkannya. "Mencari apa, wanita iblis? Pusaka Pulau Es telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aman!" The Kwat Lin cepat menengok
dan melihat Swat Hong telah berdiri di ambang pintu bersama seorang gadis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain yang tak dikenalnya. Kemarahan
seperti api membakar dadanya melihat dara ini. Sambil mengeluarkan jerit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melengking nyaring, dia lalu menerjang
dan menggerakkan pedang merahnya. "Cring-trang....!!" Pedang Swat
Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disusul pedang Coa-kut-kiam di tangan
Soan Cu menangkis dan kedua orang dara itu meloncat ke belakang, ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat yang lebih lega. Dengan
kemarahan meluap-luap The Kwat Lin meloncat keluar dan melanjutkan serangannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi, setelah bergerak belasan
jurus, wanita ini terkejut dan merasa menyesal mengapa dia menuruti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahan hatinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JILID 22<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia berada dalam bahaya! Kiranya selain
Swat Hong yang telah memiliki kepandaian hebat juga gadis yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan-gerakannya liar dan ganas itu
amat berbahaya, apalagi cambuk ekor ikan Phi yang meledak-ledak dahsyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebentar saja dia tertekan dan
terdesak. Beberapa kali dia berusaha untuk meloloskan diri, akan tetapi sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejek Swat Hong selalu menutup jalan
keluar dan dia terus digulung oleh sinar dua orang gadis lihai itu. The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin menjadi nekat. Sambil
menggigit bibirnya dia menyerang dahsyat kepada Swat Hong, mencurahkan daya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangannya kepada anak tiri yang
dibencinya ini. Menghadapi terjangan dahsyat yang bertubi-tubi itu, Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mundur-mundur juga. Akan tetapi
kesempatan baik ini dipergunakan oleh Sian Cu untuk menyerang dari belakang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cambuk ekor ikan Phi meledak dua kali
mengancam ubun-ubun kepala The Kwat Lin, dan ketika wanita ini mengelak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesamping sambil melanjutkan serangan
pedangnya kepada Swat Hong, Soan Cu menusukan pedangnya mengarah lambung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin. "Singgg....crat.....
aihhhhh!!" Kwat Lin terkejut karena biarpun dia telah mengelak, tetap saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang Coakut- kiam (Pedang Tulang
Ular) itu melukai lambungnya, merobek kulit dan mendatangkan rasa nyeri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panas dan perih sekali. Akan tetapi,
wanita yang lihai ini sudah membalik sambil juga membalikan pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar leher Soan Cu. Hal ini tidak
disangka-sangka oleh gadis Pulau Neraka ini. "Awas Soan Cu.....!!"
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong berseru dan pedangnya menyambar,
yang diarah adalah lengan kanan Kwat Lin karena hanya dengan jalan itulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia dapat menolong Soan Cu.
"Brettt.... crok..... aughhhh......!!" Soan Cu terhuyung, pundaknya
berlumuran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> darah karena terluka parah, sedangkan
Kwat Lin cepat memindahkan pedang ke tangan kirinya karena lengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kanannya juga terluka parah, terbacok
di bagian bahu hampir putus! Dengan kemarahan meluap-luap dia menubruk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong, namun gadis Pulau Es ini
mengelak ke kiri sambil mengangkat kaki menendang lutut. "Dukkk!
Aduh....!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin terbelalak ketika tahu-tahu
pedang Coa-kut-kiam telah bersarang di perutnya! Kiranya ketika tadi Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong menendangnya Soan Cu yang terluka
dengan kemarahan meluap menubruk, maka begitu wanita itu terguling,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya cepat menyambar dan menusuk
perut Kwat Lin. "Bedebah kau....!" Tiba-tiba pedang di tangan Kwat
Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meluncur. "Soan Cu,
awas....!!" Swat Hong berteriak kaget namun terlambat. Pedang yang
terlempar dari jarak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dekat dan tak terduga-duga itu dilakukan
dengan dorongan tenaga terakhir, tak dapat dielakkan dengan baik oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu dan menancap di bawah pundak
sampai dalam! "Soan Cu!" Swat Hong melompat dan pedangnya membabat.
Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin memekik dan lehernya hampir putus!
Dengan cepat Swat Hong memeluk tubuh soan Cu yang tersenyum!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pergilah.... Aku.... aku tak berguna
lagi....!" katanya. "Omong kosong!" Swat Hong menghardik,
mencabut pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ang-bwe-kiam dari pundak Soan Cu. Soan
Cu menjerit dan pingsan. Dengan gemas Swat Hong melempar pedang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memondong tubuh Soan Cu, dibawanya
keluar. Betapa kagetnya ketika ia tiba di ruangan luar, pertempuran yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih berlangsung hebat itu ternyata
membuat pihak ibunya terdesak. Bahkan ibunya kelihatan terluka di beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat, juga ayah Soan Cu, yang
mengamuk dengan gagah telah berlumuran darah seluruh tubuhnya. Kwee Lun juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih mengamuk, dan hanya pemuda inilah
yang belum terluka, karena Ouwyang Cin Cu menujukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan-serangannya kepada Liu Bwee
dan Ouw Sian Kok, karena menganggap ringan kepada Kwee Lun.
"Ibu....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dengan kemarahan meluap-luap, Swat Hong
meloncat, melampau para pengepung dan menurunkan tubuh Soan Cu ke atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lantai. Lalu gadis ini mengamuk dengan
pedangnya, merobohkan beberapa orang pengawal. Gerakannya demikian hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehigga para pengepung terkejut dan
gentar, bergerak mundur. "Ibu.....!" "Ayahhhhh.....!" Ouw
Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghentikan amukannya dan menjatuhkan
diri berlutut. Tadi dia mengira bahwa puterinya telah tewas, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panggilan itu menggetarkan jantungnya
dan membuat dia lemas. "Kau.....kau Soan Cu.....?"
"Ayahhhhhhh.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hu-hu-hu-huuuuu.....!!" Soan Cu
menangis dalam rangkulan ayahnya yang juga bercucuran air mata. Baru pertama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kali Ouw Sian Kok dapat mencucurkan iar
mata. "Wutttt..... trangggggg......!!" Dua batang golok terpental
oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangkisan oleh tangkisan Ouw Sian Kok
tanpa menoleh karena dia sedang mendekat dan menciumi dahi puterinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ayah, aku puas..... dapat bertemu
denganmu.......!" "Soan Cu...... aihhhh, anakku, kauampunkan dosa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayahmu....." Ouw Sian Kok berkata
dengan suara terisak. "Trang-trang..... dessss!!" Dua orang pengawal
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani menyerang roboh oleh tangkisan
pedang Ouw Sian Kok dan mecuatnya kaki Soan Cu yang menendang. "Ah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan kau keluarkan tenaga....."
kata Ouw Sian Kok melihat betapa tendangan tadi membuat napas Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memburu. "Ayah..... aku.....aku
tidak kuat lagi.....kalu larilah, ayah......." "Soan Cu......! Soan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cuuuu......!!" Sian Kok
meraung-raung ketika menyaksikan dengan mata sendiri betapa puterinya yang baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilihatnya selama hidup puterinya itu,
menghembuskan napas di dalam dekapnya, dengan bibir tersenyum. Laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah perkasa itu masih terus
meraung-raung, dengan air mata bercucuran ketika dia telah membaringkan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puterinya ke atas lantai kemudian dia
mengamuk seperti seekor naga, menyebar maut diantara pengeroyoknya! Hujan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata tidak dirasakannya lagi
pedangnya sampai menjadi merah dari ujung sampai kegagang, bahkan sampai ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lengannya! Sementara itu Liu Bwee yang
sudah banyak kelilangan darah juga makin lemas gerakannya. kalau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
ada Swat Hong, tentu dia roboh oleh Ouwyang Cin Cu. Untung bagi mereka
agaknya kakek yang sudah menjadi Kok-su<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini hanya setengah hati saja bertempur,
sering kali dia sengaja mundur dan membiarkan anak buah pengawal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeroyok. Hal ini karena dia
sebetulnya tidak begitu suka kepada The Kwat Lin yang dianggapnya berbahaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pula, setelah sekarang dia telah
memperoleh kedudukan tinggi, dia tidak membutuhkan kerja sama dengan The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin. Selain itu, juga dia ingin
menghindarkan sedapat mungkin permusuhan dengan orang-orang lihai, apalagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarga dari Pulau Es! "Swat
Hong, cepat kau pergi......!" "Tidak, Ibu!" "Kalau tidak,
kau akan mati......!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Mati bersamamu merupakan
kebahagiaan, Ibu!" "Hushhhh, anak bodoh. kalau begitu siapa yang akan
mengembalikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka? Kauingat pesan Ayahmu."
"Tapi, Ibu....." "kalau kau membantah dan sampai tewas di sini,
Ibumu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat mati dengan mata
meram." "Ibu......!" "Lihatlah, dia.....diapun akan
mati..... Ibu ada seorang teman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang baik......Ibu dan dia.....ah, kami
senang mati bersama.....kau jangan ikut-ikut......!" Mendengarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ucapan ini, Swat Hong terkejut sekali
dengan menengok ke arah Ouw Sian Kok yang mengerikan keadaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu.Mengertilah dia bahwa Ibunya dan
laki-laki perkasa itu telah saling jatuh cinta! Jantungnya seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditusuk, teringat dia akan kesalahan
ayahnya terhadap ibunya. Ibunya tidak bersalah, sudah sepantasnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjatuhkan hati kepada pria lain
karena disakiti hatinya oleh suami yang tergila-gila kepada wanita lain!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ibu......" "Pergilah,
dan ajak pemuda gagah itu!" Sambil bercucuran air mata, Swat Hong
mengamuk, memutar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya dan mendekati Kwee Lun yang
juga masih mengamuk. "Toako, hayo kita pergi!!" "Eh? Ibumu? Soan
Cu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ayahnya.......?"
"Ayolah.....!!" "Baik, baik.....!" Mereka berdua membuka
jalan darah, akhirnya berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat keluar. "Jangan kejar
mereka! kepung saja yang berada di dalam!" terdengar Ouwyang Cin Cu
berseru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tidak terlalu lama Ouw Sian Kok dan Liu
Bwee dapat bertahan. Mereka sudah kehabisan tenaga, juga terlalu banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan darah. Akhirnya, mereka
roboh berdekatan, di dekat mayat Soan Cu. Ouwyang Cin Cu menghela napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang, kagum sekali menyaksikan
kegagahan mereka itu. Dia masih belum menduga bahwa tiga orang yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas ini adalah orang-orang yang
datang dari tempat yang hanya didengarnya dalam dongeng! wanita cantik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setengah tua itu adalah bekas
permaisuri Raja Pulau Es, sedangkan laki-laki perkasa dan dara jelita itu
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayah dan anak dari Pulau Neraka, bahkan
merupakan tokoh pimpinan! Dia menghela napas pula ketika melihat bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin juga tewas dalam keadaan
mengerikan. Diam-diam dia merasa lega, karena dia maklum betapa dilubuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati wanita ini tersembunyi cita-cita
yang amat hebat, yang kelak mungkin membahayakan kedudukan kaisar, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukannya sendiri. Setelah membuat
laporan kepada Kaisar baru, yaitu An Lu Shan, tentang kematian The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin bekas jenderal ini hanya menarik
napas panjang. "Hemm, sayang sekali, dia merupakan tenaga yang
berguna."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kemudian mengelus jenggotnya dan berkata,
"kalau begitu bagaimana dengan puteranya?" "Menurut pendapat
hamba,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteranya itu masih berdarah Raja Pulau
Es yang kabarnya masih mempunyai hubungan keluarga dengan kerajaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lama. Maka kalau dia dibiarkan saja
menjadi pangeran di sini, kelak kalau sudah dewasa tentu akan merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahaya." An Lu Shan
mengangguk-angguk. "habis bagaimana pendapatmu?" Kok Su yang
merupakan penasehat utama itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya yang bercampur
uban, lalu berkata, "Mereka itu datang dari Rawa Bangkai, biarlah dia
hamba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bawa kembali ke sana, diberi kedudukan
sebagai penguasa di Rawa Bangkai dan daerahnya. Anak kecil itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu apa-apa, asal diberi kedudukan di
sana mengepalai bekas anak buah ibunya dan Kiam-mo Cai-li, tentu kelak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan senang hatinya."
"Baiklah, urusan ini kuserahkan kepadamu untuk dibereskan."
demikianlah, setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penguburan jenazah ibunya selesai, Han
Bu Ong yang masih kecil itu menurut saja ketika oleh Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diberitahu bahwa dia oleh kaisar
"diangkat" menjadi "raja muda" yang berkuasa di Rawa
Bangkai, di mana telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibangun sebuah gedung mewah lengkap
dengan semua pelayan dan perabot. Di tempat ini, Han Bu Ong hidup cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mewah. Akan tetapi anak ini memang
mempunyai kecerdikan yang luar biasa. Biarpun dia dicukupi hidupnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diam-diam dia mengerti bahwa dia
sengaja setengah "dibuang" oleh Kaisar dan Ouwyang Cin Cu setelah
ibunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas. Maka dia mencatat di dalam
hatinya bahwa selain Swat Hong dan Kwee Lun yang menjadi musuh besarnya, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouwyang Cin Cu sebetulnya bukanlah
seorang sahabat yang setia dari ibunya. Anak kecil ini dengan rajin lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melatih dirinya dengan ilmu-ilmu
peninggalan ibunnya yang masih ada padanya. Dia harus menggembleng dirinya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelak, selain dia harus membalas kepada
musuh-musuhnya, juga dia akan berusaha untuk merampas kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka Pulau Es yang dicuri oleh
Swat Hong. Dia merasa bahwa dia berhak memiliki pusaka itu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukankah dia putera Raja Pulau Es? Dari
ibunya dia dahulu mendengar bahwa siapa yang mewarisi pusaka Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melatih semua ilmu yang terdapat di
dalam kitab-kitab itu, tentu akan menjadi jago nomer satu di dunia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Para pembaca yang mengikuti pengalaman
Kwa Sin Liong tentu menjadi penasaran kalau pemuda sakti itu sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas dalam keadaan yang demikian
mengerikan! Tidak, dia tidak mati! Memang nyaris dia tewas dimakan ratusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ekor ular berbisa yang menjadi penghuni
sumur itu. Akan tetapi kalau orang belum tiba saatnya untuk mati, ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja penolongnya yang bisa dianggak
tidak masuk akal, kebetulan atau luar biasa. Dalam halnya Sin Liong tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada yang tidak masuk akal atau luar
biasa. Memang tubuhnya yang pingsan itu terlempar ke dalam sumur di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdapat ratusan ekor ular berbisa dari
segala jenis, akan tetapi tidak ada seekorpun ular yang berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggigitnya. Apalagi menggigit,
mendekatipun mereka itu tidak berani, bahkan begitu tubuh pemuda itu terjatuh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ular-ular itu cepat menyingkir
ketakutan. hal ini adalah karena tanpa sengaja di saku baju Sin Liong terdapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu mustika hijau dari Pulau Es!
Seperti kita ketahui, batu mustika hijau ini adalah milik Han Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menyelamatkan nyawa gadis ini
pula ketika terserang racun. Ketika Sin Liong mengobati sumoinya itu, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyimpan batu mustika ini di dalam
saku bajunya sehingga ketika dia terlempar ke dalam sumur, batu mustika itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ikut terbawa olehnya dan menjadi
penyelamatnya karena tidak ada ular yang berani mendekatinya. Sebetulnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda ini menderita luka yang amat
parah dan yang akan mematikan akibatnya bagi orang lain. Namun, pemuda ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada dasarnya memiliki tubuh yang
sempurna, bersih darahnya dan kuat tulang dan urat-uratnya, apalagi sejak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecil dia menerima gemblengan ilmu
kesaktian dari Han Ti Ong sehingga dia memilki tubuh yang amat kuat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahan derita. Dua hari dua malam dia
rebah pingsan di dasar sumur yang lembab, tampa diusik oleh ular-ular itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hanya memandang dari jauh
seolah-olah dia merupakan mahluk yang menakutkan. Pada hari ke tiga, nampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanda hidup pada tubuh yang tadinya tak
bergerak-gerak seperti mati itu dengan suara mengeluh panjang, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh itu bergerak dan bangkit duduk
dengan susah payah. Sejak Sin Liong merasa nanar dan bingung melihat bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirinya berada di tempat yang amat
gelap. Begitu gelapnya sehingga dengan terkejut dia menyangka bahwa matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menjadi buta. Akan tetapi, ketika
dia menoleh, tampaklah sedikit cahaya di belakangnya, dan mengertilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia dengan hati lega bahwa dia tidak
buta, melainkan berada di tempat yang amat gelap. Dia tidak tahu bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilempar ke sumur dan sumur itu kini
telah tertutup oleh batu-batu besar dari atas ketika guha terowongan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengaja diruntuhkan oleh Kiam-mo Cai-li
dan The Kwat Lin. Melihat cahaya terang di belakangnya, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan tubuhnya hendak
menyelidiki, akan tetapi dia mengeluh karena begitu bergerak, dadanya terasa
nyeri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan main! Dia teringat akan
pertempuran itu dan mulai mengertilah dia bahwa tentu dia telah tertawan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada dalam tempat tahanan rahasia yang
amat gelap. Maka dia segera duduk bersila mengatur pernapasan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat lembab dan pengap itu,
menyalurkan tenaga dan hawa sakti di dalam tubuhnya. Memang dia memiliki
sinkang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat kuat berkat latihan di Pulau
Es, maka tak lama kemudian dia telah mengobati luka di dalam tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menyelamatkan rasa nyeri-nyeri di
tubuhnya. Begitu dia menghentikan latihannya, terasa betapa perutnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lapar sekali. Dia tidak tahu bahwa sudah
dua hari dua malam perutnya sama sekali tidak diisi apa-apa. Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkit berdiri dengan hati-hati.
Tangannya meraih ke atas. kosong. Dia mencoba meloncat dengan kedua tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di atas kepala.Tetap saja disebelah
atasnya kosong, tanda bahwa tempat tahanan itu tinggi bukan main! Seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumur! Betapapun dalamnya sumur itu
tentu dia akan meloncat keluar, pikirnya. Dikerahkan seluruh tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalamnya, kemudian dengan ilmu
ginkangnya yang istimewa, dia melompat lagi ke atas, kedua tangannya tetap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjaga di atas kepala.
"Plakkkkk!" Tubuhnya melayang lagi ke bawah. Kedua tangannya bertemu
dengan batu besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat berat, yang menutup lubang
sumur itu! Beberapa kali Sin Liong menggunakan kepandaiannya untuk keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari dalam sumur, dan sekali meloncat,
dia menggunakan sinkang di kedua tangannya untuk mendorong batu. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teteapi usahanya ini selalu gagal.
Tentu saja tidak mungkin bagi seorang manusia, betapa kuatpun dia, untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat sambil mendorong tumpukan batu-batu
besar yang menutup mulut sumur itu, batu-batu sebesar rumah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sebongkah saja beratnya ada yang
seribu kati! Akhirnya Sin Liong pun maklum bahwa usahanya meloloskan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui atas tidak mungkin baginya.
Maka dia mulai meraba-raba di sekelilingnya. Sumur itu tidak berapa lebar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling banyak bergaris tengah tiga
meter. Ketika dia mendengar suara mendesis-desis dan mencium bau hamis,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahulah dia bahwa di tempat itu terdapat
banyak ular berbisa. Kemudian tampak olehnya melalui cahaya redup tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa di bagian bawah terdapat sebuah
lubang dan agaknya dari tempat itulah ular-ular keluar dari sumur. Begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mendekati lubang ini, tampak
olehnya ekor ular berkelebat di dalam cahaya remang-remang itu, menjauhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri. Dia merasa heran mengapa
binatang-binatang itu tidak mengganggunya ketika dia pingsan dan kini kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut kalau didekatinya. Dia teringat,
meraba saku bajunya dan tersenyum mengeluarkan batu hijau yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan sinar di dalam gelap itu.
Inilah penolongku,pikirnya. Hatinya menjadi makin tenang. Dengan adanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu mustika hijau ini, tidak perlu
takutmenghadapi binatang berbisa apa pun. Akan tetapi, melihat batu mustika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, teringatlah dia kepada Swat Hong
dan dia merasa khawatir juga. Musuh demikian lihai, dia sendiri kena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditangkap dan agaknya dilempar ke sumur
ini. Bagaimana nasib Swat Hong? Dia harus cepat keluar dari tempat ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menolong Swat Hong.
Kekhawatirannya terhadap sumoinya itu membuat dia makin bersemangat mencari
jalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar. Lubang dari mana ular-ular itu
keluar dari sumur terlalu sempit untuk dapat diterobos, maka Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu menggunakan kedua tangannya untuk
membongkar batu di lubang itu, memperlebar lubang dengan jalan memukul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pecah batubatu di sekelilingnya. Tidak
mudah pekerjaan ini, karena selain tubuhnya masih lemah, juga batu-batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tempat itu amat kerasa dan hanya
dapat digempurnya sedikit demi sedikit. Namun akhirnya dapat juga dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlebar lubang itu sehingga dia
dapat merangkak melalui lubang sambil terus menggempur lubang di depat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan terowongan panjang. Melihat
betapa makin lama cahayanya dari seberang terowongan kecil itu makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terang, hatin Sin Ling membesar. Jelas
bahwa di seberang itu terdapat tempat terbuka dari mana sinar matahari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat masuk, pikirnya. Akan tetapi
pekerjaan menerobos terowongan kecil yang merupakan liang ular dengan hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan kedua tangan kosong,
memakan waktu lama juga. Saking hausnya, dia menengadah untuk menerima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> titik-titk air yang jatuh dari atas,
yaitu dari dinding sumur yang mengeluarkan air. biarpun memakan waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lama, dapat juga dia mengobati dahaga
dengan meminum secara demikian. Namun perutnya yang lapar terpaksa harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpuasa lagi sampai tiga hari! karena
setelah tiga hari, barulah dia berhasil merangkak keluar dari terowongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan tiba di sebuah ruangan yang
cukup luas, akan tetapi juga merupakan tempat tertutup! Bedanya, kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumur pertama merupakan tempat sempit
dan gela, maka ruangan kedua ini luas sekali, garis tengahnya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kurang dari sepuluh meter, merupakan
sebuah ruang dalam tanah yang aneh. Di sebelah atas, jauh dan tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, tertutup oleh tanah atau batu
dan ada celah-celah yang merupaka retakan batu-batu dari mana sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matahari dapat menerobos masuk. Sin
Liong menjatuhkan diri duduk di tengah ruangan dalam tanah ini dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harapannya kandas sama sekali. Kalau
sumur pertama itu merupakan tahanan yang sukar diterobos adalah tempat ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih sukar lagi untuk meloloskan diri.
Ular-ular yang banyak sekali berbelit-belit dan kelihatan ketakutan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada yang merayap naik, ada pula yang
menerobos terowongan yang sudah melebar itu untuk kembali ke dalam sumur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertama! Sin Liong termenung. Dari
kamar tahanan kecil dia pindah ke kamar tahanan besar! Hanya lebih lebar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh penerangan sinar matahari
yang tidak seberapa. Itulah bedanya! Akan tetapi dia tidak menjadi putus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harapan. Dihadapinya kenyataan ini
dengan tabah dan dilenyapkannya kekhawatiran di dalam hatinya tentang diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya dengan keyakinan bahwa apa pun
yang akan terjadi, terjadilah tanpa dipengaruhi segala kekhawatiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tiada gunanya! Dia sendiri
menghadapi bencana, menghadapi ancaman maut dan inilah yang terutama harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihadapi dan diatasi lebih dulu. Dia
mulai memeriksa kalau-kalau ada jalan keluar dari tempat itu. Sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada jalan keluar. Akan tetapi,
dia menemukan benda-benda yang sementara dapat menolongnya dari ancaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelaparan, yaitu jamur yang agaknya
bertumbuhan dengan subur di tempat itu karena memperoleh sinar matahari.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Perutnya lapar sekali dan
pengetahuannya tentang tetumbuhan meyakinkan hatinya.maka mulailah dia memilih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jamur-jamur yang tak mengandung racun,
lalu mulai dia makan jamur. Dalam keadaan lapar bukan main, ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jamur-jamur mentah itu terasa enak
juga! Soal minum dia tidak usah khawatir karena di beberapa tempat pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinding batu itu terdapat air yang
menetes. Ditampungnya tetesan air itu dengan kedua tangannya, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diminumnya. Luar biasa segarnya air
yang disaring oleh tanah dan batu itu. Setelah yakin benar bahwa tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan keluar dari tempat itu, Sin Liong
menerima kenyataan ini dan dia giat berlatih ilmu. Di dalam kesunyian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat hebat itu perasaan dan
pikiran Sin Liong menjadi luar biasa tajamnya. Semua ilmu yang pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipelajari dan dibacanya dahulu sukar
dimengerti olehnya karena kitab-kitab kuno Pulau Es memang amat sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diartikan, kini menjadi jelas dan dapat
dia selami intinya. Oleh karena inilah maka diluar dari kesadarannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri, ilmu kesaktiannya bertambah
dengan hebat dan cepatnya. Juga ditempat ini dia mulai mengenal diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri, mengenal arti hidup yang
sesungguhnya. Tanpa disadarinya sendiri, dari dalam pribadinya timbul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekuatan mujijat, kekuatan yang
dimiliki oleh setiap orang manusia namun yang selalu terpendam dan tetap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersembunyi sampai saat terakhir dari
hidup manusia yang selalu dipermainkan oleh nafsu yang disebut aku. Tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terasa oleh Sin Liong sendiri yang
selama hidup di dalam ruang bawah tanah itu sama sekali tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memikirkan atau mengenal waktu, pemuda
luar biasa ini telah berada di tempat itu selama dua tahun! Dia mengerti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa tanpa bantuan dari luar, tidak
mungkin dia meloloskan diri dari tempat itu, maka sudah sejak lama dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak lagi berusaha untuk keluar dari
situ. Selama itu, yang menjadi teman-temannya hanyalah ular-ular berbisa!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ternyata oleh pemuda itu bahwa binatang
berbisa seperti ular pun mengenal siapa lawan siapa kawan. Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama itudia tidak pernah mengganggu
mereka, ular-ular itu pun jinak dan sama sekali tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerangnya, biarpun dia menjauhkan
batu mustika hijau dari tubuhnya. Binatang-binatang ini hanya menyerang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menjaga diri saja dari bahaya
yang datang mengancam diri mereka. Juga tanpa disadari sendiri oleh Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong, tubuhnya yang setiap hari hanya
dihidupkan oleh sari jamur yang bermacam-macam itu, pertumbuhannya sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali berlainan dengan manusia biasa.
makanan amat mempengaruhi tubuh dan sari jamu yang dimakannya selama dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun itu mendatang kan kepekaan luar
biasa, dan kepekaan tubuh ini pun mempengaruhi pula pertumbuhan batinnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia menjadi seorang manusia luar biasa,
tidak menderita apa-apa, tidak mengharapkan apa-apa, karena di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan apapun juga, menghadapi keadaan
apa adanya, sewajarnya, sebagaimana adanya yang dianggap sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semestinya demikian, tidak ada lagi apa
yang disebut menyenangkan atau tidak menyenangkan, tidak ada lagi yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disebut senang atau susah, tidak ada
lagi puas atau kecewa. Dalam keadaan seperti itu, tubuh sehat dan batin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang, yang ada hanyalah rasa suka ria
yang sukar dilukiskan karena sama sekali tidak ada sangkut pautnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kesukaan atau kegembiraan yang
dapat dicari. Suatu nikmat yang bukan datang dari gairah nafsu atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesenangan, nikmat hidup yang datang
tanpa dicari, yang terasa hanya setelah batin bebas dari segala ikatan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti batin Sin Liong di waktu itu.
Pada suatu hari, di sebelah atas dari tempat rahasia ini, terjadilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesibukan besar. Puluhan orang katai
yang tubuhnya pendek akan tetapi besarnya seperti manusia biasa, bertubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat dan bertenaga besar, dipimpin oleh
seorang pemuda tanggung sedang membongkari reruntuhan batu-batu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam terowongan bawah tanah itu.
pemuda tanggung yang berpakaian mewah itu bukan lain adalah Bu Ong, yang kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah mengumpulkan sisa orang-orang
kerdil bekas taklukan di Rawa Bangkai dan menjadi pimpinan mereka. Han Bu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong kini telah menjadi seorang pemuda
tanggung yang lihai dan tidak ada seorang pun di antara tokoh-tokoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang kerdil mampu melawannya. Agaknya,
untuk menjadikan mimpi ibunya sebagai kenyataan, dia telah mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri sendiri menjadi ketua atau lebih
tepat lagi menjadi "raja" dari orangorang katai ini. Gedung di Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkaihanya menjadi tempat tinggal
umum, akan tetapi diam-diam dia mendirikan "kerajaan kecil" di bawah
tanah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bahkan dia telah membangun sebuah ruang
seperti istana di bawah tanah, lengkap dengan kursi kebesaran yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihiasai dengan sebuah tengkorak di
samping hiasan mahal seperti permadani, lukisan dan tulisan indah. Sering<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kali dia secara sembunyi mengadakan
pertemuan dan rapat rahasia dengan para tokoh orang katai yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantunya, dan pemuda tanggung ini
diam-diam merencanakan pekerjaan besar untuk melanjutkan cita-cita ibunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikianlah, karena dia ingin
menggunakan terowongan bawah tanah itu sebagai markas partai orang kerdil , dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga karena dia ingin mencari
kalau-kalau ada harta atau pusaka peninggalan Rawa bangkai di terowongan itu,
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu mengerahkan para anak buahnya
untuk membersihkan bagian terowongan yang dahulu diruntuhkan oleh ibunya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Kiam-mo Cai-li. "Akan tetapi,
Siauw-pangcu (Ketua Cilik)," seorang pembantu membantah sebelum
pembongkaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilakukan . "Tempat ini dahulu
sengaja diruntuhkan oleh Ibu Pangcu untuk menutupi sumur ular di mana tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh Ibu Pangcu dilempar. Karena musuh
itu lihai bukan main, maka Ibu Pangcu bersama Kiam-mo Cai-li dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouwyang Cin Cu memutuskan untuk menutup
saja tempat ini agar pemuda sakti itu tidak mampu hidup kembali." Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu Ong tertawa. "Ha, ha, mana
mungkin Kwa Sin Liong dapat hidup kembali? Dia sudah di lempar di sumur ular,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andaikata dia tidak mati oleh ular-ular
itu, tentu selama dua tahun dikubur hidup-hidup di sumur itu dia kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menjadi setan tengkorak, tinggal
rangkanya saja. Mengapa khawatir? Hayo bongkar! Kalau tidak dibongkar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terowongan ini tertutup sampai di sini,
padahal kita amat membutuhkan sebagai jalan rahasia yang amat penting<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagi perkumpulan kita." Karena
alasan yang dikemukakan ketua cilik ini memang tepat, maka beramai-ramai para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia katai itu segera bekerja keras,
membongkari batu-batu yang besar-besar dan berat itu, menggunakan alat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendongkel dan lain-lain. Hiruk pikuk
suara di dalam terowongan itu dan pekerjaan yang berat itu biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilakukan oleh hampir lima puluh orang,
tetap saja memakan waktu yang cukup lama. Memang sesungguhnyalah bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merusak itu mudah membangun itu sukar,
mengotori itu mudah membersihkannya tidak semudah itu. Setelah bekerja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keras selama sepekan, barulah batu
besar terakhir yang menutupi sumur dapat disingkirkan. Han Bu Ong dan para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak buahnya seperti berlomba lari
menghampiri sumur dan melongok ke dalam sumur yang amat gelap itu. Pada saat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, terdengar suara angin menyambar
dari bawah dan berkelebatlah bayangan orang yang melayang dari bawah, Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu Ong dan semua orang terkejut. Ketika
mereka menoleh dan memandang bayangan orang yang tadi meloncat melewati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala mereka, mereka melihat seorang
laki-laki muda berdiri di situ sambil tersenyum, seorang pemuda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berwajah tampan, yang memiliki sepasang
mata yang lembut pandangannya namun bersinar cahayanya, pemuda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pakaiannya lapuk dan compang camping.
Tidak ada orang kerdil yang mengenal pemuda ini karena memang keadaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh berbeda dengan tahun yang lalu.
Akan tetapi Han Bu Ong dengan suara gemetar membentakkan perintah, "Serbu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bunuh dia...!!" Orang -orang katai
yang tadinya bengong terheran-heran dan ketakutan karena menduga keras bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu hanyalah siluman saja yang keluar
dari sumur tertutup itu, ketika mendengar bentakan ini menjadi sadar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kini mereka pun ingat bahwa tentu ini
pemuda yang dua tahun yang lalu dilempar ke dalam sumur. Biarpun mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergidik ngeri dan gentar mendapat
kenyataan bahwa orang yang dua tahun lalu dilempar ke sumur ular yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertutup kini ternyata masih hidup,
namun karena maklum bahwa ini adalah musuh mereka dengan teriakan-teriakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ganas mereka menyerang orang itu.
Memang benar dugaan Han Bu Ong. Orang ini bukan lain adalah Kwa Sin Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika Sin Liong akhirnya dari bawah
mendengar suara hirup pikuk disebelah atas kemudian melihat cahaya turun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui terowongan kecil jalan ular,
dia menyeberangi terowongan dan tiba di dasar sumur pertama. akhirnya dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat betapa atap sumur yang tadinya
tertutup batu besar itu terbuka dan melayanglah dia keluar. karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama dua tahun dia tidak bertemu
orang, begitu melihat Bu Ong dan orang-orang kerdil, dia tersenyum girang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi orang-orang kerdil itu
dengan bermacam senjata telah menyerangnya. Sin Liong hanya mengerahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinkangnya membiarkan belasan senjata
tajam menimpa tubuhnya. Terdengarlah teriakan-teriakan kaget karena semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata, baik yang tajam maupun yang
tumpul, begitu mengenai tubuh pemuda itu, membalik seperti mengenai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gumpalan karet yang amat kuat.
"Adik Bu Ong...bukankah engkau sute (Adik Seperguruan)...?"Sin Liong
berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halus sambil memandang kepada Han Bu
Ong. "Iblis! Siluman! Bunuh dia...!!"Bu Ong berteriak-teriak dengan
muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pucat dan mata terbelalak. Biarpun hati
mereka gentar sekali, namun orang katai itu kembali menyerbu dan hujan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata menyambar tubuh Sin Liong. Kembali
senjata-senjata itu mental, bahkan ada yang terlepas dari pegangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan pemiliknya. Sin Liong menarik
napas panjang, menunduk dan memandang pakaiannya yang menjadi makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> compang-camping, terkena bacokan
senjata-senajata itu, kemudian sekali bergerak tubuhnya berkelebat melewati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala para pengeroyoknya yang bertubuh
pendek dan lenyap. Gegerlah para orang katai. Akan tetapi Han Bu Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambarkan dan menenangkan hati mereka.
Dia merasa yakin bahwa betapapun lihainya Sin Liong, pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya tidak akan mengganggunya. Maka
dia melanjutkan rencananya dan melakukan perundingan dengan para anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buahnya. Seperti juga ibunya dahulu,
pemuda tanggung ini sudah mulai dengan usahanya untuk mencari kedudukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan menghubungi seorang
"pangeran" baru yang juga merasa tidak puas dengan kedudukan yang
diperolehnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah perjuangan mereka berhasil.
Pangeran ini dahulunya adalah seorang pemberontak rakyat petani yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergabung dengan An Lu Shan, bernama
Shi Su beng yang kini dianugerahi pangkat "pangeran" oleh An Lu Shan.
Shi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Su Beng bermaksud untuk merebut tahta
kerajaan dari An Lu Shan, dan apabila terjadi kegagalan, maka terowongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bawah tanah milik Han Bu Ong itulah
yang akan dijadikan tempat persembunyian. Setelah selesai mempersiapkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala-galanya dan tempat itu ditinjau
sendiri oleh Pangeran Shi Su Beng, Han Bu Hong lalu pergi ke kota raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama sekutunya itu untuk mulai
melaksanakan siasat yang sudah mereka rencanakan lebih dahulu. Memang selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua tahun itu terjadi dua hal yang
banyak tercatat da Kemenangan An Lu Shan ternyata tidak mendatangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemakmuran atau keamanan, bahkan
sebaliknya. Selain kaisar yang telah melarikan diri ke Secuan dan menyerahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahta kerajaan kepada puteranya itu
kini menyusun kekuatan di barat untuk menyerbu dan merampas kembali kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja, juga di dalam istana pemerintah
baru sendiri terjadi pertentangan dan perebutan kekuasaan! Semua ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi karena memang sesungguhnya para
pemimpin pemberontak yang dahulu memberontak terhadap pemerintah dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalih "demi rakyat" atau demi
keadilan, demi kebenaran, demi negara dan lain istilah muluk-muluk lagi itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesungguhnya hanyalah
"berjuang" demi dirinya sendiri saja! Semua istilah itu tak lain tak
bukan hanyalah untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dijadikan "modal"
perjuangannya untuk mencari kedudukan dan kemuliaan bagi diri sendiri. Hal ini
sudah terlalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sering terjadi di dunia,
berulang-ulang, namun sampai sekarang rakyat di seluruh dunia tetap bodoh, mau
saja di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peralat dan dicatut namanya oleh
orang-orang yang berambisi untuk diri pribadi. Betapa banyaknya bukti akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalsuan ini dapat dilihat dalam
sejarah di negara manapun di dunia ini. Sekelompok orang berambisi untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keuntungan mereka sendiri, dengan
siasat cerdik menggunakan nama rakyat untuk mencapai tujuan mereka, kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu mereka mengorbankan rakyat.
Rakyat sudah cukup puas memperoleh gelar "pahlawan" kalau sampai
tewas dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjuangan yang sebenarnya adalah
menyalah gunakan demi keuntungan kelompok yang mempergunakan mereka itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam sejarah. Inilah sebabnya maka
jika perjuangan telah berhasil, jika para kelompok pimpinan yang berambisi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah memperoleh apa yang mereka
kejar-kejar, maka rakyat pun dilupakan sudah! Bukan sengaja dilupakan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan karena mereka yang sudah
berhasil merampas kedudukan itu pun harus menghadapi lawan atau saingan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga ingin merebut kedudukan itu.
Rakyat adalah orang yang berada dibawah, dan yang terinjak memang selalu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di bawah. yang berada di atas
tidak akan terinjak, akan tetapi mereka itu saling berebutan di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka sendiri, memperebutkan kedudukan
yang lebih enak dan empuk dari pada kedudukan yang telah dimilikinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikianlah pula dengan An Lu Shan dan
teman-temannya yang telah berhasil dalam "perjuangan" mereka merampas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukan tahta kerajaan. Teman-teman
yang tadinya berjuang bahumembahu, menjadi kawan senasib sependeritaan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yaitu di waktu mereka memberontak, kini
setelah memperoleh apa yang mereka cita-citakan , berbalik mencurigai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling iri! Memang belum ada yang
secara berterang berani menentang An Lu Shan, bekas panglima yang masih amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat kedudukannya, didukung oleh
pasukan-pasukan inti dan tampaknya semua pembantunya sudah menyetujui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebulatnya kalau An Lu Shan menjadi
Kaisar. Akan tetapi diam-diam, banyak yang mepersoalkan pembagian pangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kedudukan. Tentu saja yang merasa
tidak puas adalah mereka yang memperoleh pangkat agak kecil, sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menerima pangkat besar merasa
curiga dan hati-hati menghadapi bekas teman yang memperoleh pangkat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih kecil. Terjadi dan berlangsunglah
konflik sembunyi diantara mereka. Ke manakah perginya Swat Hong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee Lun? Di bagian depan telah
diceritakan betapa dua orang muda ini berhasil menyelamatkan diri, lari keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari istana The Kwat Lin dan terus
keluar dari kota raja Tiang-an. Mereka berlari dengan cepat mempergunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegelapan malam, berhasil keluar dari
benteng tembok kota raja karena para penjaga yang berada dalam suasana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesta kemenangan itu tidak melakukan
penjagaan yang terlampau ketat. Setelah terang tanah dan mereka tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam sebuah hutan jauh dari tembok
kota raja barulah keduanya berhenti, terengah-engah dan Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjatuhkan dirinya di bawah sebatang
pohon besar. Wajahnya pucat biarpun muka dan lehernya penuh keringat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di usapnya dengan ujung lengan bajunya.
Pandang matanya merenung jauh sekali, dan dia diam saja, sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
tidak berkata-kata, sama sekali tidak bergerak, seperti dalam keadaan
setengah sadar. Kwee Lun juga menghapus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peluhnya dan dia pun duduk diam,
memandang kepada Swat Hong. beberapa kali dia menggerakan bibir hendak bicara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun ditahannya lagi. Pemuda yang
biasanya bergembira ini merasa betapa jantungnya seperti diremas-remas. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri merasa kehilangan dan amat
berduka dengan kematian Soan Cu, gadis yang kini dia tahu adalah wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat dicintainya. Akan tetapi, melihat
keadaan Swat Hong yang terpaksa harus meninggalkan ibu kandungnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi kematian, dia melupakan
kedukaan hatinya sendiri dan merasa amat iba kepada Swat Hong. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa Swat Hong seperti orang
kehilangan ingatan, Kwee Lun merasa khawatir sekali. Kalau dibiarkan saja,
gadis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini bisa jatuh sakit, kalau hanya sakit
badannya masih mending, akan tetapi kalau terserang batinnya lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya lagi. Akhirnya dia
memberanikan diri berkata lirih dan halus, "Mati hidup adalah berada di
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Thian, kita manusia tak dapat
menguasainya, Nona." Mendengar kata-kata ini, Swat Hong menengok dan
memandang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi pandang matanya tetap
kosong, seolah-olah kata-kata itu tidak dimengertinya dan dari mulutnya hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara meragu,
"Hemm....?" Suara ini gemetar dan pandang mata itu menusuk perasaan
Kwee Lun. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda ini lalu memberanikan diri
melangkah lebih jauh lagi dengan kata-kata yang lebih membuka kenyataan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ibumu gugur sebagai seorang yang
gagah perkasa." Sepasang mata yang kehilangan sinar itu terbelalak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah baru sadar dan bibir yang
gemetar itu bergerak, mula-mula lirih makin lama makin keras,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ".....Ibu.....? Ibu...., Ibu....!"
Swat Hong menangis tersedu-sedu dan memanggil-manggil ibunya. "Tenanglah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona. Tenanglah....." Kwee Lun
menghibur dan berlutut di depan gadis itu, akan tetapi suaranya sendiri parau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan agak tersedu. "Ibu....!
Mengapa aku meninggalkan ibu mati sendiri....? Ibu....! Hu-hu-huuuuuuuk,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ibuuuuuuuu.....!" Memang menangis
merupakan obat terbaik bagi batin gadis itu, pikir Kwee Lun penuh keharuan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi melihat Swat Hong
menjambak-jambak rambut sendiri, dia merasa khawatir. "Ingatlah, Nona.
Ingatlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesan Ibumu..... tentang pusaka Pulau
Es...." Swat Hong mengangkat muka dan melihat wajah pemuda itu juga basah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> air mata, dia menubruk. "Toako....
ahhhh, Toako....!" Dan menangislah dia tersedu-sedu di dada pemuda itu
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dianggapnya merupakan satu-satunya
sahabat di dunia yang baginya kosong ini. Kwee Lun memejamkan mata dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan gadis itu menangis
terisak-isak. Dengan sesenggukan Swat Hong berkata, "Ibu tewas..... di
depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mataku..... dan aku tidak dapat
menolongnya..... hu-hu-huuuuuuuhhhh...... dan Ayah pun sudah tiada, Suheng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga...... hu-huuuuuuuuuhhh apa gunanya
aku hidup lagi? Apa gunanya aku mencari pusaka dan mengembalikan ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es?' Seperti seorang yang
mendadak menjadi kalap Swat Hong merenggutkan dirinya dari dada Kwee Lun, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat bangun mengepal tinju.
"Katakan, Kwee-toako, apa gunanya semua ini? Ayah ibuku sudah meninggal,
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suheng satu-satunya orang yang kucinta.....
dia pun tidak ada lagi......! katakan, apa perlunya aku hidup lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lama?" Kwee Lun teringat akan
kematian Soan Cu yang menghancurkan perasaannya, akan tetapi dia menekan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedukaannya dan berkata, suaranya
nyaring bersemangat, "Adik Hong, tidak semestinya seorang perkasa seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau mengeluarkan kata-kata bernada
putus asa seperti itu! Engkau adalah puteri dari Pulau Es! Kedukaan apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun yang menimpa dirimu, harus kau
atasi dengan gagah perkasa! Aku dapat memahami pesan mendiang Ibumu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulia dan gagah perkasa itu. Kalau
pusaka keluargamu dari Pulau Es terjatuh ke tangan orang lain, bukankah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat sayang, berbahaya dan juga
merendahkan ? Pusaka itu telah diselamatkan oleh Nona Bu Swi Nio dan Saudara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liem Toan Ki. Sebaiknya kalau kita
segera menyusul mereka dan aku akan membantumu mencari Pusaka Pulau Es."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ucapan penuh semangat itu benar-benar
menyadarkan Swat Hong, menarik gadis itu dari lembah kedukaan yang hampir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mematahkan semangatnya. Dia menahan
isak, menarik napas panjang dan menghapus air matanya, lalu memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada pemuda itu, memegang tangan Kwee
Lun. "Kwee-toako, terima kasih atas peringatanmu. Hampir aku lupa akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tugasku. Memang benar, sudah berani
hidup harus berani menghadapi apa pun yang menimpa kita. Engkau sungguh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik sekali, Toako. Engkau sendiri
menderita, kehilangan Soan Cu, namun masih menghiburku......" Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat mukanya dan memejamkan mata.
"Benar.....aku mencinta Soan Cu....... aku mencintanya......"
"Dan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencintai Suheng. Betapa buruk nasib
kita, Toako. Engkau sendiri menderita, kehilangan Soan Cu, namun masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghiburku......" Kwee Lun
mengangkat mukanya dan memejamkan mata. "Benar.... aku mencinta Soan
Cu.... aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencintanya........" "Dan aku
mencinta Suheng. Betapa buruk nasib kita, Toako. Akan tetapi, kau masih
mempuyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Gurumu, sedangkan aku hanya seorang
diri..... ah, sudahlah. Aku akan pergi, Toako. Semoga engkau akan dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menemukan kebahagiaan dalam hidupmu.
Engkau baik sekali dan terima kasih."Swat Hong berkelebat dan meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi. "Nanti dulu! Hong-moi....
biarlah aku membantumu....." "Tidak usah, Kwee-toako. Aku akan
menyusul mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke Puncak Awan Merah, kemudian aku akan
kembali ke Pulau Es.... untuk.... untuk selamanya. Selamat tinggal!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong meloncat dengan cepat sekali
dan sebentar saja dia sudah lenyap meninggalkan Kwee Lun yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemas. Pemuda ini menjatukan dirinya
duduk di atas tanah dan baru sekarang dia tidak dapat menahan bertitiknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> air matanya dan baru sekarang terasa
olehnya betapa dia kehilangan Soan Cu, betapa dunia terasa amat hampa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi. Berkali-kali dia menarik napas
panjang dan teringatlah dia kepada gurunya, Lam-hai Seng-jin yang seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang tuanya sendiri. Dia harus kembali
ke Pulau Kurakura di Lam-hai dan terbayang olehnya betapa suhunya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan terheran mendengar semua pengalamannya
dengan keluarga Pulau Es! Dengan perasaan yang kosong dan sunyi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ingatan akan gurunya ini merupakan
setitik harapan kegembiraan hidupnya dan berlahan-lahan Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan hutan itu untuk kembali
kepada gurunya yang sudah amat lama ditinggalkannya. Sementara itu, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata masih merah oleh tangisnya, Han
Swat Hong melanjutkan perjalanan seorang diri dengan cepat untuk mengejar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Nio dan Toan KI. Kalau dia dapat
menyusul mereka dan minta kembali Pusaka Pulau Es dia dapat langsung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali ke Pulau Es dan
selanjutnya...... entah, dia sendiri tidak tahu apakah dia ada niat untuk
kembali ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daratan besar. Tidak, dia akan tinggal
di pulau itu, di mana dia terlahir. Biarpun pulau itu sudah kosong, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tinggal di tempat kelahirannya itu
sampai mati! Bercucuran pula air matanya ketika dia berpikir sampai di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> situ dan terkenang kepada suhengnya.
Kalau saja ada suhengnya di sisinya, tentu tidak akan begini merana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya. Akan tetapi, betapapun cepat
Swat Hong melakukan pengejaran, tetap saja dia tidak berhasil menyusul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Nio dan Toan Ki. Bahkan ketika dia
tiba di Puncak Awan Merah, tempat tinggal Tee-tok Siangkoan Houw, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat ini dia hanya disambut oleh
Ang-in Mo-ko Thio Sam, kakek yang menjadi murid kepala Tee-tok itu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menceritakan bahwa Tee-tok bersama
puterinya telah beberapa pekan pergi turun gunung dan bahwa selama itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada tamu, juga tidak ada Bu Swi Nio dan
Liem Toan Ki seperti yang ditanyakan oleh gadis itu. Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya. Hatinya mulai
bertanya-tanya. Celaka, pikirnya, jangan-jangan dia telah salah memilih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang untuk dipercaya menyelamatkan
Pusaka Pulau Es! Jangan-jangan dua orang muda itu sengaja melarikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka itu dan bersembunyi!
Timbul kecurigaan yang diikuti kemarahan di hatinya, dan berbareng dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaan ini timbul pula semangatnya
yang tadinya amat menurun itu. Hidupnya masih perlu dan ada gunanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setidaknya dia harus menyelamatkan
pusaka-pusaka itu agar tidak terjatuh ke tangan orang lain! Perasaan marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan khawatir ini mendatangkan perasaan
bahwa dia masih amat dibutuhkan untuk hidup terus. Sambil menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahannya, dia berkata kepada murid
kepala Tee-tok itu, "Andaikata ada datang Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harap minta kepada mereka untuk menanti
saya di sini. Dua bulan lagi saya akan kembali menemui mereka." Ang-in<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mo-ko Thio Sam yang sudah mengetahui
kelihaian dara yang pernah menggegerkan Awan Merah ini, mengangguk-angguk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kemudian Swat Hong meninggalkan Puncak
Awan Merah untuk mengambil jalan kembali ke jurusan kota raja untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari kalau-kalau dua orang muda itu
dapat berjumpa dengannya di jalan. Namun semua perjalanannya sia-sia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belaka. Dua bulan kemudian, kembali dia
tiba di Puncak Awan Merah dan untuk kedua kalinya Ang-in Mo-ko (Iblis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tua Awan Merah) menyatakan
penyesalannya bahwa dua orang muda yang dicari itu belum juga datang, bahkan
gurunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga belum pulang. "Saya malah
merasa gelisah juga memikirkan Suhu." kata kakek itu. "Keadaan di
mana-mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedang ribut dengan perang, akan tetapi
Suhu pergi begitu lamanya belum juga pulang." Swat Hong menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahannya. Tidak salah lagi,
pikirnya. Bu Swi Nio dan Liem Toan Ki tentu berlaku khianat, menginginkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka itu untuk diri mereka
sendiri. Aku harus mencari mereka dan selain merampas kembali pusaka, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan kuhajar mereka! Dia berpamit lalu
pergi lagi, di sepanjang jalan dia memaki-maki Bu Swi Nio yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipercaya. "Dasar murid iblis
betina itu," gerutunya. "Gurunya sudah mati, kini muridnya yang
menyusahkan aku!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mulailah Swat Hong mencari-cari kedua
orang itu tanpa hasil. sampai dua tahun dia berkelana mencari-cari kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang muda itu namun anehnya, tidak ada
seorang pun manusia yang tahu akan mereka. Akhirnya timbullah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikirannya bahwa sangat boleh jadi Bu Swi
Nio dan Liem Toan Ki yang tadinya adalah anak buah An Lu Shan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini membalik dan berkhianat itu takut
kepada pembalasan pemerintah baru dan telah lari mengungsi ke barat, ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Secuan. Sangat boleh jadi! Pikiran ini
membuat dia mengambil keputusan dan berangkatlah dia ke Secuan. Sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari pusaka, dia pun ingin membantu
Kaisar yang kabarnya sedang menyusun kekuatan untuk menyerang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merebut kembali tahta kerajaan.
Sebaliknya klau dia membantu, pikirnya. Selain untuk mengisi kekosongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidupnya, juga sekalian untuk mencari
Bu Swi Nio an Liem Toan Ki, juga untuk menghancurkan semua kaki tangan An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu Shan termasuk Ouwyang Cin Cu, dan
juga mengingat bahwa ayahnya adalah seorang keturunan pangeran atau raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda, maka sebenarnya dia masih
berdarah bangsawan dan masih ada hubungan darah dengan keluarga kaisar sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepatutnyalah kalau dia membantu.
Sementara itu, di ibu kota yang telah diduduki An Lu Shan, di dalam istana di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana An Lu Shan mengangkat diri sendiri
menjadi raja, terjadilah hal-hal yang hebat! An Lu Shan sendiri masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjutkan wataknya yang kasar dan mau
menang sendiri. Satu di antara kesukaannya adalah wanita, maka begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berhasil, tak pernah berhenti
setiap malam dia berganti wanita mana saja yang dipilih dan ditunjuknya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak peduli wanita itu masih gadis
atau isteri orang lain sekalipun! pada suatu malam, dalam keadaan mabok dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedang gembiranya, An Lu Shan lupa diri
dan dalam keadaan setengah sadar dia memasuki kamar mantu perempuannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sudah lama sekali dia rindukan
secara diam-diam. Kalau sadar dan tidak mabok, dia masih menahan hasrat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya. Akan tetapi malam itu, dalam
keadaan mabok, dia tidak mempedulikan apa-apa lagi dan memasuki kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mantunya! Tidak ada seorang pun manusia
di dalam istana yang berani melarang, dan pada saat itu, putera An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan sedang tidak berada di situ.
Dengan penuh perasaan duka dan ketakutan, mantu yang muda dan cantik jelita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tidak kuasa menolak atau
memberontak, sambil menangis dia terpaksa membiarkan dirinya dipeluk dan
diciumi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mertua yang mabok itu. Dengan suara
lirih dan membujuk dia masih berusaha mengingatkan An Lu Shan, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang laki-laki yang tidak hanya
mabok arak, melainkan juga mabok cinta berahi, tidak mempedulikan apa pun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita hanya dapat merintih dan
menangis, diseling suara ketawa gembira dari An Lu Shan. Ketika pintu kamar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
dengan paksa dibuka dari luar oleh pangeran, An Lu Shan telah tidur
mendengkur kelelahan dengan muka merah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena banyak arak, sedangkan isteri
pangeran itu menangis terisak-isak, berlutut di atas lantai. Pangeran itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi mata gelap, pedang dicabut dan
sekali meloncat dia telah menikam dada ayahnya sendiri. "Crappp....!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Auhhh.... haiii.... kau....
kau.....?" An Lu Shan yang bertubuh kuat itu, biarpun pedang telah
menembus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dadanya, masih dapat meloncat dan memcengkeram
ke arah puteranya. Akan tetapi pangeran yang sudah mata gelap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu mengelak, kakinya menendang
sehingga An Lu Shan terdorong jatuh, membuat pedang itu masuk makin dalam. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelojotan dan tak bergerak lagi!
"Tangkap pembunuh.....!!" teriakan ini keluar dari mulut Shi Su Beng
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama dengan Han Bu Ong sudah lari ke
dalam kamar. Shi Su Beng menggerakan pedangnya dan terdengar teriakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan ketika pangeran itu roboh
pula di dekat mayat ayahnya dalam keadaan tak bernyawa pula karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lehernya hampir putus terbabat pedang
Pangeran Shi Su Beng! Gegerlah seluruh istana. rapat kilat diadakan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shi Su Beng yang dianggap membela
Kaisar itu mempergunakan kesempatan ini untuk merampas kedudukan Kaisar!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dalam keadaan kacau balau itu, Shi Su
Beng mengangkat diri sendiri sebagai raja dan Han Bu Ong menjadi raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda pembantunya yang setia! Hanyalah
mereka berdua saja yang tahu bahwa semua peristiwa itu memang digerakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh mereka berdua! Shi Su Beng yang
membangkitkan berahi An Lu Shan terhadap mantu perempuannya, bahkan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam mabok, Shi Su Beng yang membujuk
supaya Kaisar baru itu memasuki kamar dengan mengatakan bahwa di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kamar itu dia telah menyediakan seorang
wanita cantik mirip mantunya itu untuk An Lu Shan! Dan selagi An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan yang mabok itu menggagahi mantunya
sendiri, diam-diam Han Bu Ong menghubungi pangeran dan membisikan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada penjahat memasuki kamarnya. Maka terjadilah
seperti apa yang telah direncanakan oleh mereka berdua, yaitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kematian An Lu Shan di tangan puteranya
sendiri dan kemudian kematian pangeran di tangan Shi Su Beng.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Terjadilah perubahan besar-besaran di
kota raja, pergantian kekuasaan dan kembali Han Bu Ong berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat dirinya sendiri seperti yang
dicita-citakan ibunya, yaitu menjadi seorng pangeran yang berkuasa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh lebih berkuasa dari pada di waktu
ibunya masih hidup, yaitu menjadi tangan kanan penguasa baru yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi sekutunya! Akan tetapi,
jatuhnya An Lu Shan dan berpindahnya kekuasaan di tangan Shi Su Beng, masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja belum meredakan
ketegangan-ketegangan di kota raja akibat perebutan kekuasaan. Seperti biasa
penguasa baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat teman-temannya sendiri menduduki
jabatan tinggi, melakukan penggeseran-penggeseran sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menimbulkan dendam dari kawan-kawan
yang berbalik menjadi lawan. Dalam keadaan seperti itu, kacau rencana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perebutan kekuasaan, kalau perlu dengan
cara halus maupun kasar, para pemberontak yang kini memegang tampuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerajaan itu menjadi lalai. Mereka
terlalu memandang rendah Kaisar yang telah melarikan diri ke Secuan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menganggap keluarga Kaisar lama itu
sudah jatuh benar-benar. Kesibukan untuk kepentingan ambisi pribadi membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka lengah dan kurang memperhatikan
pertahanan sehingga mereka tidak tahu betapa Kaisar dan keluarganya di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Secuan telah membentuk kekuatan baru
untuk melakukan pembalasan! Kaisar Tua Hian Tiong, yang hancur lahir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batinya karena bukan hanya mahkota
kerajaan dirampas oleh pemberontak An Lu Shan, akan tetapi terutama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena selirnya tercinta, Yang Kui Hui,
harus mati digantung oleh keputusannya sendiri, setibanya di Secuan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi seorang kakek yang patah
semangat dan selalu tenggelam dalam duka cita. Dalam keadaan mengungsi itu, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Secuan, keluarga kaisar dan para
pengikutnya yang masih setia, menerima keputusan Kaisar Tua untuk mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar baru, yaitu putera mahkota yang
bergelar Su Tiong. Pada waktu itu sisa pasukan pemerintah yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalah perang terhadap An Lu Shan, di
bawah pimpinan Panglima Besar Kok Cu I, telah menyusul pula ke Secuan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar Su Tiong lalu menghimpun
kekuatan dari rakyatnya di daerah Secuan, dan minta bantuan kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> negara-negara tetangga yang bersahabat.
Maka terkumpullah pasukan-pasukan campuran yang terdiri dari bermacam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suku, bahkan terdapat pula bangsa Turki,
Tibet, dan kemudian sekali datang pula bala bantuan dari pasukan Arab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dikirim sebagai tanda bersahabat
oleh Kalipu. Pasukan-pasukan itu disusun menjadi barisan besar dan diberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> latihan-latihan berat dalam persiapa
kaisar Su Tiong untuk merampas kembali kerajaannya, Kok Cu I. Tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hal penting terjadi selama perjalanan
Swat Hong menuju ke Secuan. Gadis yang dahulu berwatak periang dan jenaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, yang wajahnya selalu berseri dan
gembira, kini menjadi pendiam dan ada garis-garis dan bayangan muram di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajahnya yang tetap cantik jelita
walaupun tidak pernah bersolek. Perantauan selama dua tahun mencari-cari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusakanya yang hilang tanpa hasil itu
membuat dia merasa berduka dan juga penasaran sekali. Di dalam hatinya di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjanji bahwa dia takkan pernah
berhenti mencari sebelum mendapatkan pusaka Pulau Es itu. Dalam perantauannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dia mendengar pula tentang kematian
An Lu Shan dan puteranya. Ketika dia tiba di Secuan, pada waktu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar yang baru, yaitu Kaisar Si
Tiong, memang sedang menyusun tenaga di bawah pimpinan Panglima Besar Kok Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> I sendiri. panglima Kok ini menyebar
para pembantunya, yaitu panglima-panglima bawahan di seluruh daerah Secuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menerima dan mendaftar para
sukarelawan yang hendak masuk menjadi tentara. Seorang di antara bawahannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bertugas mengumpulkan bala bantuan
bahkan menghubungi orang-orang asing dari barat ini adalah Panglima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw Kiat. Panglima inilah yang telah
berjasa menghubungi orang-orang Arab sehingga akhirnya Kaliphu (yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuasa di Arab) sendiri mengirim pasukan
bala bantuan. Bouw Kiat berkedudukan di sebuah dusun daerah selatan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di sini dia menyusun pasukannya sambil
menjamu pasukan dari Arab yang sebagian kecil sebagai pasukan pelopor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah tiba di situ. panglimaKok Cu I
yang cerdik memisah-misahkan para pasukan asing yang membantunya agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjauhkan terjadinya bentrokan.
Pasukan bantuan dari Turki berada di utara, dari Tibet berada di selatan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari timur adalah pasukan yang terdiri
dari bermacam-macam suku bangsa. Pada suatu hari, Swat Hong tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daerah yang dikuasai oleh Panglima Bouw
Kiat inilah. Dara ini merasa heran ketika melihat ada banyak tentara<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com4tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-52347143466495200762012-07-28T21:41:00.000+08:002012-07-28T21:41:53.126+08:00BUKEK SIANSU : Seri KesepuluhBUKEK SIANSU : Seri Kesepuluh - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kesembilan.html" target="_blank">Lanjutan Kho Ping Hoo - Bukek Siansu Seri Kesembilan</a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<br />
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";"> memilih jalan ke kanan. Setelah kini
matanya terbiasa, ternyata terowongan itu tidaklah terlalu gelap benar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ada sinar matahari yang masuk dan
memantul sampai ke dalam terowongan, entah dari mana masuknya sinar itu. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan agak cepat ke depan dan
terowongan yang dipilihnya itu ternyata berakhir pula dengan simpangan, kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> simpang empat! "Aihhh....!"
dia mengeluh lalu mengerahkan </span></div>
<a name='more'></a>khingkangnya berteriak memanggil,
"Sumoi....!" Gema<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suaranya mengaung dan membuat
panggilannya itu tidak jelas lagi, mirip auman suara harimau marah! Dia lari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki terowongan sebelah kiri
setelah meneliti ke bawah tidak melihat bekas tapak sepatu sumoinya saking<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyaknya tapak kaki di situ, tapak
kaki kecil-kecil dari orang-orang kerdil. Terowongan ini panjang sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menurut taksirannya tentu tidak kurang
dari dua li jauhnya dan hatinya makin risau. Sudah begini lama dan jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mengejar dan mencari Swat Hong,
akan tetapi bekas dan jejaknyapun belum ditemukan. "Sumoi....!!" Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak lagi kuat-kuat ketika lorong
itu berakhir di sebuah ruangan bawah tanah atau dalam gunung yang cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebar. Sebagai jawabannya, tiba-tiba
terdengar suara berdesingan dan dari depan, kanan dan kiri menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinar-sinar hitam. Pandang mata yang
tajam dari Sin Liong dapat melihat bahwa benda-benda bersinar itu adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak panah-anak panah yang dilepas dari
tempat rahasia. Cepat dia memutar tongkat pendek yang berubah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segulung sinar yang melindungi seluruh
tubuhnya. Sampai beberapa lama dia menangkis dan akhirnya penyerang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gelap itu pun berhenti. Di ruang itu
kini penuh dengan anak panah hitam yang agaknya beracun. Dia bergidik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagaimana nasib sumoinya di tempat
berbahaya ini? "Sumoi....!!" Dia segera membalikan tubuhnya karena
ruangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu merupakan jalan buntu, lalu berlari
kembali melalui terowongan yang panjangnya ada dua li itu sampai dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba di jalan simpang empat tadi, kini
dia melihat terowongan kedua sambil berteriak-teriak memanggil nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya. "Swat Hong....! Han Swat
Hong....!!" Panggilan ini dia lakukan dengan pengerahan khikang sekuatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga dinding terowongan itu menjadi
tergetar karenanya. Namun tidak ada jawaban melainkan gema suaranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri yang melengking panjang. Sin
Liong menjadi panik, matanya terbelalak dan mukanya pucat. Baru sekali ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia merasa sedemikian gelisahnya dan
dia menyesali diri sendiri mengapa dia tadi tidak melarang sumoinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki gua-gua rahasia penuh jebakan
ini, kalau perlu melarang dengan kekerasan! Dia berlari terus dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati gelisah, akan tetapi dengan
kewaspadaan penuh karena dia maklum bahwa tempat itu merupakan tempat rahasia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat berbahaya, perpaduan antara
kekuasaan alam dan manusia. Tak mungkin tangan manusia membuat gua-guh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan lorong-lorong batu dalam gunung
ini, akan tetapi hasil ciptaan alam ini dipergunakan oleh manusia,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperbaiki dan bahkan dipasang
jebakan-jebakan yang jahat! "Haiiitttt!" Sin Liong cepat meloncat ke
atas, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meluncur kembali ke belakang sambil
berjungkir balik dan jatuh berdiri kembali di jalan yang telah dilalui,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak memandang ke depan. Kiranya
secara tibatiba sekali, tentu digerakan oleh alat rahasia yang terinjak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> olehnya tadi ketika berlari, di
depannya telah terbuka lubang yang panjang ada tiga meter, terbuka tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga kalau dia tadi tidak berhasil
dan lari terus, tentu akan terjeblos ke dalam jurang itu. Terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara mendesis-desis dari dalam lubang
yang hitam gelap, akan tetapi desis itu dan bau hamis membuat Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergidik dan tahulah dia bahwa di dalam
lubang itu terdapat banyak ular berbisa! Jebakan yang amat keji!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Keparat....!" desisnya
dengan marah melihat kekejaman manusia kerdil itu yang tidak segan
mempergunakan cara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat menjijikkan untuk mengalahkan
lawan. Dia melompati lubang itu dan melanjukan larinya. Ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan satu li lebih, lorong itu pun
berhenti di jalan batu yang merupakan sebuah ruangan besar pula, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruangan ini cuacanya cukup terang,
entah memperoleh sinar dari mana, agaknya ada lubang-lubang dari mana sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matahari dapat masuk. Tiba-tiba,
seolah-olah muncul dari dalam dinding batu, tampak seorang kerdil yang luar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa. Bentuknya pendek tegap seperti
orang-orang kerdil yang tadi, akan tetapi wajahnya menandakan bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tua dan sepasang matanya seperti
bintang pagi, tajam bersinar-sinar sedangkan kumis dan jenggotnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang, juga bentuk pakaiannya lebih
mewah dari yang lain. Kakek kerdil ini memegang sebatang pedang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersinar-sinar tanda bahwa pedang itu
adalah sebuah benda pusaka yang ampuh. Selagi Sin Liong memandang penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhatian dan maklum bahwa tentu di
dinding kiri ini terdapat pintu rahasianya yang tadi terbuka cepat untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilewati kakek ini, tiba-tiba terdengar
suara dari sebelah kiri dan kembali secara tiba-tiba muncul seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerdil lain yang tubuhnya amat tegap
besar membayangkan kekuatan. Juga orang kerdil ke dua ini pakaiannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mewah, sikapnya gagah dan mukanya penuh
dengan berewok tebal menghitam. Kedua orang ini dari tubuh atas sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke pinggang ukurannya seperti manusia
biasa, akan tetapi dari pinggang ke bawah amatlah pendeknya sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan aneh dan lucu. Orang Ke dua
yang brewok dan mukanya membayangkan kekerasan dan kegagahan ini memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang toya yang lebih panjang dari
pada tubuhnya sendiri. Juga toya ini bersinar-sinar tanda sebatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata yang baik. Sin Liong yang
selalu bersikap sabar dan tidak menghendaki permusuhan, biarpun dilanda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekhawatiran, masih dapat menekan
perasaannya dan menjura dengan penuh hormat, "Harap Jiwi-locianpwe sudi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaafkan kalau saya lancang tanpa
diundang memasuki daerah kekuasaan Jiwi ini. Akan tetapi saya kehilangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi di sini dan kalau Jiwi sudi
berlaku demikian baik hati untuk mengembalikan Sumoi kepada saya, saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjanji akan meninggalkan tempat ini
bersama Sumoi dan tidak akan berani mengganggu lagi." Dua orang kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling pandang dan melihat betapa Sin
Liong mengamat-amati dinding yang kini telah tertutup kembali dan sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak ada tanda-tanda bahwa di
situ ada pintu rahasianya, mereka tertawa dan kakek berjenggot yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rambutnya sudah mulai ada ubannya itu
berkata, "Orang muda, kalian memusuhi The-lihiap dan bilang tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permusuhan dengan kami? Ha-ha, orang
muda, siapakah engkau? Dan siapa pula Sumoimu itu?" "Namaku Kwa Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan....sesungguhnya kami tidak
mempunyai permusuhan dengan Cuwi di tempat ini." "Kalau begitu
mengapa mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin Lihiap?" "Kami
mempunyai urusan pribadi dengan dia, hanya urusan yang amat sekali tidak
menyangkut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri orang lain." Kembali dua
orang kekek itu tertawa. "Ha-ha-ha, aku Ji Bhong dan semua anak buahku, kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangsa kerdil memang tidak ada urusan
denganmu, akan tetapi sekali kalian memusuhi The-lihiap, berarti kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah musuh kami juga. Menyerahlah,
orang muda, kalau kau tidak ingin mengalami keksengsaraan seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoimu." Sin Liong terkejut
sekali, bukan hanya karena mendengar bahwa mereka ini ternyata adalah kaki
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin, terutama sekali mendengar
akan sumoinya. "Di mana Sumoi? Apa yang kalian lakukan dengan dia?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bentaknya. "Ha-ha-ha, menyerahlah
dan baru kita bicara!" Ji Bhong, kakek yang menjadi ketua bangsa kerdil
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab. Tentu saja Sin Liong menjadi
gelisah sekali dan dia lalu menerjang maju dengan tongkat pendeknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sing....siuuuut....
trang-trang....!!" Dua orang kakek itu sudah menggerakan pedang dan toya,
cepat dan kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali gerakan mereka. Namun kini kedua
orang itu berhadapan dengan Kwa Sin Liong murid utama Raja Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang telah mewarisi ilmu yang
hebat-hebat, maka dalam keadaan penuh kekhawatiran itu, Sin Liong sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan tongkat pendeknya
sedemikian rupa sehingga ketika menangkis, dua orang kakek itu berteriak keras<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena merasa betapa ada hawa dingin
menyusup ke dalam lengan mereka melalui senjata, membuat lengan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti hampir membeku! Namun keduanya
memang lihai. Cepat mereka memindahkan senjata di tangan kiri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengirim serangan-serangan
bertubi-tubi. Biarpun berada dalam keadaan gelisah dan marah, Sin Liong masih
merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tega untuk membunuh orang, maka
dia mengeluarkan suara melengking keras, tongkatnya dibuang ke bawah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan dua tangan kosong dia memapaki
pedang dan toya yang menyambarnya dari kanan kiri, lalu dengan berani dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangkap dua senjata itu dengan kedua
tangan kosong! Dua orang kakek itu terbelalak. Kalau orang menangkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> toya dengan tangan kosong hal ini masih
biasa saja, akan tetapi menangkap pedang pusaka dengan tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telanjang? Benar-benar berani mati
karena tangan yang bagaimana kuat pun tentu akan tersayat! Ji Bhong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak dan mengerahkan tenaga
membetot kembali pedangnya untuk menyayat tangan lawan yang menggenggamnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi betapapun ia mengerahkan
tenaga, pedang itu tetap tidak bergerak sedikit pun dari genggaman Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong. Demikian pula kakek brewok yang
membetot-betot toyanya, percuma saja, Sin Liong kembali memekik keras,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tangannya bergerak sedikit
dan...tubuh kedua orang kakek itu terlempar membentur dinding kanan kiri! Hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukulan yang dingin dan kuat sekali
keluar melalui kedua senjata itu dan menyerang melalui lengan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masingmasing dan memukul dada, membuat
dada terasa sakit dan napas mereka sesak. Keduanya bersandar dinding,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terengah-engah dan terbelalak memandang
pemuda luar biasa itu dan tiba-tiba mereka lenyap melalui pintu kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terbuka secara aneh. "Kalian
hendak lari ke mana?" Sin Liong meloncat dan mengejar ke kiri, namun
dinding<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sudah tertutup kembali dan kakek
berjenggot panjang dan kakek brewok itu telah lenyap dari dinding kanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiri. Sin Liong menancapkan pedang di
atas lantai, lalu menggunakan toya rampasannya menghantami dinding kiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun hanya batu permukaan saja yang
remuk, sedangkan dinding tebal itu tetap utuh. Akhirnya Sin Liong membuang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> toyanya, menghapus peluhnya dan
mengerutkan alis. Tempat ini amat berbahaya dan sukar dilalui, bagaimana dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat menolong Swat Hong? Teringat
akan sumoinya ini, dia menjadi panik lagi. Andaikata sumoinya berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampingnya saat itu, tentu pemuda ini
tidak menjadi bingung dan akan tetap tenang saja. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayangkan betapa sumoinya terancam
bahaya, benar-benar menggelisahkan hatinya. Dia merasa bertanggung jawab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan keselamatan sumoinya, dan dia
merasa seolah-olah mendengar suara ayah bunda dara itu mencelanya mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia sampai membiarkan dara itu terancam
bahaya. Sin Liong menghampiri dinding kiri, lalu memeriksa, tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meraba-raba. Lebih satu jam dia
menyelidiki, akhirnya secara tidak sengaja tangannya meraba sebuah di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puluhan batu menonjol di dinding itu!
Cepat dia menyambar pedang rampasannya dan sekali bergerak, tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menyelinap melalui lubang rahasia
itu dan... dia bingung lagi karena kiranya di sebelah sana dinding batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu pun hanya merupakan sebuah lorong
lain lagi! Dan tidak tampak jejak kekek yang menjadi ketua bangsa kerdil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi. Kembali dia berjalan dengan
ngawur, tidak tahu akan dibawa ke mana oleh lorong yang dilaluinya ini. Entah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berapa banyak lorong yang dilaluinya
dan kini dia bahkan tidak tahu lagi mana jalan keluar. Dia pun tidak ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar sebelum dapat menolong Swat
Hong! Dan cuaca makin gelap, dia pun teringat bahwa mungkin sekarang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "dunia luar" sudah mulai
senja. Bagaimanapun juga, dia tidak akan keluar sebelum menemukan Swat Hong.
Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan terus, ke mana saja asal
bergerak dan dia memperhatikan lorong yang dilaluinya agar jangan melalui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah lorong untuk kedua kalinya.
Keadaan makin gelap dan akhirnya dia hanya dapat melangkah maju dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meraba-raba. Tiba-tiba tampak sinar
terang di depan, menembus kegelapan yang mengerikan itu. Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melangkah maju menuju ke sinar terang
tadi. Akan tetapi tiba-tiba dia menahan langkahnya. Tidak salah lagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinar terang itu tentulah api yang
sengaja dibuat orang kerdil untuk memancing dan menjebaknya! Betapapun juga,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tidak takut. Dengan hati-hati dia
bergerak lagi melangkah maju menghampiri sinar yang ternyata kini tampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> olehnya adalah sebatang obor yang
gagangnya tertancap di dinding. Dan anehnya, kakinya yang melangkah hati-hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak menemui jebakan apa-apa sampai
dia tiba di tempat obor itu. Apa artinya ini? Mengapa mereka memberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang obor itu kepadaku? Sin Liong
tidak perduli, lalu mengambil obor itu dan diam-diam berterima kasih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali karena memang keadaan cuaca yang
amat gelap itu membuat dia butuh sekali akan sebatang obor. Kini dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat melanjutkan usahanya mencari Swat
Hong. Selagi dia berjalan maju dengan hati-hati, dia mendengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengung dari belakang. Sin Liong
cepat menoleh akan tetapi tidak melihat apa-apa. Sinar obor itu hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan cahaya dalam jarak
terbatas sekali dan di sebelah sananya kelihatan hitam pekat. Akan tetapi suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu makin lama makin keras dan akhirnya
tampaklah meluncur masuk ke dalam cahaya obor benda-benda hitam kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mengeluarkan suara
berdengung-dengung. Lebah! Banyak sekali lebah hitam yang datang berterbangan,
Seakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlomba untuk mencapai sinar terang
itu. Sinar api obor itulah yang menarik lebah-lebah itu dan Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maklum sekarang mengapa mereka
memberikan sebatang obor. Tentu untuk menarik lebahlebah itu, dan kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebah-lebah itu cukup berharga untuk
dipancing mereka, tentu merupakan lebah berbahaya, lebah yang sengatannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung bisa yang mematikan. Dia
sudah tahu akan lebah-lebah beracun seperti ini. Sin Liong cepat mengambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehelai saputangan, menyelipkan pedang
di pinggangnya, dan menggunakan saputangan yang diputar-putar untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengusir lebah-lebah itu. Namun, tertarik
oleh sinar api obor di antara kegelapan yang luar biasa, lebahlebah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu seperti gila dan sama sekali tidak
takut akan usiran menggunakan saputangan ini. Biarpun mereka tidak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang Sin Liong karena terhalang
saputangan, namun mereka tetap beterbangan di sekeliling Sin Liong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menanti saat baik untuk menyerang!
Celaka, pikir Sin Liong. Tidak mungkin dia harus berdiri di situ semalaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya untuk berkelahi melawan lebah-lebah
ini. Apa gunanya ada obor kalau hanya mendatangkan kerepotan ini?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sambil tetap melindungi tubuhnya dengan
putaran saputangan, Sin Liong menancapkan gagang obor pada celah-celah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu dinding, lalu pergi menjauh.
Ternyata lebahlebah itu tidak lagi mepedulikannya setelah dia tidak memengang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> obor, dan kini binatang-binatang kecil
itu beterbangan menyambar ke arah obor. Sin Liong duduk bersandar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinding, memandang dari jauh.
Dilihatnya banyak lebah yang mati karena menyerbu api, makin lama makin banyak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hatinya tidak tega. Binatang-binatang
itu tidak berdosa. Entah mengapa mereka dapat dibikin marah dan menyerbu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> api seperti gila itu. Dia harus
menghentikan bunuh diri masal yang mengerikan itu. Diremasnya batu-batu dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinding dan ditimpuknya ke arah obor
sambil berteriak-teriak. "Aduh....! Aduh, mati aku....!" Ini adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siasatnya yang timbul sebelum
memadamkan obor. Mereka itu sengaja memberi obor untuk memancing lebah-lebah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Baiklah, dia akan pura-pura menjadi
korban sengatan lebah beracun. Kiranya hanya dengan cara ini dia akan dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memancing orang-orang kerdil itu. Kalau
mereka menggunakan siasat memancing dan menjebak, biarlah demi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keselamatan Swat Hong dia pun
mempergunakan siasat itu! Semalam Sin Liong berada di dalam gelap. Tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang datang mengintai atau
menjenguknya. Ketika inilah dia pergunakanuntuk beristirahat dan biarpun dia
sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak dapat tidur. Mana mungkin
dia tidur kalau hatinya gel isah memikirkan Swat Hong seperti itu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Betapapun juga, dia dapat melepaskan
lelah dan memulihkan tenaga, dan terbayanglah percakapan dengan Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dalam hutan. Dia menghela napas
panjang. Biarpun di depan gadis itu dia berpura-pura tidak mengerti,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesungguhnya dia tahu belaka bahwa dara
yang tadinya angkuh dan keras hati itu, kini agaknya mulai menyatakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cintakasihnya kepadanya. Dia dapat
menduga pula bahwa cinta kasih di hati gadis itu bersemi karena memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pupuk cemburu, mencemburukan dia dengan
Soan Cu dan Siangkoan Hui! Hal ini membuat hatinya terasa seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditusuk, perih dan duka. Tentu saja dia
tidak mungkin mau menyakit hati Swat Hong dengan menyatakan bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
tidak mencita gadis itu, tidak mencinta seperti di harapkan gadis itu.
Tidak mungkin dia mau melibatkan diri ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam cinta kasih seperti itu, yang
telah begitu banyak contohnya hanya mendatangkan kesengsaraan belaka. Lihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja kehidupan ayah Swat Hong, Raja Han
Ti Ong yang menjadi rusak dan hancur lebur karena Raja yang bijaksana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan perkasa itu takluk kepada cinta
kasih berahi seperti itu. Lihat saja penghidupan ayah Soan Cu, yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gila karena kematian isterinya yang
tercinta, juga merupakan cinta memiliki yang hanya akan berakhir dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesengsaraan. masih banyak lagi
contohcontoh. Cinta kasih yang terdorong oleh berahi dan kesengsaran ini pasti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan disusul dengan keinginan memiliki,
menguasai dan mengikat. Pengikatan diri inilah yang akan mencelakakan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang akan menimbulkan duka karena
kehilangan, perpisahan atau kekecewaan karena cemburu dan lain-lain.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pengikatan diri kepada sesuatu memang
menimbulkan kenikmatan duniawi, menimbulkan kesenangan lahir yang hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sementara saja sifatnya, kemudian
diakhiri dengan bermacam duka dan kesengsaraan. Yang paling menimbulkan sesal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hati Sin Liong adalah kenyataan
bahwa penolakannya terhadap cinta kasih gadis-gadis itu tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan kekecewaan kepada mereka,
namun dia pun yakin bahwa kekecewaan itu pun hanya akan sementara saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sifatnya. Kalau mereka, termasuk Swat
Hong, sudah tertarik kepada seorang laki-laki lain, kekecewaan itu pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan lenyap tanpa bekas lagi. Cuaca
tidak segelap tadi, tanda bahwa agaknya malam telah terganti pagi. Untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjukan siasatnya, Sin Liong lalu
merebahkan diri di bawah obor yang telah padam rebah di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkai-bangkai lebah yang hangus. Tak
lama kemudian jantungnya berdebar karena telinganya yang menempel lantai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar suara-suara gerakan kaki. Ada
orang-orang datang menghampirinya! Tepat seperti yang diharapkannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncullah dua orang kakek itu bersama
enam orang kerdil lain. Mereka segera menghampiri dan merubungnya, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada tangan yang menyentuh dada dan
pergelangan tangannya. Cepat Sin Liong menggunakan ilmunya, menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> detak jantung dan pernapasannya.
"Dia telah mati....!!" Terdengar suara di atasnya. Dia tidak melihat
siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bicara karena dia rebah miring.
"Kita laporkan kepada Lihiap!" terdengar suara kekek berjenggot
panjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada saat itu, Sin Liong membalikan
tubuhnya, tangannya menyambar dan dia telah menangkap lengan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerdil, lalu menotoknya roboh. Tujuh
orang kerdil yang lain terkejut sekali, berloncatan dan lenyap di balik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinding melalui pintu-pintu rahasia,
meninggalkan Si Kerdil yang telah roboh tertotok. Memang Sin Liong hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membutuhkan seorang saja. Dia lalu
mengangkat bangun orang itu, membebaskan totokannya dan menghardik, "Hayo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tunjukan aku di mana temanku wanita itu
ditawan!" Orang kerdil itu menjadi pucat dan menggeleng-geleng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalanya. "Aku..... aku tidak
tahu...." "Bohong! Hayo katakan, aku hanya ingin menolong dan
membebaskannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau kau mengaku terus terang, aku
akan membebaskanmu." "Aku.... aku tidak berani...." kemudian
orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, suaranya mengandung rasa takut
dan dia menoleh ke kanan kiri seolah-olah takut kata-katanya terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh dinding di kanan kirinya.
"Hemm, aku tahu. Kalau kau mengaku, engkau takut dihukum oleh atasanmu.
Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi kau menunjukan tempat itu karena
kupaksa dan mereka tentu tahu akan hal itu." "Aku... aku takut.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut disiksa...."orang itu
berkata setengah menangis Sin Liong menjadi gemas. Orang yang pengecut ini
memaksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia harus mengeraskan hati. Apa boleh
buat, demi keselamatan Swat Hong! Dia lalu menggunakan jarinya memijit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengkuk orang itu, memijit jalan darah
sambil berkata, "Kau hanya takut kepada mereka dan tidak takut kepadaku?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nah, kautunjukan atau kubiarkan kau
tersiksa seperti ini selama hidupmu!" Orang itu menyeringai, makin lama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makin lebar dan tubuhnya
mengeliat-geliat menahan rasa nyeri yang menyerang tubuhnya. Akan tetapi, rasa
nyeri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tidak dapat ditahannya lagi dan dia
roboh terguling, menggeliat dan berkelojotan seperti orang sekarat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulutnya merintih, "Bebaskan
aku.... atau bunuh aku saja..." Sin Liong merasa kasihan sekali, akan
tetapi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeraskan hatinya. "Aku tidak
akan membunuhmu dan juga tidak akan menyembuhkanmu. Kalau kau tidak mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menunjukan tempat sahabatku itu, selama
hidup kau akan menderita seperti ini!" "Tolong.... aduhhhh... baik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kutunjukkan tempatnya.... tapi ....
tapi bebaskan dulu aku......" Girang bukan main rasa hati Sin Liong.
Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa totokan dia membebaskan orang
itu yang segera menggeliat dan memijit-mijit dadanya, kemudian memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada Sin Liong penuh rasa takut dan
ngeri. "Aku akan menunjukan tempatnya, akan tetapi....kau harus tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa kalau gadis itu sudah mati, maka
bukanlah aku pembunuhnya." Tentu saja kata-kata ini membuat Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut bukan main. Dia tidak mau
banyak bicara lagi, melainkan berkata dengan suara terengah . "Lekas....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tunjukkan....!" Dan dia menyambar
pergelangan tangan orang itu agar jangan sampai melarikan diri melalui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat-tempat rahasia. Orang kerdil itu
mengajak Sin Liong berlari melalui lorong-lorong dan ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lorong-lorong itu amat ruwet
bangunannya, berbelit-belit dan banyak sekali persimpangannya. Pantas saja dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berhasil, pikir Sin Liong dan
merasa kagum. Lorong rahasia ini memang amat hebat. Akhirnya setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui jarak yang kurang lebih lima li
jauhnya, tibalah mereka di dalam lorong yang tidak rata, lebar sempit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan di situ banyak terdapat
gundukan-gundukan batu pedang dandari atas bergantungan pula batu-batu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> runcing. Mereka berada di dalam
guha-guha besar yang berbeda sekali dengan guha-guha darimana Sin Liong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong masuk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JILID 19<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Di mana tempatnya?" Sin
Liong bertanya, suarnya gemetar karena dia merasa tegang sekali. Benarkah bahwa
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong terancam nyawanya dan mungkin
sekali sudah tewas? Hampir dia memekik untuk melampiaskan kekhawatirannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tidak! Tidak mungkin! Tidak boleh!
"Di mana dia? Hayo katakan!" Dia mengguncang tangan orang kerdil itu.
Tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu menggigil. "Dia... di
dalam guha sana itu.... lihat, di sana ada lubang besar, bukan?"
"Hayo kita ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana!" "Tidak.... tidak, aku
takut....! Mereka menjebaknya di sana, tempat itu adalah sarang laba-laba
raksasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mengerikan. Kurasa dia sudah tewas
....." Sin Lion tidak perduli dan menyeret orang itu menuju ke lubang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar yang berada di sebelah kiri
lorong, melalui bantu-batu menonjol yang ujungnya seruncing pedang. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba di situ, tiba-tiba dia mendengar
suara lirih. "Sumoi....!" Dia berteriak. "Suheng.... aihhhh....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suheng....!" Terdengar suara
tangis. Swat Hong yang menangis. Masih hidup! Hampir Sin Liong bersorak saking<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girangnya dan dia mendorong orang
kerdil itu sampai terguling-guling lima meter jauhnya. Orang kerdil itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merangkak dan pergi akan tetapi Sin
Liong tidak memperdulikannya lagi. Dia sudah memasuki guha dan terus ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam, membelok ke kiri, ke arah suara
Swat Hong. Tiba-tiba dia terbelalak, otomatis dia memasang kuda-kuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pedang tiangkat tinggi-tinggi
dan tangan kiri siap di depan dada. Matanya yang terbelalak memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tajam kepada seekor laba-laba raksasa
sebesar kerbau, dengan sepasang anggauta bulat seperti mata melotot<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya. Di belakang laba-laba itu
tampak sarang laba-laba yang bukan main besarnya, benag sarang laba-laba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sebesar jari-jari tangan, nampak
kuat sekali dan di tengah-tengah sarang itu, tubuh Swat Hong menempel<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kedua lengan terpentang, juga
kakinya agak terpentang dan bagian tubuh dara itu agaknya melekat kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sarang itu, tak dapat dilepaskan lagi.
Gadis itu menangis ketika melihatnya dan hanya dapat berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suheng....., cepat kau bunuh
binatang menjijikan itu....!" Sin Liong mencium bau harum yang aneh dan
keras,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan maklumlah dia bahwa tempat itu
penuh dengan hawa beracun! Laba-laba ini selain besar sekali juga beracun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Heran dia mengapa Swat Hong masih dapat
hidup, akan tetapi dia tidak memperdulikan atau memusingkan hal itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang penting adalah menolong sumoinya.
"Tenanglah, Sumoi. Aku segera menolongmu," katanya dengan suara
gemetar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saking girang dan terharunya Laba-laba
itu memandang buas. Begitu melihat Sin Liong, dia merangkak maju dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat sekali dan tiba-tiba, berbarengan
dengan gerakan kaki depan dan mulutnya, sinar putih menyambar ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong. Itulah benang besar yang
mengandung daya lekat luar biasa sekali, Sin Liong menggerakan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rampasannya dan tali putih itu terbabat
putus, kemudian dia melangkah maju, mengelak dari sambaran tali ke dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian dari samping dia menggerakan
kaki menendang. "Desss....!!" Betapa besar pun ukuran tubuh binatang
itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun terkena tendangan kaki Sin Liong,
dia terlempar, terbanting pada dinding batu, terhuyung-huyung lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghamburkan banyak benang putih ke
arah Sin Liong. Pemuda perkasa ini meloncat untuk mengelak dan ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang lagi, ternyata laba-laba itu
telah lari menghilang melalui sebuah lubang di celah-celah dinding batu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cepat Sin Liong menghampiri Swat Hong,
berusaha menurunkan tubuh gadis itu, akan tetapi ternyata sukar sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena sarang itu mengandung daya lekat
yang dapat merobek pakaian Swat Hong. Sin Liong menggerakan pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia melihat bahwa sarang itu
tergantung pada benang-benang pokok terbesar yang malang melintang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melekat pada tanah dan pada
langit-langit guha. Pedangnya menyambar-nyambar dan runtuhlah sarang itu,
membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh Swat Hong terjatuh ke bawah.
Gadis itu telah lemas sekali dan tentu akan terbanting kalau saja tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disambar oleh Sin Liong. Pemuda itu
membersihkan benang-benang laba-lana itu dan memondong tubuh sumoinya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemas menjauhi tempat itu. Ketika dia
tiba di bagian yang lebar dari lorong itu, dia menurunkan sumoinya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> duduk bersandar batu. "Bagaimana
keadaanmu, Sumoi?" tanyanya sambil memeriksa nadi lengan sumoinya. Detik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jantungnya lemah, mukanya pucat dan
tenaganya habis, akan tetapi yang mengkhawatirkan adalah kenyataan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya itu telah keracunan!
"Untung.... untung kau datang, Suheng.... kalau tidak.....aku sudah hampir
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat....." Gadis itu tiba-tiba
merangkul dan menangis dipundak Sin Liong. Pemuda itu membiarkan saja Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis. Tak lama kemudian dia
berkata, "Laba-laba itu beracun, kau terkena hawa beracun, akan tetapi
berapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lama kau tertawan seperti itu?"
"Sejak malam tadi....... ahhhh, mengerikan sekali, Suheng...."
"Sudahlah, mari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kubantu engkau mengusir hawa beracun
yang mengeram di tubuhmu." "Nanti dulu aku harus menceritakan dulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu....." Swat Hong berkata
terengah-engah, "ceritaku akan dapat mengusir kengerian yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram hatiku suheng." Sin
Liong mengangguk. Menurut halis menyelidikan tadi, biarpun terserang hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beracun namun keadaan Swat Hong tidak
berbahaya dan malah lebih berbahaya ketegangan dan pukulan batin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dideritanya selama satu malam itu.
Memang menceritakan kengerian yang mencengkeram merupakan obat mujarab pula,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah kengerian yang
ditahan-tahan itu memperoleh jalan keluar dan dapat meringankan hati yang
tertekan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aku mengejar mereka dan mereka
itu lenyap. Aku penasaran dan mencari terus, selalu tampak berkelebatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bayangan mereka sehingga pengejaranku
terarah. Aku sama sekali tidak mengira bahwa mereka memang memancingku ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat ini. Ketika aku melihat bahwa
cuaca mulai gelap, aku melihat pula sinar api di depan dan terus aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejarnya. Kemudian, di antara sinar
obor aku melihat beberapa orang kerdil lari memasuki guha ini. Aku cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejar dan melihat bayangan mereka
dekat sekali. Kupikir asal dapat menangkap seorang diantara mereka dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaksanya menjadi petunjuk jalan,
tentu beres. Maka melihat bayangan mereka begitu dekat di dalam guha ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku menerjang dan melompat maju,
bermaksud menangkap seorang di antara mereka." in Liong mendengarkan penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhatian dan diam-diam dia
membandingkan pengalaman sumoinya dan pengalamannya sendiri. Ternyata jalan
pikiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka untuk menawan seorang lawan
adalah sama, hanya sayangnya, sumoinya tidak tahu bahwa dia sedang dipancing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki jebakan yang amat mengerikan.
"Ketika aku meloncat itu, aku tidak tahu bahwa di depanku terdapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sarang laba-laba itu. Tubuhku
tertangkap, aku meronta-ronta namun laba-laba itu terus menambah tali-tali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan itu yang mempunyai daya
melekat luar biasa. Aku meronta terus sampai kehabisan napas dan melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laba-laba itu begitu dekat, seolah-olah
hendak menjilatku dan hendak menggigit, aku pingsan entah beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kali." "Hemm, engkau masih
untung dapat terhindar, Sumoi. Sungguhpun aku merasa heran sekali...."
"Dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaubayangkan betapa ngeriku, Suheng,
ketika aku siuman, tak jauh dari situ terdapat obor yang mendatangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cahaya remang-remang amat mengerikan,
dan aku terjerat sama sekali tak mampu bergerak, dan laba-laba itu ......<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendekati aku, lalu mundur kembali,
mendekati lagi seperti ragu-ragu.....ihh, melihat kaki yang berbulu itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meraba-raba....." Swat Hong
kembali menutupi mukanya dan terisak-isak. "Memang hebat sekali pengalamanmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi. Akan tetapi yang penting, engkau
dapat terhindar. Hanya satu hal aku tidak mengerti, mengapa selama itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laba-laba raksasa tadi tidak
menggigitmu? Padahal dia amat berbisa." "Berkat inilah," Swat
Hong mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah batu sebesar kepalanya, batu yang
berkilauan mengeluarkan cahaya hijau. "Ah kiranya engkau membawa bekal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Batu Mustika Hijau? Pantas! Tentu saja
binatang itu tidak berani menggigitmu, bahkan setiap kali mendekat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi ketakutan dan mundur kembali.
Untung sekali, Sumoi. Sekarang, marilah kubantu engkau mengusir hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beracun dari tubuhmu." "Baik,
Suheng.... aku...... ahhhh......" Tiba-tiba napasnya menjadi sesak dan
Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terguling pingsan! Sin Liong cepat menyambar
tubuh sumoinya dan memeriksanya. Dia merasa heran sekali karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu memeriksa, dia mendapat
kenyataan bahwa keadaan sumoinya tidak seringan yang diduganya semula. hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah karena tadi sumoinya meletakan
Batu Mustika Hijau itu di pinggangnya, maka ketika pada pemeriksaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertama, hawa beracun agak tertolak
oleh mustika itu sehingga kelihatanya hanya ringan. Sekarang, setelah batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dikeluarkan, daya tolak racun dari
batu itu meninggalkan tubuh Swat Hong dan hawa beracun yang amat jahat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menyerang sepenuhnya membuat Swat
Hong roboh pingsan. Sin Liong tidak ragu-ragu lagi, cepat dia memijat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengkuk dan mengurut kedua urat besar
di pundak. Swat Hong mengeluh lirih dan membuka matanya. "Sumoi, kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ternyata terluka hebat juga di sebelah
dalam tubuhmu oleh hawa beracun itu. Lekas kaubuka baju atas, aku harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerahkan sinkang, menempelkan tangan
di punggungmu, langsung tidak tertutup pakaian." Suara Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguh-sunggu dan Swat Hong juga
mengerti akan keadaannya yang berbahaya. Dia merasa penting dan dadanya sesak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, maka tanpa membuang waktu lagi
dia lalu membuka bajunya, duduk membelakangi Sin Liong dan membiarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> punggungnya terbuka sama sekali.
"Aughhh....ahhh, panas sekali..... ah, Suheng, badanku seperti dibakar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rasanya...." Swat Hong merintih
sambil memegangi bajunya dan mencegah baju itu merosot. "Tenanglah, Sumoi.
Biar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kumulai, kau menerima sajalah hawa
sinkang dariku." Sambil duduk bersila di belakang Swat Hong, Sin Liong
lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mnyalurkan tenaga sinkang yang dingin,
menempelkan telapak tangan pada pungung yang berkulit putih mulus, halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pada saat itu panas sekali. Setelah
telapak tangannya menempel, baru Sin Liong tahu betapa hawa beracun itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan hawa panas yang makin lama
makin hebat. Ahh, dia terlalu semberono, mengira luka sumoinya tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ringan saja sehingga tidak segera
mengobati sumoinya. Swat Hong merasa tersiksa, mulutnya terbuka dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merintih-rintih. Hawa panas luar biasa
yang menyerang dari dalam membuatnya berpeluh, akan tetapi kini terasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> olehnya betapa dari telapak tangan di
punggungnya itu masuk perlahan-lahan hawa dingin, sedikit demi sedikit.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia ingin membatu Sin Liong akan tetapi
diurungkannya niat itu. Biarlah, dia ingin melihat sampai di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu akan membelanya. Dia tahu
bahwa mengerahkan Swat-im-sin-kang untuk mengusir hawa beracun yang panas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu membutuhkan pengerahan tenaga yang
kuat, apalagi harus dilakukan sedikit demi sedikit dengan hatihati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga akan menghabiskan tenaga.
Pula, begitu merasa telapak tangan pemuda itu di punggungnya yang telanjang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semacam perasaan aneh memasuki hatinya
dan dia ingin agar telapak tangan suhengnya itu tidak lekas dilepaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari pungungnya! Karena itulah dia
tidak mau membantu, membiarkan suhengnya mengerahkan tenaga sendiri untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengusir hawa beracun itu. Sin liong
tidak menaruh curiga, hanya mengira bahwa sumoinya terlalu lelah sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak kuat membantunya. Hal ini malah
membuat dia makin bersemangat mengerahkan tenaganya. Mukanya mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meneteskan keringat dan dia memejamkan
matanya, memusatkan seluruh hati dan pikirannya ke dalam usaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengobatan itu. Dia tidak tahu betapa
sumoinya tersiksa, bukan hanya tersiksa oleh bentrokan antara tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat-im-sin-kang yang mengusir hawa
beracun panas melainkan juga tersiksa oleh perasaannya sendiri yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karuan. Tidak melihat betapa Swat Hong
mengepal tangan kirinya, mulutnya terbuka terengah-engah, dan dimukanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak hanya peluh yang menetes,
melainkan juga air mata! Juga keuda orang muda ini tidak tahu betapa di tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu muncul bayangan seorang kakek yang
berdiri tegak memandang mereka sambil mengelus jenggotnya. Kakek ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpakaian rapi dan sederhana bentuknya
namun yang terbuat dari kain yang mahal, jenggotnya yang panjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpelihara rapi, sudah banyak
putihnya, dan rambutnya yang putih juga tersisir rapi dan digelung ke atas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diikat dengan pembungkus rambut sutera
biru dan ditusuk dengan tusuk konde emas. Wajah kakek ini biarpun sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tua namun masih kelihatan tampan dan
bersih, ketampanan yang membayangkan kekejaman, apa lagi dari sinar mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tarikan mulutnya yang seperti orang
mengejek. Kalau tidak melihat mulut dan sinar matanya, kakek ini tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan menimbulkan rasa hormat karena dia
lebih pantas menjadi seorang pendeta atau pertama yang agung. Kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelus jenggotnya dan pandang matanya
tertuju kepada tubuh belakang Swat Hong yang telanjang. Sinar matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti membelai-belai punggung yang
melengkung indah itu, yang terakhir di bawah membesar sampai ke pinggul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hanya tertutup sebagian oleh baju
yang merosot, dari samping punggung tampak membayang tonjolan buah dada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang gagal tertutup sama sekali oleh
baju yang dipegang oleh tangan Swat Hong. Dalam keadaan tanggung-tanggung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, telanjang sama sekali bukan dan
tertutup rapat juga bukan, keadaan Swat Hong mendatangkan daya tarik yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> luar biasa, dan mudah membangkitkan
berahi seorang pria yang memang benaknya penuh terisi oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> khayalan-khayalan cabul! Siapakah kakek
yang usianya kurang lebih enam puluh tahun akan tetapi masih begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertarik melihat punggung telanjang
seorang dara? Dia adalah seorang bertapa yang belum lama turun dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertapaannya di lereng Pegunungan
Himalaya. Selama dua puluh tahun dia meninggalkan daratan besar merantau ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barat dan akhirnya bertapa di lereng
Himalaya, bertemu dengan pertapa-pertapa sakti dan mempelajari ilmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dahulunya dia adalah seorang tosu yang
ingin memperdalam ilmunya. Akan tetapi setibanya di Himalaya, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu dengan ahli ilmu hitam sehingga
pelajaran Agama To diselewengkan menjadi pelajaran kebatinan yang penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ilmu sihir yang aneh-aneh. Dan
karena memang di dalam dirinya belum bersih, ilmu hitam yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipelajarinya membuat semua kekotoran
di dalam dirinya itu menonjol dan mencari jalan keluar, dibantu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu sihirnya sehingga pendeta Agama To
ini menyeleweng menjadi seorang pertapa atau pendeta palsu yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segan-segan melakukan apa pun demi
mencapai kenikmatan dan kesenangan dunia. Nama pendeta ini adalah Ouwyang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cin Cu, sorang yang memiliki kepandaian
silat tinggi, akan tetapi lebih-lebih lagi, memiliki kekuatan sihir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang membuat dia terpakai sekali tenaganya
oleh Jenderal An Lu Shan. Berkat ilmu sihir dari Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> inilah, yang merupakan obat
"guna-guna" , maka An Lu Shan yang kasar itu berhasil memikat hati
Yang Kui Hui!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bertapa atau melakukan segala usaha
penekanan terhadap nafsu adalah usaha sia-sia dan palsu belaka, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mungkin akan berhasil selama di
dalam dirinya masih berkecamuk nafsu itu sendiri. penekanan hanyalah akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghentikan timbulnya nafsu itu sementara
waktu saja, akan tetapi bukanlah berarti bahwa nafsu itu sudah mati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sewaktu-waktu, jika penekanannya
berkurang kuatnya, tentu akan meledaklah nafsu yang ditahan-tahan. seperti api<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam sekam , sewaktu-waktu dapat
membakar. karena yang menekan nafsu ini pun sesungguhnya adalah nafsu sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam lain bentuk atau lain nama yang
kita berikan kepadanya. Keinginan tidak mungkin dilenyapkan dengan lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keinginan, karena akan menjadi
lingkaran setan yang tiada berkeputusan. Apa artinya bertapa di tempat sunyi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan masyarakat agar tidak
melihat lagi wanita dan timbul nafsu berahi kalau nafsu berahi itu sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih bercokol di dlam batinnya, kalau
dirinya sendiri setiap saat digerogoti oleh nafsu berahi yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercokol di dalam batin itu?
Sebaliknya, biarpun hidup di antara seribu orang wanita cantik, kalau memang
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada nafsu berahi di dalam hatinya sama
sekali bersih, pasti tidak akan ada gangguan sesuatu di dalam batin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jadi yang penting bukanlah mencari
pelarian, bukanlah melarikan diri dari segala macam nafsu, dalam hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai contoh adalah nafsu berahi,
melainkan membebaskan diri dari nafsu berahi. Dan kebebasan ini hanya dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi apabila kita mengerti benar,
mengenal benar diri sendiri, mengenal nafsu berahi yang membakar kita, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tak mungkin kita dapat mengenal tanpa
kita mempelajari, mengawasi, mengamati dengan seksama tanpa usaha untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendudukannya! Dengan pengamatan ini
maka segala akan tampak jelas, segala akan kita kenal dan dari pengamatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan timbul pengertian, dari pengertian
akan muncul suatu tindakan yang berlainan sama sekali dari tindakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> palsu pelarian. Demikianlah halnya
dengan Ouwyang Cin Cu, karena puluhan tahun lamanya dia menahan-nahan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menekan nafsu, setelah kini dia
menguasai ilmu yang tinggi, memperoleh jalan muda untuk melampiaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nafsu-nafsunya, dia membiarkan
nafsu-nafsunya bersimaharajalela, seolah-olah untuk menebus pertapaannya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama puluhan tahun itu! Begitu turun
gunung kembali ke timur untuk menikmati seluruh sisa hidupnya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala macam kesenangan yang diinginkan
tubuhnya, dia mendengar tentang pemberontakan An Lu Shan. Memang dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang yang cerdik, maka tampaklah
olehnya kesempatan terbuka baginya untuk mencari kedudukan tinggi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemuliaan sebagai seorang penguasa. Dia
mengunjungi An Lu Shan dan dengan demonstrasi kepandaiannya, baik silat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maupun sihir, dia diterima dengan tangan
terbuka dan diberi kedudukan tinggi, yaitu penasihat urusan dalam dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jenderal itu! Tentu saja dia tidak
dapat menjadi penasehat urusan perang karena dia sama sekali tidak mengerti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan ilmu perang. Mulailah Ouwyang Cin
Cu hidup mewah dan terhormat di dalam istana An Lu Shan, segala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehendaknya terlaksana. Kemewahan,
kehormatan, dan pelampiasan nafsu berahinya karena disediakan banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayan-pelayan wanita muda yang
cantik-cantik untuk kakek ini! Pada waktu itu, Ouwyang Cin Cu diutus oleh An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu Shan untuk mengunjungi Rawa Bangkai,
karena An Lu Shan yang sudah tahu akan kelihaian dua orang wanita The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li, mempunyai
niat untuk menarik kedua wanita itu sebagai pembantu dalam dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawalnya. Hal ini menunjukan
kecerdikan Jenderal itu. Dia tahu bahwa The Kwat Lin adalah bekas Ratu Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es, maka selain memiliki ilmu silat
yang hebat, tentu juga memiliki ambisi-ambisi pribadi terhadap kerajaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hendak mereka gulingkan dan
rampas. maka kalau wanita seperti itu diberi kesempatan memperoleh kekuasaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pasukan yang kuat, kelak tentu
akan menjadi penghalang dan saingan belaka. Berbeda kalau wanita itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditugaskan mengawalnya, segala
gerak-geriknya dapat diawasi selain tenaganya dapat dipergunakan untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengawalnya sehingga dia akan merasa
lebih aman dan terjamin keselamatannya. Demikianlah, Ouwyang Cin Cu lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diutusnya mengunjungi Rawa Bangkai
setelah lima orang utusan pertama ke Rawa Bangkai yaitu Bi Swi Nio, Liem<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toan Ki dan tiga orang kakek lain
berhasil dengan baik mengunjungi Rawa Bangkai. Sekali ini, Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa surat pribadinya yang dengan ramah
mengundang kedua orang wanita itu untuk mengunjungi istananya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengadakan perundingan. Kedatangan
Ouwyang Cin Cu menimbulkan kegemparan, juga disambut dengan kagum oleh The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li. Ketika
lima orang utusan yang terdahulu datang, Kiam-mo Cai-li telah memberikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia jalan menuju ke Rawa Bangkai
tanpa menyeberangi rawa, yaitu melalui jalan terowongan di bawah tanah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari balik gunung yang dijaga oleh
orang-orang kerdil yang juga sudah takluk dan menjadi kaki tangannya. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedatangan Ouwyang Cin Cu sekali ini
tidaklah sukar, dan Ouwyang Cin Cu dengan kepandaiannya yang tinggi dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelinap melalui terowongan dan
menembus ke pulau di tengah rawa. Betapa kagetnyasemua orang ketika melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang kakek datang menunggangi seekor
harimau! The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li melompat ke depan, siap untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi lawan, akan tetapi Ouwyang
Cin Cu yang masih duduk di atas pungung harimau itu tertawa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlihatkan deretan giginya yang
masih lengkap. "Apakah Jiwi yang bernama The-lihiap dan Kiam-mo Cai-li
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkenal itu?" "Benar,
siapakan Totiang?" tanya The Kwat Lin hati-hati karena sikap tosu ini
menunjukan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia adalah seorang yang berilmu tinggi.
"Ha-ha-ha, benar-benar tidak berlebihan yang pinto dengar. Kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selain gagah perkasa juga amat cantik.
Pinto adalah Ouwyang Cin Cu, utusan pribadi An-goanswe dan inilah surat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beliau untuk Jiwi!" Dia menggosok
kedua telapak tangannya dan tampaklah asap mengepul tinggi. Asap itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentuk bayangan seorang pelayan
istana yang cantik, yang berjalan terbongkok-bongkok kepada kedua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita itu dan menyerahkan sebuah
sampul surat! Tentu saja The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li bengong terlongong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyaksikan permainan sulap yang hebat
ini. The Kwat Lin menerima surat itu sambil mengerahkan sinkangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan.....wushhhh, wanita pelayan itu
lenyap tanpa bekas! "Ha-ha-ha, The-lihiap benar hebat!" Ouwyang Cin
Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru dan dia meloncat turun dari
atas punggung harimau, lalu meniup ke arah harimau itu dan..... harimau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertiup dan melayang tinggi lalu lenyap
di angkasa! Tentu saja semua ini adalah hasil sihir dari Ouwyang Cin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu. Harimau dan pelayan wanita itu
tentu saja tidak ada sesungguhnya, yang ada hanyalah Ouwyang Cin Cu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempergunakan kekuatan sihirnya
mempengaruhi dua orang wanita itu sehingga mereka melihat apa yang dikhayalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Ouwyang Cin Cu! Padahal, yang
menyerahkan surat adalah pendeta itu sendiri yang datang dengan jalan kaki.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li tertawa. "Hi-hik,
kiranya utusan An-goanswe adalah seorang tukang sulap!" Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang wanita itu sambil tersenyum.
Mereka saling pandang dan sudah ada kecocokan di antara mereka. Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li dapat melihat bahwa kakek itu,
biarpun usianya sudah enam puluh tahun, namun masih tampan gagah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya bersinar-sinar penuh nafsu
berahi! Sebaliknya Ouwyang Cin Cu juga dapat mengenal Kiam-mo Cai-li,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita yang biarpun usianya
sudah setengah abad lebih, namun memiliki nafsu yang besar dan awet muda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena terlalu banyak mempermainkan dan
menghisap hawa muda dari banyak perjaka! Dia tersenyum makin lebar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Bukankah Cai-li suka
akan ilmu sulap? Kita berdua suka bicara dan bersikap terang-terangan, tanapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menutupi badan sama sekali,
bukan?" kalau bukan Kiam-mo Cai-li yang terkena sihir itu, tentu dia akan
menjerit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saking kaget dan ngerinya. Betapa tidak
akan ngeri kalau tiba-tiba dia melihat dia sendiri dan Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berpakaian sama sekali, telanjang
bulat sama sekali di tengah-tengah orang banyak itu! Akan tetapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika dia melirik dan melihat bahwa The
Kwat Lin dan yang lain-lain tidak mengadakan berubahan apa-apa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahulah dia bahwa yang melihat mereka
telanjang bulat itu hanyalah mereka berdua! Diapun tersenyum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjelajahi tubuh telanjang kakek itu
dengan pandang mata kagum, seperti yang dilakukan pula oleh Ouwyang Cin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu kepadanya. Pertapa cabul itu lalu
diterima sebagai tamu terhormat, dijamu oleh The Kwat Lin dan Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li. Seperti dapat diduga lebih
dulu, di antara Ouwyang Cin Cu dan Kiam-mo Cai-li segera terjadi hubungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gelap yang amat mesra. The Kwat Lin
tahu akan hal ini dan diam-diam merasa geli, akan tetapi karena dia pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu akan kesukaan Kiam-mo Cai-li yang
sering mengeram laki-laki muda di dalam kamarnya, dia pura-pura tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu. Persiapan lalu dibuat oleh kedua
orang wanita itu untuk ikut Ouwyang Cin Cu mengunjungi An Lu Shan. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi sebelum mereka berangkat,
terjadilah peristiwa kedatangan Sin Liong dan Swat Hong yang dikabarkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang kerdil kepada mereka.
Ketika mendengar dengan jelas dan tahu bahwa yang datang menyerbu adalah Kwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong dan Han Swat Hong, muka The
Kwat Lin menjadi pucat sekali. Dia tahu bahwa biarpun dia jarang bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanding di daratan besar setelah dia
lari dari Pulau Es, namun menghadapi kedua orang muda itu dia tidak boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main-main, apalagi menghadapi Sin Liong
yang dia tahu memiliki ilmu kepandaian hebat sekali dapat dikatakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mewarisi seluruh kepandaian bekas
suaminya, Han Ti Ong! "Aihh...., mereka datang.....??" tak terasa
lagi keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seruan dari mulutnya. Kiam-mo Cai-li
dan Ouwyang Cin Cu yang sedang duduk berhadapan di meja makan bersama The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin, memandang dengan kaget dan
juga heran. Baru sekarang Cai-li menyaksikan sahabatnya itu kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut! "Siapakah mereka,
Lin-moi?" Persahabatan antara The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li telah
menjadi sedemikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> eratnya sehingga mereka saling menyebut
moi-moi dan cici. "Mereka?" Kwat Lin menjawab dan mukanya masih
pucat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Mereka adalah penghuni Pulau Es.
Kwa Sin Liong adalah murid utama dari Han Ti Ong, sedangkan Han Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah puterinya!"
"Ahhh...." Kiam-mo Cai-li dapat menduga bahwa tentu kedatangan mereka
itu mempunyai niat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tidak baik. "Habis, apa yang
harus kita lakukan?" "Kita harus siap menghadapi mereka. Mereka lihai
sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama Sin Liong! Atau jebakan agar
mereka terperosok. kalau sampai mereka berhasil menerobos ke sini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya sekali!" kata Kwat Lin,
masih tetap takut. "Wah, Ibu. Mengapa bingung? Bukankah di sini terdapat
Bibi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li, juga ada Ouwyang Totiang, dan
Ibu sendiri di samping puluhan orang anak buah. Biarkan mereka datang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita hancurkan mereka!" Tiba-tiba
Bu Ong berkata dengan gayanya yang jumawa. Mendengar ini, Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa dan mengelus kepala pemuda
tanggung itu. "Engkau hebat sekali, Han-kongcu! masih kecil ini memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keberanian yang luar biasa. Benar puteramu,
The-lihiap. Biarlah para orang kerdil menjebak mereka, kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jebakan itu tidak berhail, biarlah
pinto yang menghadapi mereka. Li-hiap dan Cai-li boleh siap-siap saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambut mereka sebagai tawanan atau
sebagai mayat." Kiam-mo Cai-li segera mengatur sendiri orang-orang kerdil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk memancing dan menjebak Sin Liong
dan Swat Hong, sedangkan Ouwyang Cin Cu mengintai dan membayangi gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang muda itu. The Kwat Lin juga sudah
siap-siap kalau kedua orang pembantu itu gagal. Demikianlah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah Sin Liong berhasil
menyelamatkan Swat Hong dan sedang mengobatinya, muncul Ouwyang Cin Cu
mengagumi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketelanjangan punggung Swat Hong yang
berkulit putih mulus dan halus menggairahkan hatinya itu. Melihat betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pengerahan sinkang pemuda itu
berhasil mengusir hawa beracun, dia menjadi kagum sekali kepada pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Timbullah keinginan yang aneh
dalam batin kakek yang penuh kecabulan itu. Berahinya yang tadi bergolak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya dengan melihat punggung yang
putih mulus dari Swat Hong itu kini berubah. Dia dapat melihat bahwa pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pemudi di dalam guha itu masih
murni, maka timbullah keinginannya menyaksikan mereka itu bermain cinta!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Memang demikianlah, Kecabulan bukan
hanya keinginan untuk berjinah sendiri dengan orang yang menimbulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berahinya, melainkan juga dapat
berbentuk keinginan untuk menyaksikan orang lain bermain cinta. Hal ini juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> timbul karena kekagumannya menyaksikan
pemuda itu sanggup mengusir hawa beracun dengan sinkang, tanda bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu merupakan lawan tangguh.
Jika dia berhasil menggunakan sihir dan guna-guna untuk membuat pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "jatuh" tentu dalam keadaan
seperti yang dikehendakinya itu, akan mudah saja menawan dua orang muda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya ditakuti oleh The Kwat Lin itu.
Bagaikan bayangan setan saja, kakek itu menyelinap di balik batu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tak lama kemudian tampak asap mengepul
dari tiga batang hio (dupa) yang menyebarkan bau harum, sedangkan kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sendiri sudah duduk bersila, kedua
lengan diluruskan ke depan, ke arah muda-mudi itu dan sepasang matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak memandang seperti sepasang
mata setan! Ilmu sihir yang dipergunakan oleh Ouwyang Cin Cu adalah ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hitam yang dikuasainya dengan
latihan-latihan yang berat dan mengerikan. Di dalam ilmu ini terkandung
kekuasaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mujijat yang hanya dikenal oleh mereka
yang memuja setan iblis dan segala roh jahat yang mereka percaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditambah dengan kekuatan dari tenaga
sakti (sinkang) dan latihan yang tekun, dicampur dengan bermacam mantra<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yoga. Untuk melatih kekuatan matanya,
bertahun-tahun Ouwyang Cin Cu bertapa menghadapi dupa membara sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekuatan pandang matanya dapat membuat
api membara di ujung dupa itu membesar atau mengecil, mengepulkan asap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atau tidak menurut kehendak pikiran
yang disalurkan melalui pandangan matanya yang tajam itu. Kini, dibantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan bau asap dupa yang harum dan
aneh, dia mulai menjatuhkan sihirnya, matanya memandang dengan pengaruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat dahsyat, bibirnya
berkemak-kemik membaca mantra. Mula-mula Swat Hong yang terpengaruh hawa
mujijat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Hal ini tidaklah mengherankan
karena tentu saja Sin Liong memiliki daya tahan yang jauh lebih kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibandingkan dengan sumoinya, juga
memang sebelumnya Swat Hong sudah tersiksa oleh perasaannya sendiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaan mesra yang aneh yang sejak
tadi menyelinap dan mengaduk hatinya ketika merasa betapa telapak tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya menyentuh punggungnya. Karena
memang sudah timbul perasaan wajar dari seorang gadis yang normal dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehat, terdorong oleh rasa cintanya
kepada suhengnya itu, maka tidaklah mengherankan ketika diserang oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekuatan sihir, Swat Hong mudah sekali
terkena. Dia mengeluh dan merintih lirih, tubuhnya gemetar semua,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mukanya berubah merah seperti dibakar,
napasnya terengah-engah, kedua tangannya mengepal dan dia tidak peduli<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi bajunya yang tadi ditahan dengan
tangan di bagian depan daadnya, merosot dan terbuka. Setelah gelisah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak ke kanan kiri, kemudian dia
menoleh, memandang kepada suhengnya yang masih duduk bersila dengan muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menunduk dan mata terpejam.
"Iihhhh.... aahhh.... Suheng....!" Swat Hong mengeluh, lalu
membalikan tubuhnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serta merta merangkul leher Sin Liong
sambil terengah-engah seperti orang hendak menangis. Sin Liong membuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya dan dapat dibayangkan betapa
kagetnya ketika dia melihat bahwa sumoinya dalam keadaan setengah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telanjang karena pakaian bagian atasnya
terlepas setelah merangkulnya. "Su....Sumoi!" Dia berseru dan barulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia merasa betapa kepalanya seketika
menjadi pening, pandang matanya menjadi berkunang dan hidungnya mencium<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bau yang harum dan aneh sekali. Baru
sekarang terasa olehnya betapa tubuh sumoinya mendekap ketat dan jari-jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya merasakan kulit yang lunak
halus dan hangat. Jantungnya berdebar dan pada saat itu, dengan isak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertahan Swat Hong telah memperketat
pelukannya dan menciumnya. "Suheng....!" Bagaikan dalam mimpi Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa seolah- olah dia terseret oleh
harus yang amat dahsyat, yang membuat bibirnya membalas ciuman itu, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaksa kedua lengannya merangkul dan
mendekap. Namun, seketika itu juga timbul hawa panas dari pusat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusarnya, hawa panas yang naik ke atas
dan membuyarkan semua hal yang membuat dia pening dan seperti mabok itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Memang pada dasarnya Sin Liong adalah
seorang anak yang ajaib, yang sama sekali tidak pernah dipermainkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lamunan yang bukan-bukan, yang bersih
sama sekali, kebersihan yang khas dan wajar, tidak dibuat-buat dan memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada dasarnya dia memiliki kekuatan
batin yang tidak lumrah manusia biasa. Maka begitu dia terserang oleh sihir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat mujijat, biarpun dia sendiri
belum tahu bahwa ada orang jahil yang mempermainkannya, namun secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> otomatis kebersihan hatinya telah
meninggalkan hawa panas menolak kekuasaan asing yang kotor itu. Begitu hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panas naik dan membuyarkan pengaruh
jahat, seperti baru terbuka mata pemuda itu. Baru tampak olehnya kepulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> asap yang harum, keadaan Swat Hong yang
tidak wajar. Seketika tahulah dia bahwa keadaan ini bukan sewajarnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pasti dibuat oleh seorang yang
jahat. Begitu telinganya menangkap suara gerakan dari kiri, dia cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menengok dan tampaklah olehnya seorang
kakek tua yang duduk bersila dan meluruskan kedua lengannya ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, dan dari kedua lengan itu, juga
dari kedua matanya, menyambar tenaga mujijat ke arah mereka. Lengking<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang panjang dan nyaring dahsyat dan
mengandung getaran tenaga sakti dari dalam pusarnya, keluar dari mulut Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong dan dia sudah meloncat berdiri.
Lengkingan yang dahsyat itu menyebar getaran yang sedemikian kuatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga kekuatan sihir yang
dipergunakan Ouwyang Cin Cu buyar sama sekali, bahkan tubuh kekek itu tergetar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong juga terbebas dari
cengkeraman sihir itu, dia menjadi pucat sekali, terbelalak, mengeluh perlahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu terguling roboh, pingsan! Dapat
dibayangkan betapa kaget rasa hati Ouwyang Cin Cu ketika dia sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menikmati hasil ilmu sihirnya, melihat
betapa muda-mudi itu sudah mulai terpengaruh, tiba-tiba pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan suara melengking
sedemikian dahsyatnya sehingga dia merasa betapa jantungnya seperti akan copot!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat betapa pengaruh sihirnya buyar,
dia segera bangkit berdiri. "Manusia jahat, apa yang telah
kaulakukan?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong menegur dan melompat ke depan
kakek itu. Kakek itu mengerahkan tenaga mujijatnya, disalurkan melalui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kanannya yang dibuka jari-jari
tangannya dan diselojorkan ke arah muka Sin Liong, memandang tajam sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Orang muda berlututlah
kau di depan Ouwyang Cin Cu....!" Akan tetapi, untuk kedua kalinya kakek
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalami kekagetan. Biasanya, setiap
orang lawan akan dapat dibikin tidak berdaya dengan kekuatan sihirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi sekali ini pemuda itu hanya
memandang kepadanya dengan sinar mata jernih halus dan sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berlutut seperti yang
diperintahkannya dengan suara berwibawa itu. Dia memperhebat pencurahan tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sihirnya, namun tetap saja pemuda itu
sama sekali tidak terpengaruh. Tentu saja Sin Liong dapat merasakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan tenaga mujijat ini, dia merasa
betapa ada hawa yang menyerangnya, keluar dari lengan dan pandang mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekak itu, yang membuatnya tergetar dan
seperti ada kekuatan mujijat memaksanya agar dia menjatuhkan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlutut di depan kakek itu. Namun dia
mengerti bahwa hal itu tidak semestinya dan tidak sewajarnya, maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mau mentaati perintah itu
melainkan memandang dengan sinar mata tajam penuh teguran kepada kakek yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dianggapnya jahat itu. Melihat betapa
kekuatan sihirnya sekali ini tidak berhasil, Ouwyang Cin Cu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penasaran sekali . Sihirnya boleh gagal
akan tetapi dia masih memiliki ilmu silat dan kekuatan yang dahsyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dara itu cantik menarik. Usahanya
menikmati tontonan yang tidak senonoh gagal, maka sebaiknya pemuda ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibunuh saja dan dara itu ditawan!
"Mampuslah kau...." Bentaknya penasaran dan kini dia tidak
menggunakan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sihir lagi, melainkan meloncat dan
menerkam seperti seekor serigala kepada Sin Liong, tangan kirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram ke arah dahi pemuda itu
sedangkan sedangkan tangan kanannya dengan jari terbuka membacok ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dada kiri lawan. "Plak!
Desss...." Sin Liong menangkis dengan kedua tangannya dan akibatnya tubuh
kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdorong ke belakang sampai
terhuyung-huyung. Mata kakek itu terbelalak saking kagetnya. Tak disangkanya
bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda yang sanggup membuyarkan ilmu
sihirnya ini juga berhasil menangkis serangan dan membuat tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhuyung dan hampir jatuh! Maklum
bahwa dia berhadapan dengan sorang pemuda yang luar biasa. Ouwyang Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat, membalikan tubuhnya dan lari!
Teringat dia akan sikap takut yang tampak pada wajah bekas Ratu Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es ketika mendengar akan kedatangan
pemuda dan pemudi ini dan baru sekarang dia tahu mengapa bekas Ratu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan takut-takut. Kiranya pemuda
ini memang memiliki kesaktian yang amat hebat! Dia perlu mencari bantuan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena menghadapi seorang diri saja
amat berbahaya. Sin Liong yang ingin menangkap kakek itu dan mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keterangan tentang The Kwat Lin, segera
mengejar sambil berseru, "Orang tua jahat, kau hendak lari ke mana?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tungu, kau harus menjawab beberapa
pertanyaanku!" Mendengar suara Sin Liong dekat sekali di belakangnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouwyang Cin Cu mempercepat larinya,
akan tetapi dengan gerakan yang lebih cepat lagi Sin Liong terus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejarnya. Setelah keluar dari dalam
jalan terowongan itu, di lapangan terbuka yang agak jauh letaknya dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> guha di mana Sin Liong meninggalkan
Swat Hong tadi, terpaksa Ouwyang Cin Cu tidak dapat melarikan diri lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
karena Sin Liong telah menyusul dekat sekali di belakangnya. "Kakek
jahat, berhenti dulu!" Sin Liong membentak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Haaaeeeeeeehhhh!!" Tiba-tiba
Ouwyang Cin Cu membalikan tubuhnya dan begitu membalik, segulung sinar biru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar ke arah pusar Sin Liong dan
sinar putih menyambar ke antara kedua matanya. Sinar biru itu adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang pedang tipis yang biasanya
dibelitkan di pinggang sebagai sabuk oleh kakek itu, sedangkan sinar putih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu adalah jenggot panjangnya yang
ternyata dapat dipergunakan sebagai senjata yang sangat ampuh!
"Hemmm....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong yang sudah menduga bahwa
kakek yang jahat itu tentu tidak segan-segan bermain curang, sudah menjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri maka begitu melihat menyambarnya
sinar biru dan putih itu, cepat dia sudah mencelat ke atas. Demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat gerakan pemuda ini sehingga
Ouwyang Cin Cu melongo, mengira bahwa pemuda itu pandai menghilang! Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi gerakan angin menyambar di
belakangnya membuat dia membalik dan ternyata pemuda itu telah berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belakangnya dan tadi ketika mengelak
pemuda itu telah mempergunakan ginkang untuk meloncat melalui atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalanya. Akan tetapi gerakan pemuda
itu sedemikian cepatnya sehingga dia sendiri sampai hampir tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihatnya, hanya melihat bayangan
berkelebat dan pemuda itu lenyap. Berdebar jantung kakek itu. Selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidupnya belum pernah ia bertemu dengan
lawan seperti ini! "Hiaaaahhh!!" Dia mengusir rasa gentarnya dan
mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mainkan pedangnya dengan gerakan yang
amat cepat. Pedang itu berubah menjadi gulungan sinar biru dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan suara bedesing-desing
nyaring sekali, dan serangan pedang ini masih dia selingi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukulan-pukulan tangan kiri dengan
telapak tangan terbuka, memukulkan hawa sinkang yang amat kuat. Memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouwyang Cin Cu bukan orang sembarangan.
Pertapa Himalaya ini selain pandai sihir, juga memiliki ilmu silat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi, tenaga sinkangnya amat kuat dan
pedang yang dipergunakannya adalah sebatang pedang tipis dari baja biru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat ampuh. Akan tetapi satu kali
ini dia bertemu dengan batunya! Tubuh Sin Liong berkelebatan dan ke mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun pedang dan tangan kiri menyerang,
selalu hanya bertemu dengan angin belaka. Dua puluh jurus lebih kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang bertubi-tubi sampai napasnya
terengah-engah. Tiba-tiba Sin Liong berseru, "Lepas pedang!"
"Plakk!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Desss.....!!"
"Aiiiihhhh....!!" Pedang itu terlepas dari tangan Ouwyang Cin Cu dan
jatuh ke atas tanah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan suara mendencing nyaring.
Ternyata bahwa lengan kanan kakek tua itu kena ditampar oleh jari tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong, mendatangkan rasa nyeri yang
amat hebat, bukan hanya nyeri, akan tetapi juga hawa dingin seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggigit daging dan urat, membuat
tangan kakek itu tidak kuat lagi memegang pedang. Untung bagi Ouwyang Cin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu, pada saat pedangnya terlepas itu,
muncul The Kwat Lin dan Kiammo Cai-li! Bagaikan dua sosok bayangan setan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang wanita sakti ini sudah
menerjang ke depan sambil meloncat dan terdengar suara melengking tinggi dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulut Kiam-mo Cai-li ketika dia
menyerang berbareng dengan The Kwat Lin yang juga menyerang tanpa mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara.
"Heeeeeeeeeiiiiiiiiitttttttttt!!! Wir-wirrr......singggg.....
singggg!!" Pedang payung di tangan Kiam-m-<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li sudah bergerak menyambar
menyusul lengkingannya, juga dibarengi dengan menyambarnya rambut panjangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kuku tangan kirinya yang sekaligus
menerjang dengan serangan yang amat dahsyat! Namun Sin Liong lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperhatikan sinar pedang merah yang
menyambarnya tanpa suara itu karena dia tahu bahwa pedang Ang-bwe-kiam di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan The Kwat Lin yang menyambar
tanpa suara itu jauh lebih berbahaya dari pada semua serangan Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang banyak ribut itu.
"Hemmmm...!" Sin Liong mendengus dan kaki tangannya bergerak
menangkis rambut dan kuku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya mencelat menghindari sinar
merah pedang The Kwat Lin dan ujung kakinya yang menendang pergelangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Kiam-mo Cai-li berhasil
menangkis tusukan pedang payung. Pada saat itu, dari belakang, menyambar sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biru dari pedang Ouwyang Cin Cu yang
ternyata telah menyambar pula pedangnya yang tadi terlepas dan kini ikut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeroyok. "Ahhh!" Sin Liong
berseru, membiarkan pedang lewat dekat sekali dengan lehernya karena dia memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengaja berlaku lambat dan begitu
pedang lewat, jari tangannya menyentil, kuku jari tangannya bertemu batang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang biru itu. "Tringgggg....
Auuhhh....!" Untuk kedua kalinya, pedang biru itu terlepas dari pegangan
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouwyang Cin Cu dan kini melayang jauh
dan lenyap kedalam semak-semak ! The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerjang lagi, akan tetapi Sin Liong
meloncat jauh ke belakang, lalu berkata kepada The Kwat Lin, "Subo, tungu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dulu!" Suaranya halus akan tetapi
penuh wibawa sehingga tanpa disadarinya sendiri, Kiam-mo Cai-li menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakannya, memandang kepada pemuda itu
dengan sinar mata penuh cahaya kagum. Otomatis hatinya tergerak melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda yang luar biasa ini, pemuda yang
wajahnya mengeluarkan cahaya lembut, sedikit pun tidak membayangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekerasan dan yang memiliki sepasang
mata yang aneh dan indah. "Hemmmm, bocah kurang ajar! Engkau masih ingat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa aku adalah Subomu (Ibu
Gurumu)!" bentak The Kwat Lin dengan suaranya menyindir untuk menutupi
guncangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya. "Subo adalah isteri Suhu,
mana teecu berani kurang ajar? Kedatangan teecu bersama Sumoi adalah untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memenuhi pesan Suhu." Kembali hati
The Kwat Lin terguncang penuh rasa takut dan ngeri, takut kalau-kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suaminya yang dia tahu amat sakti itu
muncul di situ. Akan tetapi mendengar bahwa Sin Liong datang memenuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesan suaminya, hatinya lega karena hal
itu berarti bahwa suaminya tidak ikut datang! "Hemm, pesan apakah dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhumu?" Sin Liong yang memang
berawatak polos dan tidak suka menyembunyikan sesuatu di dalam hatinya, berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lantang, "Subo, Suhu minta agar supaya
semua pusaka Pulau Es yang Subo bawa pergi, diserahkan kembali kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu untuk teecu kembalikan ke Pulau
Es." Mendengar permintaan ini tanpa menjawab lagi The Kwat Lin lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan pedangnya dan mengirim
serangan langsung yang amat dahsyat. Gerakannya memang cekatan sekali dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya hanya tampak sebagai sinar
mereh yang meluncur seperti panah api menuju ke arah tubuh Sin Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pemuda ini kembali mencelat ke belakang
berjungkir balik dan berdiri dengan tenang. "Subo harap dengarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permintaan teecu. Pusaka-pusaka itu
tidak boleh di bawa keluar dari Pulau Es. Teecu tidak suka melawan Subo,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi kalau Subo tidak
mengembalikan pusaka-pusaka itu, terpaksa teecu...." "Heiiiiihhh,
mampuslah!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bentak The Kwat Lin dan tubuhnya sudah
melayang ke depan dengan cepat seperti seekor burung garuda terbang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar, didahului oleh sinar mereh
pedang Ang-bwe-kiam di tangannya. Terpaksa Sin Liong mengelak sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalas dengan totokan tangan kirinya
menuju ke pergelangan tangan yang memegang pedang, namun bekas ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gurunya itu dengan cepat telah menarik
kembali pedangnya dan melanjutkan serangannya secara bertubi-tubi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurus-jurus pilihan dari Ngaheng- kiamsut
yang dimainkan oleh The Kwat Lin ini hebat bukan main karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperkuat dengan latihan- latihannya di
Pulau Es di bawah bimbingan suaminya, Han Ti Ong yang sakti. Juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkat latihan sinkangnya di pulau
dingin itu, tenaga yang menggerakkan pedang itu pun amat luar biasa sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Angbwe- kiam menyambar-nyambar dengan
hawa dingin yang menyusup tulang lawannya biarpun tubuh belum sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tercium pedang. Tubuh Sin Liong lenyap
dan yang tampak hanya bayangannya saja berkelebatan di antara dua sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang itu yang bergulung-gulung
mengurung dirinya. Pemuda itu terpaksa mengerahkan seluruh keringanan tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk mengelak dan berloncatan ke
sana-sini, kemudian mempercepat lagi gerakannya ketika Kiam-mo Cai-li sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerjang juga dengan kemarahan meluap
karena kejatuhannya tadi dianggapnya amat memalukan. Tiga orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki ilmu kepandaian tinggi sekali,
ketiganya memegang senjata-senjata pusaka ampuh, mengeroyok Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan mati-matian! Bukan main hebatnya
pertandingan mati-matian itu! Sekali ini, baru sekali inilah, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar-benar diuji semua hasil jerih
payahnya mempelajari ilmu silat tinggi di Pulau Es. Diuji hasil warisan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir seluruh ilmu kepandaian Raja
Pulau Es Han Ti Ong yang telah dikuasainya secara matang. Dengan tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kosong saja dia menghadapi serbuan maut
yang dilancarkan secara bertubi-tubi oleh tiga orang lawan yang sakti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Sebelumnya, dengan tingkat kepandaian
Sin Ling yang sudah luar biasa tingginya, sukar lagi diukur sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di mana tingkatnya, dengan mudah dia
dapat mengikuti semua gerakan tiga orang lawannya dan karena itu dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghindarkan diri dari semua serangan.
Dengan ilmunya mengenal semua dasar gerakan ilmu silat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipelajarinya dari kitab kuno Inti Sari
Gerakan Silat, sekali pandang saja dia dapat mengetahui perkembangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan lawan dan bahkan dengan mudah
dapat menirunya. Akan tetapi ada dua hal yang penting yang membuat dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> repot juga menghadapi pengeroyokan tiga
orang lihai itu. Pertama, harus diakui bahwa biarpun tingkat ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silatnya lebih tinggi dan dia memiliki
dasar lebih kuat dan lebih bersih sehingga sinkangnya kuat sekali, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia kalah matang dalam latihan. Usianya
masih terlalu muda dan dia belum mengalami banyak pertandingan, apalagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melawan orang-orang yang ahli, tidak
seperti tiga orang pengeroyoknya yang telah mempunyai pengalaman banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dalam pertandingan silat. Kedua,
dan ini merupakan kenyataan yang paling hebat, adalah bahwa Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki dasar watak yang halus budi
dan penuh belas kasihan. Wataknya ini membuat dia tidak tega menjatuhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukulan maut, apalagi membunuh
lawannya. Andaikata dia tidak memiliki dasar watak seperti ini, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya yang hebat, tentu dia
akan mampu membunuh mereka seorang demi seorang. Tadi pun, kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghendaki, tentu Kiam-mo Cai-li sudah
dapat dia robohkan untuk selamanya. Kini, menghadapi tiga orang lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mengeroyoknya dan yang berusaha
sunguh-sunggu untuk membunuhnya, Sin Liong menjadi repot juga. Apalagi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya mengelak, menangkis, dan
kadangkadang membalas serangan dengan gerakan yang diperlambat dan diperlunak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena takut kalau-kalau salah tangan
membunuh orang. Dengan demikian, dia lebih banyak diserang daripada balas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang. Seratus jurus telah lewat
dan pemuda yang luar biasa ini belum juga dapat dikalahkan oleh para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyoknya. Hal ini membuat mereka
bertiga menjadi penasaran, marah dan malu sekali. Biarpun di tempat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada orang lain kecuali para anak
buah mereka yang kini mulai bermunculan dan mengurung tempat itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang katai dan juga para anak
buah Rawa Bangkai, namun tiga orang itu tentu saja merasa malu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka bertiga maju bersama dengan
senjata lengkap sampai seratus jurus tidak mampu membekuk atau menewaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pemuda yang bertangan kosong!
The Kwat Lin yang selama ini merasa bahwa dia tidak menemukan tandingan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biarpun tahu betapa lihainya murid
bekas sumoinya ini, namun dia telah dibantu oleh dua orang pandai dan belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga dapat menang, maka dia merasa
penasaran sekali. Kiam-mo Cai-li yang selama ini terkenal sebagai datuk kaum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesat yang lihai, selama hidupnya baru
sekali ini dia mengeroyok seorang pemuda dengan dua orang teman yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya lebih tinggi dari dia
sendiri, maka dia pun penasaran.Terutama sekali Ouwyang Cin Cu. Sebelum ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sukar membayangkan bahwa dia, yang
memiliki ilmu-ilmu luar biasa, akan mengeroyok seorang pemuda seperti itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hal ini benar-benar menyakitkan hati
dan menghancurkan kebanggaan hati mereka akan ilmu kepandaian mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masing-masing yang sudah terkenal di
dunia kang-ouw. "Pemuda setan, mampuslah!!" Ouwyang Cin Cu berteriak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keras, pedang birunya untuk ke sekian
lainya menyambar ganas ke arah leher Sin Liong, sedangkan tangan kirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram ke arah perut. Pada saat
itu, Sin Liong baru saja menyingkirkan pedang di tangan The Kwat Lin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar kakinya dengan cara menendang
pergelangan tangan bekas ibu gurunya itu sehingga The Kwat Lin terpaksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menarik kembali pedangnya dan meloncat
ke samping. "Hiaaaaaattttt!!" Kiam-mo Cai-li yang sudah memuncak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahannya itu pun membarengi
serangan Ouwyang Cin Cu dari belakang, kukunya mencengkeram ke arah punggung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong sedangkan pedang payungnya
berputar-putar mengancam tengkuk. Dalam detik berbahaya itu Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maklum akan datangnya ancaman maut dari
depan dan belakang. Tiba-tiba dia berteriak, tubuhnya melesat ke atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tak dapat dicegah lagi, pedang
payung bertemu dengan pedang biru. "Cringgggggg.....!!" Pada saat
itulah Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong yang mencelat ke atas itu
bergerak cepat bukan main, tubuhnya sudah berjungkir balik, menukik turun dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tangannya menyambar seperti
sepasang garuda. "Plak! Plak!" Ouwyang Cin Cu dan Kiam-mo Cai-li
mengeluh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kakek itu terhuyung dan memuntahkan
darah segar, sedangkan Kiam-mo Cai-li terguling-guling, kemudian meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri dengan muka pucat. Baju di
pundak ke dua orang sakti ini robek terkena tamparan tangan Sin Liong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Orang muda, lihai ini....!!"
Tibatiba Ouwyang Cin Cu berseru aneh sekali, pedang birunya diputar-putar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan sinar biru bergulunggulung di
depannya. Sin Liong mengira bahwa kakek itu akan menyerangnya atau akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan senjata rahasia, maka dia
memandang penuh perhatian. Terkejutlah dia ketika sekali memandang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berarti sekali menuruti kata-kata kakek
itu, dia merasa betapa pandang matanya sukar dialihkan lagi dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gulungan sianr biru itu! "Orang
muda, engkau telah lelah, mengasolah.... duduklah kau.....!" kembali suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek itu mendengung dengan aneh dan
mendatangkan pengaruh yang ajaib. Sin Liong menggoyang-goyang kepalanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusaha mengusir pengaruh yang
memaksanya untuk duduk itu. Seketika dia merasa tubuhnya lelah bukan main. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maklum bahwa kakek itu kembali
menggunakan ilmu hitamnya dan kesadaran ini mendatangkan kekuatan kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirinya. Dia mengerahkan sinkangnya
untuk menolak pengaruh itu sehingga tubuhnya kadang-kadang diserang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelelahan, kemudian lenyap lagi, datang
lagi seolah-olah terjadi "pertandingan" yang tidak tampak. Akan
tetapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena terlalu mencurahkan perhatiannya
kepada kakek yang menyerangnya dengan sihir, dan menggunakan sinkangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk melawan pengaruh aneh itu,
perhatian Sin Liong terhadap dua orang lawan lainya menjadi berkurang banyak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dua orang wanita itu tentu saja tidak mau
menyia-nyiakan kesempatan baik ini. Melihat betapa pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan bengong dan menghentikan
gerakannya, Kiam-mo Cai-li cepat menyerang, akan tetapi dia didahului oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin yang sudah menusukkan
Ang-bwe-kiam ke arah lambung Sin Liong, disusul oleh tusukan pedang payung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan cengkeraman kuku tangan kiri
Kiam-mo Cai-li, kemudian disusul oleh hantaman tangan kiri The Kwat Lin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung imkang amat dahsyatnya.
Ketika merasa adanya angin yang menyambar-nyambar menyerangnya, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusaha mengelak. Dengan kedua
tangannya yang melakukan gerakan membalik, dia dapat memukul tangan Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li dan The Kwat Lin yang memegang
pedang dan gerakannya ini hebat bukan main sehingga kedua wanita itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memekik dan pedang mereka terlepas dari
pegangan! Akan tetapi, kuku jari tangan Kiam-mo Cai-li yang beracun itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil mencengkeram pundak dekat
tengkuk Sin Liong dan pada saat yang hampir sama, tangan kiri The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghantam punggungnya dengan hebat.
"Plakk! Dessss....!!" Tubuh Sin Liong terguling, cengkeraman kuku
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li belum tentu akan dapat
merobohkan karena secara otomatis hawa sinkang di tubuhnya melindungi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat yang dicengkeram, akan tetapi
hantaman tangan kiri The Kwat Lin yang mengandung tenaga im-kang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dingin itu terlalu keras bagi Sin Liong
yang pada saat itu sedang mencurahkan tenaga melawan sihir Ouwyang Cin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu. Dia masih terlindung oleh
sinkangnya yang otomatis sehingga tidak mengalami luka dalam yang terlalu
parah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi guncangan yang hebat akibat
pukulan itu membuat dia pingsan! Melihat pemuda yang membuatnya malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan penasaran itu sudah roboh pingsan,
dengan gemasnya ouwyang Cin Cu meloncat dekat, mengangkat tangan kirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghantam ke arah ubun-ubun kepala Sin
Liong untuk membunuhnya. "Wuuuuuttt... plakk! Ehhhh? Kiam-mo Cai-li,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa kau menangkis dan
melindunginya?" Ouwyang Cin Cu membentak kaget dan melotot memandang
kepada kekasih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barunya ini. Kiam-mo Cai-li tersenyum
penuh arti, matanya yang indah itu dengan lirikan yang memikat. "Sayang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali kalau dibunuh begitu saja!"
katanya sambil mengusap dagu Sin Liong yang masih pingsan. "Dia adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sin-tong, kalau aku bisa mendapatkan
dia, manfaatnya melebihi seratus orang jejaka lain...." "Huh, kau
memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cabul!" Ouwyang Cin Cu mencela
akan tetapi tidak berani turun tangan lagi. "Tidak, dia harus dibunuh!
kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibiarkan hidup berbahaya sekali, akan
tetapi juga jangan sampai ada bekasnya, jangan sampai ada yang tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa kita yang membunuhnya. Kita
lempar dia di sumur ular, juga gadis itu. Mereka berdua harus mati, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi tidak boleh meninggalkan
jejak!" "Ah, ya.... gadis itu....!" Ouwyang Cin Cu yang teringat
kepada gadis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpunggung putih mulus itu segera
berlari ke dalam guha terowongan untuk mencari Swat Hong. Tentu saja dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak akan membunuh gadis itu begitu
saja sebelum melakukan kecabulan yang sama seperti yang berada di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benak Kiam-mo Caili! Akan tetapi tak
lama kemudia dia kembali dengan muka berubah. "Dia.... dia tidak
ada!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Apa....?" The Kwat Lin
berseru dengan muka pucat. "Kalau begitu..... lekas kita lemparkan dia ini
ke sumur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ular kemudian cari gadis itu sampai
dapat....! The Kwat Lin sendiri menggotong tubuh Sin Liong yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pingsan itu dan beramai mereka menuju
ke sebuah sumur di dalam guha terowongan. Sumur ini lebarnya hanya satu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setengah meter, dalamnya sukar diukur
karena amat gelap dan dari atas orang dapat menangkap suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendesis-desis karena sumur itu penuh
dengan ular-ular berbisa. Hawa yang memuakkan dapat tercium dari atas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bau yang harum aneh bercampur amis.
Tanpa ragu-ragu lagi The Kwat Lin melemparkan tubuh yang pingsan itu ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam sumur. Mereka semua menanti,
ingin mendengar keluhan atau rintihan atau pekik ketakutan dari pemuda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diberikan kepada ular-ular berbisa itu.
Namun tidak terdengar sesuatu dan mereka menganggap bahwa tentu pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang pingsan itu tidak sadar kembali
dan terus mati karena dikeroyok ular dalam keadaan pingsan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JILID 20<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Cepat kerahkan orang untuk
mencari gadis itu!" The Kwat Lin berkata, dan sibuklah mereka semua
mencari Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong, namun sampai habis seluruh lorong
terowongan itu dijelajahi dan sampai jauh di luar, di sekitar Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkai, tetap saja tidak tampak bayangan
gadis itu yang seolah-olah lenyap ditelan bumi! "Heran sekali, tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika ditinggalkan pemuda itu, dia
masih pingsan!" kata Ouwyang Cin Cu ketika mereka bertiga kembali
berkumpul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dalam guha di depan sumur ular.
"Kenapa kau pucat sekali? Gadis itu tidak terlalu berbahaya kukira.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Andaikata dia berhasil melarikan diri,
biarkan dia datang. Pemuda itu yang lebih hebat pun dapat kita basmi,"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata Kiam-mo Cai-li ketika melihat betapa
The Kwat Lin nampak ketakutan dan mukanya pucat. "Aihhh... kau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu....! Lenyapnya Swat Hong begitu
aneh...., aku takut kalau-kalau...." "Mengapa? Apa yang perlu
ditakuti?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouwyang Cin Cu juga berkata.
"Kalau ayahnya yang datang, kita celaka. Baru muridnya saja sudah demikian
sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilawan, apalagi Gurunya..."
"Bekas suamimu?" Kiam-mo Cai-li bertanya. "Raja Pulau Es?"
Ouwyang Cin Cu juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata sambil menengok ke kanan kiri,
karena gentar juga mendengar tentang guru pemuda luar biasa tadi. "Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begiu, sebaiknya kita cepat mengunjungi
utara dan menghadap An Tai-goanswe," kata Kiam-mo Cai-li. "Benar,
kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlalu lama, tentu aku akan ditegur.
Beliau telah menanti-nanti!" kata pula Ouwyang Cin Cu karena kini hatinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gentar sekali seperti halnya Kiam-mo
Cai-li. "Memang sebaiknyakita pergi hari ini juga. Akan tetapi hatiku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belum puas kalau belum yakin benar akan
kematian Sin Liong. Pemuda itu terlalu berbahaya dan lihai, siapa tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia masih belum mati di dalam
sana." "Aiihhhh, siapa dapat hidup di lempar ke dalam sumur yang
penuh ular<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbisa itu?" Ouwyang Cin Cu
berkata sambil bergidik karena dia merasa ngeri juga memikirkan hal itu.
Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li tertawa. "Thelihiap,
mengapa khawatir? Aku sebagai pemilik tempat ini mengerti betul bahwa sumur itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan sumur maut. Entah sudah
berapa banyak..... eh, orang-orang yang kulempar ke situ dan tidak pernah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dapat hidup kembali. Sumur itu
dahulunya memang merupakan sarang ular-ular berbisa, kemudian kutambah lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ratusan ekor ular berbisa lain.
Kurasa jangankan baru pemuda itu, biar dewa sekalipun kalau terjatuh ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam sumur itu tentu mampus!" Dan
memang apa yang diceritakan oleh wanita ini benar. Sudah banyak pria yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia lempar ke dalam sumur itu, yaitu
para pria yang diculiknya dan menjadi korban nafsu berahinya. Setelah dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa bosan, para korban itu dilempar
ke dalam sumur menjadi mangsa ular-ular berbisa. "Betapapun juga,aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih belum yakin benar, Cai-li."
"Kalau begitu, kita runtuhkan saja guha ini agar sumur tertutup dan tidak
ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan keluar lagi baginya andaikata dia
benar masih hidup." Ouwyang Cin Cu memberikan usulnya. "Memang baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali begitu," kata The Kwat Lin.
Kiam-mo Cai-li setuju dan mengerahkan semua anak buah Rawa Bangkai, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang katai untuk meruntuhkan
guha itu sehingga sumur ular itu tertutup oleh batu-batu besar dan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada jalan keluar dari tempat yang
terpendam batu-batu besar itu. Kemudian bergegas tiga orang ini mengajak anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah mereka meninggalkan Rawa Bangkai
dan diam-diam secara terpencar, mereka melakukan perjalanan ke utara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk membantu pergerakan Jenderal An
Lu Shan yang sudah mulai mempersiapkan kekuatannya untuk menyerbu kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja. Ke manakah perginya Swat Hong?
Apakah dia berhasil siuman dan sempat melarikan diri? Tidak mungkin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Andaikata dia siuman dan melihat Sin
Liong dikeroyok, dia pasti akan membantu suhengnya itu, kalau perlu sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mati bersama. Bukan watak Swat Hong
untuk melarikan diri, menyelamatkan dirinya sendiri apalagi suhengnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terancam bahaya. Tidak, ketika
pertolongan tiba, dara ini masih dalam keadaan pingsan. Ketika Sin Liong lari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejar Ouwyang Cin Cu, muncullah
seorang kakek tua renta yang bercaping lebar, berdiri memandang Han Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong samabil menggeleng-gelengkan
kepalanya. Kemudian dia menghampiri dara itu, membetulkan bajunya yang lepas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu memanggul tubuh gadis yang pingsan
itu keluar dari dalam guha dengan gerakan yang cepat sekali. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di dalam sebuah hutan yang jauh
di luar daerah Rawa Bangkai, kakek itu berhenti, menurunkan Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengurut tengkuk gadis itu beberapa
kali, Swat Hong membuka matanya dan menlihat seorang kakek tua renta,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi hampir dia jatuh lagi
karena tubuhnya masih lemah. "Duduklah dulu, engkau masih pening dan lemah."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suara ini sedemikan halusnya sehingga
mengelus hati Swat Hong yang menjadi tenang dan sabar kembli. Dia duduk,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memejamkan mata sebentar mengusir
kepeningannya, lalu mengangkat muka memandang kakek yang berdiri didepannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil tersenyum itu. "Kau.... kau
siapakah....?" "Anak baik, apakah benar namamu Han Swat Hong?"
Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak lalu mengangguk.
"Apakah kau datang dari Pulau Es?" Kembali Swat Hong terkejut dan
terheran, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi untuk kedua kalinya dia
mengangguk. "Kau.... kau siapakah....?" "Hemmm.... kalau begitu
Ibumu adalah Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee dan ayahmu Han Ti Ong?" Swat
Hong tak dapat menahan keheranan hatinya. "Bagaimana engkau bisa
tahu?" kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tersenyum, memperlihatkan mulut
yang sudah tak bergigi lagi. "Mengapa tidak tahu kalau Han Ti Ong itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah cucuku?"
"Ouhhh...!" Swat Hong terbelalak sebentar, kemudian cepat menjatuhkan
diri berlutut. Kiranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berhadapan dengan Kong-couwnya
(kakek buyut) yang pernah dia dengar telah meninggalkan Pulau Es sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pertapa! Kini mengertilah dia
bahwa kakek buyutnya ini telah menolongnya. "ha-ha-ha, kebetulan saja aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar pemuda itu
memanggil-manggilmu sehingga aku tertarik akan She Han yang diteriakkannya.
Melihat engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada dalam bahaya, aku segera
membawamu keluar dari guha ke tempat ini." "Saya menghaturkan terima
kasih atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertolongan Kong-couw... akan tetapi,
di mana Suheng?" "Hemm, pemuda yang lihai itu, dia Suhengmu?"
"Benar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kong-couw, dia adalah murid Ayah."
"Ahh, dia terlalu berbahaya keadaannya. Kau beristirahatlah di sini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulihkan tenagamu, aku akan kembali ke
sana dan melihat keadaannya." Swat Hong mengangguk dan kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebat pergi dari situ. Swat Hong
merasa kagum sekali. Kakek buyutnya itu sudah tua sekali, tentu lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari seratus tahun usianya namun
gerakannya masih demikian ringan dan cepat. Hatinya merasa lega melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakeknya itu pergi untuk menolong Sin
Liong, maka dia lalu duduk bersila dan mengatur pernapasannya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memulihkan tenaganya. Samar-samar
teringatlah dia akan peristiwa di dalam guha dan mukanya terasa panas sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Teringatlah dia betapa dia telah
menjadi seperti gila di dalam guha itu, ketika suhengnya mengobatinya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengusir hawa beracun dari tubuhnya.
Kalau dia membayangkan peristiwa itu..... betapa dia tanpa malu-malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memeluk suhengnya, menciumnya.... ah,
dia bisa mati karena malu! Namun semua itu hanya teringat seperti dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mimpi saja, bayang-bayang suram dan dia
sendiri masih tidak percaya apakah peristiwa itu benar-benar terjadi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ataukah hanya dalam mimpi belaka? Kalau
sungguh terjadi betapa malunya! Dan agaknya tidak mungkin dia berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan hal itu, sungguhpun di sudut
hatinya memang terdapat suatu kerinduan yang hebat terhadap suhengnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi siapa tahu, di dalam guha
yang aneh itu. Aihh, kalau benar-benar telah terjadi hal itu , betapa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat bertemu muka dengan suhengnya?
Karena pikiran dan hatinya tak pernah berhenti bekerja dan melamun, waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlalu dengan amat cepatnya sampai
tidak terasa oleh Swat Hong bahwa kakek buyutnya telah pergi setengah hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lamanya! Baru dia sadar kembali dan
teringat akan kakek ini setelah kakek itu datang kembali ke situ tahu-tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah duduk di dekatnya, menghapus
keringat dari dahi yang berkeriput itu. "Aihh...!" Kakek itu menarik
napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang sambil memandang Swat Hong yang
sudah membuka mata dan memandang kakek itu dengan penuh pertanyaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bagaimana, Kong-couw? Mana
Suheng?" Kembali kakek iru menarik napas panjang dan menggeleng-geleng
kepalanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Mereka sungguh jahat, Suhengmu
biar lihai tidak dapat melawan kelicikan dan kecurangan mereka. Suhengmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertangkap dan.... terbunuh...."
Sepasang mata itu terbelalak, mukanya pucat sekali. "Terbunuh? Suheng....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbunuh....?" "Ya, dilempar
ke dalam sumur ular...." "Aahhhh....!" Swat Hong menjadi lemas
dan tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> roboh kalau tidak di sambar oleh kakek
itu. Dara itu pingsan dengan muka pucat sekali. Kakek itu merebahkannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengerutkan alisnya, merasa kasihan
sekali karena dia dapat menyelami perasaan gadis ini, cucu buyutnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang agaknya mencinta Suhengnya.
Setelah siuman dari pingsannya, Swat Hong menangis dengan sedihnya. kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan dia menangis beberapa
lamanya, kemudian berkata dengan suara halus dan penuh pengertian, "Han Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong, aku tidak menyalahkan engkau
berduka dan menangis, karena kematian Suhengmu itu amat menyedihkan. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi, kita harus berani membuka mata
melihat dan menghadapi kenyataan seperti apa adanya. Suhengmu tewas, hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini adalah suatu kenyataan yang tidak
dapat diubah oleh siapa dan oleh apapun juga. Sudah demikianlah jadinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak akan berobah biarpun kita akan
berduka sampai menangis air mata darah sekalipun. karena itu lihatlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyataan ini dan bersikaplah tenang
dan tabah." Swat Hong menyusut matanya. "Dia.... dia adalah
satu-satunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang.... setelah aku kehilangan Ibu
dan Ayah...." Sukar membendung membanjirnya air mata akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlahan-lahan, mendengarkan nasihat
kakek buyutnya, dapat juga Swat Hong menekan kedukannya dan menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangisnya. "Kong-couw, apakah yang
terjadi dengan Suheng? Harap ceritakan dengan sejelasnya." Kakek itu
menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas panjang. "Aku terlambat.
Ketika tiba di sana, tempat itu sudah kosong. The Kwat Lin dan teman-temannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah melarikan diri dari Rawa Bangkai.
Aku menangkap seorang katai yang masih tinggal di sana dan dari orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> inilah aku mendengar betapa Suhengmu
dikeroyok dan akhirnya dapat ditangkap dan dilempar ke dalam sumur ular."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ketika dia dilempar belum mati,
apakah dia tidak dapat ditolong?" Swat Hong bertanya penuh harapan. Kakek
itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang selama dalam perantauannya setelah
meninggalkan Pulau Es, menyebut diri sendiri Han Lojin (Kakek Han),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeleng kepala. "Guha
terowongan itu diruntuhkan oleh Kwat Lin, sumur ular telah tertutup batu-batu
besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhengmu tidak mungkin dapat ditolong
lagi karena sumur itu penuh ular berbisa dan Suhengmu pingsan ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilempar ke situ." Sepasang mata
yang merah karena tangis itu mengeluarkan sinar berapi dan kedua tangan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikepal, "Aku harus bunuh mereka!
Aku harus balaskan kematian Suheng! kalau tidak, hidupku tidak ada artinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. Kong-couw, sekarang juga aku akan
cari mereka!" Dia sudah bangkit berdiri dan hendak pergi dari situ.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi kakek itu memegang
lengannya dan berkata dengan suara penuh wibawa, "Tahan dulu!" Swat
Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang kakek itu dengan alis
berkerut. "Mengapa engkau menghalangi niatku membalas dendam?"
"Melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesuatu dengan tergesa-gesa tanpa
pertimbangan lebih dulu adalah perbuatan bodoh dan sikap yang ceroboh. Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mengukur kekuatan sendiri,
Suhengmu telah membeli dengan nyawanya. Apakah perbuatan bodoh seperti itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak kau contoh pula? Aku mendengar
keterangan dari si katai itu bahwa mereka itu bersama anak buahnya pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke utara, ke Telaga Utara untuk
menggabungkan diri dengan pemberontak An Lu Shan. kalau engkau menyusul ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utara, mana mungkin engkau seorang diri
akan menghadapi mereka yang mempunyai pasukan ratusan ribu orang?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Apakah kau hanya akan mengantar nyawa
dengan sia-sia belaka di sana?" "Aku tidak takut, Kong-couw!"
Kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum. "Tentu saja tidak takut,
akan tetapi bodoh kalau sampai begitu. Kau ini akan membalaskan kematian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhengmu ataukah akan membunuh
diri?" Swat Hong sadar dan terkejut juga karena baru sekarang terbuka
matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dia hanya menuruti hati duka dan
sakit. Dia menunduk dan berkata dengan lirih, "Aku harus membalaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kematian Suheng, dan juga aku harus
merampas kembali semua pusaka Pulau Es yang dilarikan The Kwat Lin untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memenuhi pesan terakhir Ayahku."
"Baiklah, akan tetapi engkau tidak mungkin bisa melaksanakan tugas berat
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang diri saja. Marilah pergi
bersamaku, aku sudah hafal akan keadaan di Telaga Utara dan biarlah aku yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan mrnyelidiki di sana nanti."
Swat hong tentu merasa girang sekali memperoleh bantuan kakeknya yang berilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi dan dia tidak membantah. Maka
berangkatlah ke dua orang ini ke utara. Setelah tiba di dekat Telaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Utara, Han Lojin mulai menyelidiki
sebagai sebagai seorang tukang pancing yang bercaping lebar. Swat Hong dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suruh menanti di dalam kuil tua di
sebelah hutan. Seperti telah diceritakan di bagian depan, Han Lojin kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu dengan cucu mantunya, Liu Bwee,
dan Ouw Sian Kok yang dikeoyok oleh orang-orangnya An Lu Shan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan kedua orang itu. Dia
tidak berhasil bertemu dengan The Kwat Lin karena wanita ini, bersama dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li dan juga Ouwyang Cin Cu,
telah memperoleh tugas lebih dulu dari An Lu Shan dan telah berangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
ke kota raja untuk menyelundup dan membantu gerakan dari dalam secara
rahasia. Oleh karena inilah , maka ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelidiki ke Telaga Utara, Han Lojin
tidak pernah mellihat The Kwat Lin dan akhirnya dia malah bertemu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan cucu mantunya.
Demikianlah, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok ikut bersama kakek sakti itu memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hutan.Ketika tiba di kuil, kakek itu
berkata kepada Liu Bwee, "Engkau akan bertemu dengan seseorang yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kausangkasangka, maka bersiaplah engkau
menghadapi peristiwa ini." Tentu saja Liu Bwee menjadi terheran-heran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tidak mengerti. Akan tetapi pada
saat itu, terdengar suara orang , "Kong-couw, aku sudah pulang?" dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> munculah Swat Hong! Tiba-tiba Swat Hong
yang berlari ke luar itu berhenti dan seperti telah berubah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> patung. Ibu dan anak itu saling
berpandangan, keduanya tidak bergerak seperti terkena pesona.
"Ibuuuuu.....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Swat Hong..... Hong-ji,
anakku....!" Keduanya berlari ke depan, kedua lengan terbuka, air mata
bercucuran di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah yang berseri penuh kebahagiaan,
keduanya bertemu, saling rangkul dan saling dekap sambil menangis!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pertemuan yang sama sekali tidak pernah
mereka sangka-sangka, pertemuan yang mengundang keharuan hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan segala bayangan duka yang
dipendam di lubuk hati. Ouw Sian Kok terbatuk-batuk menahan haru.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Teringat dia akan puterinya sendiri,
namun diam-diam dia merasa girang bahwa Liu Bwee dapat berjumpa dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anaknya. Dia saling pandang dengan Han
Lojin dan tersenyum sambil mengangguk-angguk, dan pergi menjauh untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberi kesempatan kepada ibu dan anak
itu saling bertemu dan bicara. "Ibu...., Ayah.... Pulau Es....." Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee mengangguk dan menghusap rambut
puterinya. "Aku sudah tahu....." ".......dan Suheng......"
Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang puterinya dan mengangkat dagu
Swat Hong. "Apa maksudmu? Suhengmu kenapa?" Melihat ibunya belum
tahu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong terisak lagi menangis.
"Hong-ji, tenanglah. Mari kita bicara yang baik. Mengapa Suhengmu? Apa
saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang telah terjadi sejak kita
berpisah?" "Suheng.... Suheng telah tewas, Ibu...." Liu Bwee
terkejut bukan main,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak dan memandang pucat kepada
putrinya akan tetapi melihat puterinya menangis penuh duka, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendekapnya dan menghibur, "mati
hidup bukanlah urusan kita, Hong-ji. tenanglah dan ceritakan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengalamanmu kepada Ibumu." Swat
Hong lalu menceritakan semua pengalamannya semenjak ibunya meninggalkan Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es, menceritakan dengan lengkap namun
singkat dan didengarkan oleh ibunya penuh perhatian. Ketika puterinya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercerita tentang Soan Cu, Liu Bwee
menengok dan menggapai ke arah Ouw Sian Kok sambil berseru, "Ouw-twako, ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinilah. Anakku telah bertemu dengan
puterimu, Ouw Soan Cu!" Mendengar seruan ini, Ouw Sian Kok melompat bangun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan lari menghampiri, berkata kepada
Swat Hong, "Aihhh, han-siocia (Nona Han), benarkah kau telah bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan anakku?" Suaranya agak
gemetar karena keharuan hatinya mendengar tentang puterinya. Swat Hong
memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki setengah tua yang gagah itu,
lalu mngangguk. Kiranya ibunya telah bertemu dan bersahabat dengan ayah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu, pikirnya! Dia telah mendengar
akan ayah Soan Cu yang lari meninggalkan Pulau Neraka semenjak isterinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggal dunia. jadi inikah orangnya?
Dia lalu melanjutkan penuturannya yang amat menarik hati itu sampai pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peristiwa penyerbuannya bersama
suhengnya ke Rawa Bangkai sehingga suhengnya tewas dan dia tertolong oleh kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buyutnya. Hening sekali setelah Swat
Hong mengakhiri ceritera, hanya isak tertahan gadis itu masih terdengar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm, sungguh jahat sekali The
Kwat Lin itu!" tiba-tiba Ouw Sian Kok berkata sambil mengepal tinjunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Han-siocian, aku Ouw Sian Kok
bersumpah untuk membantumu menghadapi iblis betina itu!" Swat Hong
mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mukanya memandang. "Terima kasih,
Paman Ouw....." "Akan tetapi, aku harus menemui anaku lebih dulu. Di
manakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau bertemu dengan dia untuk
terakhir kalinya?" "Dia kami tinggalkan di Puncak Awan Merah di
Pegunungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tai-hang-san, di tempat tingal Tee-tok
Siangkoan Houw." "Kalau begitu,biar aku menyusul ke sana!" kata
Ouw Sian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kok dengan gembira. "Setelah aku
bertemu dengan dia, barulah kita beramai mencari iblis betina itu untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama-sama menghadapinya dan
menghancurkannya! Bagaimana pendapat Locianpwe?" Dia berpaling kepada
kakek Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sejak tadi hanya mendengarkan
saja. Juga Swat Hong dan Liu Bwee menoleh dan memandang kakek itu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapapun juga, mereka mengharapkan
bantuan kakek ini, juga keputusannya. Sampai lama Han Lojin diam saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merenung dan memandang jauh, kemudian menghela
napas panjang. "Aihh, tak kusangka akan begini jadinya....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tadinya, ingin sekali aku melihat
kalian berdua melupakan semua hal yang telah lalu, mulai hidup baru dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aman dan tenteram, menjauhi urusan
kekerasan dunia yang hanya mendatangkan dendam dan bunuh-bunuhan antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesama manusia, sambil mendidik Swat
Hong pula. Akan tetapi melihat gejalanya..... mengingat pula hancurnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es ..... dan memang sudah
seharusnya kalau pusaka-pusaka itu dikembalikan ke tempat asalnya...... ahhhh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku Si Tua Bangka yang sudah lama
mencuci tangan dari urusan duniawi, sekarang terseret pula! Betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyedihkan!" "Locianpwe,
kalau kita masih hidup di dunia ramai, betapa mungkin kita menghindarkan diri
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencampuri urusan dunia ramai? Yang
penting kita selalu berada di pihak yang benar." Ouw Sian Kok membantah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kakek itu menggeleng-geleng kepala.
"Engkau belum mengerti, apa sih artinya pihak yang benar? Apa sih artinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebenaran? Kebenaran yang dapat disebut
dengan mulut, bukankah kebenaran adanya! Ahhh, sudahlah, tanpa adanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesadaran, mana mungkin dapat mengerti?
Engkau hendak mencari puterimu, memang sudah sepatutnya dan semestinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejak dahulu kaulakukan hal itu.
Sekarang aku akan menyertai Liu Bwee dan puterinya ini ke kota raja......"
"Ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota raja?" Ouw Sian Kok berseru
heran. "Ya, karena The Kwat Lin telah menerima tugas dari An Lu Shan untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyusun kekuatan di sana menanti saat
pemberontakan tiba. Dan kita tidak perlu terseret oleh pemberontakan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan hanya hendak mencari The Kwat
Lin dan minta kembali pusaka-pusaka Pulau Es." "Dan membunuh mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk membalaskan kematian
suheng!" Swat Hong berseru penuh semangat. Han Lojin tidak menjawab seruan
Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, melainkan menoleh kepada Ouw Sian
Kok, sambil berkata, "Ouw Sian Kok, kalau kau hendak mencari puterimu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergilah dan kelak kau boleh menyusul
kami di kota raja....." "Tidak, Locianpwe. Setelah saya mendengar
bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> iblis betina itu berada di kota raja,
saya juga harus ikut ke kota raja untuk menghadapinya!" Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang kepada tokoh Pulau Neraka ini
dan kebetulan sekali Ouw Sian Kok juga memandangnya, maka pertemuan dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasang sinar mata itu sudah cukup bagi
mereka untuk mengetahui isi hati masing-masing. liu Bwee maklum bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pria yang gagah itu ingin membantunya
karena mengkhawatirkan dirinya, sebaliknya Ouw Sian Kok juga maklum bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekas ratu Pulau Es itu girang sekali
mendengar bahwa dia akan membantu. Maka tanpa banyak cakap lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berangkatlah empat orang ini menuju ke
kota raja. Pada waktu itu, suasana di seluruh negeri telah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panas. Kekacauan terjadi dimana-mana
ketika tersiar berita bahwa pemberontakan An Lu Shan mulai bergerak dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utara. Tersiar berita bahwa di tapal
batas utara telah di mulai perang saudara antara pasukan pemberontak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan pmerintah yang tidak kuat
membendung datangnya pasukan pemberontak yang seperti air bah membanjir ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selatan. Berita ini sudah cukup untuk
membangkitkan semangat golongan sesat untuk bangkit dan mempergunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesempatan selagi keadaan negara kacau,
rakyat bingung dan pasukan-pasukan ditarik untuk diperbantukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi pemberontak sehingga
keamanan tidak terjamin lagi. Memang perang telah dimulai. An Lu Shan telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuka kedoknya dan dengan
terang-terangan mulai menggerakan pasukannya. Pada waktu itu, pasukan pemerintah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terkuat adalah pasukan penjaga
tapal batas utara yang dianggap merupakan bagian atau daerah yang paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penting untuk dijaga dengan kuat, maka
otomatis pasukan yang terkuat berada di bawah pimpinan Jenderal ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada jaman itu, kerajaan Tang dipimpin
oleh kaisar Beng Ong yang usianya sudah enam puluh tahun lebih, seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaisar yang sayangnya memiliki
kelemahan, yaitu menjadi hamba dari nafsu berahi sehingga dia seperti boneka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lilin di dalam tangan halus selir Yang
Kui Hui. Pada waktu itu, Kerajaan Tang mempunyai dua buah kota raja atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibu kota. Yang pertama, di mana Kaisar
Beng Ong duduk bertahta dan menjadi pusat pemerintahannya, adalah ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota Tian-an. Adapun ibu kota yang ke
dua adalah Lok-yang. An Lu Shan yang selain mempunyai bala tentara yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar jumlahnya dan pasukan-pasukan
pilihan, juga dibantu oleh banyak orang-orang kang-ouw yang berilmu tinggi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hal ini adalah karena banyak
orang-orang kang-ouw merasa tidak suka kepada Kaisar tua yang berada di bawah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telapak kaki selir cantik itu, juga
banyak pembesar yang diam-diam merasa dendam kepada Yang Kui Hui karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir ini dengan mudah begitu saja
mempengaruhi Kaisar untuk memecat pembesar-pembesar tinggi dan menggantikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukan mereka dengan kedudukan lebih
rendah, semua ini untuk menarik keluarga-keluarganya agar dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menduduki tempat-tempat penting!
Gerakan pemberontakan An Lu Shan dimulai dari utara di dekat Peking, terus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membanjir ke selatan. Dengan mudahnya
dia melumpuhkan semua perlawanan yang dilakukan oleh pasukan-pasukan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih setia kepada Kaisar, bahkan
pasukan yang takluk segera menyerah dan menjadi pasukan pembantunya. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mudah saja pasukan-pasukan pemberontak
menyeberangi Sungai Kuning dan menyerbu Lok-yang, ibu kota ke dua dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerajaan Tang. Komandan pasukan yang
mempertahankan Lok-yang, ibu kota ke dua dari Kerajaan Tang ini adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang panglima yang setia dan dengan
gigih dia memimpin pasukannya mempertahankan Lok-yang mati-matian. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi, yang amat melemahkan pertahanan
itu adalah gangguan-gangguan dari dalam kota itu sendiri yang dilakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh kaki tangan An Lu Shan. Pada saat
Lok-yang diserbu inilah rombongan Han Lojin berada di Lok-yang ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berusaha mencari The Kwat Lin
yang dikabarkan membantu An Lu Shan dengan mempersiapkan diri di ibu kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Han Lojin, Ouw Sian Kok, Liu Bwee
dan Swat Hong terkurung di dalam kota Lok-yang ketika ibu kota ke dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini di serbu pemberontak. Mereka
menyaksikan sendiri betapa Panglima Coa Cun dengan gagah berani mempertahankan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibu kota ke dua itu dengan pasukannya
sehingga tidaklah mudah bagi pasukan pemberontak untuk menguasai kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja ini. Han Lojin dan rombongan yang
memang bermaksud untuk mencari The Kwat Lin, ikut hilir mudik bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> parang penghuni yang ketakutan,
memasang mata dan ketika terjadi pembakaran di pusat pasar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan-serangan gelap yang ditujukan
kepada komandan-komandan pasukan oleh serombongan orang yang gerakannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat lihai, Han Lojin dan rombongannya
cepat mendatangi tempat kekacauan ini. Akhirnya setelah lari ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana-sini setiap mendengar ada
kekacauan yang dilakukan oleh segerombolan mata-mata musuh, di taman belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana pangeran muda yang berkuasa di
Lok-yang, mereka melihat gerombolan pengacau itu dan serta merta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han-Lojin, Ouw Sian Kok, Liu Bwee Dan
Swat Hong menyerbu dan mencari The Kwat Lin. Akan tetapi, mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhadapan dengan belasan orang
pengacau yang dipimpin oleh Kiam-mo Cai-li! Gerombolan itu sedang berusaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk membakar istana pangeran dengan
panah-panah api dan para pengawal istana itu sudah malang melintang tewas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh mereka. "Dialah Kiam-mo
Cai-li, pemiliki istana Rawa Bangkai," kata Han Lojin sambil menuding ke
arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita cantik yang pakainnya
mewah dan sedang memimpin belasan orang pembantunya itu untuk menghujankan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak panah ke arah istana. Sebagian
dari istana itu mulai terbakar. Mendengar bahwa wanita itu adalah seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di antara pembunuh-pembunuh suhengnya,
Swat Hong sudah tidak dapat menahan kesabaran hatinya lagi. Dia meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari tempat sembunyinya dengan
pedang di tangan, serta merta menyerang sambil membentak, "Iblis betina<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo-cai-li, bersiaplah engkau
menebus nyawa Suheng Kwa Sin Liong!!" "Singggggg... syuuuuuutttt.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aiihhhh.....!" Kiam-mo Cai-li
cepat mengelak dengan meloncat ke belakang dan rambutnya yang panjang seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup saja bergerak menyambar ke arah
pergelangan tangan Swat Hong. Namun dara ini cukup cekatan. Melihat sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hitam menyambar, dia sudah membalikkan
pedangnya membacok sehingga putuslah segumpal rambut, membuat Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li berteriak kaget dan marah.
Ketika dia memandang dan melihat bahwa yang muncul ini adalah gadis teman Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong, gadis dari Pulau Es seperti yang
di ceritakan oleh The Kwat Lin, dia terkejut bukan main. Apalagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat han Lojin, Ouw Sian Kok, dan
Liu Bwee yang jelas membayangkan kelihaian. "Panah roboh mereka!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba dia berteriak sambil melompat
jauh ke belakang untuk memberi kesempatan kepada dua belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantunya menyerang empat orang ini.
Dua belas orang itu adalah anak buah Kiam-Mo Cai-li dari Rawa Bangkai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang telah dididik khusus menggunakan
anak panah berapi. Ketika mereka mendengar aba-aba ini dan mengenal wajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong sebagai gadis yang pernah
menyerbu Rawa Bangkai, cepat mereka membidikan anak panah mereka, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampaklah sinar-sinar berapi menyambar
ke pada empat orang itu. "Wir-wir-wir....!!" Mengerikan sekali
datangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak-anak panah yang ujungnya bernyala
itu, dapat dibayangkan betapa mengerikan kalau anak panah yang bernyala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu mengenai tubuh! Namun, empat orang
itu bukanlah orang-orang sembarangan. Dengan amat mudahnya Han Lojin dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Sian Kok mengebutkan ujung baju
meruntuhkan semua anak panah yang menyambar ke arah mereka, sedangkan Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee dan Swat Hong juga sudah
meruntuhkan semua anak panah yang menyambar ke arah mereka dengan pedang
sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak-anak panah itu patah-patah.
"Iblis betina !" Swat Hong meloncat maju, pedangnya diputar cepat dan
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menerjang Kiam-mo Cai-li dengan
dahsyat. "Trangggg! Trik-trikkkk!" Pedang payung di tangan Kiam-mo
Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menangkis dan kuku-kuku jarinya yang
panjang mengeluarkan suara berjentrik ketika dia mencengkeram ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah Swat Hong yang dapat dielakan oleh
dara ini. "Kalian hadapi mereka. wanita itu lihai dan berbahaya, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus menjaga Swat Hong," kata han
Lojin kepada Ouw Sian Kok dan Liu Bwee. Liu Bwee mengangguk dan hatinya lega<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dengan bantuan kakek suaminya
itu, dia tidak mengkhawatirkan keselamatan puterinya. Maka bersama Ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sian Kok dia lalu mengamuk dan
celakalah dua belas orang anak buah Rawa Bangkai itu karena mana mungkin mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat melawan dua orang lihai dari
Pulau Es dan Pulau Neraka ini? Biarpun mereka semua telah menggunakan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan golok menyerang dan mengeroyok,
namun seorang demi seorang roboh dan tidak dapat bangkit kembali. Adapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertandingan antara Swat Hong melawan
Kiam-mo Cai-li amat seru dan menegangkan. Biarpun pada dasarnya Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki ilmu silat tinggi yang lebih
murni dan kuat, namun menghadapi seorang datuk kaum sesat seperti Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li yang amat cerdik dan banyak
pengalaman, beberapa kali hampir saja dia terkena cakaran kuku panjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beracun itu. Tiga macam senjata Kiam-mo
Cai-li amat membingungkan Swat Hong. Dengan gerakan pedang yang cepat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong dapat membendung pedang
payung dan kuku-kuku jari tangan kiri iblis betina itu, bahkan dia mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendesak dengan permainan pedangnya
yang cepat dan mengandung tenaga dingin itu. "Mampuslah!" Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentak dan pedangnya menusuk.
"Tranggg...! Brettt...!!" Pedangnya bertemu dengan pedang payung dan
berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menembus dan merobek kain payung, akan
tetapi pedangnya itu tercepit di antara batang-batang payung sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua pedang bertemu dan saling
melekat. "Hi-hi-hik, kalulah yang mampus!" Kiam-mo Cai-li berseru,
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kirinya bergerak mencengkeram ke arah
dada Swat Hong. Kalau sampai kena dicengkeram kuku-kuku beracun itu, dada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong tentu akan berbahaya sekali.
"Plak!" Swat Hong sudah siap dan tangan kirinya menangkap pergelangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan lawan dari bawah. Kini
terjadilah adu tenaga karena kedua tangan mereka sudah tidak bebas lagi. Pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat itu, rambut panjang Kiam-mo Cai-li
bergerak menyambar ketika dia menggerakan kepalanya sambil tertawa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagaikan ular hidup saja, gumpalan
rambut itu menyambar dengan totokan maut! Swat Hong terkejut bukan main,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun hatinya menjadi lega kembali
melihat berkelebatnya bayangan kakek buyutnya. "plakkkk!!!" Rambut
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disambar oleh tangan Han Lojin.
"Aihhh.... lepaskan....!" Kiammo Cai-li menjerit karena betapapun dia
berusaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menarik rambutnya, tetap saja tidak
dapat terlepas bahkan semakin erat. "Swat Hong, lepaskan dia,
mundurlah!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Lojin berseru. Swat Hong tidak
berani membantah, lalu melepaskan pegangan tangannya dan menarik pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat mundur. "Kiam-mo Cai-li,
aku hanya ingin bertanya kepadamu!" Han Lojin berkata, suaranya halus.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat kakek ini yang dia tahu amat
lihai, Kiam-mo Cai-li yang cerdik lalu menjatuhkan diri berlutut di depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek itu, menunduk dan berkata,
"Locianpwe, maafkan saya, saya tidak berani melawan Locianpwe yang sakti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pertanyaan apakah yang hendak Locianpwe
(Kakek Gagah Perkasa) ajukan kepada saya?" Melihat sikap Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang begitu ketakutan, Swat Hong
mengerutkan alisnya, akan tetapi Han Lojin mengelus jenggotnya. "Hemmm,
semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pernah melakukan penyelewengan
dalam hidupnya. Penyesalan yang disertai kesadaran tinggi mendatangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengertian sehingga si penyeleweng akan
merasa jijik untuk melanjukan penyelewengannya. Kiam-mo Cai-li, sayang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau kepandaian seperti yang kaumiliki
itu dipergunakan untuk kejahatan. Aku hendak bertanya, di mana adanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin?" "The Kwat Lin?
Ohh, dia berada di...... neraka bersamamu!" Tiba-tiba wanita itu dari
bawah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang dengan payung dan kuku
beracunnya. "Cepppp.... bresss....!" "Keparat....." Swat
Hong menjerit dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya bergerak secepat kilat
sebelum Kiam-mo Cai-li sempat mencabut kembali pedangnya dari dada kakek itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Prepppp....! Aihhhh....!!"
Darah muncrat-muncrat dari lambung Kiam-mo Cai-li dan dada han Lojin. Kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih berdiri tegak sambil tersenyum
ketika pedang dicabut keluar dadanya. Kiam-mo Cai-li mengeluarkan teriakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti binatang buas ketika dia
menubruk Swat Hong dan menyerangnya. namun Swat Hong sudah mengelak dan dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> samping kembali pedangnya menyambar. "Crokkkkk!!"
Tubuh Kiam-mo Cai-li yang sudah terhuyung itu tidak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelak lagi, lehernya tertusuk pedang
dan dia roboh terguling, berkelojotan dengan mata mendelik memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah Swat Hong.
"Locianpwe....!" Ouw Sian Kok yang sudah berhasil bersama Liu Bwee
merobohkan dua belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, meloncat dan merangkul kakek itu
karena kekek yang masih berdiri tegak itu mendekap dadanya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercucuran darah. Kakek itu
menggelengkan kepala, memandang kepada Swat Hong. "Aihhh, kau ganas
sekali, Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong....!" "Kong-couw.... dia
jahat.... patut di bunuh!" Swat Hong berkata, memandang mayat Kiam-mo
Cai-li yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini sudah tidak bergerak lagi itu.
"Hayaaaa.... selamanya belum pernah dirobohkan orang, sekali ini
terperdaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelicikan seorang wanita.... memang
sudah semestinya begini...... kalian..... kurangilah atau lenyapkan sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali.... keganasan..... kekerasan,
bunuh membunuh ini.... karena siapa menggunakan kekerasan akan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> korban kekerasan pula.... nah, selamat
berpisah anak-anak....." Tubuh yang bediri tegak itu masih berdiri akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi kalau tidak dirangkul tentu akan
roboh karena pada saat itu juga Han Lojin telah mengembuskan napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terakhir. Memang luar biasa sekali
kakek ini. pedang payung yang ditusukan secara curang oleh Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menembus dada dan menembus pula
jantungnya, namun dia masih mampu berdiri tegak dan berkata-kata! Liu Bwee dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong berlutut sambil menangis. Akan
tetapi Ouw Sian Kok berkata, "Harap kalian bangkit berdiri dan mari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita lekas membawa pergi jenazah
Locianpwe ini keluar kota." Liu Bwee menyusut air matanyadan menggandeng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Swat Hong, menarik gadis itu
bangkit berdiri. "Ouw-twako benar, Hong-ji. Kita tidak mempunyai urusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa-apa lagi di sini, keadaan makin
kacau. Tugas kita berada di ibu kota pertama, Tiang-an." Diingatkan akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, bahwa The Kwat Lin berada di
Tiang-an, Swat Hong memandang ibunya."Kami tadi telah memaksa seorang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara mereka itu mengaku di mana
adanya The Kwat Lin. Dia berada di Tiangan, tugasnya sama dengan Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li yaitu mengacau kota raja di
waktu pemberontak menyerbu ke sana." Swat Hong mengangguk, sekali lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melirik ke arah mayat Kiam-mo Cai-li,
rasa lega dan puas menyelinap di hatinya mengingat akan kematian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya yang betapapun juga kini
sudah agak terbalas dengan matinya wanita ini, kemudian dia mengikuti ibunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi dari tempat itu. Perang, perang,
perang! Selama dunia berkembang, agaknya tiada pernah hentinya terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perang di antara manusia. Selama
sejarah berkembang, terbukti bahwa di setiap jaman manusia melakukan perang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik dari jaman batu sampai jaman
modern! Agaknya betapapun majunya manusia dari segi lahiriah, sebaliknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam segi batiniah manusia bahkan
makin mundur! Betapa tidak? Di jaman dahulu, yang dikatakan perang adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka yang langsung menceburkan diri
dalam perang campuh, dan mereka ini pula yang menjadi korban, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuh atau dibunuh. Makin lama,
perkembangan perang menjadi makin ganas dan makin kejam, makin tidak adil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan makin menjauhi apa yang kita sebut
prikemanusiaan. Sekarang, di jaman modern, yang langsung memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata banyak selamat karena dia
menguasai teknik perang, pandai menjaga diri, pandai bersembunyi. Sebaliknya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rakyat yang tidak tahu apa-apa mati
konyol! Perang, di sudut mana pun terjadinya di dunia ini, dengan kata apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun diselimutinya, dengan kata-kata
indah macam perjuangan, perang suci, perang membela negara, membela agama,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membela kehormatan dan lain-lain, tetap
saja perang yang berarti bunuh-bunuhan di antara manusia, membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya untuk melampiaskan dendam dan
kembencian sehingga amatlah buasnya, jauh melampaui kebuasan binatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apapun juga yang hidup di dunia ini.
Kita semua bertanggung jawab untuk ini! Perang yang terjadi antara bangsa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara golongan, antara kelompok,
meletus karena kita! Perang antara bangsa atau negara hanya menjadi akibat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kepentingan Si Aku, bangsaku,
agamaku, kebenaranku, kehormatanku, kemerdekaanku dan sebagainya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersumber kepada aku. Perang antara
bangsa hanya bentuk besar dari perang antara tetangga dan perang antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetangga adalah bentuk besar dari
perang antara keluarga atau perorangan dan semua ini bersumber kepada perang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dalam batin kita sendiri. Batin kita
setiap hari penuh dengan nafsu keinginan, iri hati, dendam, benci dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua bentuk kekerasan dan kekejaman,
kalau semua itu menguasai batin kita semua, menguasai dunia, herankah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita kalau selalu terdapat permusuhan
dan perang di dunia ini? Semenjak sejarah tercatat, setiap pihak yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan perang tidak menganggapnya
sebagai suatu hal yang buruk. Sebaliknya malah, bermacam dalih diajukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi semacam kedok di depan wajah
perang yang dilakukannya, kedok berupa untuk membela diri, perang untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadilan, dan perang untuk perdamaian!
Betapa menggelikan. Perang untuk keadilan! Perang untuk perdamaian!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dengan cara membunuh-bunuhi sesama
manusia. Kita selalu terjebak ke dalam perangkap penuh tipu muslihat ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berupa kata-kata indah. Pendapat
bahwa tujuan menghalalkan cara merupakan penipuan diri sendiri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlawanan dengan kenyataan. Mungkinkah
untuk mencapai tujuan baik menggunakan cara yang jahat? yang penting<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah caranya, bukan tujuannya. Tujuan
adalah masa depan yang belum ada, hanya merupakan akibat, sebaliknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cara adalah masa kini, saat ini, nyata!
Dengan dalih "menumbangkan kekuasaan lalim" itulah An Lu Shan
memimpin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ratusan ribu bala tentaranya menyerbu
ke selatan. Pada saat seperti itu, An Lu Shan dan semua pengikutnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menganggap bahwa mereka itu
"berjuang" dan mereka sama sekali tidak mau melihat bahwa kelak andai
kata mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil dan memegang kekuasaan, ada
pula pihak-pihak yang akan mengecapnya "kekuasaan lalim" yang lain
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang baru pula! Di lain pihak Kaisar
Han Ti Tiong atau Beng Ong yang sudah tua itu bersama para punggawanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang setia tentu saja melakukan
perlawanan yang gigih dengan dalih "menghancurkan dan membasmi
pemberontak".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka ini lupa bahwa peristiwa
pemberontakan itu sesungguhnya timbul karena ulah mereka sendiri. Kekuatan bala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentara yang dipimpin An Lu Shan memang
hebat. Dalam beberapa bulan saja, sekali menyerbu, dia telah menguasai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seluruh daerah di sebelah utara Sungai
Huangho. Pasukanpasukannya akhirnya berhasil merobohkan pertahanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lok-yang yang memduduki ibu kota ke dua
itu. Kemudian An Lu Shan kembali mengumpulkan kekuatan pasukannya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjutkan penyerbuannya menuju ke
kota raja Tiang-an! Kematian Kiam-mo Cai-li membuat Jenderal ini menyesal,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu saja penyesalan ini didasari
bahwa dia kehilangan seorang pembantu yang boleh diandalkan! Ketika Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sudah tua itu mendengar betapa
Lok-yang dalam beberapa hari saja terjatuh ke dalam tangan pemberontak An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu Shan, mulailah terbuka matanya
betapa selama ini tidak terlalu mengacuhkan urusan pertahanan dan sebagian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar waktunya hanya dihabiskannya di
dalam kamar tidur dan di atas ranjang yang lunak hangat dan harum dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selirnya tercinta, Yang Kui Hui.
Bangkitlah semangatnya, semangat mudanya yang kini terlalu lama terpendam itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia berhasil mengobarkan semangat
para pasukannya yang dikumpulkannya di Ling Pao di mana kaisar membentuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benteng pertahanan yang cukup kuat.
Bahkan sekali ini dia memimpin sendiri untuk berperang menghadapi An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan dengan hati penuh kemarahan. Hati
siapa tidak akan sakit kalau mengingat betapa dia telah memberi anugerah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar kepada An Lu Shan, bahkan
selirnya yang tercinta telah menganggap An Lu Shan sebagai putera angkat. Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini jenderal itu memberontak!
Perbuatan apa pun yang dilakukan oleh seseorang kepada orang lain, tidak lah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar jika di belakangnya bersembunyi
pamrih apa pun. Sesuatu perbuatan boleh jadi oleh umum dianggap sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbuatan baik, namun apabila perbuatan
itu menyembunyikan pamrih, baik yang disadari maupun tidak, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbuatan itu tidak benar. Perbuatan
menolong orang lain oleh umum dianggap baik, namun jika hal itu dilakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pamrih apa pun, itu bukanlah
menolong namanya, melainkan hanya memberi pinjam untuk kelak ditagih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali dalam bentuk pembalasan budi!
Selama yang berbuat itu merasa bahwa dia berbuat baik, merasa bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolong, di dalam perasaan ini sudah
terkandung pamerih! Jelas tidak benar! Dan selama ada pamrih di balik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setiap perbuatan, pasti akan
mendatangkan penyesalan, kebanggaan, kekecewaan, dendam, penjilat, penindasan
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain-lain. Setiap berbuatan barulah
benar jika didorong atau didasari oleh CINTA KASIH! Demikian pula dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar. Karena dia merasa bahwa dia
telah menolong An Lu Shan, merasa telah berbuat baik kepada jenderal itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka timbullah penyesalan, kemarahan
dan kebencian karena yang pernah ditolongnya itu tidak dengan kebaikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pamrih yang tersembunyi di balik
pertolongannya dahulu itu adalah menghendaki pembalasan berupa kesetiaan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghormatan, atau setidaknya
menghendaki agar jangan jenderal itu berani melawannya! Contoh ini tanpa kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sadari terjadi di dalam penghidupan
kita sehari-hari. Kita miskin akan cinta kasih sehingga setiap perbuatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita dicengkeram pamrih. Kalau cinta
kasih memenuhi hati kita, maka segala pamrih akan lenyap tanpa bekas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setiap perbuatan kita adalah wajar dan
tentu saja benar karena dasarnya cinta kasih yang melekat pada bibir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setiap orang, yang menjadi hampa karena
disebut-sebut dan disanjung-sanjung, diberi pengertian lain, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipecah-pecah! Di mana terdapat
cemburu, benci, sengsara, marah, dan lain-lain, cinta kasih tidak akan ada. Di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana terdapat si "aku" yang
selalu mengejar keuntungan dan kesenangan lahir batin, cinta kasih tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah ada. karena bagi Si Aku, cinta
kasih berarti kesenangan untuk "aku" lahir batin yang berupa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketenteraman, jaminan, kepuasan, dan
kenikmatan. Maka, sekali satu di antara yang dikejar itu luput,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berakhirlah cinta kasihnya dan berubah
menjadi cemburu, kemarahan dan kebencian! Dengan penuh kemarahan Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memimpin barisan-barisan yang dapat
dikumpulkannya, didampingi oleh seorang jenderal yang setia kepadanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang jenderal yang ahli dalam perang
bernama Kok Cu It yang menjadi komandan barisan itu. Barisan ini lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak dari Ling Pao. Bertemulah dua
barisan yang bermusuhan itu di pegunungan dan terjadilah perang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat dahsyat di sela Gunung Tung Kuan.
Perang yang amat mengerikan dan mati-matian, di mana mayat manusia<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com1tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-81954720417850815412012-07-28T02:49:00.001+08:002012-07-28T02:49:14.073+08:00BUKEK SIANSU : Seri Kesembilan<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Kesembilan - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kedelapan_3797.html" target="_blank">Lanjutan Serial Kho Ping Hoo - Bukek Siansu Seri Ke delapan</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";">Liu Bwee, wanita cantik yang usianya
kurang lebih tiga puluh lima tahun dan masih kelihatan muda sekali itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengasingkan diri dan bertapa di pulau
kosong sampai hampir enam bulan lamanya. Dia sudah menemukan ketentraman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batin, melupakan segala urusan duniawi.
Namun ada saja sebabnya kalau memang belum jodohnya menjadi pertapa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada suatu hari, badai yang amat hebat
mengamuk. Badai inilah yang membasahi Pulau Es dan badai ini mengamuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"></span></div>
<a name='more'></a> juga di pulau kosong di mana Liu Bwee
bertapa itu. Hebat bukan main dan biarpun Liu Bwee tadinya sudah<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersembunyi di dalam goa, dia diterjang
air laut yang naik ke atas pulau. Berkat ketangkasan dan kepandaiannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwee berhasil menyambar ujung
ranting pohon ketika tubuhnya diseret oleh harus ombak laut yang amat kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia berhasil naik ke puncak pohon
kecil yang menyelamatkanya. Akan tetapi, air bergelombang dari arah laut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia harus berpegang kepada batang
pohon itu kuat-kuat setiap kali air menghantamnya dengan kekuatan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat dahsyat. Dan hal ini berlangsung berjam-jam.
Betapapun kuatnya Liu Bwee, dia hanya seorang manusia, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makin lama makin lemaslah tubuhnya
karena dia harus berjuang melawan air laut yang dahsyat itu. Setiap kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ombak datang bergulung, hampir
menenggelamkan pohon itu dan selain dia harus berpengang kuat-kuat mengerahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinkangnya agar jangan sampai terseret
oleh air, juga dia harus menahan napas karena iar menghantam seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh dan mukanya.
"Celaka...." pikirnya ketika untuk kesekian puluh kalinya dia
berhasil mempertahankan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirinya dari serangan air laut.
"Kalau terus begini, aku tidak akan kuat lagi bertahan...." Liu Bwee
melihat ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kanan kiri. Banyak pohon yang sudah
tumbang dan dia merasa ngeri. Kalau pohon di mana dia berlindung ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tumbang, dia tentu akan tewas. Sayang
dia tidak dapat pindah ke pohon yang tinggi di sana itu, tentu dia akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aman dan air tidak dapat mencapai pohon
itu. Kembali datang serangan air, Liu Bwee memejamkan mata, menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas dan berpegang eraterat, maklum
bahwa yang datang ini adalah ombak yang amat ganas dan kuat. "Haiiii....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Yang di sana itu.....! Berpeganglah
kuat-kuat....! Aku akan berusaha menolongmu....!!" Teriakan suara
laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini datang dari arah pohon tinggi tadi.
Liu Bwee membuka matanya, melihgat sinar hitam kecil menyambar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pohon besar itu, akan tetapi pada saat
itu, air pun datang menerjang dengan kekuatan yang amat dahsyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Oughhh....!" Betapapun kuat
kedua tangannya Liu Bwee berpegang pada ranting pohon, namun kekuatan air itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih dahsyat lagi. Terdengar batang
itu patah dan tubuh Liu Bwee hanyut terseret ombak. Dia sudah putus asa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menyerahkan jiwa raganya kepada
Tuhan. "Matilah aku...." bisiknya. Akan tetapi tiba-tiba tubuhnya
terasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nyeri dan tertahan, kemudian tubuhnya
ditarik menuju ke pohon besar! Ketika dia memperhatikan, kiranya tubunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah terlibat sehelai tali hitam yang
amat kuat dan teringatlah dia akan sinar hitam yang tadi menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya sebelum air menghantamnya.
Dia maklum bahwa ada orang menolongnya maka bangkit kembali semangatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk melawan maut, mempertahankan
hidupnya. Lui Bwee mulai menggerakkan kaki tangannya, berenang agar tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai tengelam dan membiarkan dirinya
diseret oleh tali itu ke arah pohon besar yang lebih tinggi itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Napasnya terengah-engah hampir putus
karena tenaganya sudah habis dipergunakan untuk melawan hantaman-hantaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> air yang bertubi-tubi tadi. Kalau saja
tidak ada tali hitam yang melingkari pinggangnya dan selain menariknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke arah pohon juga menahannya dari
seretan ombak, tentu dia tidak sanggup berenang ke pohon itu. Dia berenang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya untuk mencegah tubuhnya tenggelam
saja. Tahulah dia bahwa nyawanya diselamatkan oleh tali dan diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berterima kasih sekali kepada orang
yang berada di pohon dan yang belum tampak olehnya itu. Dengan seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenaga yang masih bersisah padanya, Liu
Bwee berusaha keras agar dia tidak sampai tenggelam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Pertahankanlah.... sebentar
lagi...." terdengar suara laki-laki tadi dari pohon dan Liu Bwee merasa
betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya di tarik makin cepat ke arah
pohon karena dari arah laut sudah datang lagi gelombang yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahsyat. Ngeri juga dia menyaksikan
gelombang sebesar gunung yang datang bergulung-gulung dari depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah seekor naga raksasa yang
datang hendak menelannya. "Cepat.... cepatlah!" Dia merintih dan
dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan setengah pingsan dia merasa
betapa tubuhnya ditarik atau lebih tepatnya diseret ke arah pohon itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akhirnya dia tiba di pohon itu dan
sebuah lengan yang kuat, menyambarnya, tubuhnya diangkat ke atas pohon tepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada saat gelombang itu datang
bergulung-gulung. Liu Bwee mengeluh dan tak sadarkan diri!
"Aneh....!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lapat-lapat Liu Bwee mendengar
kata-kata "aneh" itu. Akan tetapi seluruh tubuhnya sakit-sakit,
kepalanya pening<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tenaganya habis maka dia tidak
membuka mata dan membiarkan saja ketika measa betapa ada telapak tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hangat menyentuh tengkuknya dan dari
telapak tangan itu keluar hawa sinkang yang hangat dan yang membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peredaran jalan darahnya, memulihkan
kembali tenaganya secara perlahan-lahan. "Aneh sekali....!" Kini Liu
Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teringat semua dan mengenal suara itu
sebagai suara laki-laki yang menolongnya. Cepat dia membuka matanya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan tubuhnya hendak bangkit
duduk. Akan tetapi hampir dia menjerit karena tubuhnya limbung dan kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki itu tidak cepat menyambar
lengannya, tentu dia sudah jatuh terguling dari atas batang pohon yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar itu, jatuh ke bawah yang masih
direndam air laut yang masih berguncang. "Ahhhh....!" Dia berkata
lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
mengangkat muka memandang. Seorang laki-laki, usianya tentu sudah empat
puluh tahun lebih duduk di atas dahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di depannya. Laki-laki itu berwajah
gagah sekali, alisnya tebal matanya lebar dan air mukanya yang penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> goresan tanda penderitaan batin itu
kelihatan matang dan penuh ketulusan hati, tubuhnya tegap dan pakaiannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersih dan rapi, di punggungnya tampak
sebatang pedang. Laki-laki itu memandang kepadanya dengan air muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayangkan keheranan, maka tentu laki-laki
ini yang tadi berkali-kali menyerukan kata-kata"aneh" dan tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki ini pula yang telah
menolongnya karena di dalam pohon itu tidak ada orang lain kecuali mereka
berdua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Engkaulah yang menyelamatkan
nyawaku tadi? Aku harus menghaturkan banyak terima kasih atas budi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertolonganmu." Liu Bwee berkata
sambil memandang wajah yang gagah dan sederhana itu. Laki-laki itu mengelus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jenggot yang hitam panjang, menatap
wajah Liu Bwee kemudian berkata, "Harap jangan berkata demikian. Dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan dunia seolah-olah kiamat ini,
alam mengamuk dahsyat tak terlawan oleh tenaga manusia manapun, sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepatutnya kalau di antara manusia
saling bantu-membantu. Hemmm... sungguh aneh sekali....!" "In-kong
(Tuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Penolong), mengapa berkali-kali
mengatakan aneh?" tanya Liu Bwee. Orang itu tidak tertawa, hanya mengelus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jenggotnya dan menatap wajah Liu Bwee
tanpa sungkan-sungkan, seolah-olah dia sedang memandang benda yang aneh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan belum pernah dilihatnya.
"Siapa kira di pulau kosong ini, di mana laki-laki pun sukar untuk hidup,
terdapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita yang masih muda dan
cantik jelita." Liu Bwee merasa betapa mukanya menjadi panas dan dia tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa tentu kulit mukanya menjadi merah
sekali dan diam-diam dia memaki dirinya sendiri. Huh, apa artinya kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertapa sampai berbulan-bulan kalau
sekarang mendengar pujian dari mulut seorang laki-laki kau merasa berdebar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan girang, demikian dia memaki dalam
hatinya. Untuk menutupi perasaannya, dia pura-pura tidak mendengar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat bertanya, "Bagaimana Inkong
bisa tiba di temapt ini? Setahuku, di pulau ini tidak ada orang lain kecuali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku seorang." "Memang aku
tidak tinggal di pulau ini, Toa-nio...." Kembali wajah Liu Bwee menjadi
mereh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar sebutan nyonya besar ini,
laki-laki itu terlalu merendahkan diri. "Aku adalah seorang perantau di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara pulau-pulau kosong di sekitar
tempat ini, akan tetapi tidak pernah mendarat di sini karena tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyangka bahwa di sini ada orangnya.
Sekali mendarat di sini, badai mengamuk dan kebetulan sekali aku melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau berjuang melawan maut di pohon
kecil itu." "Untung bagiku. engkau seolah-olah diutus oleh Thian
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang menolongku." "Aku girang
berhasil menyelamatkanmu, dan aku kagum sekali. Belum tentu ada satu di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seribu orang yang akan dapat bertahan
melawan hantaman gelombang air laut sehebat itu berkali-kali, dan kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malah masih kuat berenang. Inilah yang
mengherankan aku. Seorang wanita muda....." "Aku tidak muda lagi,
usiaku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tiga puluh lima tahun...."
"Itu masih muda namanya, setidaknya bagiku. Seorang wanita muda...."
dan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki itu bercahaya penuh tantangan
sehingga Liu Bwee tidak membantah lagi, "cantik dan berkepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi, bukan orang sembarangan, ini
sudah jelas sekali, berada seorang diri di pulau kosong. Siapa tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa heran?" "Aku sedang
mencari puteriku yang hilang...." "Ah...!" Laki-laki itu
terkejut dan memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh perhatian. "Berapakah
usianya dan siapa namanya? Aku akan membantumu mencarinya." Dia bicara
dengan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung keperihatinan dan perasaan
iba yang jelas sekali nampak sehingga Liu Bwee merasa makin tertarik dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berterima kasih. Jelas baginya bahwa
penolongnya adalah seorang laki-laki yang baik hati, sungguhpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehadirannya di bagian dunia yang amat
terasing ini bukanlah hal yang tidak aneh. "Dia sudah dewasa, sekitar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> enam belas tahun, namanya Han Swat
Hong...." "Ahhhh??" Kembali laki-laki itu memotong dengan seruan
kaget dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya terbelalak memandang Liu Bwee.
"She Han....? Apa hubungannya dengan Han Ti Ong?" "Dia
anaknya...." Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee sendiri terkejut karena merasa telah
terlanjur bicara maka dia menahan katakatanya. Laki-laki itu terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan jelas terbayang di mukanya betapa
jawaban ini sama sekali tidak disangkanya. Matanya memandang Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan penuh perhatian dan penuh
selidik, dan sampai lama dia baru bertanya. "Kalau puterimu itu adalah
anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Ti Ong berarti bahwa... Paduka
adalah Ratu Pulau Es...." Liu Bwee menarik napas panjang. Dia tidak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersembunyi lagi, dan pula, orang yang
telah menyelamatkan nyawanya ini memang berhak untuk mengetahui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semuanya. Apalagi karena memang
penderitaan batinnya adalah karena terkumpulanya rasa penasaran di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya yang membutuhkan jalan keluar.
Selain ini, sebutan "paduka" amat menyakitkan telinganya. Maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali menarik napas panjang.
"Itu sudah lalu.... sekarang aku bukanlah ratu lagi, melainkan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buangan....." "Apa....?
Seorang permaisuri dibuang dari Pulau Es?" Liu Bwee lalu menceritakan riwayatnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menceritakan betapa suaminya, Raja
Pulau Es telah mengambil seorang selir bernama The Kwat Lin dan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya karena ulah selir itu, dia
difitnah dihukum buang Ke Pulau Neraka! "Puteriku Han Swat Hong, menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah dan lari minggat dari Pulau Es
hendak mewakili aku menerima hukuman buang di Pulau Neraka. Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejarnya, akan tetapi tidak
berhasil, bahkan aku tersesat ke pulau ini dan karena merasa putus harapan, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu bertapa di sini sampai enam bulan
lamanya. Hari ini semestinya penderitaanku berakhir, akan tetapi agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Thian masih hendak memperpanjang
hukumanku makan aku dapat kauselamatkan...." Tak tertahankan lagi, Liu
Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menutupi mukanya dan menahan tangisnya,
akan tetapi tetap saja dia terisak-isak. "Krekkk! Krekkk!" ranting
kayu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di depan laki-laki itu telah hancur
berkeping-keping karena diremasnya di tangan kanannya. "Kejam! Jahat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali! Orang yang merasa dirinya
bersih adalah sekotor-kotornya orang! Seperti Han Ti Ong dan semua raja di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es! Menghukumi orang-orang dan
membuang mereka ke Pulau Neraka, hidup di neraka yang amat sengsara. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi mereka sendiri, Si penghukum
itu, melakukan kekejian dan kejahatan bertumpuk-tumpuk dan merasa dirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar! Betapa menjemukan! Aku akan
mempertaruhkan nyawa untuk menentang kejahatan dan kepalsuan macam ini!"
Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee mengangkat mukanya memandang.
Kedua pipinya masih basah oleh air matanya. "Inkong, engkau siapakah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa seolah-olah menaruh permusuhan
dengan Pulau Es?" "Aku bernama Ouw Sian Kok, aku putera tunggal dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua di Pulau Neraka."
"Ohhh....!!" Kini giliran Liu Bwee yang menjadi kaget setengah mati
karena tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengira bahwa penolongnya ternyata
adalah musuh besar Pulau Es! "Harap Paduka jangan khawatir...."
"In-kong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan kau menyebutku Paduka. Aku
bukanlah seorang permaisuri lagi melainkan seorang buangan seperti engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula, kau tahu bahwa namaku Liu Bwee,
orang biasa anak nelayan, hanya bekas ratu sekarang menjadi orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buangan." "Hem, baiklah
Liu-toanio. Dan akupun tidak suka disebut Inkong, aku lebih tua dari padamu,
sebut saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku Twako. Sebutlah, aku bukanlah musuh
langsung dari Pulau Es, karena aku bukan seorang buangan, melainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keturunan seorang buangan. Akan tetapi
aku pun hanya bekas putera Ketua Pulau Neraka, karena sudah lima belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun lamanya aku meninggalkan Pulau
Neraka, tidak pernah menjenguknya lagi dan menjadi perantau di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau-pulau kosong ini...."
Tiba-tiba wajah yang gagah itu kelihatan menyuram. "Eh, kenapakah
Ouw-twako? Apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terjadi denganmu maka engkau
menjadi demikian?" Liu Bwee bertanya, tertarik hatinya. Ouw Sian Kok
menghela<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas panjang, agaknya tidak suka
menceritakan peristiwa masa lalu yang telah merobah jalan hidupnya sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. "Aku memang sudah tidak
senang tinggal di Pulau Neraka. Keadaan pulau itu membuat orang yang tinggal di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> situ menjadi buas, liar dan kejam karena
terpaksa oleh kekejaman di pulau itu. Akan tetapi sebagai putera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketua, aku menekan ketidak senanganku
dan terutama karena aku hidup penuh kasih sayang dengan isteriku. Kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai seorang anak perempuan yang
sudah lima belas tahun tidak pernah kulihat. Tuhan menghukum aku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Isteriku yang tercinta itu meninggal
dan aku.... aku lalu pergi meninggalkan ayah , anakku, dan Pulau Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai sekarang." Sehabis
bercerita, Ouw Sian Kok menundukkan mukanya dan berkali-kali menghela napas
panjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwee memandang dengan mata penuh
belas kasihan, bengong dan tidak dapat berkata-kata. Betapa besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> persamaan penderitaan di antara mereka.
Dia pun kehilangan suami, sunguhpun suaminya masih hidup akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa bedanya dengan mati kalau suaminya
sudah tidak mencintainya lagi? Dan dia kehilangan anaknya pula, sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar dengan nasib Ouw Sian Kok yang
kehilangan isteri dan anaknya. Hanya bedanya, kalau dia mencari-cari Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong, adalah laki-laki ini sengaja
meninggalkan puterinya. "Kasihan engkau, Ouw-twako," katanya sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyentuh tangan laki-laki yang telah
menolongnya itu. Ouw Sian Kok menghela napas, kemudian tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat mukanya dan tersenyum. "Betapa
aneh dan lucunya. Engkau yang bernasib malang ini menaruh kasihan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada aku! Hemm, isteriku dirampas
oleh Tuhan, aku tidak mungkin bisa mendendam. Sebaliknya, suamimu dirampas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita lain, itu merupakan hal yang
lebih menyakitkan hati lagi. Sudahlah, lebih baik kita melupakan semua itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan yang terpenting kita memperhatikan
keadaan kita sendiri, berusaha menghindarkan bahaya. Lihat badai mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhenti dan air yang merendam pulau
sudah surut dan kembali ke laut, cuaca sudah terang tidak segelap tadi!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwee memandang ke bawah lalu ke
kanan kiri benar saja, badai telah berhenti. Seketika lupalah dia akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala kedukaan dan wajahnya berseri.
Dia tidak tahu betapa Ouw Sin Kok memandangnya dengan penuh kagum melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah yang cantik itu, dengan air mata
yang masih menepel di pipi, kini terenyum dan berseri-seri. "Mari kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun!" kata Liu Bwee setelah
melihat bahwa dengan amat cepatnya air telah meninggalkan pulau, seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serombongan anak-anak nakal yang pulang
ke rumah dipanggil ibunya. Mereka meloncat turun dan menuju ke tepi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pantai di mana Ouw San Kok menaruh
perahunya. Girang hatinya bahwa sebelum meninggalkan perahu ketika badai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulai mengamuk, dia telah mengikat
perahunya dengan kuat sekali pada batu karang sehingga kini perahunya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih berada di situ.Akan tetapi perahu
Liu Bwee lenyap tak meninggalkan bekas. "Liu-toanio, mari kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berangkat." "Eh, ke
mana?" Liu Bwee memandang penuh keheranan dan mengerutkan alisnya.
"Ke Pulau Es." "Apa....?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Apa maksudmu?" Liu Bwee hampir
menjerit. "Aku tidak sudi! Aku tidak mau kembali hanya untuk menerima
penghinaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja." "liu-toanio, seorang
wanita seperti Toanio tidak selayaknya hidup sengsara seperti ini. Han Ti Ong
telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlaku sewenang-wenang dan tersesat.
Biarlah aku yang akan menegur dan mengingatkannya akan kesesatannya itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toanio. Aku tidak rela melihat Toanio
diperlakukan dengan tidak adil, aku tidak rela melihat Toanio hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengsara. Marilah dan jangan khawatir,
aku sebagai seorang laki-laki tentu akan lebih mudah menyadarkan suamimu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sedang tergila-gila kepada wanita
lain itu. Akulah yang bertanggung jawab, dan kupertaruhkan nyawaku untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu." Liu Bwee memandang dengan
kaget dan terheran-heran, bengong dan seperti terpesona sehingga dia menurut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja ketika diajak naik ke perahu oleh
Ouw Sian Kok. Setelah perahu meluncur, barulah dia dapat berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ouw-twako.... mengapa kau
melakukan semua ini untukku? Mengapa engkau menolongku, membelaku mati-matian?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mengapa engkau begini baik
kepadaku?" Sambil mendayung perahunya dengan gerakan tangkas dan kuat sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga perahu itu melucur amat
cepatnya di permukaan air laut yang kini amat tenang, setenang-tenangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah raksasa yang habis mengamuk
hebat itu kini kelelahan dan kehabisan tenaga, Ouw Sian Kok menjawab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanpa menoleh kepada Liu Bwee,
"Engkau begitu sengsara, dan begitu tenang, mengingatkan aku kepada
isteriku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tercinta. Engkau begitu
membutuhkan perlindungan, begitu membutuhkan bantuan.Siapa lagi kalau bukan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang membantumu, Toanio?" Liu Bwee
memandang laki-laki itu dari samping, tak terasa lagi kedua matanya basah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan beberapa butir air mata turun di
sepanjang pipinya. Sejenak dia tidak mampu menjawab. Memang dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mempunyai siapa-siapa lagi di
dunia ini, hanya Swat Hong yang sekarang tidak diketahuinya berada di mana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tidak ada seorang pun yang menemaninya,
apalagi membelanya. Maka kemunculan laki-laki gagah perkasa ini yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlihatkan sikap membelanya
mati-matian itu menimbulkan sikap keharuan hatinya, apalagi mendengar betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki itu ketika melihat dia
teringat akan isterinya tercinta yang telah meninggal dunia, hatinya menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terharu sekali dan dia tidak tega untuk
menolak lagi. Di samping itu, juga ada rasa sungkan dan malu-malu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hati wanita ini karena dia
seperti mendapat bisikan hatinya bahwa laki-laki penolongnya ini menaruh hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya dan rela membelanya dengan
taruhan nyawa! Hal ini bukan membuat dia merasa bangga dan girang seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mungkin akan dirasakannya jika dia
masih seorang gadis muda, melainkan mendatangkan rasa sungkan dan malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga pelayaran itu dilanjutkan
dengan diam-diam karena Liu Bwee merasa sukar sekali untuk membuka mulut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Beberapa jam berlalu dengan sunyi.
Akhirnya Ouw Sian Kok yang merasa tidak tahan berkata, "Toanio, aku mohon<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maaf sebanyaknya kalau semua ucapanku
yang sudah-sudah menyinggung perasaanmu." Liu Bwee menggigit bibirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Laki-laki ini, yang gagah perkasa dan
budiman harus diakuinya memiliki sifat jantan dan rendah hati. "Tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang harus dimaafkan," katanya
lirih. "Toanio marah kepadaku?" sejenak kemudian Ouw Sian Kok
bertanya lagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali ini dia tidak dapat menahan
keinginan hatinya lagi untuk tidak menengok dan menatap wajah wanita itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kebetulan sekali pada saat itu Liu Bwee
juga memandang kepadanya. Sedetik dua pasang mata itu bertemu bertemu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi Liu Bwee segera mengalihkan
pandang matanya dan menjawab dengan gerakan kepalanya menggeleng.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jawaban ini cukup bagi Ouw Sian Kok.
Dengan wajah berseri dan suara gembira dia berkata, "Aku girang bahwa kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak marah kepadaku, Toanio."
Perahu didayungnya kuat-kuat dan perahu itu meluncur cepat sekali menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tujuan, yaitu Pulau Es yang biarpun
tidak pernah didatanginya, namun sudah diketahui di mana letaknya, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sering kali dalam perantauannya dia
memandang pulau itu dari jauh. Kegembiraan besar seperti yang belum pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dialaminya selama lima belas tahun ini
memenuhi hatinya. Kalau saja tidak ada Liu Bwee di situ, kalau saja dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak merasa malu, tentu dia akan
bernyanyi dengan riang sebagai peluapan rasa gembiaranya. Dua hari dua malam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meeka melakukan pelayaran, kalau lapar
mereka makan ikan panggang di atas perahu dan minum air es yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengambang di atas permukaan laut.
Akhirnya tibalah mereka di Pulau Es dan dari jauh saja sudah kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbedaan pulau itu yang amat
mengherankan Liu Bwee. "Mengapa begitu sunyi? dan begitu bersih licin?
Ouw-twako,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepatlah mendarat, kurasa telah terjadi
apaapa di sana," katanya dengan jantung berdebar, tidak saja karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat pulau di mana dia di besarkan
sejak kecil itu akan tetapi juga tegang hatinya membayangkan pertemuannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suaminya dan dengan selir
suaminya. Setelah perahu menempel di pulau, Liu Bwee meloncat ke darat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jantungnya berdebar tegang, akan tetapi
kini disertai rasa khawatir. Pulau Es berubah bukan main. Mengapa tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak seorang pun? Tak lama kemudian
dia berlari diikuti Ouw Sian Kok yang sudah mengikat perahunya. Pria ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun terheran-heran mengapa pulau yang
terkenal sekali di Pulau Neraka sebagai kerajaan itu kelihatan begini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi senyap. Ketika mendekati sebuah
tanjakan dan tampak Istana Pulau Es, Liu Bwee mengeluarkan seruan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertahan dan mukanya menjadi pucat
sekali . "Apa.... apa yang terjadi.....? Dan bangunan-bangunan mereka.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa lenyap? Hanya tinggal istana
yang kosong dan rusak..... ahhh..." Terhuyung-huyung Liu Bwee berlari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendekati istana, tetapi diikuti oleh
Ouw Sian Kok yang merasa khawatir sekali. Seperti seorang mabok, Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak-teriak memanggil orang-orang
dan berlari memasuki istana yang sudah kosong itu, diikuti oleh Ouw Sian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kok yang juga merasa heran. Akan tetapi
laki-laki ini segera dapat menduga apa yang telah terjadi. "Ke mana...?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka semua ke mana ....?" Liu
Bwee berdiri di tengah ruangan istana yang dahulu begitu megah dan kini kosong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sunyi itu. Melihat wajah yang pucat
itu, mata yang terbelalak liar, Ouw Sian Kok cepat meloncat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memegang lengan Liu Bwee, ditariknya
keluar dari istana. Setelah tiba di luar istana, Ouw Sian Kok berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suaranya tegas dan penuh rasa iba,
"Liu-toanio, kuatkanlah hatimu. Ingatlah apa yang telah kita alami di
pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kosong itu. Badai itu hebat bukan main,
selama hidupku belum pernah mengalami badai sehebat itu. Pulau Es ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak begitu jauh dan melihat hebatnya
badai, tidak salah lagi bahwa pulau ini pun dilanda badai." Bagaikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kilat cepatnya gerakan Liu Bwee ketika
dia membalikan tubuh memandang pria itu, matanya terbelalak. "Ahhh....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kau benar....! Badai itu! Pulau Es
diamuk badai dan disapu bersih oleh badai. Ya Tuhan....!" Liu Bwee
mendekap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mukanya dengan kedua tangan,
menjatuhkan diri berlutut di atas es dan menangis sesenggukan. "Aku khawatir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, Tonio, bahwa tidak hanya
benda-benda yang disapu bersih dari permukaan pulau ini, melainkan juga para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuninya. kalau ada penghuninya yang
selamat, mustahil mereka meninggalkan pulau. Siapa yang mampu melawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedahsyatan badai seperti itu?"
"Kau benar... ah... suamiku.... aihhh, semua saudaraku di Pulau Es,
benarkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian tewas semua? Benarkah ini?
Ataukah hanya mimpi...?" Seperti orang kehilangan ingatan Liu Bwee
mendekati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana, meraba-raba tembok istana dan
berbisik-bisik. Melihat ini Sian Kok merasa kasihan sekali akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia maklum akan kehancuran hati
bekas permaisuri Raja Pulau Es itu, dia hanya memandang dan menjaga,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendiamkannya saja. "Ohhh....
mereka semua tewas? Semua tewas....? Siapa percaya.... suamiku begitu gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa, berilmu tinggi, tak mungkin
dia tewas oleh badai...." Liu Bwee berbisik-bisik dan meraba-raba tembok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah dia hendak bertanya dan
mencari keterangan kepada dinding batu itu. Tiba-tiba jari tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyentuh huruf-huruf terukir di situ.
Matanya terbelalak memandang dan bibirnya bergerak membaca tulisan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikenalnya benar, tulisan suaminya yang
dibuat dengan cara mengukir batu itu dengan jari tangannya! "Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Swat Hong, maafkan aku. Thian telah
menghukum aku dan membasmi Pulau Es. Pergilah kalian mencari wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahat itu, rampas kembali semua pusaka.
Dan Bu Ong bukanlah puteraku, dia keturunan Kai-ong."
"Ohhh....!!" Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee memejamkan matanya, kepalanya
seperti dipukuli orang dan pandang matanya berkunang. Dia cepat menekankan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tangannya pada dinding agar
jangan roboh, tidak tahu bahwa Sian Kok sudah meloncat ke dekatnya dan siap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolongnya. Pria ini membaca ukiran
huruf di dinding itu dan menggeleng-geleng kepalanya. Dia kagum sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Raja Pulau Es benar-benar hebat, dalam
saat terakhir melawan badai masih sempat menuliskan huruf secara itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Jelas bahwa badai telah membasmi
semua isi pulau ini, Toanio," katanya hati-hati. Liu Bwee tersadar.
Membuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata dan kebetulan sekali tangannya
meraba bekas cengkeraman jari tangan suaminya pada dinding batu. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, tak tertahankan lagi dia
sesenggukan. Dia pun dapat membayangkan apa yang terjadi. "Duhai
suamiku....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa kau menderita hebat...."
bisiknya diantara isak tangisnya. Sian Kok memandang bekas cengkeraman jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan itu dan dia pun dapat
membayangkan Han Ti Ong berusaha menahan dirinya dari seretan air dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram batu dinding. namun,
kekuatan badai yang amat dahsyat itu akhirnya menang dan tentu Raja itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diseret dan ditelan gelombang membadai,
lenyap dalam perut lautan. Liu Bwee menjatuhkan dirinya berlutut sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis. Kembali tangannya meraba
huruf-huruf di bawah. Agaknya huruf-huruf dibuat orang sambil berlutut pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan di dinding bawah ini juga terdapat
bekas cengkeraman jari tangan. Setelah mengusap matanya agar pandangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
matanya tidak tertutup air mata, dia membaca lagi, "Bwee-moi,
dosaku padamu terlalu besar, maka Thian menghukum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku. Selamat tinggal." Membaca
ini, Liu Bwee mengeluarkan suara menjerit lalu tergelimpang dan roboh pingsan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Untung Sian Kok cepat menyambarnya
sehingga kepalanya tidak sampai terbentur dinding batu. Sian Kok cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat tubuh wanita itu dan matanya
menyapu tulisan di bawah itu. Dia menghela napas dan membawa tubuh yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pingsan itu ke dalam istana dan
meletakannya ke dalam sebuah kamar. Ketika memeriksanya, dia memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyataan bahwa nyonya ini menerima
pukulan batin yang hebat sehingga keadaannya gawat. Dengan tergesa-gesa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sian Kok meninggalkan Liu Bwee, berlari
ke perahunya dan cepat mendayung perahunya menuju ke sebuah pulau dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memetik beberapa daun obat yang
dikenalnya. Tak lama kemudian dia sudah kembali ke Pulau Es, memasak obat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencekokan obat itu ke dalam mulut Liu
Bwee. Kemudian dia membantu nyonya itu dengan penyaluran sinkangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga semalam suntuk dia duduk
bersila di dekat Liu Bwee, mengerahkan tenaga agar tubuh nyonya yang pingsan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tetap hangat. Pada keesokan
harinya, Liu Bwee mengeluh dan sadar sehingga menggirangkan hati Sian Kok yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lupa akan keadaan dirinya sendiri yang
kehabisan tenaga dan mukanya pucat sekali. Setelah sadar dan teringat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi, Liu Bwee menangis sesenggukan,
dibiarkan oleh Sian Kok yang menganggap tangis itu sebagai obat mujarab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah tangiasnya mereda, Liu Bwee
teringat bahwa tahu-tahu dia berada di dalam kamar istana yang kosong itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maklumlah dia bahwa dia pingsan dan
dibawa ke tempat ini oleh Sian Kok. Dia mengangkat muka, menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangisnya dan memandang. Dia melihat
betapa pria itu pucat mukanya dan kelihatan lelah sekali, maka sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang ahli, dia dapat menduga
sebabnya. "Berapa lamakah aku pingsan di sini, Toako?" "Hemm,
semalam suntuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau pingsan, membuat hatiku gelisah,"
"Dan selama ini engkau menjagaku, mengerahkan sinkang untuk membantuku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan?" "Hemmm...., tak perlu
dibicarakan itu. Yang penting, engkau telah siuman kembali dan harap kau suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjaga kesehatanmu sendiri, jangan
terlalu menurutkan perasaan berduka. Toanio, dalam tulisan pesan suamimu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu disebut Sin Liong, siapakah
dia?" "Sin Liong adalah murid suamiku, seorang pemuda yang amat
baik," Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata sambil menghapus sisa air
matanya. "Kalau begitu, legakan hatimu, Toanio. Biarpun sangat boleh jadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suamimu, seperti semua penghuni Pulau
Es, disapu habis oleh badai, namun kurasa puterimu selamat dan baru-baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini datang pula ke pulau kosong
ini." Liu Bwee memandang dengan mata terbelalak. "Bagaimana engkau
bisa tahu?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aku melihat bekas tapak kaki
mereka, tapak kaki seorang wanita dan seorang pria, masih jelas membekas di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagian es yang membeku di atas sana,
dan aku juga menemukan ini." Ouw Sian Kok mengeluarkan sehelai saputangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hijau dan memeberikannya kepada Liu
Bwee. Liu Bwee menyambar saputangan itu dan kembali matanya yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengering mencucurkan air mata. Dia
mendekap saputangan itu dan berkata, "Benar, ini adalah saputangan
pengikat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rambut anaku! Di mana tapak-tapak kaki
itu, Toako? Ingin aku melihatnya!" Mereka lalu meninggalkan istana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menuju ke bagian atas dan benar saja,
tampak jelas bekas tapak kaki dua orang, kecil dan besar, tanda bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baru saja, mungkin paling lama kemarin,
ada dua orang datang ke pulau itu. Seorang laki-laki dan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita. Siapa lagi kalau bukan Swat
Hong dan Sin Liong? "Tidak salah lagi, tentu anaku dan Sin Liong. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi di mana mereka sekarang? Aku
harus bertemu dengan puteriku, Ouw-twako." Ouw Sian Kok mengerutkan
alisnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tebal. "Mereka itu adalah
orang-orang muda yang lihai dan tentu mereka telah melihat pula tulisan berukir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dinding pesan suamimu. Dan tentu
mereka berusaha untuk mencari sampai dapat wanita bernama The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu." "Kalau begitu, aku akan
menyusul mereka, Toako. Tentu mereka melakukan pengejaran ke daratan
besar." Ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sian Kok mengangguk-angguk.
"Kukira dugaanmu tidak keliru. Akan tetapi, Toanio, pernahkah Toanio ke
daratan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar di barat sana?" Liu Bwee
menggeleng kepala tanpa menjawab, alisnya berkerut karena dia pun merasa
bingung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan khawatir, ke mana harus mencari
puterinya, padahal menurut penuturan yang didengarnya di Pulau Es, daratan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar amatlah luasnya, seluas lautan
yang tiada tepi. Melihat wajah wanita itu, Ouw Sian Kok merasa makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasihan dan dengan suara penuh semangat
dia berkata, "Toanio, jangan khawatir. Di dalam perantauanku, pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku mendarat di daratan besar dan
biarlah aku menemanimu mencari puterimu Han Swat Hong itu, sekalian menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penunjuk jalan." Berseri wajah Liu
Bwee dan dia memandang kepada laki-laki itu penuh harapan dan terima kasih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi mulutnya berkata, "Ahhh,
aku selalu menyusahkan Twako saja...." "Jangan berkata demikian,
Toanio.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku hidup sebatang kara, akan tetapi
aku adalah seorang pria. Sedangkan engkau seorang wanita yang masih muda,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana bisa harus hidup bersunyi diri
apalagi hendak mencari puterimu di daratan besar? Aku sudah merasa cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahagia kalau Toanio sudi
kutemani." "Tentu saja aku girang sekali dan banyak terima kasih atas
budimu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlimpah-limpah itu, Toako. Semoga
kelak Thian saja yang dapat membalasmu karena apakah dayaku untuk membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebaikanmu?" Dia menjadi terharu
sekali. Dahulu Liu Bwee adalah seorang wanita periang dan jenaka, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penderitaan batin membuat dia menjadi
perasa dan halus budi serta lemah. Ouw Sian Kok tidak menjawab, hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab dalam hatinya, "Pandang
matamu itu sudah merupakan pembalasan yang berlipat ganda bagiku."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Berangkatlah kedua orang ini
meninggalkan Pulau Es. Pelayaran yang amat sulit dan sukar, namun biarpun dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekas permaisuri Raja Pulau Es, Liu
Bwee di waktu kecil sudah kenyang bermain-main dengan perahu maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidaklah amat menderita bahkan dapat
membantu sehingga perjalanan dengan perahu mengarungi lautan luas itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan lancar. "Ha-ha-ha, kalian
ini kaki tangan An Lu Shan si Pemberontak Laknat, apakah tidak mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa adanya Cap-pwe Eng-hiong (Delapan
Belas Pendekar) dari Bu-tong-pai? kami adalah patriot-patriot sejati,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kalian menghendaki supaya kami
menyerah? sampai titik darah terakhir akan kami lawan kalian para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontak laknat!" Ucapan ini
keluar dari mulut seorang laki-laki berusia tiga puluh lebih yang bertubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi besar dan bersikap gagah
perkasa, mewakili tujuh belas orang adik-adik seperguruannya yang kesemuanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersikap gagah perkasa. Sedikit pun
delapan belas orang itu tidak memperlihatkan rasa takut biarpun mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikurung oleh sedikitnya lima puluh
orang prajurit yang berpakaian seragam dan bersenjata lengkap, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka mengejek dan menantang komandan
pasukan yang tadinya membujuk agar mereka menyerah dan membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergerakan An Lu Shan. Mereka terdiri
dari delapan belas orang, kesemuanya laki-laki yang bersikap gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa, berpakaian sederhana dan
rambut mereka digelung ke atas. Dengan pedang di tangan, mereka siap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi pengeroyokan lima puluh
lebih pasukan pemberontak An Lu Shan itu. Cap-pwe Eng-hiong atau Delapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Belas Pendekar dari Bu-tong-san ini adalah
murid-murid dari Kui Tek Tojin, Ketua Bu-tong-pai. Mereka termasuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para anggauta Bu-tong-pai yang
meninggalkan Bu-tong-pai ketika The Kwat Lin merebut kekuasaan. Biarpun mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan orang-orang gagah yang
berkepandaian tinggi, namun pada waktu itu The Kwat Lin merebut kekuasaan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai, mereka pun tidak dapat
berbuat sesuatu. The Kwat Lin adalah termasuk kakak seperguruan mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi wanita itu memiliki tingkat
ilmu kepandaian yang bahkan melebihi guru mereka sendiri, di samping<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyataan bahwa wanita itu telah
merampas tongkat pusaka Bu-tong-pai sehingga guru mereka dan para tokoh lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di Bu-tong-pai tidak dapat berkutik
lagi. Setelah The Kwat Lin melarikan diri karena gagalnya Swi Liang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana, para tokoh Bu-tong-pai dipimpin
oleh Kui Tek Tojin kembali ke Bu-tong-san dan kedatangan pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemerintah yang menyerbu Bu-tong-pai
mereka sambut dengan penjelasan yang menyadarkan pihak pemerintah. Namun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai akibatnya, Bu-tong-pai sekarang
mau tidak mau harus memperlihatkan "kebersihannya" dengan jalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu pemerintah menentang para
pemberontak. Hanya dengan cara inilah Bu-tong-pai dapat membuktikan kesetian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka kepada pemerintah dan karena itu
pula, delapan belas orang murid Kui Tek Tojin itu mulai turun tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentang pasukan-pasukan An Lu Shan
setiap kali terdapat kesempatan. An Lu Shan menjadi marah mendengar betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai yang dahulu merupakan
perkumpulan yang bebas, tidak membantu mana-mana dalam perang pemberontakan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini mulai membantu pemerintah, maka
dia lalu mengirim pasukan untuk membasmi Delapan Belas Pendekar Bu-tong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Demikianlah, pada hari itu, selagi
delapan belas orang itu menyelidiki kedudukan An Lu Shan di utara,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dikepung oleh pasukan itu dan
disuruh menyerah, akan tetapi tentu saja delapan belas orang pendekar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai itu tidak sudi menyerah,
bahkan siap untuk melawan mati-matian. Ucapan Song Kiat, Twa-suheng (Kakak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seperguruan Pertama) dari delapan belas
orang pendekar itu, mendatangkan kemarahan di hati komandan pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang segera mengeluarkan aba-aba dan
menyerbulah hampir enam puluh orang pasukan itu mengeroyok Cap-pwe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Eng-hiong. Terjadilah perang kecil yang
amat hebat dan segera delapan belas orang pedekar itu terkejut sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh kenyataan bahwa pasukan yang
mengeroyok mereka itu bukanlah pasukan biasa, melainkan pasukan pilihan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dipimpin oleh komandan yang
memiliki kepandaian tinggi dan para prajuritnya ratarata memiliki ilmu silat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lumayan. Mereka melawan dengan
mati-matian, bantu-membantu dan memutar pedang mereka dengan pengerahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seluruh tenaga dan kepandaian mereka.
Tidak percuma delapan belas orang ini dijuluki Cap-pwe Eng-hiong karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan mereka memang cepat dan tangkas
serta kuat sekali, sehingga biarpun dikeroyok oleh lawan yang jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih banyak jumlahnya, yaitu setiap
orang dikeroyok oleh tiga empat orang lawan, mereka mempertahankan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan baik, bahkan lewat tiga puluh
jurus, mulailah ada lawan yang berjatuhan dan terluka parah oleh pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cap-pwe Eng-hiong yang mengamuk itu.
Dengan gagah perkasa ke delapan belas orang itu mengamuk dan mendesak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan An Lu Shan. Berturut-turut
robohlah pihak lawan sehingga tempat itu mulai ternoda darah merah dan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para perajurit yang terluka malang
melintang menghalangi kaki mereka yang masih bertempur. Diantara lima puluh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih orang perajurit itu, sudah ada
dua puluh lebih yang roboh, bahkan komandannya juga sudah terluka oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambaran pedang di tangan Song Kiat.
Kemenangan yang sudah tampak di depan mata ini menambah semangat Cap-pwe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Eng-hiong, mereka bergerak makin ganas
dan cepat dengan niat membasmi semua musuh dan tidak membiarkan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun meloloskan diri. Akan tetapi,
tiba-tiba terdengar sorak sorai dan muncullah kurang lebih seratus orang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah pasukan An Lu Shan yang baru tiba dan
serta mereta mereka itu menerima aba-aba untuk menyerbu dan membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kawan-kawan mereka. Kedatangan pasukan
baru yang lebih besar lagi jumlahnya ini mengejutkan hati Cap-pwe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Eng-hiong yang tidak
menyangka-nyangkanya, namun bukan berarti bahwa mereka menjadi gentar, bahkan
menambah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegembiraan mereka mengamuk sungguhpun
sekali ini mereka segera terkurung dan terdesak hebat karena jumlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh jauh lebih besar. Pertempuran
yang berat sebelah itu terjadi di daerah pegunungan yang amat sunyi, jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari perkampungan, jauh dari dunia
ramai. Akan tetapi pada saat pasukan kedua datang menyerbu, di tempat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul pula dua orang yang menonton
pertempuran itu dengan alis berkerut dan pandang mata ngeri. Mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah seorang laki-laki dan seorang
wanita yang bukan lain adalah Ouw Sian Kok dan Liu Bwee! Mereka berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Pulau Es, telah mendarat
di daratan besar dan telah melakukan perjalanan berhari-hari sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada hari itu mereka tiba di pegunungan
utara ini. Sebagai orang-orang yang sejak kecil tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyaksikan perang, kini penglihatan di
depan itu sungguh amat tidak menyenangkan, juga amat mengherankan hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka. "Betapa buasnya
mereka....!" Liu Bwee berkata lirih. "Hemm, memang sudah banyak
kudengar bahwa manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dunia ramai, di daratan besar ini,
lebih buas daripada binatang-binatang hutan. Manusia-manusia saling bunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara sesamanya, dan sekarang kita
melihat perang yang begini ganas kejam...." "...dan licik
sekali!" Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambung. "Jumlah yang amat
banyak mengeroyok jumlah sedikit, benar-benar tidak mengenal arti kegagahan
sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali." "Jika tidak keliru
dugaanku, yang berjumlah banyak itu tentulah anggauta pasukan, lihat pakaian
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang seragam, sedangkan delapan belas
orang itu benar-benar harus dipuji kegagahan mereka, biarpun dikeroyok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak dan didesak hebat, melawan terus
dan sedikit pun tidak kelihatan gentar." "Pikiranmu cocok dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikiranku, Toako. Memang mereka itu
mengagumkan dan karena itu, mari kita bantu mereka." "Cocok, Toanio.
Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemah harus kita bantu. Mari....!"
Ouw Sian Kok dan Liu Bwee lalu meloncat ke depan dan terdengarlah suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melengking tinggi keluar dari mulut
kedua orang ini. Begitu mereka menyerbu, dalam segebrakan saja Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobohkan empat orang dengan kaki
tangannya sedangkan Ouw Sian Kok merobohkan enam orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilemparlemparkan seperti orang
membuang rumput-rumput kering saja! Pasukan menjadi geger dan delapan belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pendekar itu melirik dan menjadi
kagum dan girang sekali karena sekilas pandang saja maklumlah mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa laki-laki dan wanita asing yang
tiba-tiba membantu mereka itu adalah orang-orang yang luar biasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lihainya! Seorang komandan pasukan
menerjang Ouw Sian Kok dengan tombaknya, sebatang tombak bergagang panjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dihias ronce merah, sebuah tombak
pusaka yang baik sekali. Tombak itu meluncur dan berdesing, menusuk perut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Sian Kok. Laki-laki ini kagum
melihat mata tombak yang mengeluarkan cahaya, cepat ia miringkan tubuh sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengayun kaki dan tangannya merobohkan
dua orang pengeroyok lain, kemudian secepat kilat menangkap tombak itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kedua tangan, lalu menggerakan
sinkang membetot dan membalikan tombak sehingga gagang tombak terlepas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari pegangan pemiliknya dan gagang
tombak itu terus menghantam tengkuknya membuat komandan itu terjungkal! Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee yang juga dikeroyok banyak sekali
orang sudah berhasil merampas sebatang pedang yang dianggapnya cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik dan dengan pedang ini dia
mengamuk, setiap senjata lawan yang bertemu dengan pedangnya tentu patah atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlempar dari pegangan pemiliknya, dan
tangan kiri serta kedua kakinya merobohkan setiap lawan yang berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerangnya. Amukan kedua orang dari
Pulau Es dan Pulau Neraka ini amat hebat, dalam belasan gebrakan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak kurang dari tiga puluh orang
anggauta pasukan telah roboh. Hal ini tentu saja menimbulkan kegemparan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membesarkan hati delapan belas orang
pendekar, akan tetapi membuat jerih sisa anggauta pasukan. Akhirnya, sisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasukan merasa tidak kuat dan melarikan
diri meninggalkan teman-teman yang terluka! Delapan belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendekar itu berdiri berjajar, beberapa
orang di antara mereka menderita luka-luka ringan dan kelihatanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa gagahnya mereka, sedikit pun
tidak kelihatan menderita ketika mereka berdiri berjajar di depan kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu. Song Kiat mewakili
saudara-saudaranya, menjura kepada Ouw Sian Kok dan Liu Bwee, diturut oleh
tujuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belas orang saudara seperguruannya dan
dia berkata, "Kami delapan belas orang seperguruan dari Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghaturkan banyak terima kasih kepada
Ji-wi Taihiap dan Lihiap yang telah menyelamatkan kami dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyokan anjing-anjing pemberontak
itu. Bolehkan kami mengetahui nama Ji-wi yang mulia?" Liu Bwee hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang dan menyerahkan jawabannya
kepada Ouw Sian Kok yang sudah mengelus jenggotnya dan tertawa. "Cuwi amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah perkasa, dan bantuan kami berdua
tadi tidak ada artinya, Melihat Cuwi dikeroyok, kami berdua menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gatal tangan dan maafkan kalau kami
mencampuri. Hal ini tidak perlu dibicarakan lagi dan tidak perlu kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperkenalkan nama hanya ingin kami
ketahui, siapakah pasukan itu dan mengapa Cuwi bentrok dengan mereka ?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Delapan belas orang itu saling pandang,
kemudian memandang Ouw Sian Kok dengan pata terbelalak heran. Bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka tidak akan merasa heran
mendengar kata-kata Ouw Sian Kok yang menunjukkan bahwa dua orang perkasa ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali tidak mengenal keadaan sehingga
tidak tahu bahwa pasukan itu adalah pasukan pemberontak An Lu Shan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat kehebatan ilmu silat mereka,
Song Kiat dan para sutenya menduga bahwa tentu kedua orang ini adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertapa-pertapa sakti yang baru saja
turun gunung sehingga sama sekali tidak mengerti akan keadaan dunia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Timbul keinginan mereka untuk mengajak
dua orang sakti ini membantu perjuangan mereka, selain mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali nama Bu-tong-pai yang telah
dirusak oleh The Kwat Lin, juga berbakti kepada negara menentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontakan. "Agaknya Ji-wi
tidak tahu akan keadaan di kota raja," Song Kiat berkata. "Kami
adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid-murid Butong- pai yang membantu
pemerintah untuk menghadapi para pembeontak. Pasukan tadi adalah pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontak yang dipimpin oleh Jenderal
An Lu Shan. Kami bertugas menyelidiki kedudukan An Lu Shan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kabarnya kini berpusat di Telaga Utara,
akan tetapi baru tiba di sini kami telah dikeroyok oleh pasukaan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat kesaktian Ji-wi, demi
keselamatan negara dan bangsa, kami mohon sudilah kiranya Ji-wi membantu usaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyelidikan kami itu." Ouw Sian
Kok mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala. "Kami berdua tidak ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlibat ke dalam permusuhan dan kami
sama sekali tidak mengerti dan tidak mengenal siapa itu An Lu Shan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontakannya. Kalau tadi kami turun
tangan membantu adalah karena kami tidak senang melihat jumlah kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikeroyok oleh jumlah banyak. Selain
itu, kami pun mempunyai sedikit keperluan untuk bertanya kepada Cuwi."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kecewa rasa hati Song Kiat mendengar
bahawa dua orang sakti itu tidak mau mencamuri urusan pemerintah, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi karena mereka berdua sudah
menyelamatkan mereka semua dari bahaya maut, dia menyembunyikan kekecewaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan menjawab dengan ramah,
"Silahkan Taihiap kalau hendak bertanya sesuatu tentu kami akan berusaha
memberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keterangan sejelasnya dan
sedapatnya." "Kami hanya ingin menanyakan kalau-kalau Cuwi pernah
bertemu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pemuda dan seorang pemudi yang
bernama Han Swat Hong. Kami berdua sedang mencari mereka itu dan kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan merasa berterima kasih sekali
andaikata di antara Cuwi ada yang pernah melihat mereka itu." Delapan
belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pendekar itu saling pandang dan
masing-masing mengangkat pundaknya. Tak seorang pun di antara mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah mendengar dua nama yang
ditanyakan itu. "Maaf, Taihiap. Agaknya di antara kami tidak ada yang
pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar nama itu, akan tetapi
namanama itu telah kami catat dalam hati dan kami akan mencarinya. Hanya kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah kami dapat, ke manakah kami harus
melapor kepada Ji-wi?" Liu Bwee menarik napas panjang. "Sudahlah,
kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mengenal sudah saja. Akan tetapi
kalian adalah orang-orang Bu-tong-pai, apakah kalian mengenal seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh Bu-tong-pai yang bernama The Kwat
Lin?" Seketika wajah delapan belas orang itu berubah mendengar ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka terkejut bukan main karena tidak
menyangka-nyangka bahwa wanita perkasa itu akan menyebut nama iblis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betina yang menjadi musuh besar
Bu-tong-pai itu! Timbul kekhawatiran di hati mereka. Dua orang ini memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesaktian yang luar biasa, sama dengan
The Kwat Lin dan wanita ini mengenal The Kwat Lin, tentulah segolongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan The Kwat Lin! Akan tetapi, Song
Kiat memiliki pendapat lain. Dua orang ini terang sekali berbeda dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin dan mereka berdua telah
membuktikan kegagahan mereka dengan membantu yang lemah tertindas, biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belum mengenal. Maka dengan berani,
berbeda dengan sute-sutenya yang berpendapat untuk tidak mengaku kenal The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin, Song Kiat melangkah maju,
menjura kepada Liu Bwee sambil bertanya, "Sebelum saya menjawab, bolehkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saya bertanya apakah Lihiap sahabat
dari wanita bernama The Kwat Lin itu?" Liu Bwee membelalakan matanya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinar matanya berapi-api.
"Sahabat? Apa kau gila? Kalau bertemu, aku akan membunuh iblis betina itu!"
Mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, serta merta Song Kiat menjatuhkan
diri berlutut diturut oleh tujuh belas orang sutenya sehingga Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Ouw Sian Kok menjadi terkejut dan
terheran-heran. "Apa... apa artinya ini?" Liu Bwee membentak.
"Maafkan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami berlutut saking girang dan terharunya
hati kami mendengar ucapan Lihiap tadi. Kami sudah merasa khawatir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali kalau-kalau Jiwi mempunyai
hubungan baik dengan The Kwat Lin. Kiranya iblis betina itu adalah musuh Jiwi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kami merasa mendapatkan bantuan
untuk menghadapinya, karena iblis betina itu adalah musuh besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai." "Ahhh...!
Bukankah dia dahulu anak murid Bu-tong-pai? Bagaimana kalian bisa mengatakan
bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh besar Bu-tong-pai?" Liu Bwee
yang dahulu sudah mendengar riwayat The Kwat Lin bertanya sambil memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh selidik. "Benar, ucapan
Lihiap. The Kwat Lin sebenarnya masih terhitung Suci (Kakak Perempuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seperguruan) kami sendiri karena dia
adalah seorang di antaraCap-sha Sin-hiap (Tiga Belas Pendekar),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid-murid dari Supek kami almarhum
Kui Bhok Sanjin. Akan tetapi setelah selama belasan tahun dia menghilang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa bulan yang lalu pada suatu
hari dia muncul bersama seorang puteranya dan dia menggunakan kepandaiannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang luar biasa menundukan Suhu kami,
Ketua Bu-tong-pai yang sah, bahkan telah merampas tongkat pusaka lambang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekuasaan Ketua Bu-tong-pai. Iblis
betina itu merampas Bu-tong-pai dan mengangkat diri sendiri menjadi Ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai....." "Ahhh....!
Benar-benar iblis dia!" Liu Bwee memaki. "Dia becita-cita untuk
merampas kerajaan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu mengirim murinya menyelundup ke
istana akan tetapi ketahuan dan muridnya itu dihukum mati. Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegagalan ini, the Kwat Lin menjadi
buruan pemerintah dan dia kini telah melarikan diri dari Bu-tong-pai yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini telah dikuasai pula oleh Suhu
kami. Karena perbuatan The Kwat Lin itulah, hampir saja Bu-tong-pai dibasmi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh pemerintah dan untuk membuktikan
kesetiaan kami terhadap pemerintah, kini Bu-tong-pai membantu pemerintah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi pemberontak An Lu
Shan." Ouw Sian Kok mengangguk-angguk. "Hemmm, kiranya itulah yang
menyebabkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian bentrok dengan pasukan An Lu
Shan hari ini." "Di manakah adanya The Kwat Lin sekarang?" Liu
Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya. Ingin dia bertemu dengan The
Kwat Lin, membalas kejahatan madunya itu dan merampas kembali pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es seperti dipesan oleh suaminya
dengan huruf ukiran di dinding istana Pulau Es itu. Apalagi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bantuan Ouw Sian Kok, dia yakin akan
dapat membalas dendam kepada madunya yang jahat itu. "Kami rasa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersembunyi di Rawa Bangkai dan kalau
saja kami sudah selesai dengan tugas kami di Telaga Utara, tentu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senang hati kami menemani Jiwi menyerbu
ke sana." "Rawa Bangkai? Di mankah itu? Tempat apakah itu" Liu
Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendesak penuh semangat karena dia
merasa girang bisa memperoleh keterangan di mana adanya musuh besarnya itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Rawa Bangkai adalah sebuah
temapat yang amat berbahaya dan tidak ada orang berani mengunjunginya karena
banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah binatang dan manusia tewas secara
mengerikan ketika berada di dekat tempat itu. Konon kabarnya dahulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak terdapat bangkai binatang dan
mayat manusia di rawa itu sehingga diberi nama Rawa Bangkai. Majikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu adalah seorang di antara
datuk-datuk kaum sesat yang berjuluk Kiam-mo Cai-li, seorang wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat lihai dan merupakan iblis betina
yang ditakuti. Kiam-mo Cai-li telah menjadi sekutu The Kwat Lin dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya sebagai orang buruan dia
melarikan diri bersama puteranya ke tempat itu. Akan tetapi, amatlah berbahaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagi orang-orang asing seperti Jiwi
untuk mendatangi tempat berbahaya itu. Kalau Jiwi sudi bersabar sampai kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelesaikan tugas kami di Telaga
Utara, tentu dengan senang hati kami akan membantu Jiwi, karena The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga merupakan musuh besar kami."
Liu Bwe dan Ouw Sian Kok saling pandang dan ternyata di antara kedua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini sudah terdapat saling pengeritan
yan mendalam sehingga bentrokan pandang mata mereka saja sudah cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi pengganti kata-kata
perundingan. Liu Bwee mengangguk dan terdengan Ouw Sian Kok berkata, "Baiklah
kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdua akan membantu Cuwi menyelidiki
Telaga Utara, karena biarpun kami tidak mempunyai urusan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontakan An Lu Shan, setelah tadi
kami membantu Cuwi, berarti kami juga dimusuhi tentu saja oleh mereka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah kami membantu Cuwi ke Telaga
Utara, harap kelak Cuwi suka membantu menjadi petunjuk jalan kami ke Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkai." Berseri wajah delapan
belas orang itu dan mereka segera menyatakan setuju. Tentu saja hati mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girang bukan main. Tempat yang
dijadikan markas rahasia oleh An Lu Shan merupakan tempat yang amat sulit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikunjungi, merupakan tempat yang
berbahaya sekali dan kabarnya amat sukar memasuki daerah Telaga Utara itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kini, dengan bantuan kedua orang sakti
ini, hati mereka menjadi besar karena bantuan mereka berdua akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempermudah penyelesaian tugas mereka.
Berangkatlah delapan belas orang itu mengiringkan Liu Bwee dan Ouw Sian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kok menuju ke Telaga Utara yang
terletak di dekat tembok besar di utara dan tempat ini merupakan tempat rahasia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari An Lu Shan di mana An Lu Shan
mengumpulkan orang-orang gagah untuk membantunya. Di sepanjang jalan, Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee dan Ouw Sian Kok mendengar banyak
penuturan delapan belas pendekar Bu-tong-pai itu tentang orangorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw dan tentang pemberontakan An
Lu Shan yang mengancam keamanan hidup rakyat jelata. Melihat semangat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepahlawanan delapan belas orang ini,
tergeraklah hati Liu Bwee mengingat bahwa dia adalah permaisuri Han Ti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
Ong dan suaminya juga berdarah keluarga Kaisar di daratan besar, maka
dia pun mulai bersemangat untuk membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menghadapi An Lu Shan. Telaga
Utara merupakan telaga yang kecil saja, bergaris tengah paling banyak dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> li dan tengahnya terdapat sebuah pulau
yang dihubungkan dengan pinggir telaga dengan jembatan buatan. Di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau inilah berdiri sebuah gedung yang
menjadi tempat pertemuan bagi An Lu Shan dan para pembantunya, jika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak mengadakan perundingan dengan
para tokoh kang-ouw yang berilmu tinggi untuk membagi-bagi tugas kerja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biarpun telaga itu tidak berapa besar,
namun letaknya di antara puncak-puncak gunung sehingga amat sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikunjungi orang, apalagi puncak di
mana telaga itu berada, merupakan puncak yang dikelilingi jurang-jurang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat curam sehingga bagi orang luar
yang tidak mengenal jalan, merupakan suatu ketidak mungkinan untuk datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke telaga itu. Berbeda dengan
pertempuran-pertempuran resmi, jika mengunjungi telaga ini, An Lu Shan
berpakaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti rakyat biasa dan tidaklah
dikawal oleh pasukan pengawal melainkan oleh belasan orang pengawal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpakaian preman pula sehingga
kelihatannya seperti sedang berpesiar. Akan tetapi, setiap pengawal-pengawal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pilihan yang berilmu tinggi, danpara
orang kang-ouw yang mengadakan pertemuan di Telah Utara itu adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rata-rata orang lihai, baik dari
golongan sesat maupun dari golongan bersih yang membantu An Lu Shan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pamrih masing-masing. Sebagian besar yang
datang dari golongan besih adalah orang-orang kang-ouw yang menaruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dendam kepada kerajaan, dan ada pula
yang menganggap bahwa pemberontakan An Lu Shan adalah benar karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentang raja lalim yang hanya tahu
bersenangsenang dengan selir Yang Kui Hui saja tanpa menghiraukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesengsaraan rakyat sehingga mereka
menganggap pemberontakan itu sebagian perjuangan para patriot yang membela<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangsa, kebenaran dan keadilan. Tentu
saja yang datang dari golongan sesat lain lagi pamrih atau dasar tindakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka yang membantu An Lu Shan. Ada
yang ingin memperoleh keuntungan harta benda, ada yang menginginkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukan dan kemuliaan. An Lu Shan
biarpun kelihatannya kasar, namun selain merupakan seorang jenderal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ahli dalam ilmu perang, juga merupakan
seorang yang amat cerdik. Tentu saja dia pun tahu akan dasar dan pamrih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terkandung dihati para orang
pandai yang membantunya, namun dia pura-pura tidak tahu karena pada waktu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia amat membutuhkan tenaga mereka.
Tentu saja dia pun sudah bersiap-siap untuk menghadapi semua pamrih mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan siapa pun yang merasa dapat
mengelabuhi An Lu Shan akan kecelik sekali! Biarpun dia merasa aman kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di Telaga Utara, akan tetapi
kesukaran mencapai puncak ini bukan merupakan hal yang membuat An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi lengah. Diam-diam, secara
sembunyi, dia menaruh mata-mata dan penjaga yang melakukan penjagaan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekitar pegunungan itu secara sembunyi
untuk mengikuti setiap gerak-gerik orang yang menuju ke Telaga Utara,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga membayangi gerak-gerik para tokoh
kang-ouw yang katanya menjadi pembantu An Lu Shan. Apalagi kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri sedang berada di gedung di
telaga itu, penjagaan secara sembunyi dilakukan dengan ketat sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikianlah, ketika delapan belas orang
pendekar Bu-tong bersama Liu Bwee dan Ouw Sian Kok pada pagi hari itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba dipegunungan ini, gerak-gerik
mereka telah diamat-amati para penjaga rahasia itu dari jauh dan bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah ada penjaga yang cepat lari ke
telaga untuk memberi laporan. An Lu Shan yang mendengar bahwa ada dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puluh orang yang gerak-geriknya lincah
dan merupakan orang-orang asing menuju ke telaga, memberi perintah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada komandan pengawal agar
membayangi saja dua puluh orang itu. "Hendak kulihat bagaimana mereka akan
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengunjungi telaga tanpa mengetahui
jalan rahasia kita," katanya. "Dan biarpun mereka kalau bisa memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telaga, setelah mereka masuk, potong
jalannya agar mereka tidak dapat keluar pula." Demikian perintahnya. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali tidak merasa gentar karena
barisan terpendam yang melindungi berjumlah tidak kurang dari seratus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang, sedangkan lima belas orang pengawal
pilihan selalu mendapinginya, belum lagi dua puluh lebih orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw yang menjadi sekutunya dan
yang tentu akan siap membantunya jika ada bahaya mengancam. Apa artinya dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puluh orang itu? Akan tetapi dia tidak
mau memerintahkan membasmi mereka karena dia harus tahu lebih dulu siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dan apa kehendak mereka
mengunjungi Telaga Utara. "Bagaimana mungkin menuju ke dataran di depan
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau dikelilingi jurang selebar dan
securam ini?" Liu Bwee bertanya dengan penuh keraguan ketika mereka semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri didepan jurang yang ternganga
lebar di depan mereka. Jurang itu lebarnya kurang lebih dua puluh lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meter dan curam sehingga melompati
jurang ini mendatangkan ancaman bahaya maut yang mengerikan. Tanpa bersayap,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana mungkin orang melompatinya begitu
saja? Ouw Sian Kok mengerutkan alisnya. "Apakah semua keliling gunung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini di halangi jurang seperti
ini?" Song Kiat orang tertua dari Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong, mengangguk.
"Kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menyelidiki tempat ini dengan
seksama dan memang telaga di gunung itu dikelilingi olrh jurang-jurang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagian yang paling sempit hanya bagian
ini, maka kita harus menyeberang melalui tempat ini." "Hemm,
bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> caranya kalian hendak
menyeberang?" tanya Ouw Sian Kok penuh keraguan. Dia sendiri yang memiliki
kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh melampaui mereka, merasa ragu-ragu
untuk mempertaruhkan nyawa meloncati jurang selebar ini. "Rintangan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah kami pelajari dan perhitungkan
masak-masak sebelum kami berangkat ke sini, Taihiap. Harap jangan khawatir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena kami telah memperoleh akal untuk
menyeberang. Kalau kita turun ke jurang kemudia merayap naik, amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sukar dan lebih berbahaya, maka jalan
satu-satunya adalah membuat jembatan manusia dari sini ke seberang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurang." "Jembatan manusia?
Apa maksudmu dan bagaimana caranya?" tanya Liu Bwee. "Harap Lihiap
jangan khawatir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena kami sudah melatih diri dan
berhasil baik. Kalau jembatan sudah terbentuk, harap Taihiap dan Lihiap suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyeberang lebih dulu dan melindungi
kami di seberang sana." "Baik, lekas kerjakan sebelum tampak ada
penjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di seberang!" kata Ouw Sian Kok.
Dengan hati kagum Liu Bwee dan Ouw Sian Kok menyaksikan betapa delapan belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pendekar itu beraksi. Seorang di
antara mereka, yang betubuh tinggi besar dan jelas membayangkan tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hebat, berdiri di tepi jurang,
memasang kuda-kuda dan mengarahkan Tenaga Sakti Ban-kin-liat sehingga kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakinya seolah-olah berakar di dalam
tanah yang diinjaknya. Di dalam latihannya, apalagi orang berkaki kuat ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah memasang kuda-kuda seperti itu,
enam ekor kuda pun tidak akan mampu menarik kedua kakinya terlepas dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanah! Dia berdiri memasang
kuda-kudanya di belakang sebongkah batu yang menonjol sedikit dari dalam tanah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu yang merupakan batu raksasa
tertanam di tepi jurang itu. Kemudian, seorang saudaranya melompat dan berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di atas pundaknya. Disusul pula oleh
loncatan orang ke tiga dan ke empat sehingga mereka berdiri tersusun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masing-masing berdiri di pundak
saudaranya dengan tegak dan sedikit pun tidak bergoyang seolah-olah merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang pohon yang kokoh! Setelah itu,
orang ke lima merayap naik melalui tubuh empat orang saudaranya, terus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri di atas pundak orang yang
berada paling atas, disusul oleh orang ke enam yang berdiri di atas pundak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang ke lima dan demikian seterusnya
sampai ada tujuh belas orang berdiri susun menyusun amat tingginya, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedikit pun tidak bergoyang dan orang
yang berada paling bawah kelihatan tidak bergeming, seolah-olah beban<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> enam belas orang banyaknya itu tidak
terasa amat berat baginya! Kemudian atas aba-aba Song Kiat yang berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling atas, kaki maing-masing yang
tadinya menginjak pundak orang dibawahnya itu merosot ke belakang pundak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kedua betisnya ditangkap oleh kedua
tangan orang bawah, dan pada saat itu, susunan orang itu mendoyong ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan dan terus mendoyong dengan
cepatnya seperti akan runtuh ke dalam jurang. Orang ke delapan belas yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ikut naik tadi, kini membantu
orang paling bawah, memasang kuda-kuda dan memegangi kedua kaki orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbawah yang sudah mengait pada
tonjolan batu tadi. Melihat ini, Liu Bwee dan Ouw Sian Kok merasa cemas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. Mereka mulai mengerti bagaimana
cara mereka itu membentuk sebuah jembatan manusia, akan tetapi cara itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguh amat berbahaya, selain
membutuhkan ginkang dan sinkang yang kuat, ketangkasan yang terlatih, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membutuhkan nyali yang amat besar
karena sekali saja meleset atau sedikit saja salah perhitungan, bisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengakibatkan tewasnya delapan belas
orang itu terjerumus kedalam jurang! Kini susunan orang itu telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melintang dan orang teratas telah
berhasil mencapai seberang dan menyambar akar pohon yang amat kuat, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri di seberang. Maka jadilah
"jembatan" istimewa itu! Sunguh merupakan demonstrasi ketangkasan
yang luar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa dan berbahaya bukan main! Sejenak
Liu Bwee dan Ouw Sian Kok tercengang, penuh keheranan dan kagum. Baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka sadar ketika terdengar suara
orang yang memegangi kaki orang terbawah tadi, "Taihiap dan Lihiap,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silahkan menyeberang lebih dulu agar
dapat melindungi kami di seberang sana!" Kata-kata ini menyadarkan kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu dan ketika Liu Bwee memandang
kepada Ouw Sian Kok, putera Ketua Pulau Neraka ini mengangguk. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tombak rampasan di tangannya, Ouw Sian
Kok tanpa ragu-ragu lagi lalu melangkah dan "Menyeberang" melalui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jembatan manusia yang sambung
menyambung dan menelungkup itu sambil mengerahkan ginkangnya. Dia melangkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan cekatan dan ringan sekali
sehingga tak lama kemudian Ouw Sian Kok telah tiba di seberang sana, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melambaikan tangannya kepada Liu Bwee
yang memandang dengan kagum. Setelah melihat betapa Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyeberang Liu Bwee lalu mencontoh
perbuatan temannya itu. Dengan pedang rampasan di tangan kanan, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatihati sambil mengerahkan ginkangnya,
Liu Bwee mulai menyeberangi "jembatan" istimewa itu dan melangkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil mengatur keseimbangan tubuhnya.
Betapapun lihainya, Liu Bwee tidak berani menengok ke bawah karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa ngeri juga! Akhirnya dia
berhasil mencapai tepi seberang dan meloncat ke bawah pohon dekat Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil berkata, "Mereka
benar-benar merupakan pendekar- pendekar yang mengagumkan." Ouw Sian Kok
mengangguk dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa girang bahwa dan Liu Bwee telah
mengambil keputusan untuk membantu delapan belas orang gagah ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah dua orang itu menyeberang
dengan selamat, orang ke delapan belas yang berada paling belakang, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan suara teriakan sebagai
isyarat kepada saudara-saudaranya, kemudian orang terakhir juga memegangi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua betis orang ke tujuh belas dan
melompat ke bawah jurang! Liu Bwee hampir menjerit karena ngerinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyaksikan betapa jembatan manusia itu
seolah-olah putus di ujung sana dan kalau tadi ketika membentuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jembatan mereka saling berdiri di
pundak orang di bawahnya, kini mereka saling bergantungan pada kaki orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berada di atasnya. Yang mengerikan
adalah ketika susunan orang yang delapan belas banyaknya ini meluncur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke bawah dari ujung sana dan agaknya
akan terbanting hancur pada dinding karang di seberang sini. Namun, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cekatan dan terlatih, maasing-masing
kini hanya merangkul kedua kaki teman di atas dengan sebuah lengan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedangkan tangan yang bebas
dipergunakan untuk mendorong ke depan, ke arah dinding karang ketika tubuh
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhayun dekat dinding. Akhirnya,
selamatlah rangkaian orang ini tergantung di sepanjang dinding karang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini yang paling berat baginya adalah
Song Kiat karena dia merupakan orang pertama paling atas yang mengunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekuatan kedua tangannya, bergantung
pada akar pohon dan menahan berat tujuh belas orang sutenya itu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergantung pada kakinya! Pantas saja
twasuheng ini menjadi orang pertama karena memang tugasnya paling berat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan ji-suheng (kakak seperguruan ke dua
belas) dari delapan orang pendekar itulah yang menjadi orang terakhir,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yaitu Si Tinggi Besar tadi. Ouw Sian
Kok mengangguk kagum ketika bersama Liu Bwee dia melihat betapa orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergantung paling bawah kini mulai
merayap naik ke atas, disusul oleh orang ke dua, ketiga dan seterusnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga tak lama kemudian, kedelapan
belas orang itu telah dapat meloncat ke tepi dengan selamat! "Bagus! Cuwi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang pantas menjadi Bu-tong Cap-pwe
Eng-hiong!" Ouw Sian Kok memuji. "Taihiap terlalu memuji. kami telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat daerah ini dan penyeberangan
secara membuat jembatan tadi telah kami latih selama berbulan-bulan baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hari ini kami berani mencoba
menyeberangi tempat ini. Sekarang selanjutnya kami hanya mengharapkan bantuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jiwi, karena An Lu Shan memiliki banyak
sekali kaki tangan yang amat lihai. Menurut penyelidikan kami, pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat ini, Telaga Utara kosong sehingga
kita boleh menyelidiki dengan aman karena kalau jenderal pemberontak itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berada di sini, penjagaan
tidaklah demikian kuat." Ouw Sian Kok menoleh ke kanan kiri, lalu menghela<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas dan berkata, "Kuharap saja
Cuwi (Saudara Sekalian) tidak sampai membuat salah perhitungan. Menurut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penglihatanku, tempat rahasia seorang
berpangkat tinggi tentulah selalu dijaga ketat dan tempat ini kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu sunyi senyap, seperti sebuah
pulau kosong saja. Hal ini bahkan menimbulkan kecurigaan...." "Apapun
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan terjadi, setelah kita berada di
sini, akan kita hadapi bersama. Ouw-toako, tidak perlu kita khawatir." Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee menghibur. Mereka lalu begerak
maju memasuki daerah itu dan tak lama kemudian tibalah mereka di tepi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telaga dan sudah tampak bangunan besar
yang berada di tengah telaga. Selama itu, tidak nampak seorang pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjaga sehingga Ouw Sian Kok merasa makin
khawatir dan curiga. "Hemm, hanya ada dua kemungkinan. Mereka telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pindah dan meninggalkan tempat ini,
atau kita masuk perangkap!" Baru saja Ouw Sian Kok mengeluarkan kata-kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, terdengar suara tertawa disusul
suara gerakan banyak orang dan muncullah puluhan orang dari jembatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telaga maupun dari belakang pohon dan
semak-semak. "Celaka, kita terjebak...!" Song Kiat berseru.
"Taihiap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lihiap, kita kembali saja!"
Tergesa-gesa delapan belas orang pendekar itu memutar tubuh dan lari kembali ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurang di mana mereka menyeberang tadi,
diikuti oleh Ouw Sian Kok dan Liu Bwee. Akan tetapi, begitu tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tepi jurang, Song Kiat menjadi pucat
dan memandang ke depan dengan mata terbelalak, demikian pula para sutenya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ternyata di tempat penyeberangan itu,
di sebelah sana tampak berbaris pasukan yang siap dengan busur dan anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panah mereka. Dengan adanya pasukan
panah itu tidak mungkin lagi bagi mereka untuk melarikan diri dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentuk jembatan manusia seperti
tadi. Tentu mereka akan dihujani anak panah dan akan tewas semua. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa delapan belas orang pendekar itu
kebingungan, Ouw Sian Kok berkata dengan suara agak kecewa, "Mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cuwi menjadi bingung setelah berhadapan
dengan musuh?" "Taihiap tidak tahu, memang benar dugaan Taihiap tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa kita terperosok ke dalam
perangkap. Penyelidikan kita yang sudah-sudah pun agaknya sudah diketahui oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang An Lu Shan. Ternyata secara
diam-diam An Lu Shan berada di sini, lengkap dengan semua pembantunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan hal ini amatlah berbahaya."
"Berbahaya atau tidak, kita sudah menghadapinya dan perlu apa bingung?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kebingungan hanya akan membuat kita
tidak tenang dan lemah. Hadapilah apa saja yang kita temui, berbahaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maupun tidak. Apa gunanya hidup sebagai
pendekar kalau matinya seperti pengecut?" Mendengar ucapan Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, bangkitlah semangat kepahlawanan
delapan belas orang murid Bu-tong-pai itu. "Ucapan Taihiap tepat sekali!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maafkan kalau tadi kami bingung karena
hal ini sama sekali tidak kami duga-duga dan apalagi kami telah mengajak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jiwi ke sini, berarti kami menyeret
Jiwi ke dalam bahaya pula." "Hidup memang merupakan keadaan yang
penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahaya, tergantung kita
menghadapinya." Liu Bwee berkata. Memang bagi wanita yang sudah mengalami
banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesengsaraan, apalagi sejak kecil
tinggal di Pulau Es, bahaya bukanlah apa-apa dan merupakan hal yang wajar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kalau begitu, mari kita ke telaga
dan kita hadapi An Lu Shan sendiri. Setelah menghadapi dia, tugas kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berubah, tidak lagi melakukan
penyelidikan melainkan kalau perlu menewaskan jenderal pemberontak itu!"
Song<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiat berkata penuh semangat sambil
mencabut pedangnya. Gerakan ini diikuti oleh tujuh belas orang sutenya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan berlari cepat mereka kembali ke
telaga di mana telah menanti An Lu Shan dan semua pembantunya. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi mereka tercengang ketika tiba
ditempat itu, mereka melihat An Lu Shan sendiri diiringkan oleh puluhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang yang bermacam-macam bentuk dan
keadaannya, menanti dengan sikap tenang, sama sekali tidak memperlihatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sikap permusuhan, akan tetapi mereka
juga melihat betapa tempat itu telah dikurung oleh banyak sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang yang bersenjata lengkap!
Delapan belas orang itu tidak tahu harus berkata apa, akan tetapi mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah siap untuk melawan dengan nekat
dan mati-matian apabila diserang oleh pasukan yang demikian banyaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ternyata memang An Lu Shan telah
mengatur perangkap ini. Ketika mendengar pelaporan dari anak buahnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil menyelamatkan diri betapa
delapan belas orang pendekar dari Bu-tong-pai yang tadinya sudah hampir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat dibasmi itu diselamatkan oleh dua
orang laki-laki dan wanita yang memiliki kesaktian luar biasa, An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan merasa tertarik sekali dan cepat
dia mengatur persiapan untuk menyambut mereka. "Mereka tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengunjungi tempat ini," katanya.
"Biarkan mereka menyeberang dan jangan menurunkan tangan besi sebelum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendapatkan perintahku. Aku ingin untuk
bicara dulu dengan mereka, siapa tahu kita dapat membujuk mereka untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekerja sama, terutama dua orang sakti
itu." Demikianlah, karena memandang rendah kecerdikan An Lu Shan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> delapan belas orang murid Butong- pai
itu masuk ke dalam perangkap yang memang telah dipasang oleh jenderal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Kalau dia menghendaki, tadi ketika
delapan belas orang itu membuat jembatan manusia, tentu dengan mudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia akan membasmi mereka. "Hemm,
Cuwi tentulah Bu-tong Cap-pwe Enghiong yang gagah perkasa," terdengar An
Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan berkata dengan suaranya yang
nyaring penuh wibawa, kasar dan tidak memakai banyak sopan santun pula.
"Ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keperluan apakah Cuwi mengunjungi
tempat kami ini?" Karena tidak mungkin lagi berpura-pura atau membohong,
maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesuai dengan wataknya sebagai
pendekar, Song Kiat menjawab dengan suara lantang, "Kami datang untuk
membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jenderal pemberontak An Lu Shan!"
Tentu saja jawaban ini membuat marah para pembantu jenderal itu, yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan gatal tangan untuk membasmi
musuh, akan tetapi An Lu Shan menggerakkan tangan ke atas mencegah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berkata lagi, ditujukan kepada
delapan belas orang pendekar itu, akan tetapi diam-diam matanya yang tajam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyapu dengan penuh selidik kepada
laki-laki setengah tua yang memegang tombak dan wanita cantik yang memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang di dekat delapan belas pendekar
itu. "Sungguh kami merasa heran sekali mengapa para orang gagah di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai masih juga belum sadar?
Pemerintah yang dikuasai Kaisar lalim selain menyia-nyiakan sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkumpulan besar seperti Bu-tongpai,
juga telah menghinanya menganggap Bu-tong-pai sebagai perkumpulan orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahat. Sekarang, Cuwi malah membela
Kaisar, bukankah itu namanya penjilatan? Apakah orang-orang gagah demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rendah dirinya, menjilat-jilat kalau
dihina oleh pihak yang lebih tinggi?" "Kami bukan membela Kaisar atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemerintah, kami membela rakyat dan
negara dari gangguan pemberontak!" Song Kiat berteriak lantang. An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa. "Ha-ha-ha, bagus sekali!
Demikianlah semestinya watak seorang pendekar yang berjiwa pahlawan. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu antara Cuwi dan kami terdapat
kecocokan. Kami bukanlah pemberontak, melainkan pejuang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperjuangkan nasib rakyat kecil yang
tertindas oleh kelaliman Kaisar yang hanya tahu bersenang-senang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belaka.Marilah kita bersama-sama
mengenyahkan pemerintahan lalim ini untuk membangun sebuah pemerintahan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat mendatangkan kemakmuran
kepada rakyat jelata. Dengan demikian, barulah tidak percuma kita hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai manusia, terutama sebagai
manusia yang berjiwa gagah." Ucapan yang keluar dari mulut An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar penuh semangat kepahlawanan
dan memang jenderal ini merupakan seorang ahli bicara yang amat pandai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga sejenak delapan belas orang
itu saling pandang dengan bingung. Tiba-tiba Liu Bwee yang biarpun hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita namun pernah menjadi
Permaisuri Raja Pulau Es, yang merasa masih sedarah dengan Kaisar daratan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar, dan sudah banyak pula membaca
kitab sejarah sehingga mengerti sedikit akan politik, berkata yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditujukan kepada delapan belas orang
gagah itu, " Orang gagah harus memiliki pendirian. Sifat suka berbalik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikiran dan mudah terbawa angin adalah
sifat ular kepala dua dan merupakan sifat yang paling rendah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya." Mendengar ucapan ini,
sadarlah pendekar dari Bu-tong-pai itu dan Song Kiat berteriak, "Jenderal
An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu Shan! Tidak ada gunanya engkau
mencoba untuk membujuk kami! Kami tidak membutuhkan pangkat, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membutuhkan harta, tidak membutuhkan
nama besar sebagai pemberontak! kami harus mempertahankan pendirian kami,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus membela dan mematuhi perintah
Ketua dan guru kami dengan darah dan nyawa!" Kedua pihak sudah
"panas",<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
akan tetapi An Lu Shan masih bersabar, mengangkat tangannya, menahan
anak buahnya, lalu berkata, "Terserah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemilihan Cuwi dari BU-tong-pai. Akan
tetapi karena Jiwi yang datang bersama Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan manusia-manusia sakti yang
cerdik pandai, ingin kami mengenal mereka dan mengapa pula Jiwi mencampuri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan Bu-tong-pai yang memusuhi
kami." "Kami berdua hanyalah orang-orang yang kebetulan lewat dan
melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegagahan Bu-tong Cap-pwe Enghiong,
kami berdua sudah mengambil keputusan untuk membantu mereka. Tentu saja ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah tanggung jawab kami dan tidak
ada sangkut pautnya dengan kalian," kata Ouw Siang Kok. "Harap Jiwi
suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempertimbangkan, dan kami menjamin
bahwa Jiwi kelak akan menerima penghargaan dari kekuasaan yang memerintah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> negara, dari rakyat dan dari dunia
kang-ouw yang banyak membantu kami. Jiwi tidak perlu membantu kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi orang-orang Bu-tong-pai,
asal Jiwi suka lepas tangan, kami sudah amat berterima kasih dengan Jiwi."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> An Lu Shan yang bermata tajam dan dapat
menduga bahwa dua orang itu amat lihai, berusaha membujuk Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Liu Bwee. "Jenderal An Lu
Shan," tiba-tiba Liu Bwee berkata, suaranya penuh wibawa dan sikapnya
agung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti seorang ratu bicara kepada
seorang bawahannya. "Engkau tentu maklum bagi seorang yang gagah perkasa
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> budiman, janji adalah lebih berharga
dari pada nyawa, dan bagi seorang gagah, nyawa bukan merupakan benda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlalu disayangkan, sedikitnya tidaklah
melebihi kehormatan dan nama. Kematian bukan apa-apa dan kami yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah berjanji kepada Bu-tong Cap-pwe
Eng-hiong, tentu tidak mungkin dapat mundur lagi. Nah, kami semua telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siap, apapun yang akan kaulakukan, kami
akan hadapi dengan pertaruhan nyawa." An Lu Shan tercengang dan sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lama tak mampu menjawab, memandang
kepada Liu Bwee dengan penuh penyesalan. Mana hatinya tidak akan menyesal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat seorang wanita sehebat itu berdiri
di pihak musuh? Terpaksa dia menggerakkan tangannya dan bergeraklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para pengawalnya menerjang maju! Liu
Bwee dan Ouw Sian Kok yang sudah bersatu hati itu seperti mengerti isi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati masing-masing, maka hampir
berbareng mereka berdua menggerakan kaki meloncat ke arah An Lu Shan. Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maklum bahwa menghadapi lawan yang jauh
lebih besar jumlahnya, mereka harus berlaku cerdik dan sedapat mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka harus lebih dulu merobohkan
pimpinan lawan. Kalau pemimpin seperti An Lu Shan itu dapat ditangkap, tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lain akan tunduk, atau kalau
sampai dapat dibunuh, hal ini tentu akan melumpuhkan semangat lawan. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan mereka berdua. An Lu Shan
terkejut. Memang dia sudah mendengar pelaporan anak buahnya bahwa dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini lihai sekali, akan tetapi tidak
disangkanya bahwa mereka akan dapat bergerak secepat itu, seperti dua sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halilintar saja menyambar ke arahnya.
Dia berteriak dan cepat menjatuhkan diri ke belakang sehingga dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyerang itu langsung dihadapi oleh
tokoh-tokoh kang-ouw yang berdiri di kanan kiri dan belakangnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
"Trang-cringggg-cringggg....!!" Para tokoh kang-ouw itu
terkejut bukan main. Sekaligus ada empat orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melindungi An Lu Shan dan menangkis
pedang dan tombak di tangan Liu Bwee dan Ouw Sian Kok, akan tetapi empat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu terhuyung ke belakang karena
mereka bertemu dengan tenaga yang amat dahsyat! Ouw Sian Kok yang ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar penyerbuan delapan belas orang
pendekar itu berhasil dlam waktu singkat dan tidak perlu terjadi pembunuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar-besaran, sudah mengunakan
ginkangnya yang amat hebat, tubuhnya melucur ke depan mengejar An Lu Shan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak menyelamatkan diri ke belakang
para pembantu dan para pengawalnya. Dapat dibayangkan betapa kagetnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati An Lu Shan ketika melihat
tiba-tiba dia diancam oleh sebatang tombak yang dipegang oleh orang yang
seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "terbang" di atasnya! Dia pun
bukanlah seorang biasa, melainkan seorang panglima yang sudah banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengalamannya bertempur, memiliki pula
ilmu silat campuran yang lihai dan tenaganya kuat bukan main. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa dia terancam, secepat kilat
tangan kanannya bergerak dan bgitu pedangnya tercabut, tampak sinar terang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menyilaukan mata. Kemudian
pedangnya menangkis ke arah tombak yang mengurungnya dengan sinar tombak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Trakkkk!" Tombak di tangan
Ouw Sian Kok itu patah-patah! Tentu saja tombak biasa itu tidak mampu melawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang Tiong-gi-kiam hadiah dari Kaisar
kepada An Lu Shan ini, yang merupakan sebatang pedang pusaka kuno yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat ampuh. Akan tetapi Ouw Sian Kok
yang berilmu tinggi itu, tidak menjadi gugup, bahkan dia mampu menggerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sisa gagang tombaknya menotok
pergelangan tangan kanan An Lu Shan dengan kecepatan sedemikian rupa sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan ini tidak tampak dan tahu-tahu
tangan Jenderal itu telah tertotok dan pedangnya terampas oleh Ouw Sian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kok! Kini para pengawal dan orang-orang
kang-ouw telah mengurungnya dan berhasil melindungi An Lu Shan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat menyelinap ke belakang sambil
berteriak marah karena selain pedangnya terampas, hampir saja dia celaka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Serbu mereka! Basmi mereka semua,
jangan beri ampun seorangpun juga!" An Lu Shan adalah seorang yang cerdik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pandai memikat hati orang untuk
membantunya, akan tetapi, di waktu marah, dia berubah menjadi seorang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat kejam dan tidak mengenal ampun,
sesuai dengan latar belakang hidupnya yang liar dan ganas. Terjadilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertempuran yang amat seru di tepi
telaga itu. Bu-tong Cap-pwe Eng-hiong, Liu Bwee, dan Ouw Sian Kok, mengamuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan hebatnya sungguhpun Liu Bwee dan
Ouw Sian Kok selalu merobohkan lawan tanpa membunuh mereka. Di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berdua dan An Lu Shan sama
sekali tidak terdapat permusuhan, apalagi dengan para anak buah Jenderal itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali tidak ada urusan dengan
mereka, maka tentu saja mereka tidak sampai hati untuk melakukan pembunuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan hanya merobohkan mereka dengan
tendangan, dorongan tangan kiri, totokan atau ada juga yang tersambar pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi tidak terluka parah yang
membahayakan nyawa mereka. Berbeda dengan sepak terjang Liu Bwee dan Ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sian Kok yang biarpun mengiriskan namun
tidak pernah membunuh, sebaliknya delapan belas orang pendekar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai itu mengamuk dengan
mengerikan. Mereka seperti segerombolan harimau yang haus darah, pedang mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebatan dan kalau ada pihak lawan
yang roboh tentu roboh dalam keadaan yang mengerikan sekali, terobek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perut mereka atau tersayat leher mereka
hampir putus, atau tertembus dada mereka oleh pedang sehingga begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> roboh mereka berkelojotan dan nyawa
mereka melayang tidak lama kemudian. Delapan belas orang pendekar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai itu seolah-olah menyebar
maut di antara para pengawal An Lu Shan. Hal ini membuat An Lu Shan marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dan cepat dia memerintahkan
pengawal-pengawal pribadinya untuk meninggalkannya dan menyerbu lawan. Juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para tokoh kang-ouw tidak ada yang
menganggur, sebagian menghadapi Liu Bwee dan Ouw Sian Kok yang amat lhai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagian pula kini menghadapi delapan
belas orang pendekar Bu-tong-pai itu. Dan kini pasukan pengawal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjaga di sekitar tempat itu sudah
berkumpul semua sehingga lebih dari seratus orang anak buah An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengurung dan mengeroyok musuh.
Betapapun gagahnya delapan belas orang pendekar Bu-tong-pai itu, menghadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeroyokan lawan yang jumlahnya jauh
lebih banyak, apalagi setelah para pengawal pribadi An Lu Shan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang kangouw maju akhirnya
mereka roboh juga seorang demi seorang! Tak lama kemudian, Bu-tong Cap-pwe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Enghiong yang gagah perkasa itu tewas
seorang demi seorang setelah melakukan prlawanan sampai titik darah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terakhir dan setelah masing-masing
merobohkan sedikitnya dua orang lawan! Tempat itu yang biasanya menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat pertmuan dan peristirahatan bagi
An Lu Shan, hati itu berubah menjadi tempat yang penuh dengan noda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> darah dan penuh dengan mayat manusia
yang malang melintang. Mengerikan! Liu Bwee dan Ouw Sian Kok juga terdesak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat. Mereka adalah orang-orang yang
memiliki tingkat ilmu silat lebih tinggi daripada tokoh-tokoh kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berada di situ, bahkan ilmu silat
mereka termasuk ilmu yang aneh dan tidak dikenal oleh para lawan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biarpun banyak sudah, sedikitnya ada
dua puluh orang yang roboh tak berdaya oleh mereka, namun mereka seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua ekor belalang dikeroyok semut yang
banyak dan dekat. Akhirnya, sebuah hantaman dengan toya yang mengenai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lutut kanan Liu Bwee membuat nyonya
perkasa ini terjungkal dan dia lalu ditubruk oleh empat orang lawan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditotok dan dibelenggu, lalu diseret
pergi sebagai seorang tawanan. Betapapun juga, orang-orang kang-ouw itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih merasa segan untuk membunuh
wanita yang amat mereka kagumi ini. Melihat Liu Bwee tertawan, Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan pekik melengking dan pekik
ini saja sudah cukup untuk merobohkan beberapa orang pengeroyok yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kurang kuat sinkangnya, disusul dengan
berkelebatnya Tiong-gi-kiam di tangannya membuat belasan batang senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lawan beterbangan dan robohlah lima
enam orang lagi! Bukan main hebatnya sepak terjang Ouw Sian Kok yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah itu. "An Lu Shan, bebaskan
Liu-toanio atau.... akan kubasmi kalian semua! Aku Ouw Sian Kok dari Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka tidak biasa mengeluarkan ancaman
kosong belaka!" Saking marah dan khawatir melihat Liu Bwee ditawan, Ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sian Kok lupa diri dan menyebut-nyebut
Pulau Neraka. Terkejutlah semua orang mendengar ini. Mereka tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu di mana adanya Pulau Neraka, akan
tetapi di dalam dongeng mereka mendengar bahwa Pulau Es dan Pulau Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan pulau-pulau tempat tinggal
para dewata dan siluman yang memiliki ilmu yang amat luar biasa! "Kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tahu dia itu adalah bekas
Permaisuri dari Pulau Es! Bebaskan dia!" teriaknya lagi sambil menendang
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua kakinya secara berantai,
merobohkan empat orang di antara para pengeroyoknya. Kembali semua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut, termasuk An Lu Shan. Pulau
Es? Benarkah apa yang dikatakan laki-laki gagah perkasa itu? Ataukah hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gertak sambal saja agar wanita yang
tertawan itu dibebaskan? Selagi semua orang ragu-ragu, terdengarlah suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketawa, "Heh-heh-heh, anak-anak
nakal, kiranya masih ada yang tinggal di antara penghuni Pulau Es dan Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka! Hemmm, hayo kalian berdua ikut
saja bersamaku karena bukan di sinilah tempat kalian!" Suara ini halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan perlahan saja, namun anehnya
mengatasi semua suara dan terdengar dengan jelas oleh mereka semua. Ketika An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu Shan dan anak buahnya memandang,
ternyata yang muncul adalah seorang kakek bercaping lebar yang mereka kenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai kakek Nelayan yang suka
memancing ikan di telaga. Karena kakek itu bersikap halus dan tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara, maka An Lu Shan hanya menyuruh
anak buahnya mengamat-amati saja. Kakek itu sudah berbulan-bulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memancing ikan di telaga dan sama
sekali tidak mengganggu, juga sama sekali tidak mencurigakan, maka kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemunculannya dalam keadaan yang
menegangkan itu benar-benar amat mengherankan hati orang. Ouw Sian Kok yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar ucapan itu, terkejut sekali
dan cepat dia memandang. Ketika melihat seorang kakek berpakaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sederhana tambal-tambalan, bertopi
caping lebar nelayan, memegang tangkai pancing dari bambu dan dipinggangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tergantung sebuah kipas bambu, dia
cepat memandang wajah kakek itu dan melihat wajah yang sudah tua akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sepasang mata yang tajam penuh
wibawa. Tahulah dia bahwa dia berhadapan dengan seorang kakek yang lihai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka otomatis dia mengira bahwa tentu
ini merupakan seorang tokoh kang-ouw yang menjadi kaki tanan An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula. Maka lebih baik turun tangan
lebih dulu sebelum lawan tangguh ini mendahuluinya, pikir Ouw Sian Kok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sudah tua bangka masih banyak pamrih
mencampuri urusan pemberontakan!" bentaknya dan pedangnya mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinar, lenyap bentuknya berubah menjadi
sinar bergulung-gulung ketika dia meloncat dan memutar senjata itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang. Dengan tenang kakek
itumenghadapi penyerangan ini, sikapnya seperti seorang tua menghadapi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak yang nakal. Karena menduga bahwa
kakek itu tentu amat lihai, maka Ouw Sian Kok tidak bersikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanggung-tanggung sekali ini, pedangnya
meluncur dengan amat cepatnya dan dia membuka serangan. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba kakek itu memutar pancingnya
dan terdengarlah suara bersuitan nyaring sekali. Ouw Sian Kok bersikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> waspada dan ketika tangkai yang terbuat
dari bambu panjang itu menyambar ke depan menyambutnya, dia cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan pedangnya yang ampuh dengan
mengerahkan tenaga sinkang untuk membabat putus bambu itu. Namun, bambu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu seperti hidup bergerak mengikuti
sinar pedangnya, berkejaran dengan sinar pedangnya tidak pernah tersentuh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tahu-tahu Ouw Sian Kok merasa
betapa tubuhnya terangkat ke atas. Ternyata bahwa ketika kakek itu memutar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bambu yang menjadi tangkai pancing,
tali pancingnya berputaran sedemikian cepatnya sampai tidak tampak karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tali itu kecil saja, dan tahu-tahu mata
pancing itu telah mengait punggung baju Ouw Sian Kok sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah Ouw Sian Kok dijadikan
"ikan" yang terkena pancing! Ouw Sian Kok terkejut dan marah, dia
bergerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak membabat tali pancing di atas
punggungnya, akan tetapi tiba-tiba tubuhnya yang tergantung itu berputar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat sekali. Dia diputar-putar di atas
kepala kakek itu sehingga kalau sampai tali itu diputuskan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya, tentu tubuhnya akan terlempar
dan terbanting keras tanpa dia mampu mencegahnya karena tubuhnya sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berputaran seperti kitiran di udara.
Semua orang memandang dengan mata terbelalak dan mulut ternganga, kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kagum melihat betapa mudahnya kakek
tua itu membuat Ouw Sian Kok yang sakti itu tidak berdaya sama sekali!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Sian Kok merasa malu dan marah.
Dikerahkannya sinkangnya dan dia telah menggunakan ilmu memberatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya. Seketika tubuhnya yang masih
berputar-putar itu agak menurun dan bambu itu melengkung seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak kuat menahan tubuhnya.
"Tidak buruk....!" Kakek itu berseru kagum juga , akan tetapi karena
dia masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memutar-mutar hasil pancingannya itu
dengan amat cepatnya, Ouw Sian Kok tidak dapat melepaskan diri dan hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melirik ke arah kakek itu dengan
pandang mata penuh kemarahan dan kadang-kadang mencoba untuk menggerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang membacok ke arah tubuh kakek
itu. Tiba-tiba terdengar suara Liu Bwee, "Ouw-toako, jangan melawan....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Locianpwe, mohon Locianpwe sudi
mengampuninya.....!!" Mendengar seruan Liu Bwee ini Ouw Sian Kok terkejut
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menghentikan usahanya untuk
menyerang atau membebaskan diri, lalu berkata, "Harap Locianpwe sudi
memaafkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau saya bersikap kurang ajar!"
"Heh-heh-heh, ternyata Pulau Neraka belum merusakmu , orang muda!"
tali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pancing itu mengendur dan tahu-tahu Ouw
Sian kok telah mendapatkan dirinya berada di atas tanah. Dia berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tak bergerak, hanya menoleh ke arah Liu
Bwee yang kini sudah terbelenggu dan dijaga ketat. Kakek itu lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadap ke arah An Lu Shan yang
berdiri di tempat aman, kemudian berkata halus, "An-goan-swe harap suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memenuhi permintaan seorang tua seperti
aku agar suka membebaskan wanita itu." Sudah kita ketahui bahwa An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan adalah seorang yang amat cerdik.
Melihat keadaan kekek itu, dia pun maklum bahwa orang tua itu amat sakti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menghadapi seorang kakek seperti
itu, lebih baik bersahabat daripada memusuhinya. Kalau ingin berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam mengejar cita-cita, berbaiklah
dengan sebanyak mungkin orang pandai, demikian pedoman hatinya. Maka tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ragu-ragu lagi dia memberi isyarat
kepada orang-orangnya untuk membebaskan Liu Bwee. Tentu saja isyarat ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada yang berani membantahnya
sungguhpun para anak buah dan pembantunya merasa khawatir akan sikap An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan ini. Di situ terdapat tiga orang
lawan tangguh, yang seorang sudah tertawan mengapa dibebaskan lagi?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bukankah ini merupakan perbuatan bodoh
dan berbahaya? Liu Bwee yang sudah terbebas dari totokan dan belenggu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segera menghampiri kakek itu dan
menjatuhkan diri berlutut. "Locianpwe...." katanya dan melanjutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> katanyadengan tangis yang menyedihkan.
Kakek itu mengangguk-angguk. "Sudahlah, sudahlah, aku sudah tahu semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menimpa dirimu dan Pulau Es. Sudah
semestinya demikian, ditangisi pun tidak akan ada gunanya." Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sadar mendengar ucapan ini dan cepat
menghapus air matanya, lalu berkata kepada Ouw Sian Kok, "Ouw-twako,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Beliau ini adalah kakek dari suamiku
yang telah lama meninggalkan pulau dan mengasingkan diri sebagai seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertapa. Baru sekarang aku dapat
bertemu dengan Beliau...." Mendengar ini, terkejutlah hati Ouw Sian Kok.
Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang tua ini kakek dari Han Ti Ong,
berarti kakek ini dahulunya adalah Raja Pulau Es atau setidaknya tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangeran! Dan tentu ilmunya sudah amat
tinggi, karena dia tadi sudah merasakan kelihaian kakek ini, hatinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makin tunduk dan dia pun menjatuhkan
diri berlutut di depan kakek itu di samping Liu Bwee. "Teecu Ouw Sian Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mohon maaf sebesarnya kepada
Locianpwe," katanya. Kakek itu terkekeh, "Heh-heh-heh, kalian ini dua
orang muda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
memang tidak pernah bertobat! Sudah puluhan tahun hidup menghadapi
bermacam penderitaan, masih saja tidak mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobah dan mencari keributan pula di
sini. Kalian berdua mempunyai bakat baik sekali untuk mempelajari hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan marilah kalian ikut bersamaku!
Kalau kalian tidak mau, aku pun tidak akan memaksa, akan tetapi kelak kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya akan menemui kekecewaan dan
kesengsaraan belaka. Sebaliknya, kalau kalian suka ikit bersamaku, segala hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin saja terjadi. Liu Bwee dan Ouw
Sian Kok saling pandang dan biarpun mulut mereka tidak saling bicara,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun hati mereka sudah saling menerima
geteran dan mereka tahu bahwa ke mana pun mereka pergi, asal mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berpisah, mereka akan meresa
cukup kuat, berani tabah dan bahagia! Maka keduanya lalu mengangguk-angguk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanpa bicara lagi. Kakek itu merasa
girang, lalu menoleh ke arah An Lu Shan. "An-goanswe, telah berbulan-bulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku menyaksikan gerakanmu dan engkau
memang pantas menjadi penggempur kelemahan kerajaan. Bukan urusanku untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencampuri. Nah, perkenankan kami
bertiga pergi dari sini." An Lu Shan cepat melangkah maju dan mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tangannya ke depan dada,
"Locianpwe, saya mohon petunjuk Locianpwe mengenai perjuangan kami!"
Jenderal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini maklum bahwa membujuk mereka untuk
membantunya amatlah sukar, maka sedikitnya dia ingin memperoleh petunjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan nasihat dari kakek sakti
itu.Mendengar ini, kakek itu lalu memutar-mutar pancingnya yang mengeluarkan
suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersuitan dan makin lama makin nyaring
kemudian terdengar suara itu melengking seperti suling dan berlagu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Barulah terdengar suaranya seperti
orang bernyanyi, diiringi suara seperti suling yang timbul dari tali yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diputar cepat itu. "Yang lama akan
terguling yang baru menggantikannya, yang baru akan menjadi lama dan ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lebih baru pula! Yang tua akan
mati diganti yang muda, yang muda akan menjadi tua mati dan diganti pula!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Apakah yang kekal di dunia ini? Yang
menyebabkan kematian dan kesengsaraan akan dilanda kematian dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesengsaraan ayah dan anak menyukai
kekerasan akan menjadi korban kekerasan pula! Suara melengking dan nyanyian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhenti, semua orang tercengang dan
diam, pikiran bekerja memecahkan arti nyanyian itu dan ketika mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang tiga orang itu telah pergi
dari situ. Barulah para pengawal sadar dan hendak mengejar, akan tetapi An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu Shan berkata, "Jangan ganggu
mereka!" Para pengawal yang mengikuti dari jauh kemudian melapor kepada An
Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan betapa kakek itu menggandeng
tangan Ouw Sian Kok dan Liu Bwee melompati jurang yang amat lebar kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lenyap di balik gunung! An Lu Shan
menghela napas panjang, mengingat-ingat dan mencoba memecahkan arti nyanyian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, menyuruh orangnya menuliskan
nyanyian kakek itu. Dia merasa girang ketika orangorangnya yang terkenal ahli<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sastra menguraikan nyanyian yang
merupakan ramalan baik baginya. Yang lama akan terguling yang baru akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggantikannya. Hal ini saja sudah
jelas berarti bahwa perjuangannya menggulngkan pemerintahan lama pasti akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil. Apalagi bait-bait terakhir
yang mengatakan bahwa ayah dan anak menyukai kekerasan akan menjadi korban<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekerasan pula. Ditafsirkannya bahwa ayah dan
anak tentulah Kaisar dan Putera Mahkota yang tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibunuhnya kalau dia berhasil merebut
tahta kerajaan. Memang demikianlah semua manusia. Selalu menafsirkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala sesuatu dengan kepentingan dan
keinginan hatinya sendiri seolah-olah segala sesuatu yang tampak di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini khusus diperuntukan dirinya belaka!
Kenyataannya kelak akan terbukti bahwa biarpun An Lu Shan behasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merampas tahta kerajaan, namun dia
tidak dapat lama menikmati hasil pembunuhan besar-besaran dalam perang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontakan itu, karena tidak lama
kemudian dia dan puteranya berturut-turut dibunuh oleh kaki tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri! Orang memang selalu lupa akan
kenyataan hidup bahwa yang baru lambat laun akan menjadi lama juga, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda akan menjadi tua pula. Manusia
selalu dibuai oleh khayal, selalu dipermainkan oleh pikirannya sendiri yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjangkau jauh ke masa depan,
menjangkau segala sesuatu yang tidak ada atau yang belum dimilikinya. Manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mau melihat apa adanya, tidak mau
memperdulikan "yang begini" melainkan selalu mengarahkan pandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya kepada "yang begitu"
yaitu sesuatu yang belum ada, yang menimbulkan keinginan hatinya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperolehnya. Manusia lupa bahwa
"yang begitu" tadi, artinya belum diperolehnya, kalau sudah diperoleh
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di tangannya akan menjadi
"yang begini" pula dan mata akan tidak mempedulikan lagi karena sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang pula kepada "yang begitu",
ialah hal lain yang belum dimilikinya. Betapa akan berada jauh keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup apabila kita menunjukan pandang
mata kita kepada "yang begini", kepada apa adanya, mempelajari,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengertinya sehingga terjadilah
perubahan karena dengan mengerti kebiasaan yang buruk, mengerti dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedalam-dalamnya, otomatis kebiasaan
itu pun terhentilah. Dengan mengerti sedalamnya akan keadaan sekarang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat ini, apa adanya setiap detik,
benda apapun juga, di manapun juga, mengandung keindahan murni yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat diperoleh keinginan. Lenyaplah
batas yang memisahkan indah dan buruk, senang dan susah, utung dan rugi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku dan engkau, dan kalau sudah begini,
baru kita tahu apa artinya cinta kasih, apa artinya kebenaran,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemurnian, kesucian dan apa artinya
sebutan Tuhan yang biasanya hanya menjadi kembang bibir belaka. Kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggalkan dulu Liu Bwee dan Ouw Sian
Kok yang ikut pergi bersama kakek nelayan sakti yang bukan lain adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek dari Han Ti Ong, bekas Raja Pulau
Es yang telah puluhan tahun lamanya meninggalkan pulau itu dan merantau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tempat-tempat sunyi sebagai pertapa
yang mengasingkan diri dari dunia ramai. Sudah terlalu lama kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Sin Liong dan Swat Hong,
maka marilah kita mengikuti perjalanan dua orang itu. Seperti telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dituturkan di bagian depan, Sin Liong
dan Swat Hong saling bertemu kembali di lereng puncak Gunung Awan Merah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat tinggal Tee-tok Siangkoan Houw.
Setelah mendengar tentang Bu-tong-pai yang dikuasai oleh The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang memang sedang mereka cari-cari,
Sin Lion bersama Swat Hong lalu meninggalkan lereng Awan Merah, turun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gunung dan dengan cepat pergi menuju ke
Pegunungan Bu-tong-san. Biarpun kedua orang muda yang memiliki ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian tinggi ini telah menggunakan
ilmu berlari cepat dan hanya mengaso apabila mereka merasa lapar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlalu lelah saja, namun karena
jaraknya yang amat jauh, kurang lebih sebulan kemudian barulah mereka tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lereng Pegunungan Bu-tong-san. Di kaki
gunung tadi mereka telah memperoleh petunjuk dari seorang petani di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> letak Bu-tong-pai, yaitu di atas sebuah
di antara puncak-puncak Pegunungan Bu-tong-san. "Hati-hatilah, sumoi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita sudah tiba di daerah Bu-tong-pai."
Sin Liong berkata ketika mereka berhenti sebentar di bawah pohon untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melepas lelah sambil menghapus keringat
dari dahi dan leher. "Hemm, kita hanya berurusan dengan The Kwat Lin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan pribadi yang sama sekali tidak
ada hubungannya dengan Bu-tong-pai. Kita harus menyatakan ini kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua orang Bu-tong-pai, kalau mereka
tidak mau mengerti dan hendak membela The Kwat Lin, kita hantam mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hati Sin Liong merasa khawatir sekali. Memang
akibatnya amat berlawanan setelah bertemu dengan sumoinya ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Girang dan juga khawatir. Serba susah.
Dia tentu saja girang sekali dapat bertemu dengan sumoinya dalam keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selamat dan sehat. Akan tetapi di
samping rasa girang ini, juga dia kini selalu dilanda kekhawatiran akan sifat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong. Andaikata dia sendiri saja
yang datang ke Bu-tong-pai, tentu dia akan membujuk agar The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengembalikan pusaka-pusaka Pulau Es
dan dia tidak akan menuntut hal ini. Akan tetapi, setelah pergi bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong, dia tahu bahwa tentu gadis
ini akan menimbulkan keributan. Tentu Swat Hong akan memusuhi The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin yang dianggapnya menjadi penyebab
kesengsaraan ayah bundanya. Hal ini menaruh dia di tempat yang amat tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyenangkan. Membantu Swat Hong
memusuhi The Kwat Lin berlawanan dengan batinnya karena dia tidak ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memusuhi siapapun juga. Tidak membantu,
tentu Swat Hong terancam bahaya dan tentu akan marah dan benci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya! Mereka sudah mendekati
puncak dimana tampak dinding tembok Bu-tong-pai yang tinggi. "Sumoi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kauserahkan saja kepadaku untuk bicara
dengan orang-orang Bu-tong-pai. Kurasa mereka akan suka menerima alasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita kalau mereka mendengar apa yang
telah dilakukan oleh ketua baru mereka." Swat Hong mengangguk.
"Baiklah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terserah kepadamu, Suheng. Akan tetapi
kalau sudah tiba saatnya, kuharap engkau jangan mencegah aku membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> iblis betina itu!" Sin Liong tidak
menjawab, hanya menghela napas panjang. "Mari kita mendekati pintu gerbang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Heran sekali, mengapa sunyi amat?
Bukankah kabarnyaBu-tong-pai merupakan perkumpulan yang besar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai banyak anak murid?" Akan
tetapi ketika mereka tiba di depan pintu gerbang yang tertutup tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja pintu gerbang yang lebar itu
terbuka dari dalam, terpentang lebar-lebar tampaklah lima belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki tua, di antaranya beberapa
orang tosu, melangkah keluar dengan sikap tenang namun penuh wibawa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang tajam penuh selidik kepada
Sin Liong dan Swat Hong! Setelah para tokoh Bu-tong-pai itu keluar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhadapan dengan mereka, Sin liong
cepat menjura dengan hormat sambil berkata, "Apakah kami berhadapan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para Locianpwe dari Bu-tong-pai?"
Dengan pandang mata curiga, belasan orang itu memandang Sin Liong dan tosu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tua yang berada paling depan, lalu
bertepuk tangan dan berteriak, "Kalian keluarlah dan jangan melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesuatu sebelum diperintah!"
Sebagai jawaban kata-kata ini, berlompatanlah delapan belas orang laki-laki
gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa yang tadi bersembunyi di balik
pohon-pohon dan rumpun, di luar pintu gerbang. Mereka lalu membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan mengepung dan mereka siap
dengan tangan di gagang pedang masing-masing. Melihat ini, timbul kemarahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di hati Swat Hong. "Bukan maling
mengapa dikepung? Apakah kalian hendak menantang berkelahi? Aku ingin bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ketua Bu-tong-pai. Lekas panggil
dia keluar!" Melihat sikap galak ini, kakek tosu yang agaknya memimpin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, berkata, "Siancai...
kiranya Nona hendak bertemu dengan Ketua Bu-tong-pai? Pinto (saya) ketuanya.
Tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu siapakah Nona dan ada keperluan
apa hendak bertemu dengan pinto?" Swat Hong terbelalak, memandang kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan heran. "Eh....? Benarkah ini?
kami.... kami tidak datang mencari Totiang...." Para tosu dan semua orang
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling pandang kemudian seorang
diantara mereka, seorang tosu pula yang tinggi besar bermuka hitam, tidak setua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek pertama, bertanya, "kalau
begitu, siapakah yang Nona cari?" "Kami mencari The Kwat
Lin...." Baru selesai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong berkata demikian, kakek muka
hitam itu sudah berteriak keras dan menubruk maju, tangan kiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram ke arah ubun-ubun kepala
Swat Hong sedangkan tangan kanan menotok ke arah lehernya. Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut dan marah. Serangan kakek itu
benar-benar amat ganas, kejam dan berbahaya sekali. Apalagi ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terasa olehnya betapa dari kedua tangan
yang panjang dan besar itu menyambar hawa pukulan yang menandakan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek itu memiliki tenaga yang kuat.
"Heiiiittt....!!" dia melengking panjang, kedua tangannya bergerak
cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambut. "Dukkkk....
plakkkk....!!" Tangan yang mencengkeram ke arah ubun-ubunnya dapat dia
tangkis dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat, sedangkan tangan yang menotok
lehernya itu dielakkan dengan menundukan kepala sedikit, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendahului dengan jari tangannya, dia
berhasil menyambut serangan itu dengan totokan kepada pergelangan tangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada detik berikutnya, selagi tosu muka
hitam itu menyeringai kesakitan karena tangkisan itu membuat lengannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tergetar dan totokan itu melumpuhkan
lengan satunya, kaki Swat Hong sudah bergerak menendang.
"Desss....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh tosu muka hitam itu terjengkang
dan jatuh terbanting ke atas tanah dengan cukup keras! Semua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut, juga tosu tua itu mengerutkan
alisnya. Tosu muka hitam itu adalah sutenya, tingkat kepandaiannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tinggi, bagaimana dapat
dirobohkan oleh nona muda itu dalam segebrakan saja? Tak salah lagi, tentu
kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang ini adalah orang-orang sebangsa
The Kwat Lin yang pernah merampas kedudukan ketua Bu-tong-pai, demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tosu tua yang bukan lain adalah Kui Tek
Tojin itu berpikir. Hanya orang-orang sebangsa iblis betina The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin saja yang memiliki ilmu kepandaian
seperti setan itu. Para tosu dan tokoh Bu-tong-pai lainya melihat tosu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka hitam roboh, lalu serentak
menyerbu, didahului oleh delapan belas orang murid Kui Tek Tojin yang bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain adalah Bu-tong Cap-pwe Enghiong
itu. Karena mengira bahwa Swat Hong tentulah mempunyai hubungan dengan The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin, serta merta mereka maju menyerbu
dengan pedang di tangan. "Hemm, kalian benar-benar mengajak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelahi? bagus, majulah semua! Hayo,
jangan ada seorang pun yang tinggal. Suruh semua orang Bu-tong-pai maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeroyokku kalau kalian membela The
Kwat Lin!" Swat Hong mencabut pedangnya dan matanya memancarkan cahaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti hendak menyebarkan maut.
Tiba-tiba Sin Liong membentak. "Tahan senjata....!!" Tubuhnya
berkelebat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berloncatan di antara orang-orang
Bu-tong-pai dan segera terdengar seruan-seruan kaget ketika tiba-tiba di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja bayangan pemuda itu berkelebat,
senjata yang terpegang tangan terlepas dan berjatuhan ke atas tanah tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka ketahu sebabnya! Sin Liong sudah
berhadapan dengan Kui Tek Tojin, menjura dan berkata, "Harap Totiang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlaku sabar dan maafkan Sumoi.
Ketahuilah, kami berdua datang ke Bu-tong-pai ini sama sekali bukan hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berurusan dengan Bu-ting-pai karena
kami tidak pernah berurusan dengan Bu-tong-pai. Kami datang untuk mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin, untuk urusan pribadi yang
sama sekali tidak ada sangkut pautnya dengan Bu-tong-pai. Harap Cuwi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Totiang dan sekalian orang gagah
Bu-tong-pai dapat mengerti ini dan jangan secara membuta membela The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanpa lebih dulu mengetahui
urusannya." "Apa....? Membela The Kwat Lin? Bukankah Ji-wi ini
sahabat-sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita iblis itu?" "Bicara
lancang dan ngawur!" Swat Hong membentak. "Aku datang untuk membunuh
The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kalau kalian hendak membelanya, jelas
bahwa kalian bukan manusia baik-baik dan biarlah kubunuh sekalian!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Siancai....! Siancai...!"
Kui Tek Tojin berseru dan ia tersenyum memperlihatkan mulut yang tidak bergigi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi."Maafkan pinto dan semua
murid Bu-tong-pai! Karena tidak tahu maka terjadi kesalahpahaman ini. Semua ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gara-gara wanita iblis yang telah
merusak nama baik Bu-tong-pai dan membuat kami selalu menaruh curiga kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa pun. Silahkan masuk, Sicu dan Nona.
Marilah bicara di dalam!" Sin Liong dan Swat Hong lalu diiringkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masuk ke dalam bangunan yang menjadi
pusat Bu-tongpai itu, dan dipersilahkan duduk di ruangan tamu. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima suguhan minuman, Kui Tek Tojin
bertanya, "Bolehkan pinto mengetahui siapa adanya Ji-wi dan mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menanam bibit permusuhan dengan The
Kwat Lin? Pinto melihat ilmu kepandaian Ji-wi hebat sekali, mengingatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pinto kepada kepandaian The Kwat Lin
sehingga hal itu menambah lagi kecurigaan kami tadi." Kiranya tidaklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu kami memperkenalkan diri,"
jawab Sin Liong yang memang ingin menghindarkan diri sejauh mungkin dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan kang-ouw sehingga lebih baik
kalau tidak memperkenalkan diri. "Akan tetapi kami berdua mempunyai urusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pribadi dengan The Kwat Lin, dan
mendengar bahwa dia telah menjadi ketua Bu-tongpai, maka kami berdua menyusul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke sini." Kui Tek Tojin mengelus
jenggotnya dan mengangguk-angguk. Diam-diam dia dapat menduga bahwa dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda yang memiliki ilmu kepandaian luar
biasa ini tentu ada hubungannya pula dengan Pulau Es! Akan tetapi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berani banyak bertanya, kemudian
menceritakan betapa The Kwat Lin, yang merasa bekas murid Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, dengan kekerasan merapas kedudukan
ketua dan diam-diam mengatur pemberontakan terhadap Kaisar. Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> usahanya menyelundupkan muridnya ke
istana gagal, dia menjadi seorang buruan pemerintah. "Betapa pun lihainya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> iblis betina itu tidak berani menghadapi
pasukan pemerintah, maka dia lalu melarikan diri bersama para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengikutnya, meninggalkan Bu-tong-pai.
Kami mengambil alihnya kembali dan belum lama ini, hampir saja kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi sasaran penyerbuan pemerintah.
Baiknya kami telah dapat menceritakan keadaan kami dan sekarang, mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mau, untuk membuktikan bahwa
Bu-tong-pai tidak bersekutu dengan pemberontak, terpaksa kami harus membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemerintah. Hari ini pun Bu-tong
Cap-pwe Enghiong, murid-murid pinto, terpaksa akan berangkat ke utara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan tugas penyelidikan terhadap
pemberontakan An Lu Shan." Mendengar ini, Sin Liong dan Swat Hong merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecewa sekali, jauh-jauh mereka
menyusul ke Bu-tong-san, hanya untuk mendengar bahwa The Kwat Lin tidak berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi di tempat itu dan sekarang telah
menjadi orang buruan pemerintah. "Aihhh.... ke mana kita harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencarinya?" Swat Hong berkata
kesal sambil menoleh kepada Sin Liong. "Nona, untuk menebus kesalahan kami
tadi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baiklah kami beritahukan bahwa kalau
tidak salah dugaan kami, The Kwat Lin melarikan diri ke tempat kediaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li. Kalau Ji-wi mencarinya
ke sana, tentu akan setidaknya mendengar lebih jauh tentang wanita itu."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kiam-mo Cai-li? Siapa dia? Dan
dimana tempat tinggalnya?" Swat Hong mendesak dan wajahnya berseri karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> timbul pengharapan lagi di dalam
hatinya. "Dia adalah seorang datuk kaum sesat, sorang wanita yang tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmunya dan telah bersekutu dengan The
Kwat Lin untuk membantu pemberontak. Kiam-mo Cai-li tinggal di Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkai, di kaki Pegunungan
Lu-liang-san, tidak begitu jauh dari sini." "Suheng, tunggu apa lagi?
Mari kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat pergi ke Lu-liang-san!" Swat
Hong dengan penuh semangat sudah bangkit berdiri. Sin Liong terpaksa juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkit berdiri, akan tetapi Ketua
Bu-tong-pai itu berkata, "Harap Ji-wi berhati-hati. Rawa Bangkai merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daerah yang sangat berbahaya dan selain
dua wanita itu amat sakti, juga Kiam-mo Cai-li mempunyai banyak anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah. Bahkan kaki tangan The Kwat Lin
yang tadinya berada di sini sekarang pun ikut pergi bersamanya."
"Terima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasih atas peringatan Locian-pwe,"
kata Sin Liong sambil memberi hormat dan karena dia pun merasa amat tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> enak telah menggangu orang-orang tua di
Bu-tong-pai ini, dia cepat mengajak sumoinya pergi dari situ. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpamit, sekali berkelebat saja dua
orang muda itu lenyap. Kui Tek Tojin menghela napas dan mengelus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jenggotnya, "Siancai..... dua
orang muda yang amat luar biasa. Pinto yakin bahwa mereka tentulah orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Pulau Es juga. Gerakan mereka aneh
seperti gerakan Kwat Lin, akan tetapi kalau Pulau Es telah membuat Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menjadi seperti iblis, dua orang
muda itu seperti dewa!" "Suheng, bukankah di lereng puncak yang sana
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempatnya?" "Kalau tidak
salah memang di sana, Sumoi. Akan tetapi sekali ini kita melakukan pekerjaan
yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya, maka kuharap Sumoi suka
bersikap tenang dan sabar, tidak tergesa-gesa." Swat Hong mengangguk,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan saputangan sutera dan
menghapus keringat dari leher dan dahinya. Mukanya kemerahan, pipinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti buah tomat masak, matanya
bersinar-sinar penuh semangat, rambutnya agak kusut dan anak rambut di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahinya basah oleh keringat. Sin Liong
memandang sumoinya dan diam-diam dia menaruh hati iba kepada sumoinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seorang dara muda seperti sumoinya
sudah harus mengalami hidup merantau dan sengsara seperti ini! Padahal,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
seorang dara muda seperti sumoinya itu sepatutnya berada di dalam rumah
bersama keluarga, hidup aman teteram<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan penuh kegembiraan, bermain-main di
dalam taman bunga yang indah, bersedau-gurau, tertawa, bernyanyi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membaca sajak, atau jari-jari tangan
yang kecil meruncing itu menggerakan alat-alat menyulam. Tidak seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang ini, setiap saat menghadapi
bahaya, selalu bermain dengan pedang dan maut! Dia menarik napas panjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka berdua duduk di bawah pohon yang
tinggi besar, meneduh di dalam bayangan pohon. Hari itu amat panasnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mereka telah melakukan perjalanan
jauh sejak pagi tadi seharian itu. "Suheng...." Sesuatu dalam suara
dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu membuat Sin Liong cepat menengok
dan dia melihat wajah yang cantik itu menunduk. Aneh sekali! Ada apa lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis ini bersikap seperti orang malu?
"Ada apakah, Sumoi?" Swat Hong mencabut sebatang rumput,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempermainkannya dengan jari-jari
tangannya, kemudia dalam keadaan tidak sadar meremas rumput itu sampai hancur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tangannya. "Suheng, setelah
selesai tugas kita memenuhi pesan terakhir Ayah, lalu bagaimana?"
Tersentuh hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong. Baru saja dia membayangkan
nasib dara itu dan sekarang agaknya Swat Hong juga membayangkan masa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depanya. "Kalau kita sudah
berhasil memenuhi pesan Suhu, kita akan mengembalikan pusaka-pusaka itu ke
Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es." "Hemm, kemudian?' Swat
Hong masih tetap menunduk dan kini dia bahkan telah mencabut lagi sebatang
rumput<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dimasukan ke dalam mulutnya yang
kecil dan rumput itu digigit-gigitnya. "Kemudian? Aku akan membantumu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari ibu sampai dapat, Sumoi. Akan
kita jelajahi seluruh pulaupulau di sekitar Pulau Es, dan kalau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil, kita akan mendarat lagi di
daratan besar dan mencari sampai ketemu. Sebelum bertemu dengan ibumu, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak akan berhenti mencari." Lama
tiada kata-kata keluar dari mulut yang menggigit-gigit rumput itu. Akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong bertanya juga, "Kalau
sudah bertemu dengan ibu?" "Kalau sudah ketemu?" Sin Liong
mengulang pertanyaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dengan heran, karena hal itu
anehlah kalau ditanyakan."Tentu saja engkau hidup bersama
ibumu......" "Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau?" "Aku? Aku.... aku
agaknya akan pergi merantau karena tidak ada apa-apa lagi yang mengikatku,
tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tugas. Aku bebas seperti burung di
udara terbang ke mana pun angin membawaku." Kembali suasana hening, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini Sin Liong terpengaruh oleh
pertanyaan itu dan merenung seolah sudah merasakan betapa nikmatnya bebas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbang di udara tanpa beban tugas
sedikit pun. "Suheng...." "Hemmm.....?" "Kalau bertemu
dengan ibu engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan meninggalkan kami?"
"Sudah kukatakan begitu, bukankah kau sudah aman kalau berada di samping
Ibumu?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bagaimana kalau..... kalau kita
gagal mencari ibu? Bagaimana kalau sampai tidak bertemu? Bagaimana pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andaikata Ibu....ibu sudah
meninggal?" Sin Liong terkejut. Hal ini sama sekali tidak pernah
terbayangkan dan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hadapkan dengan kemungkinan kenyataan
ini dia terkejut dan bingung, sejenak tidak mampu menjawab. Dia berfikir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian menjawab tanpa keraguan
sedikitpun juga, "Kalau begitu, tentu saja aku tidak akan meninggalkanmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi." "Kita tinggal di mana?"
"Di mana saja sesukamu." "Kita berkumpul?" "Ya."
"Sampai kapan?" Kembali Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong termangu-mangu dan tak dapat
menjawab. Swat Hong bekata lagi. "kalau demikian, aku jadi merepotkanmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suheng. Aku merampas kebebasan yang kau
idam-idamkan tadi." "Ah, tidak! Tidak sama sekali! Di dalam kebebasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang diri di dunia itu memang
terdapat kenikmatan, akan tetapi di dalam melakukan sesuatu untuk orang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama untukmu, juga terdapat
kenikmatan besar." "Engkau menjadi seperti seekor burung yang terikat
kakimu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kakiku, Suheng."
"Tidak, tidak begitu! Kita seperti dua ekor burung bebas yang melakukan
penerbangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama!" "Untuk selamanya,
Suheng?" Kembali Sin Liong termangu-mangu. "Aihh, tentu saja tidak.
Engkau harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menikah, dan aku akan menjadi wakil
orang tuamu, aku yang akan meneliti, memilihkan calon suami, sampai engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil menjadi isteri seorang
laki-laki yang patut menjadi suamimu." "Tidak sudi!!" Tiba-tiba
Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
bangkit berdiri, menjauh dan membelakangi Sin Liong. Tak terasa lagi
rumput di mulutnya sudah dikunyah-kunyah!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong terbelalak memandang tubuh
belakang sumoinya. Dia benar-benar terkejut dan heran sekali mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya memdadak marah seperti itu,
padahal dia bicara dengan setulus hatinya, menyatakan keinginannya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik terhadap sumoinya yang akan
dibelanya itu. "Sumoi....!" dia memanggil dan gadis itu membalikan
tubuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Untuk kedua kalinya Sin Liong terbelalak.
Sumoinya itu, biarpun tidak sesenggukan, telah menangis. Sepasang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pipinya basah air mata dan masih ada
butiran air mata yang bergerak menurun dari pelupuk matanya. "Suheng,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau....engkau kejam....!" dan
sekarang Swat Hong menangis betul-betul, sesenggukan dan menjatuhkan dirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke atas rumput, menutupi muka dengan
kedua tangan, membiarkan air matanya membanjir keluar dari celah-celah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jari tangannya. Sin Liong mengerutkan
alisnya, lalu menggeleng kepala. "Kejam....?" Dia seperti hendak
bertanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada bayangan sendiri, mengapa dia
yang akan membela gadis itu bahkan dimaki kejam. Swat Hong memeras air<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya, mengapus muka dengan
saputangan, kemudian mengangkat mukanya memandang. "Suheng, kau memang
kejam. Kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mau enakmu sendiri saja! Kau hendak
membiarkan aku sengsara, meninggalkan aku kepada orang lain agar dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bebas merantau seorang diri. Padahal
engkau pun tahu bahwa aku tidak punya siapa-siapa lagi, aku hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai engkau seperti engkau
mempunyai aku. Akan tetapi.....uhuh- uh.... kau ingin sekali mencampakkan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar dapat bebas. Kalau begitu,
tinggalkan saja aku sekarang.....!" "Eh-eh, Sumoi...., bagaimana pula
ini?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapa yang akan memberikanmu kepada
orang lain? Tentang pernikahan itu..... tentu saja kalau engkau sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu dengan jodohmu, dengan seorang
pria yang kau cinta. Aku berniat baik, sama sekali tidak ada keinginan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatiku untuk meninggalkanmu, sampai
engkau berhasil memperoleh pilihan hatimu. Kalau engkau sudah menikah, apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaukira aku harus menungguimu
saja?" "Tidak! Aku tidak akan menikah kalau hanya agar kau dapat
bebas! Aku akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya menikah kalau engkau sudah
menikah lebih dulu!" Kini Swat Hong bicara penuh semangat, seolah-olah dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa penasaran. Sin Liong
membelalakan matanya memandang. "Eh? Mengapa begitu? Aku... aku selamanya
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan menikah, Sumoi!" Swat Hong
menampar tanah. "Tass!!" lalu memandang dengan muka merah kepada
suhengnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disambung kata-kata nyaring, "Aku
pun tidak akan menikah!" "Wah, mana bisa? Aku seorang pria, Sumoi.
Tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menikah selamanya pun tidak apa-apa,
akan tetapi engkau seorang wanita...." "Apa bedanya? Kalau pria bisa
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menikah selamanya, apakah wanita tidak
bisa? Pendeknya, aku tidak akan menikah sebelum engkau menikah, Suheng!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong menarik napas panjang dan
duduk bersandar pohon, tidak menjawab lagi. Gadis ini sedang marah, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik kalau dilayani, pikirnya. Dia
yakin bahwa ucapan sumoinya itu hanyalah terdorong oleh kemarahan. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelah sumoinya bertemu dengan seorang
pemuda yang baik dan mereka saling mencinta, tentu pendirian sumoinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentang pernikahan tidak seperti
sekarang. Dia tidak mungkin dapat membayangkan seorang dara seperti sumoinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cantik jelita, keturunan raja, pandai
dan sukar dicari keduanya, sampai menjadi perawan tua atau bahkan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menikah sama sekali. Ngeri dia
memikirkan ini! Melihat sampai lama suhengnya hanya duduk termenung, agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong mulai menyesali sikapnya. Air
matanya sudah kering, sisanya dihapus dengan saputangan dan dia pindah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> duduk dekat suhengnya. Mereka
berhadapan, akan tetapi Sin Liong pura-pura tidak memperhatikan ulah sumoinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suheng...."
"Hemmm....?" "Kau marah kepadaku?" Mau tidak mau Sin Liong
tersenyum dan memandang wajah itu. Pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat seperti itu, terasa benar olehnya
betapa dia amat sayang kepada Swat Hong, sayang dan kasihan. "Kalau ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang yang marah di sini, agaknya
engkaulah yang marah, Sumoi, bukan aku." "Suheng, katakanlah. Mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau tidak mau menikah?"
Pertanyaan ini merupakan serangan tiba-tiba yang membuat Sin Liong bingung
bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menjawabnya. Dia mengerutkan
alisnya, mengosok-gosok dagunya sebelum menjawab, kemudian terpaksa menjawab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga karena sepasang mata bintang yang
memandang tajam kepadanya itu sudah menanti jawaban dengan tidak sabar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. "Aku tidak ingin menikah
karena bagiku, pernikahan merupakan ikatan, sumoi. Aku ingin bebas, bebas lahir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batin dan betapa mungkin aku dapat
bebas kalau aku menikah, berkeluarga dan mempunyai anak isteri? Bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku dapat bebas kalau aku memiliki
harta benda, kedudukan dan lain ikatan duniawi lagi?" Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termangu-mangu , agaknya tertegun
mendengar jawaban suhengnya. Sampai lama dia diam saja, kemudian tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya, "Suheng, apakah engkau
ingin menjadi pertapa?" Sin Liong tersenyum dan menggeleng kepalanya.
"Seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertapa berarti mengikatkan diri dengan
pertapaannya. Tidak, Sumoi. Aku ingin bebas dari segala-galanya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suheng kita.... kita.... dahulu
dijodohkan oleh Ayah, bukan?" Sin Liong terkejut. Tak disangkanya bahwa
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong akan menyinggung masalah ini. Dia
hanya mengangguk sambil memandang wajah sumoinya penuh selidik. Apalagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang akan dikemukaan sumoinya ini?
"Dahulu kita sudah bicara di perahu itu dan memutuskan bahwa orang hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat mengikat jodoh jika saling
mencinta. Suheng...., apakah.... apakah engkau tidak mencinta seorang
wanita?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong cepat mengelengkan kepalanya.
"Aku tahu bahwa Soan Cu mencintamu, Suheng! Apakah engkau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencintanya? Dia cantik jelita dan
pandai...." "Tidak, Sumoi, kalau yang kau maksudkan adalah cinta
berahi."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Akan tetapi Suheng menolongnya,
membela dan melindunginya. Bukankah itu membuktikan bahwa Suheng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencintainya?" "Memang aku
mencintanya seperti aku mencinta orang lain, akan tetapi bukanlah cinta umum
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendorong untuk menikah, kemudian
setelah menikah berusaha memiliki isterinya lahir batin sehingga timbullah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siksaan batin dan kesengsaraan, pertentangan
bahkan mungkin cemburu dan kebencian. Tidak, aku tidak mencinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu seperti yang kau maksudkan
itu." "Dan bagaimana dengan Siangkoan Hui? Dia manis sekali dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terang-terangan mengaku cintanya
kepadamu, Suheng. Apakah engkau tidak ingin mengambilnya sebagai isteri?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemmmm, sama sekali tidak.
Apalagi aku mendengar bahwa dia telah bertunangan dengan orang lain."
"Jadi tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada wanita yang kau pilih untuk menjadi
isterimu, Suheng?" Sin Liong menggelengkan kepala, hatinya tidak enak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membicarakan soal ini. "Tidak ada
dara yang kaucinta?" Sin Liong menggeleng lagi. "Termasuk
aku....?" Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut. Sungguh bingung dia
memikirkan sumoinya ini. Ketika dia mengangkat muka memandang, dia melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya juga sedang memandangnya
dengan sikap aneh. Mata sumoinya yang biasanya tajam lebar dan amat indahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu kini agak terpejam, seperti mata
mengantuk, sinar matanya sayu dan seperti orang mau menangis, bibirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum tipis akan tetapi seperti
orang menahan rasa nyeri, cuping hidungnya agak kembang kempis dan jelas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak dadanya naik turun diburu
pernapasan. "Sumoi, kau tahu bahwa aku cinta kepadamu, aku mencintamu
seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang Sumoi, seperti seorang adik,
seperti seorang sahabat dan aku rela untuk mempertaruhkan nyawa membela<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melindungimu, aku merasa sebagai
pengganti ayah bundamu, aku akan merasa berbahagia, Sumoi, karena itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percayalah bahwa aku tidak akan
meninggalkanmu sebelum ...." "Sudahlah..... sudahlah....! Mari kita
melanjutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjalanan, tugas kita masih belum
selesai!" Swat Hong sudah meloncat bangun dan berlari cepat mendaki puncak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjulang tinggi itu. "Sumoi,
perlahan dulu....! Hati-hatilah....!" Sin Liong melompat dan terpaksa
harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerahkan ilmunya untuk menyusul
sumoinya yang lari seperti setan itu. Karena agaknya Swat Hong berlari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> secara ngawur saja, asal cepat dan naik
ke puncak, untuk melampiaskan kemendongkolan hatinya, maka mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersesat jalan, bukan menuju ke Rawa
Bangkai yang berada di lereng timur, melainkan memasuki hutan lebat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lereng barat! Mereka tidak tahu bahwa
ada banyak pasang mata mengintai ketika mereka memasuki hutan itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba bermunculan banyak orang yang
mengeluarkan bentakan-bentakan nyaring. Sin Liong dan Swat Hong berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tegak memandang ke sekeliling dan Swat
Hong membelalakan matanya saking herannya. Mereka berdua telah dikurung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh puluhan orang yang tubuhnya katai,
pendek sekali. Yang tertinggi di antara mereka hanyalah setinggi dada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong! Kalau saja tidak melihat
muka orang-orang itu, tentu Swat Hong mengira bahwa mereka berdua dikurung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh serombongan anak nakal. Akan
tetapi wajah mereka yang penuh kumis pendek dan penuh keriput itu jelas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah wajah orang-orang yang sudah
dewasa, bahkan wajah laki-laki berusia kurang lebih empat puluh tahun!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Karena tubuh mereka yang kerdil itu
amat pendek, mereka kelihatan kuat dan kokoh, wajah mereka keruh dan marah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung kekejaman dan di tangan
mereka tampak senjata yang bermacam-macam, senjata yang aneh-aneh tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lumrah senjata umumnya. Gerakan mereka
ketika mengurung dan bergerak mengelilingi Swat Hong juga amat aneh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kadang-kadang tumit mereka diangkat,
kadang-kadang mereka bergerak sambil berjongkok sehingga menjadi makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendek seperti kakat, kadangkadang
berloncatan! "Kalian mau apa? Pergi....!!" Swat Hong membentak dan
mengirim<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tendangan berantai ke arah empat orang
katai terdekat akan tetapi batapa heranya ketika melihat empat kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tendangannya yang beruntun itu mengenai
angin kosong karena dengan gerakan yang aneh dan cekatan sekali, empat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang kerdil itu telah mampu mengelah,
bahkan hampir saja ujung sepatu kiri Swat Hong terbabat sebatang pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bentuknya seperti gergaji!
"Hati-hati, Sumoi. Mereka bukanlah lawan lemah." Sin Liong berbisik
dan pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini sudah menyambar sebatang kayu dahan
pohon, mematahkannya dan membuat sebatang alat pemukul sebesar lengan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kita hadapi mereka dengan saling
melindungi," kembali Sin Liong berbisik. Swat Hong adalah seorang dara
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keras hati dan tidak mengenal artinya
takut akan tetapi melihat hasil tendangannya tadi, dia pun maklum bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rombongan orang kerdil ini tidak boleh
di buat main-main, maka dia cukup cerdik untuk mentaati bisikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya dan mereka lalu berdiri
tegak, memasang kuda-kuda dengan pungung saling membelakangi hampir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersentuhan. Swat Hong memegang pedang
dengan tangan kanan yang diangkat, sedangkan tangan kiri dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jari-jari terbuka, miring di depan
dada. Sin Liong pun memasang kuda-kuda yang sama, hanya bedanya, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memegang alat pemukulnya dengan tangan
kiri. Keduanya berdiri diam tak bergerak sama sekali, hanya mata mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang melirik ke kanan kiri mengikuti
setiap gerak-gerik para pengurung mereka. "Harap Cuwi jangan salah
paham,"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong berseru nyaring, "Kami
datang bukan untuk memusuhi Cuwi sekalian atau siapapun juga di tempat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kami datang karena tersesat hendak
mencari Rawa Bangkai. Kalau Cuwi dapat memberi tahu di mana adanya Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkai, kami akan berterima kasih
sekali." Akan tetapi, orang-orang kerdil itu tetap saja bergerak maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelilingi mereka sambil berjingkrak
dan membuat gerakan aneh-aneh. Dua orang muda mudi itu tetap berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tegak, sama sekali tidak bergerak namun
semua urat syaraf di tubuh mereka menegang dalam persiapan. Seorang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara orang kerdil itu, sambil terus
mengelilingi mereka berdua, bertanya, "Mau apa kalian mencari Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkai?" Kini Swat Hong yang
sudah hilang sabarnya itu menjawab dengan bentakan, "Orang-orang kerdil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjemukan! Kami mencari seorang yang
bernama The Kwat Lin!" Mata orang-orang itu melotot namun mereka masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetap mengelilingi dua orang muda itu
dan orang yang memegang sebatang golok besar bercincin empat agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemimpin mereka, yang mukanya berseri
dan kumisnya kecil melintang, bertanya lagi, "Mau apa mencari The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin?" "Mau kubunuh
mampus!" Jawaban Swat Hong ini seperti merupakan aba-aba saja karena
mendengar mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memekik aneh dan kedua orang itu
terpaksa harus mengerahkan sinkang untuk melindungi jantung karena pekik-pekik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aneh itu merupakan penyerangan luar
biasa melalui suara yang disertai khingkang. Tentu saja dua orang muda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kesaktian hebat dari Pulau Es itu
tidak dapat begitu mudah dikalahkan hanya dengan pekik-pekik itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat betapa dua orang muda itu sama
sekali tidak terpengaruh, tiba-tiba Si pemegang golok bercincin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak dan mulailah tiga puluh enam
orang kerdil itu menyerang dengan cara aneh, yaitu sambil lari mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang, tampaknya sambil lalu saja
akan tetapi karena banyak senjata yang menyerang, tentu saja amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya. Sin Liong menggerakkan
tongkat pendek melindungi diri, sedangkan Swat Hong juga menangkis dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya sambil mengerahkan tenaga
sinkangnya. "Trang-trang-cringggg...!!" Bunyi senjata tajam bertemu
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar pekik kaget dari beberapa
orang kerdil karena senjata mereka yang tertangkis oleh tongkat pendek dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang itu membalik, bahkan ada empat
orang yang terpaksa melepaskan senjata dari pegangan tangan mereka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terasa tergetar hebat dan panas itu.
Orang-orang kerdil itu ternyata cerdik sekali. Pertemuan senjata satu kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu saja cukup membuat mereka maklum
bahwa dua orang muda yang mereka keroyok itu memiliki kekuatan sinkang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hebat, jauh melebihi mereka maka
mereka lalu mengurung dan menyerang bertubi-tubi, bergantian tanpa mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengadu senjata lagi. Setiap senjata
mereka ditangkis, mereka menarik kembali senjata itu dan sudah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> temannya yang melanjutkan serangan dari
arah lain. "Suheng, biar kubasmi setan-setan pendek ini!" Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi tidak sabar dengan cara
suhengnya mempertahankan dan melindungi diri saja itu yang dianggapnya terlalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalah dan terlalu "memberi
hati" kepada para pengeroyok yang menjemukan hatinya itu. Sebelum Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab, Swat Hong sudah meloncat ke
depan mengeluarkan suara melengking yang tinggi dan dahsyat, pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebatan dan disusul dorongan
tangan kiri yang mengandung tenaga Inti Salju, maka terdengarlah pekik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berturut-turut dan robohlah lima orang
kerdil, yang dua orang terkena sambaran pedang, yang tiga lagi roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh dorongan tangan kiri dan terjangan
kaki Swat Hong! Kacaulah pengeroyokan itu karena dapat dibayangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa kaget dan gentarnya hati para
orang kerdil ketika dalam segebrakan saja setelah gadis itu membalas, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pihak mereka roboh lima orang! Belum
lagi pemuda yang kelihatan lebih lihai itu bergerak menyerang! Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begini keadaannya, tentu mereka akan
roboh semua. Si kerdil Bergolok yang memimpin mereka, segera mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suitan aneh dan gerombolan itu lalu
melarikan diri, sambil membawa lima orang teman mereka yang terluka, Si<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pemegang Golok berteriak, "Hai,
dua orang muda sombong, kalau memang gagah, ikutlah kami dan lawanlah majikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami The Kwat Lin dan Kiam-mo
Cai-li!" "Suruh mereka keluar menemui kami!" Swat Hong
membentak. "Heh-heh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau takut kami jebak, ya? Orang
gagah macam apa kamu itu?" Si Pemegang Golok mengejek. "Keparat,
siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut?" Swat Hong melompat dan
mengejar. "Sumoi....!" Sin Liong memperingatkan, akan tetapi Swat
Hong tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja tidak mau peduli karena dia sudah
marah sekali, apalagi mendengar nama The Kwat Lin, dia sudah bersemangat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan ingin segera berhadapan dengan
musuh besarnya itu. Melihat sumoinya terus mengejar, terpaksa pula Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga meloncat dan berlari cepat
mengejar. Orang-orang kerdil itu berlari terus mendekati lereng bukit, keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari hutan memasuki daerah yang tandus
berbatu-batu dan di situ terdapat banyak gua batu yang besar-besar, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari luar tampak menghitam karena di
sebelah dalam gua tidak memperoleh matahari sehingga amat gelap. Dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belakang Sin Liong melihat betapa
orang-orang kerdil itu bagaikan rombongan semut saja dengan sigapnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berloncatan memasuki gua-gua di sekitar
itu, akan tetapi sebagian banyak memasuki sebuah guha terbesar dan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di tengah-tengah di antara semua
gua. "Sumoi, berhenti dulu! Ini bukanlah sebuah rawa!" teriak pula
Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong, akan tetapi terlambat karena
Swat Hong dengan penuh semangat telah menerjang masuk dan lenyap ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gua besar. "Ah, Sumoi terlalu
bersemangat sehingga sikapnya sembrono dan berbahaya," Sin Liong mengomel
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpaksa dia pun cepat mengejar
memasuki guha besar itu. Guha itu gelap sekali, gelap dan sunyi.
"Sumoi....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia berteriak memanggil, akan tetapi
hanya gema suaranya sendiri yang menjawab dari berbagai jurusan! Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut dan dapat menduga bahwa gua
itu merupakan terowongan yang bercabangcabang. Dia maju terus dan benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja dugaannya, gua yang gelap itu
merupakan lorong dan akhirnya tiba di depan terowongan yang bersimpang tiga!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sumoi....!!" Dia berteriak
lagi dan jauh dari depan, terdengar jawaban gema suaranya sendiri lima kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berturut-turut! "Celaka,"
pikirnya, "Kita telah terjebak!" Akan tetapi karena dia harus dapat
menemukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya yang dia khawatirkan terjeblos
ke dalam perangkap orang-orang kerdil. Sin Liong tanpa ragu-ragu<o:p></o:p></span></div>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-39157868256257115622012-07-28T02:27:00.005+08:002012-07-28T02:27:57.169+08:00BUKEK SIANSU : Seri Kedelapan<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Kedelapan - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-ketujuh.html" target="_blank">Lanjutan Seri Kho Ping Hoo - Bukek Siansu Seri Ketujuh</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";">kerajaan yang luas sekali wilayahnya.
Di jaman pemerintahannya inilah (712-756) di Tiongkok bermunculan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sastrawan-sastrawan dan pelukis-pelukis
yang menjadi terkenal sekali dalam sejarah, seperti Li Tai-po, Tu Fu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Wang Wei dan lain-lain. Namun,
disayangkan bahwa kebijaksanaan Beng Ong dalam mengemudikan roda pemerintahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"></span></div>
<a name='more'></a> ini mengalami godaan hebat yang
meruntuhkan segala-galanya. Seperti telah terjadi seringkali, di jaman apa pun<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan di negara manapun juga, Beng Ong
yang hatinya teguh menghadapi godaan segala macam keduniawian, ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lumpuh ketika menghadapi seorang
wanita! Betapa banyaknya sudah dibuktikan oleh sejarah, betapa pria-pria yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat, pandai, gagah perkasa dan kuat hatinya,
menjadi luluh dan tak berdaya begitu bertemu dengan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita yang berkenan di hatinya.
Peristiwa itu terjadi dalam tahun 745. Ketika itu, Raja Beng Ong sudah berusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> enam puluh tahun lebih. Sebenarnya
sudah tua dan sudah kakek-kakek, namun seperti telah terbukti dari jaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahulu sampai sekarang, laki-laki,
betapapun tuanya dalam menghadapi wanita menjadi seperti seorang kanak-kanak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hijau dan lemah. Seorang di antara
banyak pangeran, yaitu putera Kaisar yang terlahir dari banyak selirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah Pangeran Su. Pangeran ini
mempunayi seorang isteri yang amat cantik jelita, dan menurut kabar angin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita ini cantiknya melebihi bidadari
kahyangan. Wanita ini bernama Yang Kui Hui, dan memang wanita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kecantikan yang amat luar
biasa sehingga terkenal di seluruh penjuru dunia. Ketika Kaisar Beng Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam suatu kesempatan bertemu dan
melihat Yang Kui Hui, seketika hati Kaisar tua itu tergila-gila. Ratusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang selir cantik dan pelayan-pelayan
muda dan perawan tidak lagi menarik hatinya dan setiap saat yang tampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di depan matanya hanyalah wajah Yang
Kui Hui yang cantik jelita. Akhirnya, Kaisar tidak lagi dapat menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nafsu hatinya. Dengan kekerasan dia
memaksa puteranya sendiri, Pangeran Su, untuk menceraikan isterinya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengawinkan pangeran ini dengan seorang
wanita lain. Adapun Yang Kui Hui, tentu saja, segera dimasukan ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana, di dalam kumpulan harem
(rombongan selir) di istana. Setelah Yang Kui Hui pada malam pertama melayani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar Beng Ong, bekas ayah mertuanya,
sejak saat itulah terjadi lembar baru dalam sejarah Kerajaan Tang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar Beng Ong yang tadinya giat
mengurus pemerintahan, memperhatikan segala urusan pemerintahan sampai ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> soal yang sekecil-kecilnya, kini mulai
tidak acuh dan menyerahkan semua urusan ke tangan para Thaikam (Orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kebiri, Kepercayaan Raja) dan para
pembesar yang berwenang. Dia sendiri dari pagi sampai jauh malam tak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan tempat tidur di mana Yang
Kui Hui menghiburnya dengan penuh kemesraan. Dalam beberapa bulan saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir yang tercinta ini berhasil
menguasai hati Kaisar seluruhnya sehingga apa pun yang dilakukan oleh Yang Kui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui selalu benar, dan apa pun yang
diminta oleh selir ini, tidak ada yang ditolak oleh Kaisar tua yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dimabok cinta itu. Yang Kui Hui
bukanlah seorang wanita bodoh. Sama sekali bukan. Tentu saja hatinya menaruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dendam kepada kaisar Beng Ong karena dia
dipisahkan dari suaminya yang tercinta. Sudah pasti sekali dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melayani semua nafsu berahi Kaisar tua
itu, ada tersembunyi niat yang lain lagi, bukan semata-mata karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalas cinta kasih Kaisar yang sudah
tua itu. Dia tidak menyia-nyikan kesempatan amat baik itu. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuat Kaisar tergila-gila dan
seolah-olah bertekuk lutut di depan kakinya yang kecil mungil, mulailah Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui Hui memetik hasil pengorbanan diri
dan hatinya. Dia menggunakan pengaruhnya terhadap Kaisar, menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarganya menduduki tempat-tempat
penting dalam pemerintahan! Bahkan kakaknya yang bernama Yang Kok Tiong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diangkat menjadi menteri pertama dari
Kerajaan Tang setelah menteri yang lama dicopot secara menyedihkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar, tentu saja atas bujukan Yang
Kui Hui! Dan masih banyak lagi anggota keluarga selir yang cantik jelilta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini memperoleh kedudukan yang tinggi
sekali yang sebelumnya tak pernah termimpikan oleh mereka. Pada jaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itulah muncul seorang yang akan menjadi
terkenal sekali dalam sejarah Tiongkok. Orang ini bukan lain adalah An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu San, seorang yang tadinya dari
keturunan tak berarti. An Lu San dilahirkan di Mancuria Selatan, di luar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tembok Besar, yaitu Di Liao-tung. Orang
tuanya berdarah Turki dari suku bangsa Khitan, keturunan keluarga yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersahaja dan terbelakang. Ketika An Lu
San menjadi seorang pemuda remaja, sebagai seorang budak belian dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dijual kepada seorang perwira Kerajaan
Tang yang bertugas di utara, di Tembok Besar. Mulai saat itulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bintangnya menjadi terang. Sebagai
kacung perwira itu, dia ikut pula ke medan perang dan ternyata bocah ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuktikan dirinya sebagai seorang
yang gagah berani dan cerdik sekali, memiliki keahlian dalam pertempuran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga beberapa kali dia membuat jasa
pada pasukan yang dipimpin oleh majikannya. Maka diangkatlah dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi prajurit dan dalam waktu
singkat saja dia membuat jasa-jasa besar sehingga dia diangkat terus,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinaikkan menjadi perwira dan akhirnya,
beberapa tahun kemudian setelah dia memenangkan beberapa peperangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melawan musuh dari luar sehingga dia
berjasa besar bagi Kerajaan Tang, dia diangkat menjadi jenderal! Mulailah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jenderal An Lu Sun ini mendekati
Kaisar. Setelah pangkatnya setinggi itu, tentu saja terbuka kemungkinan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baginya untuk berhadapan dengan Kaisar
yang waktu itu sedang tergila-gila kepada Yang Kui Hui yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh kedudukan tinggi. An Lu San
memang seorang yang amat cerdik. Menyaksikan pengaruh dan kekuasaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir yang cantik jelita itu terhadap
Kaisar, dia melihat kesempatan baik sekali untuk mengangkat diri sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke tempat yang lebih tinggi. Dengan
sikapnya yang lucu dan ugal-ugalan, pembawaan watak liarnya, dia berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyenangkan hati Kaisar dan memancing
kegembiraan Yang Kui Hui sendiri. Selir ini, yang setiap hari harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melayani seorang pria yang sudah tua
dan sudah lemah, tentu saja bangkit gairahnya melihat jenderal yang tegap,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gembira dan kasar liar itu! Terjadilah
"main mata" antara kedua insan ini, dan akhirnya, dengan bujukan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rayuannya, Yanh Kui Hui memuji-muji
kesetiaan dan jasa-jasa An Lu San sehingga Kaisar menjadi semakin suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada jenderal ini. Bahkan Yang Kui
Hui dengan akalnya yang licik telah mengangkat An Lu San sebagai "putera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> angkatnya". Hal ini tidak
dijadikan keberatan oleh Kaisar, bahkan Kaisar memuji selirnya sebagai seorang
selir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang cerdik, selir yang mencinta dan
yang setia karena perbuatan Yang Kui Hui itu dianggapnya sebagai taktik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir untuk menyenangkan hati seorang
pahlawan sehingga dengan demikian memperkuat kedudukan Kaisar. Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Beng Ong yang terkenal pandai dan
bijaksana itu ternyata menjadi lemah tak berdaya, sama lemahnya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seuntai rambut lemas hitam dari Yang
Kui Hui yang setiap saat dapat dipermainkan oleh jari-jari tangan halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari selir yang cantik jelita itu. Tentu saja
setiap sukses dari seseorang, bail didapatkan dengan jalan apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun juga melahirkan iri hati kepada
orang-orang lain. Biarpun tidak ada yang berani secara terang-terangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentang selir cantik yang amat
dikasihi Kaisar tua itu, namun diam-diam banyak anggauta keluarga kerajaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang merasa iri hati dan membenci Yang
Kui Hui, terutama sekali para selir lainnya yang kini seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diabaikan oleh Kaisar yang setiap malam
selalu dibuai dalam pelukan Yang Kui Hui. Pada suatu malam Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beristirahat di dalam kamarnya sendiri.
Betapapun dia tergila-gila kepada Yang Kui Hui, namun karena dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tua sekali, tenaganya tidak mengijinkan
dia setiap malam mengunjungi selirnya yang masih muda, penuh nafsu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panas itu. Malam itu merupakan malam
istirahatnya dan dia tidak mendekati selirnya yang tercinta. Tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terasa lelah setelah sore tadi dia
berpesta makan minum dan menikmati tari-tarian yang disuguhkan untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehormatan jenderal An Lu San yang
datang berkunjung ke istana. Setelah mengijinkan jenderal perkasa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengundurkan diri ke kamar tamu yang
disediakan, Kaisar yang merasa lelah itu berbisik kepada selirnya tercinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa malam itu dia ingin beristirahat
karena merasa lelah, kemudian langsung menuju ke kamarnya sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Menjelang tengah malam, kaisar
terbangun dan ternyata yang mengganggu tidurnya adalah seorang selir muda belia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang cantik seperti selir-selir lain.
Selir ini bernama Yauw Cui, masih berdarah bangsawan dan termasuk selir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termuda sebelum Kaisar mengambil Yang
Kui Hui yang merupakan selir terakhir. "Hemmm, apa maksudmu datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggu?" Kaisar berkata, tidak
marah karena dia pun pernah mencinta selir yang cantik ini, bahkan tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu diulur untuk membelai dagu yang
berkulit putih halus itu. "Hamba mohon Sri Baginda mengampunkan
hamba,"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir itu berkata dengan suara agak
gemetar, "Sebetulnya hamba tidak berani mengganggu paduka yang sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beristirahat, akan tetapi...."
Kaisar yang tua itu tersenyum dan salah menyangka. Dikiranya selir muda ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merindukan curahan kasihnya karena
sudah lama dia tidak mengunjungi kamar selirnya ini dan tidak pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memerintahkan selirnya itu datang
melayaninya. "Aihh, manis, naiklah ke sini dan kau pijiti
punggungku..."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> katanya sebagai uluran tangankarena
membayangkan hasrat selirnya ini, sudah bangkit pula berahinya. Yauw Cui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berani membantah, bangkit dari
lantai di mana dia berlutut, dan jari-jari tangannya yang halus mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menari-nari di atas punggung tua yang
pegal-pegal itu. Akan tetapi selir ini berkata lagi, "Rasa penasaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaksa hamba memberanikan diri
mengujungi Paduka. Hamba tidak ingin melihat Paduka yang hamba junjung tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditipu dan dihina orang!" Tangan
Kaisar yang mulai membelai tubuh selirnya itu tiba-tiba terhenti dan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandang mata penuh selidik Kaisar Beng
Ong bertanya, "Apa maksudmu? Siapa yang berani menipu dan
menghinaku?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Yauw Cui menangis dan suara terisakisak
dia berkata, "Hamba.... secara tidak sengaja... mendengar ....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Angoanswe (jenderal An) berada di dalam
kamar.... Yang Kui Hui...." Seketika Kaisar bangkit duduk dengan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak. Dengan alis berkerut dia
memandang selirnya itu yang masih menangis, hatinya tidak percaya sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali karena memang sudah seringkali
Yang Kui Hui difitnah orang lain yang merasa iri hati. "Hammm, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara sembarangan saja terdorong iri
hati." "Tidak.... hamba rela untuk dihukum mati, rela diapakan saja
kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba membohong.... tidak berani hamba
menjatuhkan fitnah.... hamba hanya merasa penasaran melihat Paduka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihina maka hamba memberanikan diri
melapor...." "Pengawal....!!" kaisar berseru sambil mendorong
selirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun dari pembaringan. Pintu terbuka
dan enam orang pengawal pribadi meloncat masuk dan langsung berlutut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah mereka melihat bahwa Kaisar
tidak dalam bahaya. Kaisar menyambar jubah luarnya. "Antar kami ke kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang Kui Hui." kata Kaisar singkat
sambil memberi isyarat dengan matanya agar Yauw Cui ikut pula bersamanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada saat Yauw Cui melapor kepada
Kaisar, kamar Yauw Kui Hui sudah gelap remang-remang dan pada saat itu memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir yang cantik jelita ini sedang
bersama An Lu San. Mereka seperti mabok nafsu berahi dan tentu saja segala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertahanan di hati Yang Kui Hui runtuh
menghadapi jenderal yang tegap dan gagah perkasa ini, yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki sifat-sifat liar dan kasar
dari tempat asalnya. Selama tujuh tahun Yang Kui Hui menekan kekecewaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya melayani seorang kakek-kakek
lemah. Kini bertemu dengan An Lu San dan berkesempatan menikmati rayuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki yang jantan dan jauh lebih
muda dari kaisar ini, tentu saja dia terbuai dan lupa segalanya. Sesosok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bayangan menyelinap ke dalam kamar itu
dan berisik di luar kelambu pembaringan. Bisikan itu merobah suasana di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kamar itu. Yang Kui Hui dan An Lu
San dalam waktu beberapa menit saja telah memakai pakaian yang rapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> duduk menghadapi meja yang diterangi
dengan beberapa batang lilin, dan di atas meja terdapat gambar peta daerah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utara. Di ujung-ujung Kamar itu
terdapat mengawal dan pelayan berdiri seperti patung, hanya memandang saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika An Lu San dengan suara lantang
sedang menjelaskan tentang situasi dan keadaan pertahanan di perbatasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utara. Demikianlah, ketika Kaisar yang
diiringkan Yauw Cui dan para pengawal memasuki kamar itu dengan sikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasar, dia melihat selirnya yang
tercinta itu memang benar duduk berdua dengan An Lu San, akan tetapi bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjinah seperti yang dilaporkan Yauw
Cui, melainkan sedang bicara urusan pertahanan! "Hamba sedang mempelajari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan kekuatan pertahanan kita di
utara dari An Lu San," antara lain Yang Kui Hui membela diri ketika Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyatakan kecurigaannya. "Paduka
terlalu mempercayai mulut seorang wanita yang cemburu dan iri hati setengah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mati kepada hamba." Karena semua
pengawal dan pelayan yang berada di kamar itu merupakan saksi yang kuat bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir tercinta itu tidak bermain gila
dengan putera angkatnya tentu saja Kaisar menjadi marah kepada Yauw Cui.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Selir muda ini mengerti bahwa dia
berbalik kena fitnah oleh madunya yang lihai itu, maka maklum bahwa tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi harapan baginya, dia menudingkan
telunjuknya kepada Yang Kui Hui sambil berteriak nyaring, "Kau Wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Iblis! Karena engkaulah kerajaan ini
akan hancur!" Dan sebelum para pengawal yang diperintah oleh Kaisar yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah-marah itu sempat menangkapnya,
Yauw Cui lari membenturkan kepalanya di dinding kamar itu sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalanya pecah dan dia tewas disaat
itu juga! Tentu saja pada hari berikutnya, ada seorang pelayan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima hadiah banyak sekali dari Yang
Kui Hui, yaitu pelayan yang membisikinya semalam sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkannya. Semenjak peristiwa
itu, kepercayaan Kaisar terhadap Yang Kui Hui dan An Lu San makin besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tentu saja kesempatan baik ini tidak
dibiarkan lewat percuma oleh Yang Kui Hui dan An Lu San yang mengadakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hubungan gelap sepuas hati mereka.
Karena pengaruh Yang Kui Hui di depan Kaisar, maka An Lu San memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehormatan yang besar, bahkan diangkat
menjadi Gubernur di Propinsi Liao Tung. Menguasai pasukan-pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbaik dari kerajaan dan menjaga di
propinsi yang merupakan perbatasan timur. Kehormatan ke dua diterimanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tak lama kemudian, tentu saja atas
desakan dan bujukan Yang Kui Hui yaitu ketika dia dianugrahi gelar Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tingkat Dua. Kehormatan yang besar
sekali karena biasanya, gelar ini hanya diberikan kepada keluarga kerajaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berdarah bangsawan! Memang An Lu
San seorang yang berasal dari suku bangsa terbelakang, namun dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diberkahi dengan kecerdikan luar biasa.
Melihat betapa kaisar bertekuk lutut di depan kedua kaki yang mungil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari selir kaisar Yang Kui Hui, dia
mengeluarkan semua kepandaian untuk mengambil hati selir ini dan ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua muslihatnya berhasil baik dan dia
memperoleh kedudukan yang tinggi sekali. Akan tetapi, tentu saja banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula orang merasa iri hati dan tidak suka
kepada An Lu San. Di antara mereka ini adalah kakak kandung Yang Kui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui sendiri, yaitu Yang Kok Tiong yang
menjadi Menteri Pertama. Dengan kedudukanya yang tingi, Yang Kok Tiong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan penyelidikan dan ketika dia
memperoleh berita bahwa An Lu San mempersiapkan pemberontakan, segera dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berunding dengan Putera Mahkota dan
melapor kepada Kaisar. Kaisar tidak percaya dan menganggap pelaporan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> omong kosong belaka, akan tetapi karena
para pangeran mendesaknya, akhirnya Kaisar memanggil An Lu San yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa keadaannya belum kuat betul
untuk memulai pembrontakan yang memang benar telah dipersiapkannya, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantah. Dia menghadap Kaisar dan
dengan air mata bercucuran dia memprotes, menyatakan kesetiaanya terhadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar dan dalam hal ini kembali
pengaruh Yang Kui Hui membantunya. Selir ini pun mencela Kaisar yang mudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja dipermainkan orang yang merasa iri
hati bahkan Yang Kui Hui mengambil contoh selir Yauw Cui yang irir hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya. "hendaknya Paduka ingat
bahwa An Lu San adalah seorang pahlawan kerajaan yang jasanya sudah amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar. Tidak mungkin dia memberontak,
dan andaikata dia benar mempunyai niat memberontak tentu dia tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang memenuhi panggilan Paduka!
Kedatangannya ini sudah merupakan bukti akan kebersihan dan kesetiaanya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kabar tentang niat pembrontakan itu
tentu ditiup-tiupkan oleh mereka yang merasa iri hati kepadanya." Seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
biasa, hati kaisar luluh dan lenyaplah semua kecurigaan dan keraguannya.
Dia malah menjamu An Lu San dan malam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dengan amat pandainya An Lu San
"membalas budi" Yang Kui Hui, dengan sepenuh hatinya, di dalam kamar
selir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar itu, aman karena terjaga oleh
orang-orang kepercayaan mereka. Demikianlah, pada saat cerita ini terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> An Lu San sudah kembali ke utara dengan
penuh kebesaran dan kebanggaan, dan diam-diam dia makin mempercepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> persiapannya untuk memberontak! Dan
demikian pula dengan keadaan kerajaan Tang pada waktu itu. Kelemahan Kaisar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang jatuh di bawah telapak kaki halus
dari Yang Kui Hui, menimbulkan ketidakpuasan kepada banyak pembesar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga di sana-sini timbul niat untuk
memberontak. Kesempatan keadaan yang lemah dari kerajaan Tang inilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipergunakan oleh The Kwat Lin untuk
mulai dengan petualangannya, untuk memenuhi cita-citanya mencarikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukan tinggi untuk puteranya! Pada
suatu hari, datanglah seorang utusan dari kota raja mendaki Pegunungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-san, menghadap Ketua
Bu-tong-pai. Melihat bahwa utusan ini adalah utusan dari Pangeran Tang Sin Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kota raja, Kwat Lin cepat
menerimanya di kamar rahasia. Setelah utusan itu menyampaikan tugasnya dia
cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi lagi meninggalkan Bu-tong-pai dan
terjadilah kesibukan di Bu-tong-pai. Pangeran Tang Sin Ong, yaitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pangeran di kota raja yang
mempersiapkan pemberontakan pula, sebagai saingan besar dari An Lu San,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangeran yang dihubungi oleh Kwat Lin,
mengirim berita tentang hari dan tempat di mana Yang Kui Hui akan ikut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan Kaisar yang hendak berburu
binatang dalam hutan, sebuah di antara kesenangan Kaisar. saat inilah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinanti-nanti oleh The Kwat Lin dan
Pangeran Tang Sin Ong untuk menjalankan siasat mereka yan telah lama mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rencanakan. Beberapa hari kemudian,
tibalah saatnya Kaisar bersama Yang Kui Hui bersenang-senang di dalam hutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di kaki Pegunungan Funiu-san, tidak
jauh dari kota raja. Seperti biasa, di waktu mengadakan perburuan ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu dijaga oleh para pengawal
dan ada pula pasukan yang tugasnya hanya mencari dan menggiring binatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hutan sehingga binatang-binatang yang
ketakutan itu menuju ke dekat tempat Kaisar dan Permaisurinya menanti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga dengan mudah Kaisar dapat
melepaskan anak panah ke arah binatangbinatang itu. Sekali ini, selain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa orang pembesar penting, yang
menemani Kaisar terdapat juga Pangeran Tang Sin Ong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seperti biasa, Kaisar dan selirnya yang
tercinta menanti di dalam pondok yang memang tersedia di situ, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengah-tengah hutan. Para pembesar dan
Pangeran Tang Sin Ong menanti di luar pondok sambil bercakap-cakap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka menanti sampai datangnya
binatang-binatang yang akan digiring oleh pasukan yang sudah menyusup-nyusup ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hutan lebat di depan. para
pengawal menjaga di sekeliling tempat itu, pengawal Kaisar dan pengawal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran Tang Sin Ong karena pangeran ini
mempunyai pasukan pengawal sendiri. Mereka tidak usah lama menanti.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Segera terdengar sorak-sorai dari jauh,
makin lama makin mendekat. itulah suara pasukan yang bertugas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggiring binatang hutan menuju ke
tempat penyembelihan itu, di mana para pembesar telah menanti dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gendewa bersama dengan anak panahnya
siap di tangan. Mendengar suara ini, kaisar sudah keluar dari pondok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil tersenyum-senyum gembira membawa
sebatang gendewa. Seorang thaikam yang menjadi kepercayan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayannya mengikuti Kaisar sambil
membawa tempat anak panah. Tak lama kemudian, mulailah bermunculan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang-binatang hutan yang panik
ketakutan karena dikejarkejar dan digiring oleh pasukan di belakang mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bersorak-sorai itu. Dan mulailah
Kaisar bersama Pangeran Tang Sin Ong dan para pembesar lainnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghujankan anak panah mereka ke arah
binatangbinatang itu. Tidak ada seorang pun melihat ketika dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rombongan pengawal Pangeran tang Sin Ong,
seorang pengawal menyelinap kedalam semak-semak, menanggalkan pakaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa menyelinap dan memasuki pondok
Kaisar dari samping, meloncat masuk dari jendela yang terbuka. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecepatan kilat, laki-laki setengah tua
ini menyergap Yang Kui Hui yang sedang berdiri menonton di ambang pintu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan. Terdengar selir cantik itu
menerit, akan tetapi tubuhnya menjadi lemas ketika dia tertotok dan ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua orang menoleh medengar jeritan
itu, Yang kui Hui telah dipondong dan dibawa lari oleh laki-laki itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Penculik.....!"
"penjahat....!" "Jangan lepas anak panah, bisa salah
sasaran....!!" Tiba-tiba Pangeran tang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Ong berseru keras. Mendengar ini,
Kaisar yang sudah pucat mukanya cepat berseru, "Benar! Jangan lepas anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panah. Kejar dan tangkap! Selamatkan
dia....!" Semua orang, pengawal, pembesar, pangeran tang Sin Ong, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaisar sediri, mengejar penculik yang
memiliki gerakan yang amat gesit itu. Dengan beberapa loncatan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penculik itu telah lari jauh sekali.
"Cepat kejar.... tolong dia.... ahhhh, Kui Hui....!!" kaisar
berteriak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan muka pucat. Tiba-tiba tampak dua
sosok bayangan orang berkelebat menghadang penculik itu. Dari jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan jelas bahwa dua orang itu
adalah wanita-wanita cantik yang gerakannya cepat luar biasa. Wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih tua sudah menerjang maju dan
dengan serangan mendadak berhasil memukul roboh penculik dan merampas Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui Hui, kemudian wanita ke dua yang muda dan
cantik menggerakan pedangnya menusuk. Terdengar jerit melengking<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang nyaring sekali ketika pedang itu
menembus dada penculik itu yang berkelojotan, terbelalak dan menudingkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telunjuknya kepada wanita pertama
seolah-olah hendak berkata sesuatu, akan tetapi sebuah tendangan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenai kepalanya membuat penculik itu
tak dapat bergerak lagi dan tewas seketika! Kaisar dan rombongannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tiba di situ. Dengan tepukan
perlahan wanita perkasa yang lebih tua itu membebaskan totokan Yang Kui Hui.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Selir ini mengeluh dan menangis sambil
menubruk Kaisar yang memeluknya. kaisar memandang kepada dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita cantik yang sudah berlutut di
depan kakinya dengan perasaan bersyukur dan berterima kasih. "Untung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali kalian berdua yang gagah perkasa
datang menolong!" kata kaisar dengan penuh rasa syukur, suaranya masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gemetar karena ketegangan hebat yang
baru saja dialaminya. "Siapakah kalian?" "Hamba adalah Ketua
Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bernama The Kwat Lin," berkata
wanita cantik itu lalu menuding kepada dara muda yang cantik jelita dan tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semampai di sebelahnya, "dan ini
adalah Bu Liang-cu murid hamba." "Ahhh, kiranya ketua Bu-tong-pai yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkenal!" Kata Kaisar sambil
tersenyum lebar. "Pantas saja demikian lihai! Kalian telah berjasa, telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan kekasih kami dan membunuh
penculik jahat. Kalian pantas diberi hadiah besar." Yang Kui Hui sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghentikan tangisnya dan kini dia pun
memandang kedua orang wanita itu dengan mata berseri. "Kalian datanglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke istana, aku akan memberi hadiah
kepada kalian." The Kwat Lin menyembah dengan hormat. "Hamba berdua
hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan tugas hamba sebagai rakyat
yang setia kepada junjungannya. hamba berdua tidak mengharapkan balas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jasa, hanya apabila paduka sudi
menerima, biarlah murid hamba ini bekerja sebagai pengawal pribadi paduka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sekarang banyak orang jahat, tanpa
pengawalan yang kuat tentu membahayakan Paduka. Girang bukan main hati Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui Hui. "Baik sekali! Siapa
namamu tadi?" tanyakan kepada gadis cantik yang menunduk sejak tadi. Gadis
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini mengangkat mukannya dan dengan
sepasang mata yang bersinarsinar dia menjawab, "Nama hamba Bu Liang-cu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Saking girangnya, yang Kui Hui mencabut
tusuk konde dari emas berhiaskan permata dan menghadiakan benda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada The Kwat Lin, dan dia menerima
pula gadis murid Bu-tong-pai itu sebagai pengawal pribadinya. Mulai saat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini gadis yang bernama Bu Liang-cu itu
ikut bersama rombongan Kaisar, selalu mengawal di belakang Yang Kui Hui,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembli ke istana. Ada pun The Kwat lin
segera kembali ke Bu-tongsan dengan hati girang karena siasatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan dengan baik sekali, sungguhpun
untuk itu dia terpaksa harus mengorbankan nyawa seorang anggautanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Penculik itu bukan lain adalah seorang
anggautanya sendiri, seorang bekas penjahat yang memiliki ginkang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi. Penculik itu hanya diperintah
untuk melarikan diri Yang Kui Hui dengan janji akan dibantunya kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai mengalami bahaya. Akan tetapi,
penculik itu baru tahu bahwa dia dikhianati oleh ketuanya sendiri setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia roboh dengan pedang menembus dadanya.
Baru ia tahu bahwa dia dikorbankan untuk suatu siasat licik dari The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin, namun pengetahuan ini tiada
gunanya karena dia keburu mati sebelum dapat mengeluarkan suara. Siapakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis cantik yang kini menjadi pengawal
Yang Kui Hui? Tadinya, untuk tugas ini The Kwat Lin menunjuk muridnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu Swi Nio. Akan tetapi, betapa
marahnya ketika dia menghadapi penolakan muridnya! "Teecu tidak berani,
Subo.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Perintahlah teecu untuk melakukan hal
lainnya, biar disuruh membasmi penjahat yang bagaimanapun, biar harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempertaruhkan nyawa, teecu tidak akan
mundur dan pasti akan memenuhi perintah Subo! Akan tetapi ini... ah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu tidak mau terlibat dalam....
pemberontakan....." jawab Swi Nio sambil berlutut dan menundukan mukanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hampir saja Kwat Lin menampar kepala
muridnya itu saking marah dan kecewanya. Dan pada saat itu, Swi Liang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat adiknya terancam bahaya
kemarahan subonya, cepat maju dan berkata, "Subo, kalau Moi-moi tidak
berani,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biarlah teecu melakukannya."
"Kau seorang pria.... mana mungkin....?" "Teecu bisa saja
menyamar sebagai seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis. Dahulu di waktu kecil seringkali
teecu mengenakan pakaian Moi-moi dan bermain-main seperti seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perempuan ." Mendengar ini, Kwat
Lin termenung. Betapapun juga dia lebih percaya kepada muridnya dan juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekasihnya ini. Selama ini, Swi Nio
delalu memperlihatkan sikap dingin dan kdang-kadang menentang. Berbeda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan Swi Liang yang selalu menuruti
kehendaknya, bahkan pemuda itu mau pula melayani nafsu berahinya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pekerjaan yang direncanakan ini amat
berbahaya kalau sampai bocor, maka sebaiknya kalau dilakukan oleh orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang paling dipercayanya. Memaksa Swi
Nio amat berbahaya karena siapa tahu kalau-kalau murid perempuan ini akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengkhianatinya kelak. "Hemm, kita
coba saja!" katanya dan setelah melihat Swi Liang berpakaian wanita dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergaya, Kwat Lin menjadi girang
sekali. Agaknya murid itu memang mempunyai bakat sandiwara maka ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpakaian wanita dan beraksi, dia
sendiri hampir pangling dan mengira bahwa Swi Liang adalah Sawi Nio!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikian, rencana siasat itu dijalankan
dengan baik dan Swi Liang yang menyamar sebagai seorang gadis cantik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bernama Bu Liang-cu, berhasil menyusup
ke dalam istana sebagai pengawal pribadi dari Yang Kui Hui! Memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itulah tujuan pokok dari siasat Kwat
Lin, yaitu memikat hati Yang Kui Hui. Pemikatan dengan jalan menolong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir itu dari bahaya cukup baik, akan
tetapi akan lebih berhasil lagi kalau muridnya itu berhasil menjatuhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati selir itu dengan ketampanannya!
Kalau sampai berhasil Swi Liang menjadi kekasih Yang Kui Hui, hemm, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mudah saja melakukan gerakan
pemberontakan dari dalam! Inilah sebabnya maka dia setuju muridnya itu menyamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai wanita. Dia rela memberikan
kekasihnya ini kepada Yang Kui Hui demi tercapainya cita-citanya. Berbeda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kakaknya yang telah mabok
bujukan gurunya, Swi Nio makin lama merasa makin tidak enak tinggal di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-san. Dia sama sekali tidak
senang dan hatinya menentang menyaksikan semua perbuatan subonya. Tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang dia rela menjadi murid wanita
sakti, karena wanita itu yang menolong dia dan kakaknya, juga yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuh Pat-jiu Kai-ong musuh besar
yang telah membunuh ayah mereka. Akan tetapi semenjak menyaksikan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> subonya itu menguasai Bu-tong-pai
dengan kekerasan, melihat subonya melawan susiok sendiri dan bahkan membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para tokoh Bu-tong-pai mengundurkan
diri dari Bu-tong-pai, hatinya sudah merasa tidak senang. Apalagi melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masuknya orangorang kasar dan yang dia
ketahui adalah bekas-bekas penjahat menjadi anggauta Bu-tong-pai dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa penasaran. Semua itu masih
ditambah lagi kenyataan yang membuatnya merasa malu dan hina, yaitu melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakaknya menjadi kekasih subonya.
Seringkali secara diam-diam Swi Nio menasihati kakaknya, bahkan menganjurkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakaknya untuk bersama dia melarikan
diri saja dari Bu-tong-pai, namun semua itu tidak diacuhkan oleh Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang. Swi Nio menderita batin seorang
diri, seringkali menangis di dalam kamarnya. Melihat munculnya Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li, hatinya menjadi makin gelisah.
Dia dahulu sudah mendengar dari mendiang ayahnya bahwa Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah seorang datuk kaum sesat yang
amat kejam. Namun kenyataannya, subonya menjadi sekutu iblis itu, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diakui sebagai pemimpin! Pagi hari itu,
setelah merasa kehilangan kakaknya yang pergi tampa pamit bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> subonya dan kemudian melihat subonya
pulang sendiri tanpa kakaknya, Swi Nio tak dapat menahan kegelisahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya lagi dan dia memberanikan diri
memasuki kamar subonya di mana subonya sedang bercakap-cakap dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li yang kebetulan datang ke
Bu-tong-san. "Subo, teecu (murid) tidak melihat adanya Liang-koko yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadinya pergi bersama Subo selama
beberapa hari lamanya. Ke manakah dia, Subo? Apakah yang terjadi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakakku itu?" tanyanya dengan
wajah agak pucat karena beberapa malam dia kurang tidur memikirkan kakaknya.
The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin mengerutkan alisnya. Hatinya
memang sudah tidak senang pada muridnya ini, apalagi ketika Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terang-terangan berani menolak
perintahnya sehingga tugas itu digantikan oleh Swi Liang biarpun pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil baik, betapapun juga The Kwat
Lin merasa kehilangan, apalagi di waktu malam yang sunyi dan dingin!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kau tidak perlu tahu!"
jawabnya membentak. "Tapi.... Subo, dia adalah kakak teecu......" Swi
Nio membantah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm, dia bertugas di kota raja.
Sudah, pergilah dan jangan kau mengganggu kami yang sedang bicara!" Swi
Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkit berdiri dari atas lantai dan
memandang gurunya dengan mata terbelalak dan muka pucat. "Jadi....dia....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia telah menyelundup ke dalam
istana....?" The Kwat Lin bangkit berdiri dan menudingkan telunjuknya ke
muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Nio sambil membentak marah,
"Gara-gara engkaulah! Apa kaukira kalau tidak terpaksa aku suka membiarkan
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan tugas berbahaya itu? Mestinya
engkau yang bertugas, akan tetapi engkau telah menolak. Dia seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid yang amat baik, tidak seperti
engkau yang tak mengenal budi!" Swi Nio membalikan tubuhnya, menutupi muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menangis sambil mengeluh,
"Liang-koko..... ah, Koko....!" Setelah dara itu berlari pergi, Kwat
Lin duduk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali, wajahnya keruh dan dia
mengomel, "Murid yang murtad! Sungguh menjengkelkan saja dia itu!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo-Cai-li tersenyum. "Mengapa
pusing-pusing menghadapi seorang gadis seperti itu? Kalau dibiarkan saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu dia akan terus merongrongmu dan
boleh jadi kelak akan membahayakan perjuangan kita. Dia harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditundukkan!" "Hemm, maksudmu
menggunakan kekerasan?" "ah, aku mengenal gadis seperti itu. Wataknya
keras dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau digunakan kekerasan, sampai mati
pun dia tidak akan tunduk. Kalau sampai dia mati, amat tidak baik bagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakaknya yang kita butuhkan tenaganya.
Dia harus dilawan dengan cara halus." "Bagaimana maksudmu?
Membujuknya?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li menggeleng kepalanya.
"Dibujukpun takkan berhasil. Akan tetapi sekali dia telah jadi isteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang, tentu dia akan menurut segala
kehendak suaminya." "Ihhh! Aku tidak pernah memikirkan hal itu.
Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa?" "Kita harus cerdik,
kita harus memakai siasat sekali tepuk memperoleh dua ekor lalat atau
menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang yang bermata dua. Di satu fihak,
kita harus menyenangkan hati Pangeran Tang Sin Ong yang aku tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki watak mata keranjang sehingga
dia akan tentu berterima kasih sekali kepadamu kalau kau rela memberikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muridmu yang cantik manis itu
kepadanya, menjadi seorang selirnya yang tercinta dan dapat diandalkan. Ke dua,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau muridmu itu sudah menjadi selir
Pangeran Tang Sin Ong, tentu dia akan tidak banyak bantahan lagi!" The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin mengangguk-angguk dan
diam-diam dia memuji kecerdikan temannya ini. "Siasatmu memang baik
sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li! Akan tetapi.... biarapun sudah pasti
sekali Pangeran akan menerima penawaran ini dengan kedua tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbuka, kukira belum tentu Swi Nio
akan mau dijadikan selir pangeran itu. Kalau dia menolak, lalu bagaimana?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li tertawa.
"Hi-hi-hik, tidak usah khawatir, Pangcu. Aku yang tanggung jawab dia tentu
tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolak." Dia lalu mendekatkan
mulutnya ketelinga The Kwat Lin berbisik-bisik. Kwat Lin mengangguk-angguk.
"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hemm, kalau dia merupakan seorang murid
yang baik dan taat, tentu aku tidak tega, akan tetapi.... demi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suksesnya perjuangan kita, agar dia
tidak menjadi penghalang malah kelak mungkin dapat membantu, biarlah....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita atur secepatnya agar Pangeran
dapat berkunjung ke sini." "Tentu mudah saja dan tidak menimbulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecurigaan. Bukankah peristiwa di hutan
itu membuat nama Bu-tong-pai terangkat tinggi dalam pandangan kerajaan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau seorang Pangeran berkunjung ke
sini, menemui penolong selir Yang Kui Hui, hal itu sudah semestinya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hi-hi-hik." "Kau memang
cerdik sekali, Cai-li!" The Kwat Lin memuji dan kedua orang wanita
berkepandaian tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sambil tersenyum-senyum minum arak
wangi yang berada di dalam cawan-cawan perak mereka. Beberapa hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian, sesuai dengan siasat mereka
itu, datangalah rombongan tamu agung dari kota raja. Pangeran Tang Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ong! Inilah hasil pertama dari siasat
The Kwat Lin menolong Yang Kui Hui. Sebelum peritiwa itu, hubunganya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pangeran itu dilakukan secara
sembunyi dan pertemuan rahasia yang diadakan hanya melalui kurir (utusan).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi sekarang, setelah siasat di
hutan itu sekaligus mengangkat nama Bu-tong-pai, Pangeran Tang Sin Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani datang secara berterang, bahkan
sebelum berangkat pangeran itu menerima titipan bingkisan hadiah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikirim oleh Yang Kui Hui sendiri
melalui pangeran itu. Tentu saja keadaan di Bu-tong-san seperti dalam pesta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Semua anak buah Bu-tong-pai mengenakan
pakaian baru dan rombongan tamu agung itu disambut dengan meriah seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambutan terhadap seorang pengantin.
Dengan penuh kehormatan para tamu agung dijamu di ruangan yang lebar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai, dan pesta pora diadakan
diruangan yang biasa dipergunakan untuk Lian-bu-thia (ruang belajar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silat). Sambutan resmi dilakukan dan
pangeran menyerahkan bingkisan dari Yang Kui Hui dan menyerahkan pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bingkisan dari dirinya sendiri kepada
ketua Bu-tong-pai. Malam harinya, sebagai penghormatan khusus, Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tang Sin Ong seorang diri dijamu oleh
The Kwat Lin diruangan dalam dan ketua ini ditemani oleh Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Bu Swi Nio! Dara ini setengah
dipaksa oleh subonya untuk menemaninya menjamu pangeran itu dan biarpun di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hatinya Bu Swi Nio tidak setuju,
namun dia tidak berani membantah. Pula, di dalam hatinya dia ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali mendengar percakapan mereka yang
tentu akan menyangkut pula keadaan kakaknya di kota raja. Ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengeran ini dipersilahkan duduk
menghadapi meja yang sudah penuh hidangan, The Kwat Lin memperkenalkan Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li Liok Si sebagai pemilik istana
Rawa Bangkai, dan memperkenalkan muridnya pula Bu Swi Nio sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muridnya yang terkasih. Pangeran itu
memandang Kiam-mo Cai-li dan Bu Swi Nio, lalu tertawa gembira dan berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sungguh beruntung sekali Pangcu
mendapatkan seorang pembantu seperti Liok Toanio ini yang saya yakin tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki ilmu kepandaian tinggi. Dan
muridmu ini....aaihh... penerangan ini menjadi makin bercahaya, suasana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi makin gembira dan segar,
hidangan menjadi bertambah lezat. Sungguh saya merasa berbahagia sekali bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona Bu suka menemani saya makan minum,
untuk ini saya harus menghaturkan arak penghormatan sebagai tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cawan!" Pangeran itu tentu saja
tadinya sudah diberitahu oleh Kwat Lin bahwa ketua ini hendak menghadiahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muridnya kepadanya. Maka begitu melihat
Swi Nio yang masih amat muda dan cantik jelita itu, hati Sang Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah jatuh dan gairahnya sudah
bernyala-nyala. Wajah Swi Nio menjadi merah padam. Dia merasa malu sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyaksikan sikap dan mendengar
kata-kata yang penuh pujian ini. Dia tidak biasa berhadapan dengan pria seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini. Hatinya berdebar tegang dan khawatir,
akan tetapi untuk menolak, tentu saja dia tidak berani. Sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menunduk dan membisikan kata-kata
terima ksih dia menerima tiga cawa arak berturut-turut. Biarpun dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa minum banyak arak, akan tetapi
terpaksa tiga cawan arak itu diminumnya tanpa banyak membantah. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini The Kwat lin dan Kiam-mo Cai-li
tertawa girang dan dari seberang meja, The Kwat Lin mengedipkan sebelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya kepada Sang Pangeran.Tang Sin
Ong mengerti akan isyarat ini, maka dia lalu melepas seuntai kalung emas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertaburan permata yang tergantung di
lehernya, bangkit berdiri dan mengulurkan kedua tangan yang memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalung itu kepada Swi Nio sambil
berkata, "Nona Bu, kalung ini sama sekali tidak dapat mengimbangi
kecantikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona, akan tetapi karena pada saat ini
yang ada pada saya hanya kalung ini, maka sudilah Nona menerimanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai tanda penghormatan saya kepada
seorang Nona secantik dewi!" Bu Swi Nio terkejut sekali dan cepat dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menoleh kepada subonya. Menurutkan kata
hatinya, ingin dia menolak keras dan mencela sikap pangeran yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlalu berani itu. Akan tetapi dia
melihat subonya mengangguk dan berkata, "Swi Nio, Pangeran telah bermurah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati kepadamu, mengapa tidak lekas
menerima dan menghaturkan terima kasih?" Bu Swi Nio merasa terdesak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suara gemetar dia berkata,
"Hamba...., hamba...., tidak berani menerimanya....." "Swi
Nio....!" The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menegur "Bu Swi Nio, mengapa
kau menolak kemurahan hati Pangeran?" Kiam-mo Cai-li juga ikut menegur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran Tang Sin Ong tertawa.
"Ahh, tentu saja Nona Bu merasa malu-malu, tidak seperti gadis-gadis yang
haus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan harta benda. Hal ini malah
menonjolkan kecemerlangan watak seorang gadis yang cantik jelita dan gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa! Nona, biarlah aku mengalungkan
hadiah ini di lehermu." Berkata demikian, Sang Pangeran lalu bangkit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri dan mengalungkan kalung emas
itu melingkari leher Swi Nio yang menundukan kepalanya. Karena tak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolak lagi dan kalung yang lebar itu
sudah mengalungi lehernya, dengan muka sebentar pucat, Swi Nio menjura,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Banyak terima kasih hamba
haturkan..." "Aaaahhh, jangan sungkan-sungkan." Dia tertawa,
kedua orang wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sakti itupun tertawa dan mereka
bergantian menyuguhkan arak kepada Sang Pangeran dan juga Bu Swi Nio.
"Muridku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena pangeran telah bermurah hati
kepadamu, tidak saja menyuguhkan arak tetapi juga menghadiahkan kalung,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa kau tidak bersikap sebagai
seorang muridku yang tahu aturan dan mengenal budi. Hayo cepat suguhkan tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cawan kepada Pangeran sebagai
penghormatanmu!" Muka Swi Nio menjadi merah. Dia tidak membantah kebenaran
ucapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, maka secara terpaksa dia bangkit
berdiri, dipandang oleh pangeran yang tersenyum-senyum dan mengelus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jenggotnya, menghampiri pangeran dan
menuangkan arak ke cawan Sang Pangeran dari guci emas. "Silahkan Paduka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> minum arak sebagai tanda kehormatan
hamba, Pangeran," kata Swi Nio dengan malu-malu. "Ha-ha-ha, terima
kasih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona. Akan tetapi, aku tidak mau minum
kalau tidak aku temani. Hayo untukmu juga secawan!" Kembali Kwat Lin dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li ikut membujuk dan
terpaksa akhirnya Swi Nio kembali minum tiga cawan arak bersama Sang Pangeran.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Karena tidak biasa minum arak, kini
diloloh banyak arak yang diamdiam telah dicampuri bubuk putih dilepas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> secara lihai oleh Kiam-mo Cai-li ke
dalan cawan gadis itu, akhirnya Swi Nio menjadi mabok. Dia mulai tersenyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan lepas, memperlihatkan deretan
gigi yang putih, dan mulai berani mengangkat muka memandang pangeran yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandai bicara itu. "Ha-ha-ha,
setelah ditemani makan minum oleh Nona Bu, aku lupa semua wanita di istanaku!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hemm, bagaimana aku dapat berpisah lagi
darimu, Nona?" kata Pangeran itu. Mendengar ini Swi Nio mengerutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> alisnya, akan tetapi karena kepalanya
sudah pening dan pandang matanya sudah berkunang, hanya sebentar saja dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa betapa kata-kata itu tidak pada
tempatnya dan dia hanya tersenyum! "Bu Swi Nio muridku yang baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran telah berkenan mencintaimu!
Kau akan diambilnya sebagai selir yang tercinta. Cepat kau berlutut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> haturkan terima kasih, muridku."
Sepasang mata dara itu terbelalak. "Tidak....! Ah, tidak......!"
Terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara pangeran, "Nona, kau cantik
sekali.... kau gagah perkasa, aku cinta padamu dan marilah kau ikut bersamaku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke kota ke kota raja. Kau akan menjadi
selirku yang paling tercinta, menjdi pengawal pribadiku...."
"Tidak....!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ahhh, tidak mau.... oughh.......!"
Swi Nio yang tadinya bangkit berdiri serentak itu, tiba-tiba terhuyung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali menjatuhkan diri di atas bangku
karena melihat betapa kamar itu berpuatr-putar dan dia merasa seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terayun-ayun. Karena tidak tahan lagi,
Swi Nio merebahkan kepalanya di atas kedua lengan yang berada di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meja, hanya menggoyang kepalanya tanda menolak.
Terdengar olehnya lapat-lapat suara gurunya, "Jangan bodoh, Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nio. Engkau akan menjadi seorang nyonya
Pangeran yan terhormat, dan di kota raja kau dapat bekerja sama dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakakmu........" "aku tidak
mau.... ah, tidak mau....." Swi Nio membuka matanya dan melihat wajah yang
dekat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dengan mukanya. Wajah Sang
Pangeran Tang Sin Ong, wajah seorang laki-laki yang cukup tampan gagah, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi sudah tua, sedikitnya lima puluh
tahun usianya. Dia merasa ngeri, takut dan akhirnya dia tidak ingat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa-apa lagi. Obat bubuk yang
dicampurkan di raknya oleh Kiam-mo Cai-li telah bekerja dengan baik, dia
tertidur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tidak merasa apa-apa lagi. Swi Nio
mengeluh dan mengerang. Dia mimpi. Seolah-olah dia berada di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah perahu berdua saja bersama
Pangeran Tang Sin Ong. Lalu perahu itu diserang badai, terguling dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merontaronta hendak melawan gulungan
ombak yang menggelutnya. Namun dia merasa tubuhnya lemas, dia terseret,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenggelam, gelagapan dan seluruh tubuhnya
terasa sakit-sakit, kepalanya pening. Sebentar dia timbul, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenggelam lagi, dan lapat-lapat dia
mendengar suara Pangeran Tang Sin Ong yang menyatakan cinta kasihnya. Jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lewat tengah malam Swi Nio mengeluh dan
merintih perlahan, lalu membuka matanya Mimpi itu teringat lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> olehnya, membuat dia bergidik ngeri.
Untung hanya mimpi, pikirnya ketika dia membuka mata mendapatkan dirinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah rebah di atas pembaringannya
sendiri di dalam kamarnya. "Ouh....!" Kepalanya masih pening sekali.
Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkit duduk dan hampir dia menjerit
kaget ketika melihat bahwa dia tidak berpakaian sama sekali! Dia teringat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dia menemani subonya, Kiam-mo
Cai-li, dan Pangeran Tang Sin Ong makan minum. Teringat betapa dia terlalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak minum dan mabuk. Mengapa dia
tahu-tahu berda di pembaringannya tanpa pakaian? Dia memeriksa keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya, melihat kalung yang masih
bergantung di lehernya, dan tiba-tiba tahulah dia akan semua yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi atas dirinya!
"Keparat....!" Dia bangkit akan tetapi terguling lagi karena selain
kepalanya pening<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, tubuhnya juga panas dan lemas
seolah-olah kehabisan tenaga. Dia tidak tahu bahwa itulah pengaruh obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bubuk, racun yang diminumnya bersama
arak, yang membuat dia pulas sehingga tidak dapat melawan ketika Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tang Sin Ong membawanya ke dalam kamar
dan menggagahinya. Tiba-tiba pintu kamar terbuka dari luar. Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menahan napas, mengambil keputusan
untuk mengerahkan seluruh tenaganya membunuh Pangeran itu. Dia sudah maklum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dirinya diperkosa Pangeran itu.
"Selamat, muridku. Engkau telah menjadi isteri Pangeran! Besok Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tang Sin Ong akan menjemputmu secara
resmi membawanya ke kota raja sebagai selirnya terkasih...." "Tidak
sudi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku harus membunuhnya!" Swi Nio
meloncat turun tanpa mempedulikan tubuhnya yang telanjang bulat, kedua tanganya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikepal. "Plak!" Swi Nio
terlempar dan terbanting di atas pembaringannya lagi ketika kena tamparan
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gurunya. "Swi Nio, apa yang
kauucapkan itu? Engkau suka sendiri melayani Pangeran, engkau menerima
kalungnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau tersenyum-senyum kepadanya.
Setelah engkau dan dia bersenang-senang di dalam kamar ini, semestinya aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengutukmu. Akan tetapi aku sayang
kepadamu, aku tidak marah malah bersyukur bahwa engkau akan menjadi isteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda seorang pangeran. Dan sekarang kau
hendak memberontak? Hendak membikin malu Gurumu? Kau mau membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekasihmu sendiri? Bocah setan tak
kenal budi! Kalau tidak aku robah pendirianmu, aku sendiri yang akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuhmu! Pikirkan ini baik-baik.
Engkau sudah bukan perawan lagi, engkau milik Pangeran Tang Sin Ong!" The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin meninggalkan kamar itu dan
membanting keras-keras daun pintu kamar. Swi Nio menutupi mukanya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis mengguguk. Tak tahu apa yang
harus dilakukannya. Dengan terisak-isak dan jari-jari tangan gemetar dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenakan pakaiannya yang bertumpuk di
sudut pembaringan. Kepalanya masih pening dan tenaganya habis. Tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin dalam keadaan seperti itu dia
melarikan diri. Tentu akan mudak tertangkap kembali oleh gurunya. Melawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun tidak mampu, apa lagi dia
benar-benar merasa seperti tidak bertenaga lagi. Apa lagi hendak membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangeran itu yang selalu terkawal kuat!
"Ta Tuhan....!" Dia menangis lagi sesenggukan. "Ayah....
Koko...., apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang harus kulakukan......?" Dia
sudah ternoda. Mau atau tidak, dia harus menjadi selir Pangeran itu. Dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudi! Lebih baik mati! Mati!! Ya,
matilah jalan satu-satunya, demikian pikiran yang ruwet itu mengambil.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dirabanya ikat pinggangnya. Tidak, dia
seorang gadis gagah perkasa, tidak semestinya mati menggantung diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti wanita-wanita lemah.
Dihampirinya pedangnya yang tergantung di dinding. Biarpun tangannya gemetar
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak bertenaga dipaksanya tangan itu
mencabut pedangnya, lalu sambil memejamkan matanya, dia mengayun pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu ke lehernya. "Plakkkk!!"
Lengan kanannya dipegang orang dan pedang itu dirampasnya. Tadinya dia mengira<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa subonya yang mencegahnya membuuh
diri, maka dia terisak dan membalik. Betapa kagetnya ketika dia melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa yang mencegahnya membunuh diri
itu adalah seorang laki-laki muda, paling banyak tiga puluh tahun usianya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Laki-laki ini tersenyum, wajahnya cukup
tampan dan membayangkan kegagahan. "Membunuh diri bukan perbuatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang gagah." Bisik laki-laki
itu. "Kalau sudah mati, mana mungkin dapat menghilangkan penasaran? Kalau
masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup, selalu terbuka harapan untuk
membalas dendam!" Ucapan ini menyadarkan Swi Nio. "Siapa
kau....?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ssssttt...., bisik pula laki-laki
itu. "Aku seorang mata-mata yang dikirim oleh Jenderal An Lu San. Nona,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daripada engkau membunuh diri, mari
kubantu kau keluar dari tempat ini dan kau ikut bersamaku. Dengan bekerja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk An-goanswe, kelak kau
berkesempatan untuk membalas kepada semua orang yang telah mendatangkan
malapetaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini kepadamu." Seperti kilat
masuknya pikiran ini ke dalam kepala Swi Nio. Mengapa tidak? Mati bukan
merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan yang memecahkan persoalan! Dia
harus membalas kepada Pangeran itu! Dan kini, dia dapat menduga bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu pingsan karena pengaruh obat dari
Kiam-mo Cai-li. Dia tahu bahwa wanita itu adalah seorang ahli tentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> racun. Kini dia mengerti semua. Dia
sengaja dikorbankan oleh gurunya dan oleh wanita iblis itu, seperti seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> domba yang sengaja dikorbankan menjadi
mangsa serigala, Si Pangeran itu! Dendamnya bertumpuk, kini terbuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan baginya, perlu apa mengambil
jalan pendek membunuh diri? "Baik, mari ikut aku...." bisiknya dan
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berindap-indap Swi Nio mengajak
laki-laki itu melalui jalan rahasia dan akhirnya, menjelang pagi, mereka berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil keluar dari tembok pagar
Butong- pai. "Haiii....!!" tiba-tiba terdengar bentakan dan lima
orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anggauta Bu-tong-pai muncul dari tempat
penjagaan tersembunyi. Akan tetapi ketika mereka melihat Swi Nio,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka terheran-heran, memandang kepada
gadis itu lalu kepada orang asing yang keluar dari jalan rahasia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama murid utama ketua mereka. Malam
itu memang banyak datang tamu dari kota raja yang ikut dalam rombongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran, maka mereka mengira bahwa
tentu orang ini adalah anggauta rombongan pula. Akan tetapi sepagi itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih gelap, apakah yang akan dilakukan
tamu ini bersama Swi Nio keluar dari Bu-tong-pai dengan diam-diam?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba terdengar teriakan
berturut-turut dan lima orang itu roboh dan tewas seketika. Mereka hanya mampu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> satu kali saja mengeluarkan teriakan
karena tenggorokan mereka hampir putus disambar jari-jari yang amat kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari mata-mata itu yang bergerak dengan
cepat luar biasa menyerang mereka. Melihat kelihaian orang itu, Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tercengang. Dia makin kagum. Kiranya
mata-mata ini bukan orang biasa dan andaikata ketahuan pun akan merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lawan tangguh, sungguhpun tentu saja
dia sangsi apakah orang ini akan mampu lolos kalau Kiam-mo Cai-li dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> subonya turun tangan. "Mari
cepat....!" Orang laki-laki itu berkata dan melihat keadaan Swi Nio yang
masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemas, dia tanpa ragu-ragu lagi lalu
menyambar tubuh gadis itu, dipanggulnya dan berlarilah dia dengan amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepatnya meninggalkan tempat yang
berbahaya baginya itu. Gadis bernama Liang-cu yang sebenarnya adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyamaran Bu Swi Liang, bekerja di
dalam istana sebagai pengawal pribadi Yang Kui Hui. Dia bertugas memikat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati selir Kaisar yang cantik jelita
ini. Dapat dibayangkan betapa tersiksa hati pemuda itu menyaksikan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terjadi di dalam kamar Yang Kui
Hui, melihat selir yang cantik jelita itu beristirahat, mandi, berganti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pakaian dan lain-lain di depan matanya
begitu saja karena dia dianggap wanita pula! Betapa tersiksa hati orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda ini hidup di antara wanita-wanita
cantik, yaitu para pelayan Yang Kui Hui. Di istana bagian puteri ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada prianya, karena para thaikam
yang bertugas di situ biarpun kelihatan seperti orang pria, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesunguhnya tidak lagi dapat disebut
sebagai pria. Swi Liang adalah seorang pemuda yang sedang berkobar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nafsunya karena Bu-tong-san dia diseret
ke dalam kekuasaan nafsu berahi oleh subonya sendiri. Sebagai seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda yang baru gila berahi, kini
berada ditengah-tengah para wanita cantik itu, tentu saja dia tidak kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
bertahan terlalu lama. Untuk melakukan tugasnya memikat Yang Kui Hui,
dia belum berani karena kesempatanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belum tiba. Dia tidak berani bersikap
kasar dan membuka rahasia penyamarannya begitu saja. Karena sekali gagal,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tentu akan mati konyol. Akan tetapi
untuk menunda lebih lama lagi menguasai nafsunya, dia tidak sanggup!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi, Swi Liang menahan gelora
hatinya sedapat mungkin. Dia harus bersabar menanti kesempatan baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tugasnya amat penting bagi perjuangan
subonya Sama sekali tidak boleh gagal karena taruhannya adalah nyawanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada suatu senja belasan hari kemudian
Swi Liang diperbolehkan mengaso karena malam itu kaisar akan mengunjungi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selirnya yang tercinta dan tempat itu
penuh dengan pengawal-pengawal pribadi Kaisar sendiri. Swi Liang lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengundurkan diri ke dalam kamarnya,
sebuah kamar yang amat indah dan berdekatan dengan kamar para pelayan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utama atau pelayan pribadi selir Kaisar
itu. Selagi duduk melamun sendiri di dalam kamarnya, mencari akal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagaimana untuk memulai tugasnya,
merayu dan memikat Hati Yang Kui Hui, dia membayangkan keadaan selir itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jantungnya berdebar penuh nafsu dan
gairah. Selir itu memang cantik luar biasa, dan ketika mandi atau bertukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pakaian, dia dapat menyaksikan seluruh
bagian tubuh yang padat dan amat menggaerahkan itu. Pernah dia membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayan menyelimutkan kain setelah
selir itu mandi dan jari-jari tangannyamenyentuh kulit yang halus, lunak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan hangat, dan tercium olehnya bau
semerbak harum dari tibuh selir itu. Keharuman yang khas dan alangkah jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bedanya antara kecantikan dan tubuh
indah selir itu dibandingkan dengan subonya! "Enci Liang-cu! kenapa
melamun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja?" Seorang gadis cantik
berbaju hijau menegurnya sambil tertawatawa, di belakangnya masuk pula seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis cantik berbaju merah. Mereka itu
adalah dua orang pelayan pribadi Yang Kui Hui, dua orang gadis cantik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jelita yang genit-genit "Ah, Enci
Liang-cu orangnya pendiam amat sih, tidak mau bersendaugurau dengan kami? Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang tersenyum menekan jantungnya yang
berdebar-debar dan menahan matanya agar jangan terlalu melotot melahap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecantikan dua orang gadis itu.
"Ahh, aku lelah dan sedang beristirahat. Jarang ada kesempatan
beristirahat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti ini...." kata Swi Liang.
"Mari temani kami main thio-ki (kartu) di kamarku, Enci Liang-cu!"
kata Si<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Baju Hijau. "Ya, marilah, Enci
Liang-cu. Tidak enak hanya bermain berdua. Marilah, sambil kita berkenalan
lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> erat lagi. Kenapa sih? Bukankah kita
ini rekan-rekan yang berkerja di sini?" kata Si Baju Merah sambil menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Swi Liang. Tak dapat Swi Liang
menolak karena hal ini mendatangkan kecurigaan apalagi memang dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rindu sekali akan sentuhan tangan
wanita cantik setelah belasan hari berpisah dari subonya. Kedua orang gadis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tertawa-tawa, menggandeng kedua
tangan Swi Liang dan membawanya kedalam kamar Si Baju Hijau yang berbau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harum. Sebuah meja bundar rendah telah
dipersiapkan di tengah kamar, di dekat pembaringan di sekeliling meja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu terdapat tikar yang ditilami kasur
dan bantal. Selain kartu untuk main, juga di atas meja terdapat seguci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arak wangi dan cawan-cawan kecil, juga
beberapa macam kuih kering. "Duduklah, Enci Liang-cu. Mari kita,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main-main. kau bermalam saja di sini
malam ini, ya?" Si Baju Hijauberkata sambil merangkul. "Dan tubuhmu
begini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tegap dan kelihatan kuat, Enci
Liang-cu," kata Si Baju Merah memegang-megang lengan pemuda itu.
"Aihhh, tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Enci Liang-cu kuat dan kasar!"
kata Si Baju Merah menghelus telapak tangan pemuda itu. Swi Liang menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya. "Aahh, aku sejak kecil
berlatih silat. Tentu saja aku seorang gadis yang kasar, mana bisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibandingkan dengan kalian yang halus
mungil?" "Hi-hik, kau terlalu memuji, Enci!" kata Si Baju Merah
sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencubit paha Swi Liang. "Kalau
engkau menjadi seorang laki-laki, tentu tampan dan gagah, Enci Liang-cu!"
kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Si Baju Hilau. Dapat dibayangkan betapa
tubuh Swi Liang terasa panas dingin menghadapi godaan-godaan ini, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat-cepat mengajak mereka bermain
kartu, karena kalau dilanjutkan godaan mereka itu, tentu dia takkan kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi bertahan! Sudah timbul keinginan
keras di hatinya untuk merangkul dan mendekap mereka, menciumi bibir yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merah dan lincah itu! "Eh, untuk
apa arak ini?" katanya setelah Si Baju Merah menuangkan secawan arak yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbau wangi. "Hi-hik, bermain
thioki tanpa taruhan tidak menyenangkan. Siapa kalah harus menebus kekalahannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan minum secawan arak wangi!"
kata Si Baju Hijau. Meeka mulai bermain thioki sambil bercakap-cakap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersendau gurau, atau lebih tepat lagi,
kedua orang gadis itu yang bercakap-cakap dan bersendau gurau sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang hanya mendengarkan dan
kadang-kadang tersenyum saja. Karena dia tidak ingin dilolohi arak sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasianya dapat terbuka, maka Swi
Liang bermain sungguh-sungguh sehingga dia jarang kalah dan yang kebagian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> minum arak adalah kedua orang gadis
itulah! Mereka bermain terus sampai menjelang tengah malam dan akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arak dalam guci kecil itu habis!
"Ahhh, hawanya panas sekali ....!" kata Si Baju Hijau. "Bukan
panas, hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau terlalu banyak minum maka terasa
panas, " kata Swi Liang. "Hemm, mungkin... aihhh, gerahnya." Si
Baju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hijau membuka kancing bajunya dan
mengebut-ngebut dengan kipas. Swi Liang menelan ludah, matanya memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah dada yang hanya tertutup pakaian
dalam yang tipis sehingga membayangkan tonjolan-tonjolan yang memikat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati. Karena pandang matanya selalu
tertarik ke arah dada Si Baju Hijau, maka permainan Swi Liang menjadi kalut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sekali ini dia kalah. Akan tetapi
arak telah habis! "Wah, Enci Liang-cu jarang kalah, sekarang telah kalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> araknya habis. Mana dia bisa menebus
kekalahannya?" kata Si Baju Merah cemberut. "Hi-hik, kalau arak habis
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus membayar dengan ciuman!"
kata Si Baju Hijau. "Hi-hi-hik, benar! Dia harus didenda dengan ciuman dan
mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang, taruhannya dirobah. karena
arak habis, siapa kalah harus membayar dengan ciuman!" kata Si Baju Merah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kedua orang gadis itu dari kanan kiri lalu
menyerbu dan mencium pipi Swi Liang dengan hidung mereka. Swi Liang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memejamkan kedua matanya! "Eh....
eh...., kalian ini bagaimana? Ihh... malu, kan....?" katanya gelagapan.
"Enci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang-cu, mengapa kau begitu kejam?
Kita bertahun-tahun dikurung di tempat ini dan hanya dapat menyaksikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang lain bermain cinta. Bertemu
dengan pria pun merupakan hal yang tak mungkin bagi kita. Apa salahnya di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara kita saling menghibur dan saling
mencumbu? Sekedar menghilangkan rindu......" kata Si Baju Merah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Permainan dilanjutkan dan makin lama
Swi Liang makin terseret oleh gelora nafsu berahinya sendiri. Ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menang dan harus mencium, dia tidak
mencium seperti biasa dengan hidung kepipi, melainkan mencium mulut dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang gadis itu dengan mulutnya! Dua
orang gadis itu mengeluh dan balas mencium sehingga tanpa diperintah lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permainan kartu itu bubar dan
dilanjutkan dengan permainan saling mencumbu, saling peluk dan saling cium
antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiga orang itu! "Aihh, Enci
Liang-cu.... kau hebat sekali ....." keluh Si Baju Hijau. "Enci
Liang-cu.... kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja engkau seorang pria....."
bisik Si Baju Merah "Kalian senang?" Swi Liang berkata, terengah-engah
sedikit.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Matikanlah lampunya, barangkali
di dalam gelap aku akan dapat pian-hoa (bermain rupa) menjadi pria, siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu?" Sambil terkekeh genit, Si
Baju Hijau meniup pandam lampu di meja dan mereka bertiga pindah ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembaringan, melanjutkan permainan
mereka yang mengasyikkan hati mereka itu. Mereka merasa semakin bebas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah keadaan di dalam kamar itu
menjadi gelap, mereka dapat mencurahkan seluruh nafsu mereka tanpa malu-malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. Tak lama kemudian terdengar jerit
tertahan, disusul teriakan-teriakan yang lebih menyerupai bisikan kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercampur girang, "Eh...
kau...?" "Hemm, diamlah sayang....." terdengar suara Swi Liang
dan selanjutnya kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sunyi, tidak terdengar keras lagi sehingga
kalau didengar dari luar kamar, seolah-olah tiga orang "gadis"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sedang tidur pulas, padahal tentu
saja keadaanya jauh dari pada itu, bahkan sebaliknya. Menjelang pagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara Si Baju Hijau, suara
yang berbisik dan agak serak karena semalam tidak tidur rupanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "...engkau.... setiap malam harus
menemani kami.... ya, koko yang baik?" "....harus, kalau tidak....
hemm, kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan melaporkan bahwa kau adalah
seorang pria sejati......" bisik pula Si Baju Merah dengan nada manja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengancam. Sunyi mengikuti kata-kata
bisikan itu, kemudian terdengar jerit tertahan dan tak lama kemudian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak Swi Liang dalam pakaian seperti
liang-cu, meloncat keluar dari dalam kamar itu memondong tubuh dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayan itu yang sudah menjadi mayat!
Dengan tergesa-gesa Swi Liang membawa dua mayat itu ke kebun, menggali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lubang, mengubur dengan cepat sekali,
kemudian kembali ke kamarnya dengan badan penuh keringat dan muka pucat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi hatinya lega dan diam-diam
dia menyesali perbuatannya sendiri. Mengapa dia begitu lemah sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak dapat menahan diri terjatuh ke
dalam rayuan dua orang gadis cantik itu? Dia terpaksa membunuh mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguhpun hal itu dilakukannya dengan
perasaan penuh penyesalan. Tugasnya lebih penting dan kalau sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagal, dia akan tewas, akan mati
konyol. Dengan membuka rahasianya kepada dua orang gadis itu, keadaannya tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja terancam hebat. Belum apa-apa dua
orang gadis itu telah "memerasnya" untuk setiap malam melayani mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ancaman akan dibuka rahasianya!
Tentu saja dia terpaksa harus membunuh mereka demi keselamatan dirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri. Lenyapnya dua orang pelayan
itu hanya menimbulkan sedikit keributan di istana bagian puteri. Betapapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga, mereka itu hanyalah dua orang
pelayan dan akhirnya Yang Kui Hui hanya memerintahkan para pengawal untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan pengejaran karena dikira
bahwa mereka itu tentu melarikan diri, dan kalau sampai dapat ditangkap agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> supaya dijatuhi hukuman berat.
Mengertilah kini Swi Liang bahwa dia harus cepat-cepat turun tangan kalau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mau terjadi gangguan lain lagi.
Mulailah dia mendekati Yang Kui Hui, membantu pada setiap kali ada kesempatan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu para pelayan yang memandikan
selir jelita itu, menggosok punggungnya, mengeringkan tubuhnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenakan pakaiannya. Bahkan pada
suatu malam, ketika Yang Kui Hui merebahkan diri seorang diri dengan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merem melek seperti seekor kucing
malas, ia mendekatinya, berlutut dan menggunakan tangannya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memijit-mijit kaki selir itu dengan
perlahan, meniru perbuatan pelayan yang suka memijit tubuh selir itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jantungnya berdebar keras sekali. Nafsu
hatinya ditekannya keras sekali dia merasa betapa api berahi telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membakar dadanya dan api itu menyala
dari ujung jari tangannya yang bersentuhan dengan kulit kaki yang halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lunak dan hangat.
"Ehhmmm...." Yang Kui Hui menggeliat seperti seekor kucing dan
membuka sedikit matanya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat siapa yang memijit kakinya.
Matanya terbuka agak lebar dan tersenyum. "Aihhh, kiranya engkau,
Liang-cu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Engkau pandai pula memijit? Ahhhh,
tanganmu kuat sekali, nah, kaulanjutkanlah, tubuhku memang sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pegal-pegal....." Dan selir itu
sudah memejamkan matanya kembali rebah terlentang di depan Swi Liang. Pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu melanjutkan pekerjaannya memijit
betis mengendurkan urat yang kaku dan pandang matanya melahap wajah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menengadah itu. Betapa cantik
jelitanya, demikian rangsangan hatinya. Rambut yang hitam agak mengeriting itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terurai di atas bantal, anak rambut
yang melingkar-lingkar menghias dahi dan pelipis sampai ke bawah telinga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dahi yang melengkung halus sekali
seperti lilin diraut, berkulit putih bersih itu nampak makin putih terhias<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak rambut yang menghitam dan sepasang
alis yang hitam sekali melengkuk seperti dilukis, melindungi mata yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpejam sehingga tampak bulu mata yang
panjang. Bayangan bulu mata menggelapkan pipi sebelah atas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyembunyikan warna kemerahan yang
menyegarkan. Hidung yang mancung, dengan dua cuping hidung yang tipis, agak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak terdorong napas yang keluar
masuk, dan dibawah hidung itu, sepasang bibir yang kemerahan dan agak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> basah, kelihatan menebal sebelah
bawahnya karena selir itu tersenyum, sebuah lesung pipit menghias di ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulut sebelah kiri. Manis dan cantik
jelita! Kemudian leher itu, dan dada itu, pinggang itu....! Swi Liang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menelan ludahnya berkali-kali dan
jari-jari tangannya yang memijit kaki itu agak menggigil. Agaknya Yang Kui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui dapat merasakan tangan yang
menggigil ini, maka dia membuka sedikit matanya dan bertanya, "Ada apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang-cu? Tanganmu gemetar..."
"Ahhh.... tidak apa-apa, hanya.... paduka demikian cantik jelita.....
hamba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai merasa terharu memandangi
Paduka....." "Aihhh...., hi-hik, kau aneh, Liang-cu Coba kau tutup
dan kunci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pintu kamar itu, dan beritahukan kepada
penjaga di luar bahwa aku tidak ingin diganggu malam ini, hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beristirahat. Oya, suruh penghubung
pelaporkan kepada Sri Baginda tidak datang ke kamarku. Setelah itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kautemani aku di sini, pijati tubuhku
sampai aku tidur." Dengan jantung berdebar penuh ketegangan dan gairah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang mentaati perintah itu.
Setelah selesai dan dia sudah menutupkan dan memalang daun pintu sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka hanya berdua saja di dalam kamar
yang mewah dan harum itu, Swi Liang segera berlutut lagi di depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembaringan dan melanjutkan
pekerjaannya memijit betis yang berdaging gempal, lunak, halus dan hangat itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nanti dulu, Liang-cu. Coba
kaubantu aku membuka pakaian luarku. Setelah pintu ditutup, kamar ini menjadi
agak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panas...." kata Yang Kui Hui
sambil bangkit duduk di atas pembaringannya yang bertilam sutera merah
berkembang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang tidak mampu menjawab karena
merasa lehernya seperti tercekik. Dengan jari-jari tangan gemetar dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu puteri itu membuka pakaian
luarnya sehingga kini Yang Kui Hui hanya memakai pakaian dalam yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tipis dan tembus pandang sehingga
terbayanglah lekuk lengkung yang amat menggairahkan. Begitu pakaian luarnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibuka, Swi Liang memejamkan mata
sebentar sambil menarik napas panjang. Tercium olehnya bau harum yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memabukan, keharuman yang membuat selir
Kaisar itu terkenal sekali si samping kecantikannya yang sukar dicari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bandingnya. "Hi-hik... mengapa kau
seperti patung dan memejamkan matamu, Liangcu?" Suara terkekeh halus dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teguran itu menyadarkan Swi Liang yang
segera membuka matanya. "Ampunkan hamba.... hamba.... silau, seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat bidadari turun dari langit...."
Selir Kaisar itu tertawa senang. "Aihh, kata-katamu seperti seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki saja! Hayo pijiti aku lagi
dan jangan bersikap seperti orang gila!" Swi Liang segera melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perintah ini dengan penuh gairah.
Jari-jari tangannya kembali memijit betis dan paha, makin ke atas makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersiksalah hatinya apalagi mendengar
puteri itu terkekeh kegelian. "Hi-hi-hik, kau begitu kuat, jari tanganmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga tegang dan kuat seperti tangan
laki-laki membelai....!" Yang Kui Hui membalikan tubuhnya dan kini rebah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlentang, karena pakaian dalam yang
tipis itu tersingkap membuat Swi Liang hampir tidak kuat menahan lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cahaya kemerahan dari lampu merah di
dalam kamar membuat tubuh yang membayang di balik pakaian tipis itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah telanjang bulat di
depannya! "Nah kau pijiti pahaku, pegal-pegal rasanya. Akan tetapi jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat-kuat, perlahan saja,
Liang-cu." Dapat dibayangkan betapa tersiksa hati seorang pemuda yang
sudah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemah karena dikuasai nafsu berahi
seperti Swi Liang menghadapi Yang Kui Hui yang tanpa disengaja telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menimbulkan godaan dan tantangan yang
demikian menggairahkan hati pria. Namun tentu saja Swi Liang tidak berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertindak sembrono, dan sambil
menguatkan hatinya dan menundukan mukanya yang menjadi merah, menyembunyikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dadanya yang bergelombang dengan
menunduk dan menahan nafsunya yang memburu, dia memijit paha yang gempal itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan jari-jari tangannya seolah-olah
bertemu langsung dengan kulit paha karena hanya tertutup sutera tipis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setiap sentuhan jarinya seolah-olah
mendatangkan aliran hawa panas yang menjalar naik ke dada dan kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui lengannya. Makin lama dia makin
gelisah, tubuhnya panas dingin dan sama sekali dia tidak berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang wajah puteri itu karen takut
kalau-kalau Sang Puteri marah. Betapapun nafsu berahi telah menyundul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai ke ubun-ubunnya, namun Swi Liang
tidaklah demikian nekat untuk berani bertindak kurang ajar, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani melakukan langkah pertama dan
hanya menanti uluran tangan Sang Puteri, karena dia maklum bahwa sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keliru bertindak tebusannya adalah
nyawanya di samping kegagalan tugasnya. "Kau memang aneh, Liang-cu. Benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata-kata beberapa orang pelayan yang
selama ini tidak kau perhatikan. Sekarang baru aku melihat sendiri. Kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang gadis yang aneh. Apakah seorang
gadis kalau sudah mempelajari ilmu silat tinggi lalu berubah sifatnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi kejantan-jantanan? Kau patut
menjadi seorang laki-laki. Suaramu agak berat, gerak-gerikmu kaku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanganmu kuat dan kasar, dan pandang
matamu..... hemmm..... engkau seolah-olah hedak menelanku bulat-bulat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setiap kali kau melihatku! Hi-hik, aku
sampai merasa sungkan dan malu!" Swi Liang terkejut sekali, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil membungkuk rendah dia berkata
dan berusaha sedapatnya untuk meningikan nada suaranya, "Harap Paduka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ampunkan semua kekurangan hamba."
"Ah, tidak apa-apa, Liang-cu. Engkau sudah berjasa besar, dan....hem.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaanmu yang kejantanjantanan itu
bukanlah hal yang tidak menyenangkan. Sayang sekali, kau seorang wanita dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sifat kejantananmu hanya karena kau
seorang gadis kang-ouw yang berkepandaian silat tinggi. kalau engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pria sejati, hi-hik, betapa
lucunya...... tentu akan lebih menyenangkan hatiku....." Seketika terhenti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jari-jari tangan yang tadi menari-nari
dan memijiti paha kenyal itu. Jantung Swi Liang seperti berhenti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdetak mendengar ucapan Sang Puteri,
kemudian berdebar-debar dengan kerasnya sehingga suara detak jantungnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki kedua telinganya dengan amat
nyaring. Kesempatan baik telah terbuka! Selir jelita ini telah membuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia hatinya! Begitu menantang,
seperti setangkai bunga yang tinggal memetik saja, tinggal mengulur tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan akan terpenuhilah kedua
cita-citanya, yaitu menikmati tubuh yang telah membuat tergila-gila ini dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekaligus menyempurnakan tugasnya memikat
hati Yang Kui Hui demi suksesnya siasat yang sedang dilakukan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> subonya! Tiba-tiba Swi Liang berlutut
dan menempelkan dahinya di lantai dekat pembaringan. "Hamba.... hamba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rela mengorbankan nyawa demi Paduka,
dan hamba siap sedia melalukan apa saja untuk menyenangkan hati Paduka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan hamba lakukan dengan taruhan nyawa
dan hamba siap menanti perintah Paduka...." Hi-hik, Liang-cu. Engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang aneh. Betapapun juga, mana
mungkin engkau menjadi laki-laki sejati?" "Kalau Paduka kehendaki,
pasti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat terjadi. Perintah Paduka
merupakan keputusan bagi hamba, seperti perintah dari langit." Yang Kui
Hui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi terheran-heran dan bangkit
duduk, membiarkan pakaian dalamnya tersingkap lebar, tidak hanya pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pahanya, akan tetapi juga pada
pundaknya sehingga setengah dadanya tampak jelas, putih halus membusung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Apa....,apa maksudmu,
Liang-cu?" "Hamba telah mempelajari ilmu kesaktian dari Subo,
sehingga kalau Paduka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghendaki, hamba dapat pian-hoa
(mengubah diri) menjadi seorang pria sejati." Ehhh...?" Mata yang
bening<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> indah itu terbelalak, mulut yang kecil
itu ternganga sehingga bibir merah membasah itu membentuk lingkaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlihatkan lidah yang meruncing merah
dan rongga mulut yang lebih merah lagi terhias deretan gigi seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mutiara. Sinar mata Yang Kui Hui
menjelajahi tubuh pembantunya yang berlutut itu, akhirnya dia dapat berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Benarkah itu? Suguh aneh dan luar
biasa! Coba kaubuktikan omonganmu, Liang-cu. Coba kau pian-hoa menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pria!" Swi Liang menekan
jantungnya yang berdebar tegang, mengangkat mukanya dan berkata,
"Hamba....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba .... mana berani kurang
ajar....?" "Lakukanlah! ini merupakan perintah. Berdirilah dan
pian-hoalah!" Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui Hui berkata penuh nafsu karena dia
ingin sekali menyaksikan apakah benar gadis ini dapat pian-hoa menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pria, hal yang hanya pernah didengar
dalam dongeng kuno saja. "kalau Paduka memerintahkan, hamba tidak berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantah." Swi Liang lalu bangkit
berdiri dan membungkuk. "Maafkan hamba...." Dia lalu melepas gelung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rambutnnya, menggosok bedak dan yanci
dari mukanya, kemudian dengan wajah merah berseri dia berkata, "Hamba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah berubah menjadi seorang
pria." Suaranya kini besar, suara seorang laki-laki tulen! Yang Kui Hui
memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak. "Aihhh, mana aku bisa
percaya? Hanya suaramu yang berubah, dan mukamu tanpa bedak dan yanci memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti muka pria, akan tetapi mana
buktinya bahwa kau pria?" Swi Liang mengerutkan alisnya. "Paduka
ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukti? Baiklah, maafkan kelancangan
hamba!" Dia lalu merenggut pakaiannya, baju di bagian atas sehingga
tanggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kancing-kancingnya dan terbukalah dadanya.
Sebuah dada yang tegap dan bidang, tidak berbuah, dada seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki tulen! Wajah Yang Kui Hui
berseri-seri, mulutnya tersenyum lebar ketika dia memandang dada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bidang, tegap dan berkulit putih bersih
itu. "Memang tidak salah lagi, tubuhmu bagian atas memang tubuh seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pria. Akan tetapi aku belum puas,
Liang-cu. Buka semua pakaianmu!" Perintah ini sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disangka-sangka oleh Swi Liang. Biarpun
sudah lama dia menghedaki terjadinya hal yang hanya dalam mimpi ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun sebagai seorang laki-laki, dia
merasa jengah dan malu juga menerima perintah agar dia bertelanjang bulat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti itu! Akan tetapi, gairah yang
meluap-luap dan kegembiraannya mengusir semua rasa malu dan dengan jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan gemetar Swi Liang menanggalkan
semua sisa pakaiannya sehingga tak lama kemudian dia telah berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuktikan bahwa dirinya adalah
seorang pria sejati di depan selir jelita itu. "Ahhh...., Liang-cu... ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinilah kau! Sungguh hebat.... tak
kusangka sama sekali. Rebahlah kau di sini, di sisiku, manis!" Tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperitah kedua kalinya karena memang
itulah yang diinginkannya selama ini. Swi Liang lalu naik ke pembaringan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan merebahkan dirinya di sisi selir
cantik itu. Yang Kui Hui terkekeh genit lalu menyambutnya dengan peluk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cium ganas, menerkamnya seperti seekor
harimau kelaparan, atau seperti seekor ular yang memagutnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelit-belitnya. Manusia, baik
laki-laki atau wanita, kaya atau miskin, dari golongan ningrat maupun jembel<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlantar, sekali dikuasai nafsu berahi
akan menjadi lupa diri dan lupa segala. Pada saat seperti itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lenyaplah duka, lenyap pula takut,
hilang segala pertimbangan dan akal, yang ada hanyalah tindakan sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akibat dorongan nafsu birahi yang minta
dilampiaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hebatnya, makin dipenuhi dorongan
nafsu, makin hebatlah, seperti nyala api, makin dibiarkan makin membesar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takkan padam sebelum habis bahan
bakarnya! Hanyalah manusia yang selalu sadar akan keadaan dirinya, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerak-gerik dirinya lahir maupun batin,
takkan kehilangan kewaspadaan dan kebijaksanaan, takkan dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dicengkeram oleh nafsu dalam bentuk apa
pun. Hal ini bukan berarti bahwa manusia bijaksana menolak nikmat hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang didatangkan oleh gairah nafsu,
sama sekali tidak. Bahkan hanya manusia sadar sajalah yang bebar-bebar akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat menikmati hidup karena baginya
nafsu kesenangan hanyalah pelengkap hidup, bukan hal yang mutlak dan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikejar-kejarnya. Dialah orang
menguasai nafsu, bukan nafsu yang menguasai dia. Menguasai nafsu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kewaspadaan dan memngenal akan keadaan
diri sendiri seperti apa adanya, lahir maupun batinnya, bukan menguasai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nafsu dengan cara pengekangan dan
penyiksaan diri. Dengan cara pengamatan yang sewajarnya, penuh kesadaran,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengamatan terhadap nafsu dan
gerak-geriknya, tanpa celaan tanpa pujian, maka nafsu akan kehilangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekuasaannya sendiri terhadap diri
pribadi. Sebaliknya, menggunakan kemauan untuk menekan dan mengekang nafsu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak akan ada gunanya, karena, boleh
jadi nafsu akan dapat dibendung pada saat itu, manun sewaktu-waktu nafsu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang masih menguasai diri itu meluap.
Bagaikan api dalam sekam, sewaktuwaktu akan dapat menyala lagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikianlah kalau orang menguasai nafsu
dengan pengekangan yang berarti menguasainya dengan kekerasan. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengamatan waspada, nafsu yang seperti
api itu akan padam dengan sendirinya. Namun dengan pengekangan, api itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya membara dan tidak tampak untuk
sewaktu-waktu bernyala lagi, karena YANG MENGEKANG NAFSU ADALAH NAFSU<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> JUGA. Mengekang berarti menggunakan
kekerasan menuruti keinginan! Menjelang pagi, yang Kui Hui yang kekenyangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melampiaskan nafsu berahinya, terlena
di pembaringan, wajahnya yang agak pucat menoleh kepada Swi Liang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidur pulas di sampingnya, lalu wanita
cantik itu tersenyum. Jari-jari tangannya yang halus itu bergerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelai dada telanjang dari pemuda
itu, lalu ditariknya kembali tangannya dan dia menghela nafas panjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah kekenyangan, barulah dia dapat
berfikir dan barulah selir Kaisar ini sadar betapa bodohnya dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan dirinya terseret oleh nafsu
berahi. Pemuda ini tentu seorang pria sejati yang menyamar sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita. Hal ini sudah jelas! Dan di
balik penyamaran ini tentulah ada suatu rahasia! Kesadaran ini mengejutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya dan menimbulkan
kekhawatirannya. Dia adalah selir yang cerdik sekali. Yang Kui Hui bangkit
duduk dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlahan-lahan, agar jangan
membangunkan pemuda itu, dia mengenakan pakaiannya. Matanya tak pernah
berpindah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari wajah Swi Liang dan sambil memakai
pakaiannya, dia mengenangkan semua yang mereka lakukan semalam ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka bermain cinta tanpa mengenal
puas sampai akhirnya tertidur kelelahan. Betapapun juga, pemuda itu terlalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halus. Bagi wanita macam Yang Kui Hui
yang sudah banyak pengalaman bermain cinta dengan pria, kejantanan Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang kurang memuaskan hatinya. Betapa
jauhnya dibandingkan dengan An Lu San! An Lu San barulah boleh disebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang laik-laki sejati! Dengan
kekudukannya yang tinggi dan pengaruhnya yang besar, dengan tubuhnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi besar, tenaganya yang seperti
singa, dengan permainan cintanya yang liar kasar dan wajar, menonjolkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kejantanan yang amat hebat! Sedangkan
pemuda ini, terlalu halus, masih hijau dan kurang pengalaman, dan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih berbahaya lagi, pemuda ini
tentulah seorang mata-mata musuh! Yang Kui Hui bergidik ngeri. Betapa bodohnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia, mudah terbujuk dan terseret oleh
nafsunya sendiri dan terkena rayuan seorang mata-mata. Untung mata-mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini belum bertindak terlalu jauh.
Bagaimana kalau semalam dia dibunuhnya? Yang Kui Hui bergidik dan bergegas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun dari pembaringan, dengan
hati-hati dia mengambil pedang bersarung indah yang diletakan oleh Swi Liang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas tumpukan pakaiannya, kemudian
selir Kaisar itu berindap-indap menuju ke pintu kamar, membuka pintu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar setelah menutupkan kembali daun
pintu perlahan-lahan. Tak lama kemudian dia telah berbisik-bisik dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa orang pengawal pribadinya,
kemudian memasuki kamar lain setelah merasa yakin bahwa para pengawalnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kini telah berkumpul itu akan
melaksanakan perintahnya dengan baik. Swi Liang terbagun dari tidur nyenyak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeliat dan tersenyum penuh bahagia
ketika dia teringat akan keadaan dirinya. Dirabanya kasur di mana dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rebah dan hidungnya kembang kempis,
masih penuh oleh keharuman tubuh Yang Kui Hui. Baru saja terbangun dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidur, teringat akan wanita cantik itu,
berkobar lagi nafsunya, lenyap semua kelelahan tubuhnya dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalik ke kanan, lengan kirinya dan
kaki kirinya merangkul memeluk. Dai membuka matanya ketika tangan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakinya bertemu dengan kasur yang
kosong, lalu bangkit duduk, menoleh ke kanan kiri, mencari-cari. yang Kui Hui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah pergi dari kamar itu! Swi Liang
merasa heran dan juga terkejut, kemudian timbul kekhawatiran di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya. Ke manakah perginya wanita itu
sepagi ini, pikirnya. Karena khawatir kalau-kalau ada pelayan memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
kamar dan memergoki keadaanya, bergegas dia menyambar pakaiannya, dan
cepat mengenakan pakaiannya, pakaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita penyamarannya. Dengan
tergesa-gesa dia menghampiri meja rias Yang Kui Hui, menggunakan bedak dan
yanci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk memulas mukanya yang semalam
telah menjadi muka pria aslinya dan sia-sia bedak dimukanya telah terhapus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali oleh ciuma-ciuman Yang Kui
Hui. Kemudian dia mencari pedangnya dan betapa heran dan terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya ketika mendapat kenyataan bahwa
pedangnya tidak berada di dalam kamar itu! Akan tetapi dia segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum menenangkan hatinya sendiri.
Tentu Yang Kui Hui sengaja hendak main-main dengan dia! Tak mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita itu melakukan hal yang
bukan-bukan dan merugikannya setelah apa yang mereka nikmati bersama semalam!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tentu Yang Kui Hui sudah bertekuk lutut
dan mencintanya setelah dia membuktikan kejantanannya semalam, pikir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang dengan bangga. Dengan hati
ringan dia lalu melangkah ke pintu, membuka daun pintu hendak mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekasihnya itu. Sunyi di luar kamar
itu, padahal biasanya penuh dengan pengawal. Kemudian muncul seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayan wanita yang bertugas
membersihkan kamar Yang Kui Hui setiap pagi. Melihat pelayan ini, Swi Liang
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara biasa lalu menanyakan di mana
adanya majikan mereka yang cantik itu. "Beliau tadi memerintahkan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau Liang-lihiap sudah bangun agar
Lihiap suka pergi menyusul ke dalam pondok di taman. Beliau menanti di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana." Mendengar kata-kata ini,
Swi Liang bergegas pergi ke taman, hatinya girang sekali. Tak salah dugaannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Yang Kui Hui telah bertekuk lutut di
depan kakinya! Selir yang angkuh dan cantik itu telah jatuh cinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya sehingga kini selir itu ingin
melanjutkan permainan cinta mereka di dalam pondok taman, tentu agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan sampai menimbulkan kecurigaan
para pelayan lain! "Ha-ha, kau cerdik sekali, mais," kata hatinya
penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegembiraan, "untuk kecerdikanmu
itu akan kuberi upah ciuman hangat!" Sambil tersenyum-senyum membayangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala kemesraan yang akan dialaminya
sebentar lagi di dalam pondok taman, Swi Liang melangkah lebar ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> taman yang indah dan luas itu. Taman
itu sunyi karena hari masih amat pagi dan memang biasanya pun taman itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya dikunjungi para puteri istana
setelah matahari naik tinggi sehingga mereka dapat menghirup hawa segar di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> situ. Bahkan tidak tampak seorang pun
juru taman yang biasanya sepagi itu tentu telah membersihkan taman.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika melewati tempat di mana dia
malam-malam beberapa hari yang lalu mengubur mayat dua orang pelayan wanita,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang menggerakan pundaknya untuk
menenteramkan hatinya yang agak terguncang. Salah kalian sendiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pikirnya dan untuk menekan perasaanya,
dia telah menginjak kuburan yang tidak kentara dan tidak dikenal orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain kecuali dia itu. Dia kini sudah
berdiri di depan pintu pondok, lalu mengetuk pintu pondok sambil berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suara biasa, suara pria, halus
dan penuh rayuan, "Dewiku yang cantik jelita, bidadari dari sorga manis,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukalah pintu, aku sudah amat rindu
kepadamu....!" Daun pintu pondok merah itu terbuka dari dalam dan.... Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang meloncat ke belakang sambil menahan
seruan kagetnya ketika dia melihat bahwa dari dalam pondok itu keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua puluh orang lebih pengawal yang
memegang senjata di tangan! "Menyerahlah engkau, Liang-cu. Kami mendapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perintah untuk menangkapmu!"
komandan pengawal berkata keren. Seketika pucat muka Swi Liang dan otomatis
tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kanannya meraba pinggang, hanya untuk
diingatkan bahwa pedangnya telah lenyap dari dalam kamar tadi! "Apa...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa... dosaku....?" Dia bertanya
gagap, saking bingungnya dia lupa menyembunyikan suara laki-laki yang keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari mulutnya. Dua puluh lebih pengawal
itu tertawa dan Sang Komandan membentak. "Lekas berlutut dan
menyerah!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang maklum bahwa rahasianya tentu
telah terbuka. Dia tidak tahu apa yang terjadi dan siapa yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuka rahasianya. Sampai saat itu dia
sama sekali tidak menyangka bahwa Yang Kui Hui yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengkhianatinya. Akan tetapi dia tahu
bahwa kalau dia tertangkap, tentu dia akan celaka. "Mampuslah!"
bentaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil menerjang ke depan, menghantam
komandan dengan kepalan tangan kanan sedangkan kepalan tangan kiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghantam pengawal ke dua yang berdiri
dekat. Komandan itu memiliki kepandaian silat yang cukup tinggi, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia dapat menangkis biarpun dia menjadi
terhuyung- huyung, akan tetapi pengawal yang terkena hantaman tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiri Swi Liang, mengeluarkan teriakan
keras dan roboh terguling, muntah-muntah darah karena pukulan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenai dadanya tadi amat kuat. Segera
Swi Liang dikeroyok oleh dua puluh orang lebih. Para pengawal itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rata-rata memiliki ilmu silat yang
cukup tangguh, karena mereka semua bersenjata. Repot jugalah Swi Liang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus membela diri dengan tangan
kosong! "Jangan bunuh dia! kita harus menangkapnya hidup-hidup!"
beberapa kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> komandan berteriak. Swi Liang mengamuk
sekuatnya, namun setelah tubuhnya terkena beberapa kali bacokan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tusukan, akhirnya dia terguling dan
teringkus. Dalam keadaan luka-luka dan setengah pingsan dia diseret ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kamar tahanan. Sementara itu,
yang Kui Hui segera mengadu kepada Kaisar bahwa pelayan wanita yang dahulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolongnya itu ternyata adalah seorang
pemuda dan mungkin mata-mata musuh yang sengaja menyelundup. Mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, kaisar memerintahkan agar Swi
Liang disiksa dan dipaksa untuk mengakui keadaannya. Pada hari itu juga, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kamar tahanan yang dirahasiakan,
Swi Liang dikompres untuk mengaku. Ada beberapa macam semangat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendorong seseorang menjadi prajurit.
Semangat patriotik sebagai pengabdian kepada negara dan bangsa, semangat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari kedudukan dan kemuliaan, dan
semangat yang timbul dari keadaan lain pula. Di antara semua itu, hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> prajurit yang didorong semangat
mengabdi kepada negara dan bangsa sajalah yang akan berani mempertaruhkan nyawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan rela, karena dia merasa yakin
bahwa apa yang diperjuangkan dalam hidupnya itu benar! Kebenaran seseorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tentu saja mengharapkan sesuatu,
misalnya nama sebagai seorang pahlawan atau "tempat baik" di alam
baka!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Betapapun juga, lepas daripada tepat
tidaknya kebenaran semacam itu, harus diakui bahwa hanya prajurit yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersemangat demikian sajalah yang akan
menghadapi kematian dan siksaan dengan berani dan gagah. Tidaklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian dengan Swi Liang. Dia
melakukan tugasnya karena dorongan subonya yang juga menjadi kekasihnya, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keinginannya untuk kelak memperoleh
kedudukan tinggi jika cita-cita subonya terlaksana. Kalau putera subonya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai biasa menjadi kaisar seperti
yang dicita-citakan subonya, dia tentu setidaknya akan menjadi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menteri! Karena semangat seperti ini
yang mendorongnya berjuang, maka begitu gagal patahlah semangatnya. Begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia disiksa, keluarlah pengakuan dari
mulut Swi Liang bahwa dia adalah kaki tangan subonya, The Kwat Lin Ratu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es yang kini menjadi Ketua
Bu-tong-pai dan yang bersekutu dengan Pangeran tang Sin Ong, dan tugasnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah memikat hati Yang Kui Hui agar selir
itu kelak mau membantu pemberontakan mereka. Pengakuan ini tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja menimbulkan geger. Pangeran Tang
Sin Ong ditangkap dan beberapa hari kemudian, Swi Liang dan Pangeran Tang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Ong dijatuhi hukuman penggal kepala
di tempat umum agar menjadi peringatan bagi siapa saja yang hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberontak. Kaisar lalu mengirim
pasukan untuk menangkap Ketua Bu-tong-pai yang memberontak. Habislah riwayat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup Bu Swi Liang, putera Lu-san lojin
Bu Si Kang yang gagah perkasa itu. Memang patut disayangkan karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebenarnya dahulu Bu Swi Liang adalah
seorang pemuda yang baik dan gagah perkasa, yang dididik oleh ayahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejak kecil agar menjadi seorang
pendekar yang selalu membela kebenaran dan keadilan. Memang, keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekeliling amat mempengaruhi jalan
hidup seseorang. Hal ini tidaklah berarti bahwa sekeliling yang bersalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga menyeret seseorang ke jalan
sesat seperti halnya Bu Swi Liang.Sebetulnya, yang bersalah adalah dirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri! Orang yang mengenal diri
sendiri akan selalu dalam keadaan waspada dan sadar sehingga berada di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lingkungan apa pun juga dia akan selalu
mengamati tingkah laku sendiri lahir batin setiap saat, tak mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terseret atau ternoda, seperti emas
murni atau bunga teratai, biar berada di lumpur akan tetapi tetap bersih!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebaliknya, orang yang tidak mau
mengamati dirinya sendiri setiap saat, akan mudah lupa karena
"akunya"menonjol<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Si Aku ini memang selalu ingin
menang sendiri, ingin enak dan senang sendiri, sehingga untuk memenuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala keinginannya itu, diri terseret
dan mudah terjeblos ke dalam jurang penuh dengan ular-ular berbisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bernama iri, dendam, benci, sombong,
duka, dan lain-lain yang kesemuanya berakhir dengan kesengsaraan. Pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kuat dipimpin seorang perwira
tinggi membawa perintah penangkapan dari Kaisar sendiri, tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-san. Namun mereka terlambat.
The Kwat Lin, Ketua Bu-tong-pai yang baru dan hendak ditangkap itu, telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melarikan diri bersama anak buah yang
setia kepadanya. Hal ini tidaklah mengherankan. Sebelum Swi Liang membuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia pemberontakannya, The Kwat Lin
telah lebih dulu mendengar bahwa muridnya telah gagal dan ditangkap. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa kecewa sekali, akan tetapi dia
juga maklum akan bahaya yang mengancam dirinya. Kalau sampai pasukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemerintah menyerang Bu-tong-pai, tentu
saja dia tidak mungkin dapat melawan pasukan yang besar itu. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diamdiam dia lalu lolos dari
Bu-tong-san, bersama anak buahnya yang setia dia lalu melarikan diri ke Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkai yang menjadi markas ke dua dari
komplotan ini. Seperti di ketahui, Kiam-mo Cai-li Liok Si yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datuk kaum sesat itu telah ditaklukannya
dan telah menjadi sekutunya, dan tempat tinggal datuk wanita ini, Rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bangkai, di kaki Pengunungan
Luliang-san, menjadi markas ke dua. Ketika menghadapi bahaya penangkapan dari
kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja, tentu saja Kwat Lin lalu
melarikan diri ke tempat yang merupakan daerah berbahaya dan rahasia itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pelarian dari Bu-tong-pai ini diterima
dengan baik oleh Kiam-mo Cai-li Liok Si yang memperoleh kesempatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menonjolkan jasanya. Segera Rawa Bangkai
dijaga dengan kuat sekali dan Liok Si menghibur The Kwat Lin atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegagalan muridnya. "Aku hanya
merasa kecewa sekali mengenangkan muridmuridku," kata The Kwat Lin dengan
suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gemas. "Swi Nio telah
mengkhianatiku, lari dengan seorang mata-mata musuh entah dari mana dan
pengharapanku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadinya tinggal kepada Swi Liang. Dia
sampai terbuka rahasianya dan tertangkap, hal itu katakanlah sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suatu kegagalan yang menyedihkan. Akan
tetapi mengapa dia membocorkan rahasia Pangeran Tang Sin Ong sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran itu pun dihukum mati. Dengan
matinya Pangeran Tang Sin Ong habislah harapan kita!" The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghela napas panjang dan mengepal
tinjunya dengan hati gemas. "Aihhh, seorang yang memiliki ilmu kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti Pangcu, mengapa mudah sekali
putus asa?" Liok Si mencela. "Hem, Cai-li, jangan kau menyebutku
Pangcu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. Aku bukan lagi Ketua Bu-tong-pai
setelah kini menjadi pelarian pemerintah. Dan aku tidak membutuhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkumpulan itu. Siapa yang tidak akan
putus asa? Citacita kita kandas setengah jalan. Betapapun tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian kita, menghadapi pasukan
pemerintah yang puluhan laksa banyaknya, kita dapat berbuat apakah?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li tersenyum. Dia maklum
bahwa wanita yang amat lihai ini memiliki cita-cita yang besar sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "The-pangcu.... eh, Lihiap,
seorang dengan kepandaian seperti engkau tentu dapat mencari kedudukan dengan
mudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali." "Hemm, mana mungkin?
Pemerintah telah menganggapku sebagai pemberontak dan aku akan selalu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelarian dan buruan pemerintah. Pula,
aku adalah seorang bekas ratu, oleh karena itu. Cita-citaku hanya satu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ialah aku akan berusaha sekuat tenaga
agar puteraku memperoleh kedudukan yang sepadan dengan darah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keturunannya." Kiam-mo Cai-li
mengangguk-angguk. "Memang sepatutnya.... sepatutnya...., dan aku bersedia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantumu asal kelak kau tidak akan
melupakan bantuanku." The Kwat Lin memegang tangan datuk wanita itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang tajam. "Kiam-mo Cai-li,
kita bukan anak-anak kecil lagi, kita sama-sama wanita dan kita saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengetahui isi hati masing-masing.
Engkau sudah banyak menolongku, masihkah engkau menyangsikan bahwa aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menganggapmu sebagai tangan dan kaki
sendiri dan kita akan senasib sependeritaan, bahkan sehidup semati?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li tersenyum dan
mengangguk. "Aku tahu bahwa engkau adalah seorang wanita yang selain
berilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi, juga berkemauan keras dan
bercita-cita tinggi, The-lihiap. Kita tidak perlu putus asa dengan kegagalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muridmu. Masih ada jalan lain yang
kurasa akan lebih menguntungkan kita." "Bagaimana?"
"Bersekutu dengan An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan!" The Kwat Lin memandang
wajah Kiam-mo Cai-li dengan alis berkerut. Majikan Rawa Bangkai itu tersenyum
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diam-diam The Kwat Lin harus memuji
bahwa wanita yang usianya sudah lima puluh tahun itu kalau tersenyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan masih muda dan masih cantik.
Kata-kata Kiam-mo Cai-li mengejutkan hatinya dan sekaligus menimbulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecurigaannya. Sudah terang bahwa
mereka menjadi saingan An Lu Shan, bagaimana sekarang dapat bersekutu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Panglima itu? Bahkan yang menyalakan
api pemberontakan dalam dada Pangeran Tang Sin Ong adalah karena merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> iri hati kepada An Lu Shan yang disuka
oleh Laisar dan selalu dibela oleh Yang Kui Hui. Dan sekarang, sekutunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini mengusulkan untuk bersekutu dengan
An Lu Shan! "Cai-li, apa maksudmu?" tanyanya, suaranya membentak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya memandang tajam menyelidik.
"Aih, The-lihiap, aku tahu mengapa engkau terkejut. Akan tetapi bukankah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para cerdik pandai jaman dahulu pernah
berkata bahwa orang cerdik harus pandai memilih kawan?Demi tercapainya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-cita, kalau perlu kawan menjadi
lawan dan lawan berbalik menjadi kawan!" Berseri wajah The Kwat Lin dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia memandang kagum. "kau benar,
Cai-li. Kau benar dan cerdik sekali! Akan tetapi, mungkinkah dia mau?"
"Jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> khawatir. Aku sudah lama mengenal baik
Panglima kasar itu. Di balik semua langkahnya menjilat Kaisar dan Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui Hui, dia bercita-cita merebut
kekuasaan Kaisar. Dan pada waktu ini dia amat membutuhkan bantuan orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandai, tentu saja dia akan menerima
kita dengan tangan terbuka." The Kwat Lin berdebar-debar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggosok-gosok pipinya yang berkulit
halus itu dengan tangannya, nampaknya ragu-ragu. "Akan tetapi, bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita dapat mengadakan hubungan?"
"Aku akan menyuruh anak buahku, harap kau suka tulis surat untuk
disampaikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada An Lu Shan. Sebaiknya begini
isinya." Wanita cerdik Kiam-mo Cai-li berunding dengan The Kwat Lin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengulurkan tangan kepada An Lu Shan
mengajak bersekutu melalui sehelai surat yang ditulis oleh tangan halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin. Dalam hal menggunakan
siasat, kiranya wanita lebih cerdik dari pada pria, dan hal ini dibuktikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh The Kwat Lin dan Kiam-mo Cai-li
Liok Si. Sebulan kemudian tampak lima orang muncul di tepi rawa yang sunyi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Mereka ini terdiri dari empat orang
pria dan seorang wanita, kesemuanya kelihatan gagah perkasa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangkas. Rawa ini amat luas, sunyi dan
terkenal berbahaya sekali. Kelihatannya tidak berbahaya, hanya merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> genangan air yang amat luas seperti
telaga besar, namun air itu tertutup oleh rumput dan bermacam tetumbuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecil sehingga kadang-kadang tidak
nampak airnya. Bahkan seolah-olah tertutup oleh lapisan tanah tipis dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> inilah yang berbahaya sekali. Manusia maupun
binatang yang berani mendekati rawa dan salah injak, mengira bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanah berumput itu keras, akan
terperosok ke dalam air berlumpur yang mempunyai daya penyedot sehingga sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki terbenam, disedot ke bawah dan
sukar ditarik ke atas lagi. Air berlumpur itu dalam sekali dan karena amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lembek, maka seolah-olah menyedot kaki,
padahal kaki orang atau binatang itu tenggelam terus secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlahan-lahan dan lupur itu memang
mempunyai daya lekat sehingga kaki seolah-olah disedot dan ditahan, sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk ditarik kembali ke atas. Selain
bahaya yang merupakan perangkap-perangkap maut dari alam ini, juga di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> situ terdapat banyak ular dan binatang
berbisa lain yang bersembunyi di antara rumput-rumput dan tetumbuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain. Jauh dari rawa, tampak
ditengah-tengah rawa itu sebuah pulau dan di situ terdapat bangunanbangunan
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak dari jauh. Namun, tidak ada
orang dari luar rawa yang berani mencoba untuk mendekati pulau ini, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selain jalan menuju ke situ harus
menyeberangi rawa maut itu, juga telah terkenal bahwa bangunan-bangunan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah sarang dari iblis betina yang
ditakuti semua orang, yaitu Kiam-mo cai-li. Karena seringkali terdapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkai-bangkai binatang-binatang yang
terperosok ke dalam perangkap alam sekitar rawa, juga bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kadang-kadang tampak mayat
mausia-manusia yang sampai membusuk dimakan lumpur, maka terkenallah rawa itu
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebutan Rawa Bangkai! Karena
Kiam-mo-Cai-li yang cerdik itu melarang para anak buahnya untuk mengganggu
rakyat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di sekitar tempat itu, maka tidak akan
ada alasan bagi alat pemerintah untuk memusuhinya, pula pembesar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setempat merasa ngeri untuk menentang
iblis betina itu. Dengan demikian, datuk kaum sesat ini hidup aman dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teteram di kaki Pegunungan Lu-liang-san
itu, tempat ini menjadi tempat pesembunyian yang baik sekali bagi The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin dan anak buahnya. Kita kembali
kepada lima orang yang pada hari itu berada di tepi rawa. Tiga orang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara mereka laki-laki tua berusia
antara lima puluh sampai enam puluh tahun. Seorang lagi adalah laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusia tiga puluh tahun, berwajah
tampan gagah dan bertubuh tegap, sedangkan wanita itu masih muda, seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis berusia paling banyak enam belas
tahun, tubuhnya langsing dan wajahnya manis namun sepasang matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung sinar keras. Wanita itu
bukan lain adalah Bu Swi Nio dan laki-laki muda tampan gagah itu adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penolongnya ketika dia hendak membunuh
diri setelah malam itu dia diperkosa oleh Pangeran Tang Sin Ong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagaimana dia sekarang bersama
laki-laki dan tiga orang kakek dapat berada di tepi Rawa Bangkai? Malam itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah diperkosa oleh Pangeran Tang
Sin Ong dalam keadaan mabok dan tidak sadar, Swi Nio hendak membunuh diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pedang, akan tetapi dia dicegah
oleh laki-laki yang ternyata adalah seorang mata-mata dari An Lu Shan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia dapat diingatkan oleh laki-laki itu
bahwa membunuh diri bukanlah jalan terbaik untuk membalas sakit hati,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka Swi Nio lalu ikut dengan orang itu
dan menjadi petunjuk jalan sehingga mata-mata itu berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan diri bersama Swi Nio,
keluar dari tembok Bu-tong-pai. Kedua orang ini tanpa bicara melarikan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terus dengan cepatnya sampai matahari
naik tinggi dan mereka tiba di kaki Pegunungan Bu-tong-san, barulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berhenti mengaso di dalam sebuah
hutan lebat. Begitu duduk di bawah pohon melepaskan lelah, Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teringat akan nasib yang menimpa
dirinya, maka serta merta dia menangis mengguguk. Laki-laki itu memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arahnya dan menghela napas panjang,
mengepal tinju dan hanya mendiamkannya saja karena pengalamannya membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mengerti bahwa dalam keadaan
berduka seperti itu, tidak ada obat yang lebih baik bagi gadis itu kecuali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangis dan air mata yang bercucuran.
Setelah agak mereda tangis Swi Nio, dia berkata, "Nona, seperti kukatakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pagi tadi, tidak perlulah hal yang
telah terjadi dan yang telah lalu ditangisi dan disedihkan. Yang penting,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita melihat ke depan. Jalan hidup
masih lebar dan terbentang luas di depan kita. Mengubur diri dengan kedukaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja tidak ada artinya dan pula hanya
akan melemahkan semangat kita yang perlu kita pupuk untuk dapat membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada orang-orang yang telah merusak
hidup kita." Kata-kata yang dikeluarkan dengan suara gagah ini membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Nio mengangkat mukanya yang pucat
dan basah, memandang. Mereka berdua saling pandang sejenak, kduanya baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat nyata akan wajah masing-masing.
Wajah pria itu menimbulkan kepercayaan di hati Swi Nio sedangkan wajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis itu membuat jantung laki-laki itu
berdebar dan tertarik. "Kau siapakah?" Akhirnya Swi Nio bertanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sudah kukatakan kepadamu, aku
adalah seorang mata-mata, seorang kepercayaan Jenderal An Lu Shan. Namaku Liem<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toan Kie. Dalam penyelidikanku di
Bu-tong-pai, aku telah mengenal namamu, Nona. Engkau adalah Nona Bu Swi Nio,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama kakakmu Bu Swi Liang engkau
adalah murid dari Ketua Butong- pai yang baru. Aku pun telah mengetahui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan nasibmu semalam...."
"Ahhh....! Si Jahanam Tang Sin Ong....!" Engkau benar! Aku tidak
perlu berputus asa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku tidak perlu mengubur diri dalam
kedukaan, aku harus berusaha untuk membalas semua penghinaan ini. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kubunuh Si Jahanam Tang Sin Ong!"
Gadis itu mengepal kedua tangannya dengan penuh kemarahan. "Nah, itu baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah dan bersemangat! Akan tetapi,
tidak semudah itu membunuh seorang Pangeran apalagi dia sahabat baik Gurumu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat lihai. Jalan satu-satunya,
marilah ikut aku, mengabdi kepada Jenderal An Lu Shan. Hanya itulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalannya sehingga kelak engkau akan
dapat membalas dendam." "Kau.... kau seorang prajurit bawahan
Jenderal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu?" Toan Ki menggelengkan
kepalanya. "Bukan, aku bukan perajurit, aku seorang luar yang telah
menggabungkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri dengan An-goanswe dan mendapatkan
kepercayaannya untuk menyelidiki Bu-tongpai. Aku disuruh menyelidiki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rencana apa yang diadakan oleh Pangeran
Tang Sin Ong dan Bu-tong-pai. An-goanswe adalah seorang yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cerdik. Dia biarkan pemberontakan lain
agar kedudukan Kaisar makin lemah, namun dia harus tahu segala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerak-gerik musuh, baik gerak-gerik
Kaisar maupun pemberontak lain. Sekarang aku tahu bahwa rencana mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah melemahkan Kaisar melalui Yang
Kui Hui, dan sekarang aku akan kembali dan melaporkan hasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyelidikanku kepada An-goanswe. kau
ikutlah, akan kuperkenalkan dan engkau tentu akan diterima, karena engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kepandaian yang lumayan di
samping dendammu kepada Tang Sin Ong." "Aku.... aku tidak suka
menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberontak." "Hemm,apakah
kaukira aku suka menjadi pemberontak,Nona? tidak,aku membantu An Lu Shan bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena aku suka menjadi pemberontak,
melainkan karena aku pun sakit hati terhadap pemerintah." "Eh?"
Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertarik dan memandang wajah yang gagah
itu."mengapa?" "Hampir sama nasib kita, Nona, hanya bedanya
jalannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja. ketahuilah, dahulu aku adalah
seorang tokoh Hoa San-Pai yang tentu saja tak mau mencampuri urusan politik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pemberontakan, bahkan condong untuk
setia kepada pemerintahan, akan tetapi pada suatu hari terjadilah hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat hebat... yang merubah seluruh
jalan hidupku..." Swi Nio teringat akan nasibnya sendiri. dia mendekat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu berkata, "Liem-twako,
kauceritakanlah!" Sejenak mereka berpandangan, lalu Toan Ki menceritakan
riwayatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> secara singkat. Dia tinggal di kota
Ma-Kiubun, sebuah kota yang cukup ramai di tepi sungai Huangho. dia hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang dan bahagia dengan isterinya
yang baru dinikahinya selama tiga bulan. Dengan membuka toko obat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajar ilmu silat, dia hidup lumayan.
Namun isterinya merasa kecewa setelah tiga bulan menikah, belum juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada tanda-tanda mengandung, maka dia
mengijinkan isterinya untuk bersembahyang ke kelenteng untuk minta berkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar isterinya dapat memperoleh
keturunan secepatnya. "Akan tetapi mujur tak dapat diraih, malang tak
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditolak. Menjelang senja, setelah pergi
sejak pagi, barulah isterinya pulang dan turun dari joli dalam keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> payah, mukanya pucat dan basah air
mata. Sambil menangis sesenggukan isterinya lari ke dalam rumah, menjatuhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri dan berlutut di depan kakinya
sambil menceritakan bahwa ketika tadi bersembahyang di kelenteng, kebetulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di kelenteng itu terdapat putera
bangsawan Lui yang bermain catur dengan para hwesio. Melihat dia, putera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangsawan menyeretnya ke dalam kamar di
kelenteng dan memperkosanya! Setelah mengucapkan pengakuan yang hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, isterinya lari ke dalam kamar
sambil menangis sesenggukan. hati Toan Ki terasa tidak enak. Tadi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termangu-mangu seperti patung saking
marah dan dukanya mendengar penuturan isterinya sehingga dia agak lalai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan isterinya lari. Cepat dia
mengejar dan melihat pintu kamar isterinya dipalang dari dalam, ia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menendang pecah daun pintu! Dia berdiri
pucat dan terbelalak. Apa yang dilihatnya? "Isteriku telah rebah mandi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> darah di lantai! Pedangku ia pergunakan
untuk membunuh diri, menusuk dadanya hampir tembus!" Dia mengakhiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ceritanya sambil menutupkan kedua tangan
di depan mukanya. "Ohhh....!!" Swi Nio menjadi pucat sekali dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyentuh lengan Toan Ki dengan penuh
perasaan terharu. "Putera bangsawan dan hwesio-hwesio keparat itu harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihukum! Dan aku akan membantumu,
Liem-twako!" Toan Ki menurunkan tangannya, memegang tangan Swi Nio dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> erat. Mereka saling berpegangan dan
saling menggenggam tangan. "Kita senasib, Nona. Karenanya ada kecocokan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara kita dan karenanya aku menolongmu
pagi tadi. Akan tetapi, bicara soal bantu-membantu, akulah yang akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantumu kelak kalau saatnya tiba
untuk membalaskan sakit hatimu. Sedangkan sakit hatiku sendiri sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kubalas impas dan lunas. Pemuda
bangsawan keparat itu telah kubunuh bersama semua hwesio kelenteng itu! Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu aku menjadi buronan dan aku
terpaksa lari kepada Jenderal An Lu Shan yang segera menerimaku karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membutuhkan bantuan kepandaianku."
"Ahhh, engkau baik sekali, Twako. Dan engkau bernasib buruk sekali seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku. Aku merasa beruntung dapat bertemu
dan dapat bersahabat denganmu. Baiklah aku akan ikut bersamamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadap Jenderal An Lu Shan."
Demikianlah, Swi Nio ikut bersama Toan Ki dan benar saja seperti dikatakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki gagah itu, dia diterima
dengan baik di dalam rombongan orang-orang gagah bukan perajurit yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantupembantu An Lu Shan.
Persahabatannya dengan Liem Toan Ki menjadi makin akrab dan bahkan tumbuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benih-benih cinta kasih di antara kedua
orang yang sama nasibnya ini, Liem Toan Ki kehilangan isterinya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikawininya baru tiga bulan lamanya,
sedangkan Swi Nio kehilangan keperawanannya karena diperkosa oleh seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangeran. Akhirnya keduanya bersepakat
untuk mengikat perjodohan, namun Swi Nio mengatakan bahwa dia baru mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melangsungkan pernikahan secara resmi
apabila sakit hatinya telah terbalas semua! Maka kedua orang ini hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai dua orang tunangan yang saling
mencinta, apalagi karena perjodohan mereka itu direstui oleh An Lu Shan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang pandai mengambil hati orang-orang
yang memiliki ilmu kepandaian yang amat dibutuhkan bantuannya. Pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suatu hari An Lu Shan memanggil Liem
Toan Ki dan Bu Swi Nio, bersama tiga orang tokoh lain yang merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang berkepandaian tinggi di
antara para pembantu An Lu Shan. Yang seorang bernama Tan Goan Kok, seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek tinggi besar yang yang terkenal
di utara sebagai seorang ahli gwakang yang hebat. Kabarnya, Tan Goan Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini biarpun usianya sudah lima puluh
tahun lebih, dapat menggunakan kekuatan otot tubuhnya untuk mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seekor kerbau bunting Di samping
tenaganya yang besar, juga dia memiliki ilmu silat toya yang sukar dicari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bandingannya. Kakek kedua adalah
pat-jiu Mokai (Pengemis Iblis Tangan Delapan), seorang kakek yang berusia enam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puluh tahun, pakaiannya penuh tambalan
biarpun bersih dan baru, selalu memegang sebatang tongkat butut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa pun, bahkan An Lu Shan sendiri,
menyebutnya Pangcu (Ketua) padahal kakek jembel ini hanyalah seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua yang tidak mempunyai anak buah!
Pat-jiu Mo-kai tidak memimpin suatu perkumpulan pengemis namun nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besarnya sedemikian terkenal sehingga
setiap orang pengemis di manapun juga akan selalu menyebutnya Pangcu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sampai ketua para perkumpulan pengemis
juga menyebutnya Pangcu! Ilmu tongkatnya amat tinggi dan kabarnya belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah kakek ini dikalahkan lawan
selama dalam perantauannya sampai akhirnya dia dapat dibujuk membantu An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan. Orang ke tiga, berusia lima puluh
tahun lebih, berpakaian tosu dan memang dia seorang penganut Agama To,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang kakek perantau yang disebut
Siok Tojin. Berbeda dengan kedua orang kakek pertama, Siok Tojin orangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendiam, tidak terkenal, namun ilmu
pedangnya amat hebat sehingga ketika dia diuji, ilmu pedangnya itu bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mampu menandingi tongkat Pat-jiu
Mo-kai! Setelah Liem Toan Ki, Bu Swi Nio, dan tiga orang kakek itu menghadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> An Lu Shan yang memanggilnya, Jenderal
pemberontak ini lalu menceritakan akan surat dari The Kwat Lin bekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Bu-tong-pai yang mengajak
kerjasama dalam menentang Kaisar. "Aku sengaja mengutus Ngo-wi (kalian Berlima)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menjajaki hati wanita berilmu
tinggi apakah benarbenar dia hendak bersekutu. Bu Swi Nio adalah muridnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka aku mengutusnya untuk mengukur
hati gurunya. Kalau dia benar-benar hendak bersekutu, tentu dia tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah kepada muridnya yang telah
melarikan diri dan menjadi pembantuku. kau menemani dan menjaga tunanganmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Toan Ki. Dan Pangcu bersama dua orang
Lo-enghiong hendaknya menguji kepandaian mereka yang hendak bersekutu, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> samping melindungi mereka berdua ini
kalau-kalau terancam bahaya." Demikianlah maka pada pagi hari itu, lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang kaki tangan An Lu Shan ini telah
berada di tepi Rawa Bangkai. Mereka memandang ke arah pulau di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengah-tengah rawa yang tampak dari
tempat itu dalam jarak yang cukup jauh dan mereka memandang permukaan rawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan wajah membayangkan kengerian.
Sudah banyak mereka mendengar akan bahayanya melintasi rawa itu. "Saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya baru satu kali mengunjungi tempat
ini bersama Subo," terdengar Swi Nio menerangkan ketika dia ditanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh teman-temannya, "dan ketika
itu kami mengikuti Kiam-mo Cai-li yang membawa kami berlompatan dari tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini ke pulau itu. Setiap lompatanya
membawanya ke tanah keras dan aman, akan tetapi tentu saja aku tidak bisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengingat lagi karena dia
melompat-lompat ke tanah kiri, kadang-kadang membalik lagi." "Hemmm,
tentu merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan rahasia yang sukar diketahui
orang luar," kata Pat-jiu Mo-kai sambil meraba-raba dagunya yang berjenggot<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang. "Dan menurut Kiam-mo
Cai-li, katanya meleset sedikit saja merupakan bahaya maut karena di sepanjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan penuh dengan jebakan alam.
Kadang-kadang dia membawa kami meloncat ke bagian yang ada airnya, sampai saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa ngeri, akan tetapi ternyata bagian itu
airnya hanya semata kaki, sedangkan tanah yang kelihatan kering<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dekatnya, menurut keterangannya,
bahkan merupakan tempat berbahaya sekali. Ketika pulang ke Bu-tong-san,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Subo sendiri mengatakan bahwa dia tidak
akan berani lancang menempuh jalan ini sendirian saja karena dia pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak dapat mengingat kembali jalan
berliku-liku itu." "Bagaimana kalau kita menggunakan tali yang
panjang?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biar kau tidak hafal jalan itu, setidaknya
kau pernah melaluinya dan dapat kau mencarinya, Moi-moi. Kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berempat mengikuti dari belakang,
menggunakan tali yang ditalikan di pinggangmu sehingga andaikata kau salah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan dan masuk perangkap, kita dapat
menolongmu dengan menarik tali itu," kata Liem Toan Ki kepada kekasihnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Begitupun boleh, akan kucoba
mengingat-ingat, akan tetapi harus kau sendiri yang memegang ujung tali, Koko,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena aku ngeri!" "Ah, aku
tidak setuju! Usul itu tidak tepat, Liem Sicu!" Tiba-tiba Tan Goan Kok
berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suaranya yang parau dan nyaring.
"Akan tetapi aku tidak takut, Tan-lo-enghiong!" Swi Nio membantah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Pula, kalau Liem-koko yang
memegang ujung talinya, aku tidak takut apa-apa lagi. Andaikata aku terjeblos,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu akan dapat cepat ditariknya naik
lagi." "Bukan tidak setuju karena takut, melainkan karena kalau hal
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diketahui mereka, tentu akan menjadi
bahan ejekan. Perlu apa kita harus mencari-cari jalan rahasia yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disembunyikan orang? Kita harus mencari
jalan masuk yang lebih gagah, tidak mencuri-curi seperti segerombolan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maling." Bu Swi Nio mengerti dan
membenarkan pendapat ini. Mereka berlima lalu duduk di tepi rawa sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alis, mencari akal bagaimana
mereka akan dapat mengunjungi pulau di tengah rawa itu sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tamu-tamu yang datang secara gagah.
Karena kalau usul Liem Toan Ki dan Swi Nio tadi dilanjutkan, dan sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi Swi Nio terjebak ke dalam
perangkap alam, tentu hal ini akan membuat mereka memandang rendah saja. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi, betapapun banyak pengalaman
mereka dan betapapun tinggi ilmu kepandaian mereka, belum pernah mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi kesukaran seperti sekarang
ini. Akhirnya Siok Tojin yang sejak tadi tidak ikut bicara, mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara mengomel, kemudian berkata,
"Dapat! Aku teringat akan orang-orang Mongol yang menggunakan akal mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ikan di rawa-rawa seperti ini!"
Empat orang kawanannya memandang ke arah tosu ini dengan wajah gembira dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh harapan. "Lekas katakan,
Totiang, bagaimanakah akal itu?" Tan Goan Kok bertanya. "Mereka
menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bambu-bambu sebagai perahu."
"ahh, mana mungkin? Menggunakan perahu menyeberangi rawa ini? Tentu akan
mogok di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengah jalan kalau bertemu dengan air
yang tertutup tanah dan rumput," bantah Pat-jiu Mo-kai sambil memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke rawa dengan alis berkerut.
"Kita jangan meniru mereka yang membuat rakit dari bambu. Kita
masing-masing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan sebatang bambu saja,
ujungnya dibikin runcing," kata Siok Tojin singkat, akan tetapi teman
temannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah dapat menangkap maksudnya.
"Bagus sekali! Tentu kita berhasil! Dengan bambu runcing, kita dapat
meluncur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui apa saja!" Tan Goan Kok
berteriak girang. "Hemm, kusangka tidak semudah itu. Kita harus hati-hati,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar-benar mengerahkan ginkang dan
sinkang, kalau sampai tergelincir tentu kita celaka dan akan makin menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahaya tertawan lagi. Betapapun juga,
akal itu baik sekali. Mari kita mencari bambu dan membuat dayung," kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Mo-kai yang bersama Siok Tojin
dianggap orang tertua dan tertinggi ilmunya. Tak lama kemudian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampaklah lima orang itu meluncur di
atas Rawa Bangkai yang terkenal sukar dilalui orang itu. Dilihat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh, seolah-olah lima orang itu
terbang meluncur di atas air rawa! Akan tetapi kalau orang melihat dari dekat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barulah tampak bahwa kaki mereka
menginjak sebatang bambu besar yang kedua ujungnya telah diperuncing dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menggunakan dayung kayu untuk
mendorong bambu yang mereka injak itu meluncur ke tengah. Orang yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki ginkang dan sinkang jangan
mencoba-coba untuk menyebrang menggunakan cara seperti ini. Bambu sebatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang diinjak kaki itu tentu saja amat
berbahaya, selain licin juga dapat berputar sehingga kaki dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpeleset. Namun, dengan kekuatan
sinkang, telapak kaki mereka seolah olah melekat pada batang bambu itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat berputar, dan dengan ginkang
mereka lima orang lihai kepercayaan An Lu Shan itu dapat memperingan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dan bambu yang mereka injak itu
meluncur cepat ke tengah rawa. Mereka adalah orang-orang yang memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu kepandaian tinggi. Yang paling
rendah tingkatannya di antara mereka adalah Bu Swi Nio, padahal wanita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah amat lihai karena semenjak kecil
dia telah digembleng pula oleh wanita sakti The Kwat Lin, ratu dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es! Diam-diam, dari tempat
persembunyian mereka, banyak pasang mata mengintai dan memandang dengan kagum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika lima orang itu meluncur datang
ke arah pulau di tengah Rawa Bangkai. Melihat lima orang itu menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang bambu yang diinjak, melihat
mereka itu menggunakan kepandaian membunuh ular dan binatang berbisa lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menghadang di tengah perjalanan
itu, orang-orang Rawa Bangkai menjadi kagum dan segera melaporkan kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li dan The Kwat Lin akan
kedatangan lima orang itu. Kedua orang wanita sakti ini segera berunding<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil menanti kedatangan mereka.
Melihat bahwa Bu Swi Nio berada di antara mereka, The Kwat Lin menjadi marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. "Keparat," desisnya
marah. "Murid itu mengantarkan nyawanya ke sini!" "Ahhh,
The-lihiap, mengapa marah?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Harap diingat bahwa dia bukanlah
muridmu yang dahulu, melainkan seorang pembantu An Lu Shan yang dipercaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Karena itu, untuk memulai dengan
hubungan persekutuan, amatlah tidak baik memusuhi utusan An Lu Shan," kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li. The Kwat Lin tercengang
dan teringat akan cita-citanya. Memang benar, urusan pribadi harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikesampingkan kalau dia ingin agar
cita-citanya yang amat tinggi untuk putranya itu akan dapat terlaksana.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maka dia lalu mengajak Kiam-mo Cai-li
berunding bagaimana untuk menghadapi lima orang itu, utusan-utusan An Lu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Shan dimana termasuk bekas muridnya
itu. Kiam-mo Cai-li yang amat cerdik lalu memberi nasihat-nasihat sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keduanya dapat mengatur siasat. Biarpun
penyeberangan itu amat sukar dan mereka berlima harus membunuh banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ular berbisa, saling bantu membantu
ketika batang bambu mereka itu menemui banyak halangan, akhirnya lima orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu berhasil juga melompat ke atas
pulau dimana telah berdiri serombongan orang yang ditugaskan menyambut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka. Melihat dua puluh lebih orang
yang berdiri seperti pasukan menyambut mereka, Pat-jiu Mo-kai segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa bergelak dan berkata,
"Ha-ha-ha, sungguh bagus sekali penyambutan Rawa Bangkai terhadap utusan
dari An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Goan-swe!" Seorang di antara
anggauta pasukan itu, yang berjenggot panjang dan bermata sipit, melangkah maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan memberi hormat. "Selamat
datang di Rawa Bangkai! Karena kami tidak tahu bahwa Cuwi yang terhormat datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkunjung maka kami tidak mengadakan
penyambutan di luar rawa. Akan tetapi Cuwi telah memperlihatkan kegagahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang membuat kami tunduk dan kagum.
Sekarang, silahkan Cuwi semua ikut dengan kami menghadap Hong-houw
(Ratu)."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Diam-diam lima orang itu terkejut juga
sungguhpun mereka tahu siapa yang dimaksudkan dengan sebutan ratu itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Benar-benar bekas ketua Bu-tong-pai
adalah seorang wanita yang angkuh dan hendak menerima mereka sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang ratu! Akan tetapi karena mereka
berada di sarang yang berbahaya, mereka tidak banyak cakap melainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikuti pasukan itu menuju ke tengah
pulau dimana terdapat bangunan- bangunan yang kuat dan cukup indah. Lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang utusan An Lu Shan itu diterima
oleh The Kwat Lin, Kiam-mo Cai-li Liok Shi, dan Han Bu Ong putra The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin, di dalam sebuah ruangan yang luas.
Agak pucat muka Swi Nio dan otomatis dia menyentuh tangan Liem Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang membalas dengan genggaman seolah
olah hendak menghibur kegelisahan calon istrinya itu. Tentu saja Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa takut karena dia sudah mengenal
watak subonya yang keras dan kejam, juga maklum betapa lihainya subonya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Dia tahu bahwa andai kata subonya
berniat buruk, mereka berlima tentu akan tewas semua di tempat itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ibu, itu Swi-suci yang telah
minggat datang kembali!" tiba tiba Han Bu Ong berkata sambil menudingkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telunjuknya ke muka Swi Nio. Swi Nio
tidak dapat berdiam diri lebih lama lagi, dan dia maju menjatuhkan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlutut sambil berkata, "Subo,
teecu harap subo sudi mengampunkan teecu." The Kwat Lin memandang tajam
sejenak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu menghela napas dan menggerakkan
tangannya. Dia cukup bermata tajam untuk dapat melihat betapa empat orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki laki yang datang bersama Swi Nio
itu bersikap siap siaga dan kalau dia menurutkan hati panas turun tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggu muridnya itu, tentu empat
orang utusan An Lu Shan itu akan membela Swi Nio mati matian. Hal ini sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak diharapkannya dan sudah
dibicarakannya tadi bersama Kiam-mo Cai-li, maka dia menekan perasaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berkata,"Bangkitlah, engkau
pergi dan menjadi kepercayaan An Goanswe, tidak terlalu mengecewakan."
Lega<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan main hati Swi Nio dan dia bangkit
berdiri lalu berkata kepada Bu Ong, "Sute engkau baik baik saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan?" An Bu Ong yang biarpun
masih kecil namun sikapnya sudah seperti orang dewasa itu mencibirkan bibirnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengus seperti orang mengejek, lalu
berkata, "Suci, baik sekali engkau, ya? Suheng dibunuh orang, dan ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai lari ke sini, akan tetapi engkau
malah minggat dan enak enak saja!" "Bu Ong, diamlah engkau!" The
Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin berkata, lalu melanjutkan kepada
Swi Nio, "Swi Nio, tahukah engkau bahwa kakakmu telah tewas?" Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangguk dan air matanya bercucuran
dan segera diusapnya. "Teecu sudah mendengar akan hal itu, Subo."
"Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu kita sama-sama mendendam kepada
pemerintah. Kita lupakan saja semua urusan lama, Swi Nio, dan baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali kalau kita dapat bekerja sama.
Agaknya engkau kini sudah dipercaya menjadi utusan An Goanswe, ya?" Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nio cepat menjawab dan memperkenalkan
teman-temannya. "Teecu hanya menjadi pembantu dan penunjuk jalan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama....dia ini...." Swi Nio
menunjuk kepada Liem Toan Ki dan mukanya menjadi merah. "Siapa dia?"
The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin memandang tajam kepada Liem Toan Ki
yang cepat maju menjura dengan hormat. "Maafkan, Pangcu...."
"Aku bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketua Bu-tong-pai lagi, aku adalah
bekas Ratu Pulau Es!"jawab Kwat Lin ketus. "Maaf, saya bernama Liem
Toan Ki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Bu-moi adalah calon istri
saya." "Ibu, dia ini yang pernah menyerbu Bu-tong-pai dan dialah
tentunya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa minggat Suci!" tibatiba Bu
Ong berkata. Toan Ki diam-diam memuji kecerdikan anak laki-laki itu dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut sekali. "Benar demikian,
saya yang dahulu menjadi petugas An Goanswe menyelidiki Bu-tong-pai dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian mengajak pergi Bu-moi yang
sekarang menjadi calon istri saya." The Kwat Lin mengerutkan alisnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Laki-laki ini sebenarnya telah
menghinanya sebagai bekas Ketua Bu-tong-pai dan sebagai guru Swi Nio, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi diam-diam dia menerima isyarat
mata Kiam-mo Cai-li, maka dia menoleh kepada Swi Nio sambil bertanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Benarkah kau menjadi calon
isterinya?" Muka Swi Nio menjadi merah sekali. "Benar, Subo. Kami
saling mencinta,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi teecu dan dia berjanji
hanya akan melangsungkan pernikahan setelah dendam saya terbalas, yaitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah kerajaan sekarang jatuh dan
dikuasai An Goanswe." "Hemm, sudahlah. Kalau kau dan calon suamimu
ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya membantu, siapa yang menjadi
utusan An Goanswe menghadap padaku?" "Mereka inilah," Swi Nio
menunjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada tiga orang teman-temannya. Dia
adalah Pat-jiu Mo-kai, dan Totiang ini adalah Siok Tojin, Lo-enghiongitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah Tan Goan Kok. Mereka bertiga
yang menjadi utusan An Goanswe. The Kwat Lin memandang tajam kepada tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu seolah-olah hendak menimbang
bobot mereka dengan matanya. Pat-jiu Mo-kai yang tertua dan dianggap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemimpin rombongan apalagi karena dia
yang pandai bicara dibandingkan Tan Goan Kok yang kasar dan jujur,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apalagi dengan Siok Tojin yang jarang
sekali membuka mulut, segera tertawa. "Ha-ha-ha, kami bertiga pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanyalah pembantu-pembantu rendahan
saja dari An Goanswe, akan tetapi kami menerima kehormatan untuk menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utusan Beliau menghadap Toannio The
Kwat Lin yang namanya terkenal sebagai Ratu Pulau Es dan Ketua Bu-tong-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga menghadap Kiam-mo Cai-li yang juga
amat terkenal di dunia Kang-ouw sebagai seorang wanita yang amat lihai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan cerdas sekali. Kami merasa amat
terhormat dapat menjadi tamu-tamu di Rawa Bangkai ini." Kiam-mo Cai-li
Liok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Si yang memang amat cerdas, kini
mendahului Kwat Lin dan berkata, "Tidak tahu apakah kedatangan Cuwi ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hubungannya dengan pesan kami kepada An
Goanswe" "Dugaan Cai-li benar sekali. Kami berlima adalah utusan An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Goanswe untuk menghadap Jiwi dan untuk
bicara dengan Jiwi. An Goanswe telah menerima pesan Jiwi dan sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jawaban An Goanswe mengutus kami untuk
bicara." "Lalu bagaimana keputusan An Goanswe tentang ajakan kami
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekerja sama?" The Kwat Lin
bertanya. "An Goanswe merasa amat senang menerima surat Jiwi dan tentu
saja An<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Goanswe menerima dengan kedua tangan
terbuka uluran kerja sama Jiwi itu. Sudah lama An Goanswe merasa kagum,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama sekali melihat siasat gemilang
yang berhasil baik sehingga Jiwi sekalian dapat menyelundupkan orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi kepercayaan Yang Kui Hui. Hanya
sayang, pada saat terakhir siasat gemilang itu mengalami kegagalan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena orang kepercayaan Jiwi tidak
dapat menahan nafsu berahinya. Kami diutus oleh An Goanswe untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyampaikan pesan bahwa jika Jiwi suka
membantu dari dalam, yaitu berusaha menanam tenaga-tenaga bantuan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kota raja dan kalau mungkin di
dalam istana agar kelak memudahkan penyerbuan ke kota raja apabila saatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tepat tiba, maka An Goanswe akan
berterima kasih sekali." Mendengar pesan An Lu Shan yang di sampaikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Pat-jiu Mo-kai ini, hati kedua
orang wanita itu menjadi girang sekali sungguhpun kegirangan itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbaca di wajah mereka. "Kami yang
tidak mempunyai pasukan besar memang tahu diri dan tentu saja hanya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu dari dalam seperti yang
diusulkan An Goanswe. Kami dapat menerima usul itu dan sebaiknya kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rencanakan siasat-siasatnya
bersama." The Kwat Lin berkata. "Sebelum kita berunding dan mengatur
siasat agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat kami sampaikan kepada An Goanswe
terlebih dahulu kami harus menyampaikan semua pesan Beliau untuk Jiwi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Selain usul itu juga An goanswe
mengatakan bahwa pekerjaan membantu dari dalam itu merupakan pekerjaan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat rumit, sulit, dan berbahaya.
Hanyalah orang-orang yang memiliki ilmu kepandaian yang amat tinggi saja yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat berhasil dan An Goanswe
ingin memperoleh keyakinan bahwa para pembantunya tidak akan gagal."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mendengar kata-kata kakek berpakaian
tambalan itu, merahlah wajah The Kwat Lin dan hatinya menjadi panas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm, ucapanmu itu berarti bahwa
kalian hendak menguji kepandaian kami?" Sambil tertawa Kiam-mo Cai-li yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat kemarahan kawannya itu bangkit
berdiri dan meloncat ke tengah ruangan yang luas itu sambil berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Memang sudah seharusnya demikian!
An Goanswe adalah seorang Jenderal besar yang cerdik pandai, tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menguji setiap orang sekutu atau
pembantunya. Nah, biarlah aku yang lebih dulu memperlihatkan kepandaian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapakah di antara Cuwi berlima yang
hendak menguji?" Dengan lagak memandang rendah Kiam-mo Cai-li berdiri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang ke arah lima orang utusan
itu. Tentu saja Bu Swi Nio tidak berani bergerak, juga Liem Toan Ki yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah maklum akan kehebatan ilmu
kepandaian wanita Majikan Rawa Bangkai itu mengerti bahwa dia bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tandingannya. Melihat wanita yang usianya
lima puluh tahun itu masih cantik menarik dan memegang sebatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> payung, berdiri dengan sikap memandang
rendah, Siok Tojin yang sejak tadi diam saja sudah bangkit. Ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian tosu ini amat tinggi
terutama ilmu pedangnya, dan di dalam rombongan itu dia merupakan orang ke dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terpandai. "Biarlah pinto
yang akan menguji," katanya. Pat-jiu Mo-kai mengangguk. Memang yang akan
menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tukang menguji kepandaian dua orang
wanita itu adalah mereka bertiga, dan dia mendengar bahwa kepandaian bekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ratu Pulau Es itu lebih hebat daripada
kepandaian Kiam-mo Cai-li, maka memang sebaiknya kalau Siok Tojin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi Kiam-mo Cai-li sedangkan dia
nanti yang akan menghadapi The Kwat Lin. Kiam-mo Cai-li memandang tosu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu penuh perhatian, kemudian sambil
tersenyum dia berkata, "Kalau aku hanya mampu menandingi Siok Tojin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya belumlah patut aku menjadi
tangan kanan Ratu Pulau Es dan akan menjadi kepercayaan An Goanswe, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi hendak kuperlihatkan bahwa aku
akan dapat mengalahkan totiang dalam sepuluh jurus. kalau sampai dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepuluh jurus aku tidak mampu
mengalahkan Totiang, anggap saja aku tidak becus dan aku akan mengundurkan
diri!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ucapan ini mengejutkan semua utusan
itu. Biarpun mereka sudah lama mendengar nama besar datuk wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan iblis betina ini, namun Siok
Tojin bukan orang sembarangan. Ilmu pedangnya amat tangkas, hebat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat. Bagaimana wanita itu berani
bersombong mengatakan hendak mengalahkannya dalam sepuluh jurus? Namun The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin yang dengan pandang matanya
yang tajam dapat menilai orang, tenang-tenang saja. Juga Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukanlah menyobongkan diri secara
ngawur, melainkan dia pun sudah dapat menilai kepandaian tosu itu dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakanya maka dia berani menantang
akan mengalahkannya dalam sepuluh jurus. Siok Tojin mengerutkan alisnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perutnya terasa panas. Dia tidak pandai
bicara, maka dalam kemendongkolannya dia hanya berkata, "Hemm, seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerbau diikat hidungnya, manusia diikat
mulutnya!" Ucapan ini mengandung maksud bahwa kalau Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak memenuhi janji yang diucapkan
dengan mulut, dia sama dengan seekor kerbau! Setelah berkata demikian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kananya bergerak dan tampaklah
sinar berkilau dari pedang yang telah dicabutnya. "Tentu saja mulutku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat dipercaya, Siok Tojin! Aku akan
mengalahkanmu dalam waktu sembilan jurus! Kiam-mo Cai-li berkata sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejek dan tangan kanannya memegang
payung yang segera terbuka dan dipakainya, sedangkan tangan kirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diraba-raba sanggul rambutnya, seperti
merapikan padahal diamdiam dia melepas tali rambutnya yang panjang itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ehhh.... celaka.....!!" Siok
Tojin berseru, akan tetapi bagaimana dia dapat menghindarkan diri dari serangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke tiga ini? Kedua tangannya telah
menahan dua ancaman maut dan sama sekali tidak bisa dilepaskan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Plak-plak....!!" Seperti
ular hidup mematuk saja layaknya, ujung rambut panjang itu menotok dua kali,
membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke dua lengan tangan Siok Tojin
seketika lumpuh dan pedangnya telah dirampas oleh ujung rambut yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terayun-ayun dan berputar ke atas,
membawa pedang itu berputaran di atas kepala. "Bagaimana, Totiang?"
Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li bertanya. Sambil menundukan
kepalanya, Siok Tojin berkata lirih, "Pinto mengaku kalah." Dan
memang dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu akan kekeliruannya sekarang, akan
tetapi dia harus mengaku bahwa dia telah dikalahkan dalam lima enam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurus saja! Dia tahu pula bahwa lawan
tidak hendak mencelakakannya, kakau tidak, tentu ujung rambut itu dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan totokan maut yang akan
menewaskannya. Rambut itu membawa pedang meluncur ke bawah dan melempar pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menancap di depan kaki Siok Tojin,
kemudian dua kali rambut menyambar, dan menotok sehingga terbebaslah tosu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dari totokan. Siok tojin menghela
napas, mengambil pedangnya, menjura lalu tanpa berkata-kata lagi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menlangkah mundur ke tempat
teman-temannya. "Ha-ha-ha, bukan main hebatnya Kiam-mo Cai-li. Pedang
payung lihai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kukunya berbahaya, rambutnya hebat,
akan tetapi yang lebih hebat lagi adalah kecerdikannya yang memancing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahan Siok Tojin! Memang kecerdikan
seperti itu amat dibutuhkan dalam tugas bekerja dari dalam yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membutuhkan kecerdikan seperti yang
dimiliki Kiam-mo Cai-li. (Kionghi (Selamat)! An Goanswe tentu akan girang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali mendengar laporan kami tentang
diri Kiam-mo Cai-lil!" Kiam-mo Cai-li yang sudah duduk kembali, tersenyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girang. Aihh, Loenghiong Pat-jiu Mo-kai
terlalu memuji! katanya dengan bangga dan girang. "Sekarang untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melengkapi tugas kami yang diberikan
oleh An Goanswe, kuharap The-toanio suka memperlihatkan kepandaian," kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula Pat-jiu Mo-kai sambil melangkah
maju menyeret tongkat bututnya. "Dan agaknya terpaksa aku sendiri yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus maju melayani Toanio." The
Kwat Lin masih tetap duduk dan memandang kakek pengemis itu dengan sinar mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tajam penuh selidik, kemudian dengan
suar tenang dia berkata, "Siapa lagi yang diutus oleh An Goanswe untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menguji kami?" "Hanya kami
bertiga, dan karena Siok Tojin sudah kalah....." "maka tinggal engkau
dan Tan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lo-enghiong itu. Nah, kaulihat Tan
Lo-enghiong juga telah membawa senjatanya, membawa sebatang toya, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaiknya kalau kalian berdua maju dan
mengeroyokku!" Pat-jiu Mo-kai tertawa bergelak. "Ha-ha-ha,
The-toannio,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apakah Toanio juga hendak menggunakan
siasat seperti Kiam-mo Cai-li tadi? Ingat, tidaklah mudah untuk memancing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahanku!" The Kwat Lin
mengerutkan alisnya, lalu melangkah maju. "Siapa yang menggunakan siasat?
Tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siasat pun, menghadapi kalian berdua
aku masih sanggup." Tiba-tiba terdengar suara Han Bu Ong, "Ibu,
berikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia kepadaku! Biar aku yang menandingi
pengemis tua itu!" Pat-jiu Mo-kai diam-diam terkejut. Kalau seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belasan tahun berani menghadapinya,
tentu ibunya memiliki kepandaian yang hebat sekali. Akan tetapi The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menoleh kepada puteranya dan
berkata, "Bu Ong, kita tidak sedang menghadapi musuh, dan pertandingan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya untuk menguji kepandaian saja.
Jangan kau ikut-ikut!" Han BU Ong cemberut lalu berkata, "Apalagi
hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikeroyok dua, biar kalian berlima maju
semua, ibu akan dapat mengalahkan kalian dengan satu tangan saja!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kembali Pat-jiu Mo-kai terkejut. Bocah
itu, putera The Kwat Lin, tidak lebih dianggap seperti bocah biasa, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu telah memiliki kepandaian tinggi
pula, maka kata-katanya tidak boleh dianggap kosong belaka. Lenyaplah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keraguannya dan dia berkata kepada The
Kwat Lin, "Memang sesungguhnya aku sendiri dan Tan Goan Kok merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang yang diutus menguji
kepandaian Toanio, apakah kami boleh maju bersama menghadapi kelihaian
Toanio?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dengan sikap tak acuh The Kwat Lin
berkata sambil menggerakan tangan kirinya, "Majulah, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungkan-sungkan!" Tan Goan Kok
yang berwatak kasar itu melompat ke depan. "Hemm, tentu Nyonya rumah
memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihaian yang luar biasa maka
menantang kita maju berdua, Pat-jiu Mo-kai!" Pat-jiu Mo-kai
mengangguk-angguk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hati-hatilah, Tan-sicu."
Mereka berdua lalu memasang kuda-kuda di sebelah kanan kiri The Kwat Lin.
Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mo-kai memegang tongkat butut dengan
tangan kanan seperti memegang sebatang pedang, tongkat itu menuding ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan dari dadanya, lurus ke depan,
sedangkan tangan kirinya menjaga di depan pusar, kedua kaki ditekuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedikit, agak merapat di depan dan
belakang. Tan Goan Kok memegang toyanya dengan kedua tangan, kuda-kudanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat sekali, kokoh seperti batu karang
dan toya di kedua tangannya itu sedikit pun tidak bergoyang. Melihat dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu sudah memasang kuda-kuda, The
Kwat Lin lalu mencabut pedangnya, yaitu Angbwe- kiam dan melangkah maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil berkata, Nah silahkan kalian
mulai!" "Kami adalah tamu-tamu dan kami maju berdua, tidak pantas kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami mulai, silahkan Toanio
mulai," kata Pat-jiu Mo-kai yang tidak mau membuka serangan karena dia
ingin lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maju menyerang lebih dulu agar dia atau
temannya dapat mengacaukan pertahanan lawan dengan serangan mendadak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin tersenyum, maklum akan
siasat kakek jembel itu. "Nah, sambutlah!" teriaknya dan Pat-jiu
Mo-kai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecele kalau hendak melanjutkan
siasatnya karena tiba-tiba pedang itu lenyap bentuknya, berubah menjadi sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menyambar ke arah mereka seperti
kilat cepatnya sehingga sekali bergerak, pedang itu telah menyerang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka berdua dalam waktu yang hampir
bersamaan! Tentu saja mereka terkejut sekali dan cepat menggerakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkat dan toya untuk menangkis.
"Trang...! Cringggg....!!" Pat-jiu Mo-kai dan Tan Goan Kok terhuyung
ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belakang. Tenaga yang keluar dari
Ang-bwe-kiam sungguh dahsyat, membuat telapak tangan mereka terasa panas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir saja senjata mereka terlepas.
Terkejutlah kedua orang itu dan The Kwat Lin diam-diam mentertawakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka karena dia memang hendak
mengukur lebih dulu kekuatan lawan. Karena merasa penasaran, kini ke dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu maju dari kanan kiri dan mulailah
mereka menyerang dengan ganas. Kwat Lin sudah dapat mengetahui bahwa di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara kedua orang pengeroyoknya,
tongkat kakek jembel itulah yang lebih lihai maka dia selalu mendahulukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangkisannya terhadap tongkat itu, baru
dia menangkis toya yang menyambar. Dia tahu bahwa kakek Tan Goan Kok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kasar itu hanyalah menggandalkan
tenaga gwakang yang besar, namun makin besar tenaga kasar lawan, makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mudah dia menghadapinya karena sedikit
getarkan pedang yang dilakukan dengan pengerahan sinkang cukup membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telapak tangan Tan Goan Kok terpukul
sendiri oleh tangannya. Lewat sepuluh jurus, setelah dia yakin akan ukuran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenaga kedua orang lawannya, Tiba-tiba
The Kwat Lin menyarungkan kembali pedangnya dan menghadapi kedua lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dengan tangan kosong. Tentu saja
dua orang lawannya cepat menahan senjata dan pat-jiu Mo-kai berseru,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Heiii, The-toanio. Kami belum kalah
mengapa engkau mengakhiri pertandingan?" "Siapa Mengakhiri?
lanjutkanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan kalian, aku menyimpan pedang
karena takut rusak." "Huhhh, dengan tangan kosong pun ibu akan mudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalahkan kalian!" Mendengar
teriakan bocah itu, dua orang kakek itu lalu maju lagi dan menggerakan senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka untuk menyerang. Tongkat pat-jiu
Mo-kai melayang dari atas menghantam kepala, sedangkan toya Tan Goan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kok menyambar dari samping menghantam
lambung! Mereka terkejut setengah mati melihat lawan itu sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mengelak, hanya miringkan sedikit
tubuhnya dan meloncat sedikit. "Bukkk! Bukkkk!!" Tongkat itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerasnya menghantam leher dan toya itu
menghantam pangkal paha, akan tetapi tiba-tiba dua orang kakek itu roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terguling dalam keadaan lemas tertotok!
"Horeeee....!!" Han Bu Ong bersorak melihat betapa dalam segebrakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja setelah ibunya menyimpan pedang, dua
orang pengeroyok itu dapat dirobohkan. Sementara itu, The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat membebaskan totokannya dan dua
orang kakek itu dapat bangkit sambil memungkut senjata mereka dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang dengan mata terbelalak kagum
kepada wanita itu. Hampir mereka tidak dapat percaya bahwa mereka dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirobohkan hanya dalam segebrakan saja,
namun kenyataannya memang demikian dan mengingat akan siasat lawan ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka bergidik dan kagum sekali. Ternyata
ketika tadi dia menggunakan pedang, The Kwat Lin hanya ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengukur sampai di mana kekuatan dua
orang lawannya. Setelah yakin benar, dia menyimpan pedang dan sengaja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima hantaman yang sudah dia ukur
akan dapat diterima oleh leher dan pinggulnnya, kemudian pada saat kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata itu tiba di tubuhnya,
menggunakan kesempatan selagi kedua orang kakek itu terkejut melihat lawan
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelak dan menerima pukulan, cepat
seperti kilat kedua tangan The Kwat Lin bergerak dan berhasil menotok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> roboh dua orang kakek yang sama sekali
tidak menduga bahwa lawan yang terkena hantaman dua kali itu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menotok mereka! "Bukan
Main!!!" Tan Goan Kok berseru dan menggeleng-gelengkan kepalanya. Belum
pernah selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidupnya dia bertemu tanding sehebat
itu. "Kami mengaku kalah! Kiranya The toanio memiliki kelihaian yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> luar biasa dan kami akan melaporkan
semua ini kelak kepada An Goanswe," kata pat-jiu Mo-kai. The Kwat Lin dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li girang sekali setelah
dapat menundukan para utusan itu, maka pesta lalu diadakan untuk menyambut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> utusan-utusan An Lu Shan dan sambil
makan minum mereka lalu merundingkan dan merencanakan siasat untuk bekerja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama. Dalam kesempatan ini, Pat-jiu
Mo-kai mengeluarkan sebuah peti hitam kecil dan menyerahkannya kepada The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin sambil berkata, "Harap
Toanio suka menerima hadiah tanda persahabatan dari An Goanswe ini." The
Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menyatakan terima kasih, lalu bersama
Kiam-mo Cai-li membuka peti yang terisi emas dan perak dalam jumlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang cukup banyak. The Kwat Lin lalu
melepaskan rantai kalungnya dan menyerahkannya kepada Pat-jiu Mo-kai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil berkata, "kami tidak
mempunyai apa-apa untuk dipersembahkan kepada An Goanswe sebagai tanda
persahabatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, harap Mo-kai suka menerima dan
menyampaikan kepada Beliau." Pat-jiu Mo-kai menerima kalung itu dan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlima terbelalak kagum melihat mata
kalung yang amat besar dan indah penuh batu permata yang amat luar biasa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biarpun mereka bukanlah ahli, namun
pengalaman mereka membuat mereka, terutama tiga orang kakek itu dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menduga bahwa harga kalung ini tidak
kalah mahalnya dengan peti dan isinya, hadiah dari An Lu Shan tadi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hendaknya di antara pelaporan
Cuwi, diberitahukan kepada An Goanswe bahwa kami sama sekali tidak membutuhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harta benda, melainkan hendaknya An
Goanswe mengingat bahwa saya adalah bekas Ratu Pulau Es dan puteraku adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang Pangeran, sedangkan Kiam-mo Cai-li
adalah majikan Rawa Bangkai sehingga kelak kalau perjuangan kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhasil, sudah sepatutnya kalau kami
memperoleh kedudukan yang setingkat dengan keadaan dan dengan bantuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami." Mengertilah tiga orang
kakek itu bahwa wanita lihai bekas ratu ini ternyata memiliki ambisi untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukan tinggi bagi puteranya. Sudah
terlalu lama kita meninggalkan Lui Bwee, Ratu Pulau Es yang bernasib<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengsara, ibu dari Swat Hong itu.
Seoerti telah diceritakan di bagian depan, Liu Bwee meninggalkan Pulau Es,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> naik perahu dan mencari atau menyusul
puterinya, Han Swat Hong yang lebih dulu meninggalkan Pulau Es menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka hendak menggantikan
hukuman yang dijatuhkan oleh Raja Pulau Es atau diri Liu Bwee. Sambil menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangisnya, wanita yang menderita
sengsara karena madunya ini mendayung perahu secepatnya meninggalkan Pulau Es.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi, biarpun semenjak kecil
berada di Pulau Es, namun dia belum pernah pergi Ke Pulau Neraka. Siapakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orangnya yang berani pergi ke Pulau
Neraka, kecuali mereka yang memang dihukum buang ke pulau terkutuk itu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Karena tidak mengenal jalan, Lui Bwee
menjadi bingung, apalagi karena tidak lagi melihat bayangan puterinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia adalah puteri nelayan Pulau Es,
tentu saja dia pandai mengemudikan perahu, akan tetapi karena tidak tahu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana letaknya Pulau Neraka, dia menjadi
bingung dan meluncurkan perahunya tanpa arah tertentu, asal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Pulau Es sejauh-jauhnya
saja. Dia ingin menjauhkan diri dari suaminya yang amat tercinta, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama dari The Kwat Lin, madunya
yang telah menghancurkan hidupnya. Setelah sehari semalam berputaran tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tujuan dan sama sekali tidak melihat
Pulau Neraka atau puterinya, bahkan tidak melihat seorang pun manusia yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat dia tanyai di antara
gumpalan-gumpalan es yang mengambang di laut dan pulau-pulau kosong yang banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdapat di situ, tanpa makan tanpa
tidur, akhirnya Liu Bwee terpaksa mendarat di sebuah pulau kosong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> subur. Dia mencari makanan untuk
memenuhi tuntutan perutnya yang lapar, kemudian melihat bahwa pulau ini cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> subur dan baik hawanya, dia mengambil
keputusan untuk tinggal di pulau itu, betapa selama hidupnya sampai hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhir. Dia sudah merasa bosan dengan
urusan dunia yang hanya mendatangkan kesengsaraan batin belaka. Mulailah<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-69651199195469765402012-07-28T02:13:00.001+08:002012-07-28T02:13:13.963+08:00BUKEK SIANSU : Seri Ketujuh<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Ketujuh - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-keenam.html" target="_blank">Lanjutan Kho ping Hoo Bukek Siansu Seri Keenam</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";">penasaran. Dia sendiri adalah seorang
manusia yang dikenal sebagai iblis, jarang menemui tandingan dan ditakuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak orang dari semua golongan. Akan
tetapi malam ini dia, Raja Pengemis yang menjadi ketua Pat-jiu Kai-pang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terkenal, memiliki anggauta
ratusan orang banyaknya, seorang di atara datuk kaum sesat atau golongan hitam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang ditakuti orang, dia dipermainkan
orang! Dan orang </span></div>
<a name='more'></a>itu, kalau melihat namanya sebagai ratu tentulah seorang<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita! Apa lagi dia melihat bahwa
bekas jari tangan di dahi para korban itu pun jari tangan wanita yang kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meruncing! "Hem, pengecut benar
dia, "katanya kepada tiga orang pengawalnya yang diam-diam telah
kehilangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> separuh dari nyali mereka. "Kita
harus menggunakan pancingan. Biar aku mengintai dari atas, kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan-jalan di sini. kalau dia
muncul menyerang, aku tentu dapat melihatnya dan aku akan meloncat turun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bersiaplah kalian!" Setelah
berkata demikian, dengan gerakan ringan seperti seekor kelelawar, Pat-jiu
Kaiong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat ke atas genteng dan mendekam
di wuwungan sambil mengintai. Dia melihat tiga orang pengawalnya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masing-masing telah mencabut senjata
mereka. Si Brewok menggunakan sebatang tombak panjang yang ujungnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkait, orang ke dua mengeluarkan
golok besar dan orang ketiga sebatang pedang. Mereka berdiri saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelakangi dan mata mereka memandang
tajam ke depan, telinga mereka memperhatikan setiap suara. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi saja sekeliling tempat itu.
Tiba-tiba Pat-jiu Kai-ong melihat sesosok bayangan melayang turun dari atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pohon! Celaka pikirnya. Kiranya si
laknat itu bersembunyi di dalam pohon yang tumbuh di depan gedung. Bayangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sukar di lihat bentuknya karena
cepat sekali gerakannya, tahu-tahu telah berada di depan Si Brewok. Tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
orang pengawal itu menggerakan senjata, akan tetapi anehnya, tampak oleh
Pat-jiu Kai-ong betapa tiga buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata mereka itu telah berpindah
tangan! entah bagaimana caranya karena dari atas genteng itu dia tidak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat jelas. Yang dia ketahuinya
hanyalah betapa tiga orang pengawalnya itu kini lari ketakutan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hik-hik-hik!" Suara ketawa
ini membuat bulu tengkuk Pat-jiu Kai-ong berdiri dan dia melihat sinar-sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar ke arah tiga orang pengawal
yang lari, melihat mereka roboh dan memekik, terjungkal tak bergerak lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena punggung mereka ditembus oleh
senjata mereka masing-masing! "Keparat jangan lari kau!" Pat-jiu
Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah melayang turun dan tongkatnya
sudah diputar-putar. Akat tetapi bayangan itu melesat dan lenyap dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu! Pat-jiu Kai-ong menoleh ke
kanan kiri, akan tetapi tidak tampak gerakan sesuatu. Dia makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penasaran. Dihampirinya tiga orang
pengawalnya. Mereka telah tewas dan hanya mereka bertiga yang tidak dicap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahinya dengan tiga buah jari tangan
hitam akan tetapi kematian mereka cukup mengerikan. Tombak golok dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang itu menembus punggung pemilik
masing-masing sampai ujungnya keluar dari hulu hati! Dan sambitan tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah senjata yang berlainan bentuknya itu
dilakukan secara berbareng dari jarak yang cukup jauh, tepat mengenai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiga sasarannya yang sedang berlari.
Hal ini saja membuktikan pula betapa hebatnya kepandaian orang aneh itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mendadak Pat-jiu Kai-ong tersentak
kaget. Di dalam gedung! Betapa tololnya dia! Semua pengawalnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjumlah dua belas orang telah tewas
semua. Tentu sekarang musuh itu masuk ke dalam gedung untuk membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang di dalam gedung. Secepat
kilat dia meloncat dan lari memasuki gedung. Benar saja, terdengar pekik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> susul-menyusul dan begitu melewati
pintu depan, dia sudah melihat para pelayannya telah menjadi mayat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berserakan di sana-sini. Cepat dia lari
ke dalam kamarnya dan dengan mata terbelalak dia melihat lima orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selirnya telah mati semua, dahi mereka
juga ada bekas tanda tapak tiga jari tangan dan semua lubang di muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka mengalirkan darah hitam! Sunyi
sekali di dalam gedung itu, kesunyian yang penuh rahasia. Lu-san Lo-jin!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong teringat dan dia cepat
lari ke dalam tempat tahanan, hanya untuk melihat bahwa kakek itu pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah tewas dan di dahinya terdapat
pula tanda tapak tiga jari tangan dan semua lubang di muka mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalirkan darah hitam! Kini dia
benar-benar bingung. Jelas bahwa musuh ini bukanlah kawan Lu-san Lojin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti yang disangkanya semula! Makin
bingunglah dia dan dia lari pula ke dalam ruangan besar di mana dia tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makan minum dengan Lu-san Lojin dan dua
anaknya, di mana dia tadi menanti datangnya musuh rahasia. Dan begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki ruangan itu, dia tertegun!
Ruangan itu kini terang sekali, agaknya ada yang menambah lampu penerangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika dia melihat, benar saja bahwa di
situ terdapat banyak lampu, banyak sekali karena agaknya semua lampu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penerangan dibawa dan dikumpulkan di
ruangan itu. Dan di atas kursinya yang tadinya ditinggalkan kosong, kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak duduk seorang wanita! Di depan
wanita itu, juga duduk di atas kursi, tampak seorang anak laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusia sepuluh tahun yang memandangnya
dengan mata penuh selidik. Wanita itu cantik, pakaiannya mewah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> indah, anak itu pun tampan dan bersih
serta mewah pakaiannya. Wanita itukah yang membunuh semua orang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gedungnya? Tak mungkin agaknya. wanita
itu usianya paling banyak tiga puluh lima tahun, cantik dan kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halus gerak-geriknya, hanya sepasang
matanya mengeluarkan sinar yang aneh dan dingin sekali. "Ibu, dia inikah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orangnya?" Tiba-tiba anak kecil
itu bertanya, suaranya nyaring, memecahkan kesunyian yang sejak tadi mencekam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Benar, dialah Si Bedebah Pat-jiu
Kai-ong." Wanita itu berkata, suaranya halus akan tetapi dingin
menyeramkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kalau begitu, mengapa ibu tidak lekas
membunuhnya?" Wanita itu tersenyum dan wajah yang cantik itu makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cantik, akan tetapi juga makin dingin
menyeramkan, kemudian bangkit berdiri berlahan-lahan. "Kau lihat sajalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibumu menundukan Si jembel busuk
ini." Wanita itu ternyata bertubuh tinggi ramping dan ketika melangkah
maju,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak gerakan kedua kakinya lemah
lembut. Pat-jiu Kai-ong sudah dapat menguasai hatinya dan timbul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keberaniannya setelah melihat bahwa
orang itu hanyalah seorang manusia biasa, wanita yang kelihatan lemah pula,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan seorang iblis yang menyeramkan
sama sekali. "Siapakah engkau? Siapa pembunuh orang-orangku dan apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hubunganmu dengan Ratu Pulau Es yang
mengancamku?" Wanita itu kini tiba di depan Pat-jiu Kai-ong sehingga raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengemis ini dapat mencium bau harum
semerbak yang keluar dari rambut dan pakaian wanita itu. "Akulah Ratu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es, aku pula yang telah membunuh
semua mahluk hidup di dalam gedungmu, semua telah kubunuh kecuali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau, Pat-jiu Kai-ong. Aku harus
membunuhmu berlahan-lahan, menyiksamu sampai puas hatiku." Mendengar
ancaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, Raja Pengemis yang biasanya
berhati kejam dan keras itu, menjadi berdebar juga. Akan tetapi kemarahannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melenyapkan semua rasa jerih dan dia
membentak, "Perempuan sombong! Siapakah engkau dan mengapa engkau memusuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong?" Pat-jiu Kai-ong,
agaknya kejahatanmu sudah begitu bertumpuk-tumpuk sehingga engkau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat mengenal korban-korbanmu lagi.
Pandanglah aku baik-baik dan kumpulkan ingatanmu! Lupakah kau apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi di kaki pegunungan Jeng-hoa-san
sepuluh tahun yang lalu?" Pat-jiu Kai-ong memandang dan terbayanglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peristiwa di Jeng-hoa-san sebelum dia
naik ke puncak gunung itu untuk mencari Sin-tong. Kini dia dapat mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah ini, wajah cantik yang pernah
merintihrintih dan memohon pembebasan, namun yang dia permainkan secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kejam. "Kau... kau... Cap-she
Sin-hiap...?" Tanyanya ragu-ragu. "Benar. Aku adalah anggauta paling
muda dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cap-sha Sin-hiap. Dua belas orang
suhengku telah kaubunuh. Ingatkah sekarang kau?" Pat-jiu Kai-ong tertawa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hatinya lega. Kalau hanya wanita muda
itu, yang telah diperkosanya dan yang hanya menjadi orang ke tiga belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Cap-sha Sin-hiap, perlu apa dia
takut? Biar perempuan ini agaknya telah memperdalam ilmunya selama sepuluh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun ini, akan tetapi perlu apa dia
takut? "Ha-ha-ha, kiranya engkaukah ini, manis? Tentu saja aku masih ingat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu, siapa bisa melupakan
kenang-kenangan manis selama tiga hari itu? Ha-ha-ha, betapa mesranya!"
Jahanam!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kematian sudah di depan mata dan kau
masih berlagak? Pat-jiu Kai-ong, aku telah datang dan rasakanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembalasanku, aku akan membuat kau
menyesal mengapa kau pernah dilahirkan ibumu!" "Perempuan sombong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mampuslah!" Pat-jiu Kai-ong sudah
menerjang dengan tongkatnya melakukan penyerangan dengan dahsyat, menusukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkatnya yang tentu akan menembus
dada wanita itu kalau tidak depat wanita itu mengebutkan ujung lengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bajunya menangkis. "Trakk!"
Tongkat itu menyeleweng dan terkejutlah Pat-jiu Kai-ong. Ternyata lawannya ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar-benar telah memperoleh kemajuan
hebat dan telah memiliki sinkang yang tak boleh dipandang ringan. Tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja! Wanita itu bukan lain adalah The
Kwat Lin yang selama sepuluh tahun ini menjadi istri atau permaisuri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Raja Pulau Es, Han Ti Ong yang sakti!
Wanita ini selama sepuluh tahun telah menggembleng diri, di bawah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> petunjuk suaminya yang amat
mencintainya. Bahkan suaminya telah menurunkan ilmu-ilmu yang khusus untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi ilmu tongkat Pat-jiu Kai-ong
dan ilmu mujijat Hiat-ciang Hoat-sut dari Raja Pengemis ini atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permintaan The Kwat Lin. Karena itu,
biarpun ada sebatang pedang menepel di punggungnya, The Kwat Lin tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan senjata melainkan ujung
lengan bajunya untuk menghadapi tongkat dan memang kedua ujung lengan baju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
ini yang merupakan sepasang senjata yang dilatihnya khusus untuk
mengatasi tongkat Raja Pengemis itu. Seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah dituturkan di bagian depan, The
Kwat Lin menggunakan kesempatan selagi Han Ti Ong pergi menyerbu Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka, untuk meninggalkan Pulau Es.
Hal ini sudah bertahun-tahun dia citacitakan. Dia menjadi istri Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya karena ingin mewarisi ilmu
kepandaiannya, akan tetapi setelah menjadi permaisuri, dia pun ingin memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka Pulau Es dan benda-benda
berharga lainya. Maka dia menanti kesempatan baik untuk meninggalkan pulau,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu saja meninggalkan untuk selamanya
karena pada hakekatnya dia tidak suka tinggal di pulau itu. Siapa suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal di Pulau Es yang membosankan
itu, jauh dari dunia ramai? Pergilah dia mengajak puteranya, Han Bu Hong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Pulau Es sewaktu suaminya
tidak ada, membawa pusaka Pulau Es. Dengan alasan akan menyusul suaminya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menyerbu Pulau Neraka, tidak ada
seorang pun berani menghalangi kepergiannya dan akhirnya, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya yang sudah tinggi, dia
berhasil mendarat. Berbulan-bulan dia menyelidiki dan akhirnya dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menemukan tempat tinggal musuh besarnya
di lereng Heng-san. Dia mengajak puteranya dan setelah menyembunyikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteranya, dia menyelidiki istana Raja
Pengemis itu. Melihat Swi Liang dan Swi Nio, dia tertarik sekali, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menculik mereka dan membawa mereka
ke dalam hutan di mana Bu Hong menanti ibunya. "Kalian kuselamatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan maksud untuk mengangkat kalian
berdua menjadi muridku ," dia berkata tanpa banyak cerita lagi.
"Tinggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian pilih, mati atau hidup. Kalau
ingin mati, kalian semestinya mati karena kalian berada di gedung Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong. karena sekarang belum malam,
maka kalian belum mestinya dibunuh dan karenanya boleh pula kukeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari sana. Kalau kalian ingin hidup
harus suka menjadi muridku. Bagaimana?" Tentu saja dua orang muda itu
ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup dan segera berlutut di depan
calon Subo (ibu guru) mereka. "Harap subo sudi menolong Ayah
kami...." kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang. "Kalian tinggal saja di
sini menemani sute kalian ini. Tentang Ayahmu, kita lihat saja nanti." The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin meninggalkan dua orang murid
itu bersama puternya, kemudian mulailah dia turun tangan membunuh-bunuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua binatang peliharaan gedung raja
Pengemis itu lalu membunuhi semua pengawal, pelayan, selir dan juga Lusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lojin dibunuhnya karena dia sudah
berjanji akan membunuh semua orang di dalam gedung itu, apalagi dia tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa kalau tidak dibunuh, kakek itu
tentu akan menjadi penghalang baginya mengambil murid Swi Liang dan Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nio yang menarik hatinya. Akhirnya dia
keluar dari gedung, menyuruh kedua orang muridnya menanti di hutan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akhirnya bersama puteranya, dia dapat
berhadapan dengan musuh besarnya itu setelah membunuh semua orang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam gedung. Han Bu Ong anak laki-laki
yang baru berusia sepuluh tahun itu, duduk di kursi dan menonton<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertandingan dengan mata terbelalak dan
jarang berkedip. Dia sama sekali tidak merasa takut atau khawatir. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percaya penuh kepada kelihaian ibunya
dan memang sejak kecil anak ini memiliki keberanian luar biasa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekerasan hati yang amat aneh bagi
seorang anak sebesar itu. Melihat kekejaman-kekejaman yang terjadi, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak pernah merasa ngeri, bahkan
merasa gembira! Barulah hati Pat-jiu kai-ong terkejut sekali setelah selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lima puluh jurus dia mainkan tongkatnya
dia tidak mampu menembus pertahanan sepasang ujung lengan baju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lawannya. Bahkan lawannya
terkekeh-kekeh mengejeknya dan biarpun lawannya hanya mainkan ujung lengan
baju,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun ternyata tongkat yang biasanya
dia andalkan itu sama sekali tidak berdaya! "Keparat, mampuslah!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba Pat-jiu Kai-ong berseru
keras, disusul dengan gerengan dahsyat yang menggetarkan seluruh ruangan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Bu Ong terplanting jatuh dari
kursinya, akan tetapi bocah ini sudah duduk bersila dan mengatur pernapasan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menutup pendengaran. Ternyata sekecil
itu, Bu Ong telah digembleng hebat oleh ayahnya sehingga dengan dasar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> latihan sinkang Inti Salju, dia kini
mampu menulikan telinga dan menghadapi auman Sai-cu Ho-kang dari Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong! Padahal lawan yang tidak
begitu kuat sinkangnya, mendengar auman Sai-cu Ho-kang yang berdasarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Khi-kang yang amat kuat ini, sudah akan
roboh. Sementara itu, The Kwat Lin yang melihat puteranya dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan diri, sudah mengeluarkan
suara terkekeh-kekeh dan lawannya terkejut bukan main karena dari suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini keluar getaran yang menghancurkan
ilmunya bahkan menyerangnya dengan hebat. Terpaksa dia menghentikan auman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sai-cu Ho-kang dan mempercepat gerakan
tongkatnya dengan ilmu Tongkat Pat-mo-tung-hoat (Ilmu Tongkat Delapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Iblis) yang dahsyat. The Kwat Lin
memang hendak mempermainkan lawannya, maka dia hanya menangkis dan mengelak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hal ini sengaja dilakukannya untuk memamerkan
kepandaiannya dan untuk meyakinkan lawan bahwa akhirnya lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan roboh olehnya sehingga lawannya
yang amat dibencinya itu akan ketakutan setengah mati! Dan memang usahanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini berhasil. Keringat dingin membasahi
muka pat-jiu Kai-ong dan tahulah kake ini bahwa mengandalkan ilmu silat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja, dia tidak akan menang melawan
wanita yang pernah dipermainkannya dan diperkosanya selama tiga hari tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malam itu. Maka dia lalu mengerahkan
tenaganya, menggerakan sinkang dan tiba-tiba dia memekik dan menghantamkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kirinya dengan telapak tangan
terbuka. The Kwat Lin sudah menduga bahwa lawannya tentu akhirnya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan ilmu Hiat-ciang Hoatsut
ini. Dan dia sudah mendengar dari suaminya akan ilmu mujijat ini, maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersikap hati-hati dan tidak berani
memandang rendah. Bahkan ketika menyaksikan cahaya merah menyambar keluar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasakan getaran mujijat dan mencium
bau amis darah yang memuakan, dia terkejut sekali dan cepat dia menekuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua lututnya sedikit, kemudian
mendorongkan telapak tangan kanannya dengan tiga buah jari tangan diluruskan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hawa dingin meluncur keluar dari
telapak tangannya menyambut hawa pukulan Hiat-ciang Hoat-sut.
"Dess!"dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benturan tenaga mujijat bertemu dan
tubuh kedua orang itu tergetar hebat! Kiranya tenaga Hiatciang Hoat-sut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah sedemikian ampuhnya sehingga
dalam benturan tenaga ini, Pat-jiu Kai-ong dapat mengimbangi tenaga The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin. Kalau kakek itu merasa betapa
tubuhnya mendadak menjadi dingin sekali, sebaliknya The Kwat Lin merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya panas! Namun keduanya dapat
melawan hawa ini dan berkali-kali mereka mengadu tenaga sinkang lewat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telapak tangan mereka . Tiba-tiba ujung
lengan baju kiri The Kwat Lin menyambar kearah ubun-ubun kepala kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu yang menjadi terkejut sekali dan
menangkis dengan tongkatnya. Ujung lengan baju melihat dan tangan The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menyambar ke depan dari dalam
lengan baju itu, menangkap tongkat. Pat-jiu Kai-ong cepat menghantamkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kirinya lagi dengan tenaga
Hiat-ciang Hoat-sut sekuatnya, mengarah kepala lawan. Namun hal ini sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperhitungkan oleh wanita itu yang
cepat sekali menarik tongkat yang dicengkramnya menangkis. "Krekkkk!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tongkat raja pengemis itu hancur
terkena pukulannya sendiri dan selagi dia terkejut bukan main, tahu-tahu ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lengan baju kanan wanita itu sudah
menyambar ke arah matanya! Dia berteriak kaget, miringkan kepala, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi ternyata ujung lengan baju itu tidak
menyerang mata, melainkan menyeleweng ke bawah dan menotok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lehernya. "Auggghh...!" Kalau
orang lain yang terkena totokan yang tepat mengenai jalan darah, tentu akan
roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tewas. Akan tetapi tubuh Pat-jiu
Kai-ong sudah kebal, maka totokan yang kuat itu hanya membuat ia terhuyung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke belakang. Melihat ini, The Kwat Lin
tertawa terkekeh, kedua tangannya bergerak dengan cepat sekali dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biarpun raja pengemis itu sudah berusaha
mati-matian membela diri, namun karena totokan pertama membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandangan matanya berkunang sehingga
gerakannya menjadi kurang cepat, dua kali totokan lagi dan sebuah tamparan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan tiga jari tangan yang tepat
mengenai punggungnya membuat dia roboh pingsan! Ketika dia siuman. Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong mendapatkan dirinya sudah rebah
terlentang di atas lantai dan dia tidak mampu menggerakan kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya, bahkan tidak mampu
mengeluarkan suara karena selain tertotok jalan darah yang membuatnya menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lumpuh, juga urat ganggu di lehernya
telah ditotok. Tahulah dia bahwa dia tak berdaya lagi dan nyawanya berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tangan lawan, dan dia pun maklum
bahwa wanita ini tidak akan mungkin mengampuni kesalahannya.Maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memejamkan mata menanti datangnya
kematian. "Bret-bret-brettt..., hi-hik! lihatlah, Bu Ong, lihat binatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini!" Pat-jiu Kai-ong memaki dalam
hatinya. Apa maunya perempuan ini? Seluruh pakaiannya direnggut lepas semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga dia terlentang dalam keadaan
telanjang bulat sama sekali! Karena ingin tahu, bukan karena jerih sebab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang datuk macam Pat-jiu Kai-ong
juga tidak mengenal takut, dia menggerakan pelupuk mata dan mengintai dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> balik bulu matanya. Dia melihat anak
laki-laki turun dari kursinya, memandanginya dan tertawa. "Heh-heh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibu,dia lucu sekali! Lucu dan amat
buruk... eh, menjijikkan!" The Kwat Lin tertawa-tawa, kemudian sekali
ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lengan bajunya bergerak menyambar ke
arah leher Patjiu Kai-ong, kakek ini terbebas dari totokan urat ganggunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dapat mengeluarkan suara.
"Perempuan hina, mau bunuh lekas bunuh! Aku tidak takut mati!"
teriaknya marah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hi-hik, enak saja! Ingatkah kau
betapa aku dahulupun minta-minta mati kepadamu? Tidak, engkau harus mengalami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siksaan, mati sekarat demi sekarat! Bu
Ong, dia inilah yang membunuh dua belas orang Supekmu secara kejam .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maukah kau membalaskan sakit hati dan
kematian para Suoekmu?" "Tentu saja! Akan kubunuh anjing tua
ini!" Bu Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah melangkah maju dan anak ini
memandang dengan muka bengis. "Nanti dulu, Bu Ong.Terlampau enak baginya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau dibunuh begitu saja. Tidak, untuk
setiap orang dari suhengku, dia harus menderita satu macam siksaan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jari tangannya. Hi-hak, jari-jari
tangannya berjumlah sepuluh, itu untuk sepuluh orang suheng! Dan dua buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daun telinganya itu untuk kedua suheng
yang lain," The Kwat Lin mencabut pedangnya, menyerahkan kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteranya sambil tertawa-tawa, kemudian
dia menggerakan khikangnya, "mengirim suara" dengan ilmunya yang
tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini sehingga suaranya hanya terdengar
oleh Pat-jiu Kai-ong, akan tetapi sama sekali tidak terdengar oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anaknya, "Pat-jiu Kai-ong ,
tahukah kau siapa bocah ini? Dia ini adalah puteramu! Keturunanmu! hasil kotor
dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkosaanmu atas diriku. Nah, sekarang
kaulihatlah anakmu, darah dagingmu sendiri yang akan menyiksa dirimu!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sepasang mata Pat-jiu Kai-ong
terbelalak lebar, mukanya pucat sekali. Puluhan tahun dia ingin sekali
memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keturunan, terutama seorang putera,
akan tetapi biarpun dia sudah berganti-ganti selir sampai ratusan kali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetap saja para selir itu tidak pernah
memperoleh keturunannya. sekarang, secara tidak sengaja dia telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh seorang putera! dan
puteranya itu dengan pedang di tangan menghampirinya, siap untuk menyiksanya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tadi dia terheran melihat betapa bekas
anggauta Cap-sa Sin-hiap, murid Bu-tong-pai yang terkenal gagah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi begitu keji, mengajar putera
sendiri melakukan kekejaman. Kira-kira wanita itu memang sengaja hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyiksanya dengan menggunakan tangan
keturunanya sendiri! Kiranya wanita itu juga membenci anak itu seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga membencinya, maka sengaja membiarkan
anak itu menyiksa dan membunuh ayah sendiri! "Anak...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan...dengarkanlah...."
"Pratttt...!" Pat-jiu Kai-ong tidak dapat melanjutkan kata-katanya
yang tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak mmperingatkan anak laki-laki itu
karena urat ganggunya dileher telah ditotok oleh lengan baju The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin yang terkekeh menyeringai.
"Pat-jiu Kai-ong, begini pengecutkah engkau? Haiii... di mana kegagahanmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai seorang datuk? Lihatlah
baik-baikdan nikmatilah siksaan anak ini! Bu Ong, pergunakan pedang itu .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pertama buntungi kedua daun telinganya
untuk Twa-supek dan Ji-supekmu!" "Baik, Ibu!"Bu Ong lalu
melangkah maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dua kali pedang itu berkelebat
karena anak itu ternyata sudah pandai menggunakan pedang itu dan buntunglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua daun telinga Pat-jiu Kai-ong !
Dapat dibayangkan betapa nyeri, perih dan pedih rasa badan dan hati kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Air matanya meloncat keluar
membasahi pipinya! "Ha-ha, ibu! Lihat, dia menangis !" Anak itu
bersorak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengambil dua buah daun telinga itu.
"He-he, seperti teling babi!" Memang Pat-jiu Kai-ong menangis! Akan
tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan menangis karena rasa nyaeri dan
pedih karena kedua daun telinganya buntung, melainkan nyeri di hati yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih hebat lagi melihat betapa anaknya
sendiri yang sejak puluhan tahun yang lalu dirindukannya, kini bersorak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girang melihat penderitaannya! Dia
tidak takut mati, tidak takut sakit, akan tetapi melihat betapa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi siksaan dan kematian di
tangan anaknya sendiri, benar-benar merupakan tekanan batin yang hampir tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat dia menanggungnya .
"Teruskan,Bu Ong.Masih ada sepuluh orang Supekmu yang belum dibalaskan
sakit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya.Jari-jari tangannya yang sepuluh
itu! Perlahan-lahan saja, satu demi satu buntungkan!" Mulailah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyiksaan yang amat mengerikan itu
dilakukan oleh Bu-ong. Anak ini seolah-olah telah menjadi gila, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa-tawa dia membuntungi semua jari
tangan kakek itu satu demi satu dan setiap buntung sebuah jari, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersorak kegirangan. Memang sejak dapat
mengerti omongan, anak ini dijejali dendam oleh ibunya, dendam terhadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong dan diceritakan betapa
Pat-jiu Kai-ong telah membunuh dua belas orang suhengnya dan betapa raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengemis itu menyiksanya dan Bu Ong
kelak harus membalas dendam itu. Maka kini anak itu samasekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menaruh rasa kasihan, bahkan hatinya
puas sekali dapat menyiksa kakek itu. Dapat dibayangkan betapa hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penderitaan Pat-jiu Kai-ong. Namun dia
tidak menyesali nasibnya karena dia maklum bahwa dia pun telah melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbuatan sewenang-wenang atas diri The
Kwat Lin sehingga pembalasan ini sudah jamak. Hanya satu hal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuat air matanya bercucuran adalah
melihat betapa dia disiksa dan akan dibunuh oleh darah dagingnya sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia menangis melihat darah dagingnya
sendiri itu, yang baru berusia sepuluh tahun, telah menjadi seorang iblis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cilik yang demikian kejam! Kini The
Kwat Lin membebaskan totokan yang membuat kaki tangannya lumpuh. Begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki tangannya dapat bergerak, Pat-jiu
Kai-ong meloncat dan menerkam ke arah Bu Ong dengan ke dua tangan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tak berjari lagi itu, yang
berlumuran darah. Niat hatinya untuk membunuh saja anaknya itu agar kelak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak dijadikan iblis cilik oleh ibu
yang membencinya. Akan tetapi sebuah tendangan dari samping yang dilakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh The Kwat Lin membuat dia terguling
lagi. Rasa nyeri pada kedua ujung tangannya membuat kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeliat-geliat. "Mundurlah,
Bu-ong. lihat sekarang ibumu yang akan turun tangan. Aku akan membalas sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbuatannya kepadaku terdahulu!"
The Kwat Lin menghampiri musuhnya dengan pedang di tangan. "Pat-jiu
Kai-ong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ingatlah engkau akan peristiwa dahulu
itu? Bayangkanlah,hi-hik, bayangkanlah betapa nikmatnya bagimu dan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyiksa dan sengsaranya bagiku.
Sekarang aku yang menikmati dan kau yang menderita . Sudah adil bukan? Nah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terimalah ini... ini... ini...!"
Bertubi-tubi pedang di tangan The Kwat Lin bergerak dan tubuh kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergulingan, berkelojotan karena rasa
nyeri yang amat hebat ketika ujung pedang itu membabat keseluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya, dengan tepat sekali membabat
ujung semua jari kakinya, hidungnya, dagunya. Babatan itu hanya mengenai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ujung sedikit, tidak membahayakan
keselamatan nyawa namun menimbulkan rasa nyeri yang hebat. Seluruh tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek itu kini berlepotan darah, mukanya
dipenuhi oleh kerut-merut menahan nyeri. "Hi-hik, bagaimana? Masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kurang? Nah, rasakanlah ini!"
Kembali pedang itu digerakan, kini menusuknusuk dan seluruh tubuhnya ditusuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ujung pedang bertubi-tubi. Ujung pedang
hanya menusuk dua senti saja sehingga menembus kulit daging akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak membunuh dan darah keluar makin
banyak lagi, rasa nyeri makin menghebat sehingga tubuh kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelojotan seperti dalam sekarat.
"Ini yang terakhir!" The Kwat Lin berkata dan ujung pedangnya
membabat ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bawah pusar. Wanita itu tertawa
bergelah, tertawa puas, wajahnya yang cantik itu pucat sekali dan dia tertawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil berdongak ke atas. "suheng
sekalian, terutama Twa-suheng, lihatlah musuhmu. Sudah puaskah kalian?"
Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia terisak, lalu menghampiri tubuh
yang berkelojotan itu. "akan tetapi aku belum puas! kau harus tidur dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan tersiksa di antara mayat-mayat
yang membusuk, selama tiga hari tiga malam!" The Kwat Lin menengok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada anaknya dan berkata, "Bu Ong,
kautunggu di sini sebentar!" Tubuhnya berkelebat meninggalkan ruangan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dengan cepat dia telah datang
menyeret mayat-mayat para pengawal, selir dan pelayan sampai ruangan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh dengan mayat-mayat yang dia
lemparkan ke sekeliling tubuh Pat-jiu Kai-ong yang mandi darah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nah, nikmatilah sekaratmu selama
tiga hari!" The Kwat Lin lalu menggandeng tangan anaknya dan mengajak
pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan gedung itu. Ketika mereka
berdua tiba di dalam hutan di depan gedung, Swi Liang dan Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambut mereka dengan mata penuh
harapan. "Mana Ayah, Subo?" Swi Liang bertanya. "Bagaimana
dengan dia?" Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nio juga bertanya. "Ayah kalian
telah tewas...." Dua orang muda itu mengeluh dan menangis. Swi Liang
mengepal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinjunya dan berkata, "Si jahanam
Patjiu Kai-ong! aku harus membalas kematian Ayah!" "Subo, bantulah
kami..."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata pula Swi Nio, "kami harus
menuntut balas!" "Heh-heh, Suheng dan Suci, tenangkanlah hati kalian.
Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong telah di balas dan sekarang
sedang sekarat di antara tumpukan mayat, he-he-heh! Wah, aku mendapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagian pesta tadi. Akulah yang
membuntungi kedua telinganya dan sepuluh jari tangannya. Menyenangkan
sekali!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang dan Swi Nio terbelalak
memandang "sute" ini. Ucapan anak itu benar-benar membuat mereka
merasa serem.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Memang, mendengar kematian ayah mereka
yang tanpa keraguan lagi mereka yakin tentu dilakukan oleh Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong, mereka pun merasa sakit hati
dan ingin membalas dendam. Akan tetapi apa yang dilakukan oleh sute<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menurut pengakuan anak itu,
sungguh luar biasa sekali. Membuntungi kedua daun telinga dan sepuluh jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya, dan perbuatan itu dianggap
menyenangkan sekali dan berpesta, benar-benar membuat mereka bergidik!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Musuhmu sedang menanti saat
kematian, harap kalian tenang dan tidak memikirkannya lagi. Ayahmu telah tewas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kalian akan kuajak bersamaku
sebagai muridku . Akulah pengganti ayah kalian." Swi Liang dan Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjatuhkan diri dan berlutut di depan
subo mereka sambil bercucuran air mata. "Terima kasih subo..." Kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka di antara tangis mereka.
"Perkenankan kami mengubur jenasah Ayah, "kata pula Swi Liang.
"Tidak perlu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kita menanti di sini sampai tiga hari,
setelah itu aku akan membakar gedung itu." Biarpun merasa heran dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasihan kepada mayat ayah mereka, kedua
orang yang sudah merasa ditolong dan dibalaskan sakit hati itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantah. Mereka tentu saja tidak tahu
betapa mayat ayah mereka itu ikut pula di lempar oleh The kwat Lin di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dekat tubuh Pat-jiu Kai-ong untuk ikut
menyiksa musuh besar ini! Memang Pat-jiu Kai-ong tersiksa hebat bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main. Ketika tadi anaknya membuntungi
jari-jari tangannya, dia melihat muka anaknya itu berubah-ubah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka banyak anak laki-laki yang menjadi
korbanya. Puluhan, bahkan ratusan anak laki-laki yang menjadi korbannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu seolah-olah mengeroyoknya, memaki dan
mengejeknya, dan kini, setelah tubuhnya mandi darah dan rasa nyeri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai menusuk-nusuk tulang, dia
ditinggalkan di antara mayat-mayat itu. Celaka baginya, tubuhnya yang terlatih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki daya tahan yang amat kuat
sehingga dia tidak menjadi pingsan oleh rasa nyeri itu. Kalau saja dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pingsan atau mati sekali, tentu dia
tidak akan menderita sehebat itu. Mayat-mayat itu mulai mengeluarkan bau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang memuakan pada hari ke dua. Bau
darah yang mengering dan membusuk, ditambah rasa nyeri di sekujur tubuhnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih diganggu lagi oleh bayangan
anak-anak yang dahulu menjadi korbanya, membuat Pat-jiu Kai-ong menangis di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hatinya, menyesali perbuatannya
yang mengakibatkan dia mati dalam keadaan tersiksa seperti itu. Tiga hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian, The Kwat Lin muncul dan
perempuan ini tertawa bergelak melihat musuh besarnya masih belum mati.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Senang sekali hatinya. Dahulu, dia
diperkosa dan dipermainkan di antara mayat-mayat suhengnya selama tiga hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiga malam, dan kini dia dapat membalas
secara memuaskan sekali. "Hi-hik, kau sudah puas sekarang?" ejeknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nah, mampuslah kau. Pat-jiu
Kai-ong!" pedangnya berkelebatan dan seluruh bagian tubuh di bawah pusar
kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dicincang hancur oleh pedang di tangan
The Kwat Lin. Setelah merasa puas melihat mayat musuh besarnya, barulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia membuat api dan membakar gedung
itu, lalu berlari keluar. Dengan air mata bercucuran, Swi Liang dan Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang nyala api yang membakar
gedung, maklum bahwa mayat ayah mereka ikut terbakar. "Ayahmu telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sempurna," kata The Kwat Lin.
"Tak perlu menangis lagi, hayo kalian ikut bersamaku. Kalau kalian rajin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempelajari ilmu, kelak kalian tidak
akan mengalami penghinaan orang lagi." Dengan hati berat namun karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada orang lain yang mereka
pandang setelah ayah mereka meninggal, dua orang muda itu terpaksa mengikuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin bersama Han Bu Ong pergi
meninggalkan Hen-san. Bu-tong-pai adalah sebuah perkumpulan silat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar, merupakan sebuah di antara
"partaipartai" persilatan yang terkenal. Akan tetapi pada saat itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai sedang berkabung. Di markas
perkumpulan itu yang letaknya di lereng pegunungan Bu-tong-san, dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pintu gerbang sampai rumah-rumah para
tokoh dan murid kepala, tampak kibaran kain-kain putih menghias pintu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanda bahwa Bu-tong-pai sedang
berkabung. Siapakah yang meninggal dunia? Bukan lain adalah ketua Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sudah berusia lanjut, yaitu Kiu
Bhok San-jin yang meninggal dunia dalam usia delapan puluh tahun. Baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja upacara penguburan selesai
dilakukan oleh para anak murid Bu-tong-pai, para tamu telah meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pegunungan Bu-tong-san, akan tetapi
semua anak buah murid Bu-tong-pai masih berkumpul di sekitar kuburan baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Suasana penuh pergabungan dan
masih tampak beberapa orang murid yang mengusap air mata. Kui Bhok San-jin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkenal sebagai seorang ketua dan guru
yang baik dan yang dicintai oleh para anak murid Bu-tong-pai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suhu...!" Seruan ini membuat
semua orang menengok dan tampaklah seoang wanita cantik berlari mendatangi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diikuti oleh seorang muda-mudi remaja
dan seorang anak laki-laki. Wanita itu tidak menoleh ke kanan kiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan langsung berlari menghampiri
kuburan baru dan menjatuhkan diri berlutut di depan batu nisan sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis. "Ahh, bukankah dia Sumoi
The Kwat Lin....?" Seorang murid Kui Bhok San-jin yang usianya lima
puluhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru. Semua orang memandang dan kini
mereka pun mengenal wanita yang berpakaian indah seperti seorang nyonya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangsawan itu. The Kwat Lin! Tentu saja
mereka semua kini teringat. Bukankah The Kwat Lin merupakan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak murid Bu-tong-pai yang amat
terkenal, sebagai orang termuda dari Cap-sha Sin-hiap yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertahun-tahun lenyap tanpa
meninggalkan jejak? "Benar, dia orang termuda dari Cap-Sha Sin-hiap!"
terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seruan-seruan setelah mereka mengenal
wanita cantik itu. Mendengar suara-suara itu, wanita ini lalu bangkit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri, menyusuti air matanya,
kemudian memandang kepada mereka sambil berkata, "Benar, aku adalah The
Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin, orang termuda dari Cap-Sha
Sin-hiap. Masih baik kalian mengenalku! Sekarang suhu telah meninggal dunia,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapakah yang akan menggantikannya
sebagai ketua Bu-tong-pai?" Para tokoh Bu-tong-pai terkejut menyaksikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sikap angkuh ini. Di antara mereka,
terdapat delapan orang yang terhitung suheng-suheng dari The Kwat Lin, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang tertua di antara mereka adalah
seorang kakek berpakaian seperti pendeta tosu. Sejak tadi kakek tosu ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya setelah mendengar
bahwa wanita itu adalah seorang muda dari Cap-sha Sin-hiap, maka kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar pertanyaan Kwat Lin, dia
melangkah maju dan berkata, "Sian-cai..., tak pernah pinto sangka bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anggauta termuda dari Cap-sha Sin-hiap
akan muncul hari ini. Berarti engkau adalah murid termuda dari mendiang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suheng, dan kalau engkau ingin
mengetahi, pinto yang dipilih oleh anak murid Bu-tong-pai, juga telah ditunjuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh mendiang suheng menjadi ketua di
Bu-tong-pai." Kwat Lin mengangkat mukanya memandang. Tosu itu bertubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecil sedang, dan biarpun mukanya penuh
keriput, namun matanya bersinar terang dan jenggotnya yang terpelihara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik mengitari mulutnya itu masih hitam
semua, demikian pula rambutnya yang diikat dan diberi tusuk konde dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perak. Pakaiannya sederhana saja,
pakaian seorang pendeta To yang longgar. "Siapakah Totiang?"
"Ha-ha-ha-ha,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguh lucu kalau seorang murid
keponakan tidak mengenal susioknya sendiri. Ketahuilah bahwa pinto adalah Kui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tek Tojin, satu-satunya saudara
seperguruan dari mendiang Kui Bhok San-jin." Kwat Lin sudah pernah
mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nama susioknya (paman gurunya) ini,
seorang tosu perantau, sute termuda dan satu-satunya yang masih hidup dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendiang suhunya. Dia mencibirkan
bibirnya yang merah dengan gaya mengejek, kemudian berkata dengan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lantang, "Ah, kiranya Susiok Kui
Tek Tojin yang menggantikan Suhu menjadi ketua Bu-tong-pai? Sungguh keputusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sama sekali tidak tepat! Aku tidak
setuju sama sekali kalau Susiok yang menjadi ketua!" Tosu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelalakan matanya dan memandang
kaget, heran dan penasaran. Akan tetapi sebelum dia mengeluarkan kata-kata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang tosu lain yang bernama Souw Cin
Cu, murid tertua dari Kui Bhok San-jin, melangkah maju dan berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sumoi, apa yang kaukatakan ini?
Betapa beraninya engkau mengatakan demikian! Keputusan ini tidak saja sesuai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan petunjuk suhu, juga telah
menjadi keputusan kami semua. Pula, Susiok merupakan satu-satunya saudara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperguruan mendiang Suhu, sehingga
kedudukannya paling tinggi dan usianya paling tua di antara kita. Siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi kalau bukan Beliau yang
menggantikan Suhu menjadi ketua kita?" "Siancai, kedatangan yang
mendadak dan tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
tersangka-sangka, juga pendapat yang mengejutkan. Betapapun juga,
sebagai murid mendiang Suheng, dia berhak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbicara untuk kepentingan dan
kebaikan Bu-tong-pai. The Kwat Lin, bukankah demikian namamu tadi? Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menurut pendapatmu, siapa gerangan yang
patut dijadikan ketua Bu-tong-pai menggantikan Suheng yang telah tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada?" "Harap maafkan aku,
Susiok. Bukan sekali-kali aku memandang rendah kepada Susiok, akan tetapi
penolakanku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu berdasarkan perhitungan yang matang."
Kwat Lin berkata kepada calon ketua Bu-tong-pai itu, mengejutkan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengherankan semua orang yang mendengar
dan melihat sikap tidak menghormat dari wanita itu. "Pertama-tama sejak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahulu Susiok selalu merantau, tidak
pernah memperdulikan keadaan Bu-tong-pai, apalagi Susiok adalah seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tosu sehingga kalau Susiok yang menjadi
ketua Bu-tong-pai, ada bahayanya Bu-tong-pai akan berubah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkumpulan Agama To! Berbeda sekali
dengan pendirian mendiang Suhu yang bebas sehingga murid suhu pun terdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari bermacam-macam golongan. Selain
itu, selama ini Bu-tong-pai makin kehilangan sinarnya, menjadi bahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ejekan dan bahan penghinaan orang
lain." "Ahhhh...!" terdengar suara memprotes dari sana-sini dan
Souw Cin Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali berkata penasaran, "Sumoi
aku benar-benar merasa heran mendengar kata-katamu dan melihat sikapmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sepuluh tahun engkau dan para suhengmu
menghilang dan kini engkau muncul seperti seorang yang lain. Seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langit dengan bumi bedanya antara engkau
dahulu dan engkau sekarang! Sumoi, kau mengatakan bahwa Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi lemah dan menjadi bahan ejekan
dan penghinaan orang lain. Apa artinya ini?" "Souw Cin Cu Suheng,
selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertahun-tahun ini Cap-sha Sin-hiap
telah lenyap, tahukah engkau apa yang terjadi dengan mereka?" "Kami
telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusaha menyelidiki namun tidak dapat
menemukan kalian." "Hemm, itulah tandanya bahwa Bu-tong-pai amat
lemah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga semua suhengku, tokoh-tokoh
Cap-sha Sin-hiap, dibunuh orang tanpa diketahui oleh Bu-tong-pai!" Semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang terkejut sekali mendengar bahwa
dua belas orang dari Cap-sha Sin-hiap telah dibunuh orang! "Siapa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuh mereka?" Souw Cin Cu
bertanya dengan suara marah sekali. Hati siapa yang takkan menjadi panas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah mendengar bahwa dua belas orang
saudara seperguruannya dibunuh orang? "Hemm, terlambat sudah! Dua belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang Suheng dibunuh oleh Pat-jiu
Kai-ong ketua Pat-jiu Kai-pang di Heng-san." "Ohhh...!" kini Kui
Tek Tojin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru kaget, "Pat-jiu
Kai-ong...?? Mengapa...??" Kwat Lin tersenyum mengejek. "Ahhh, tentu
Susiok pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar nama besarnya dan menjadi
gentar, bukan? Memang dialah datuk sesat yang terkenal itu, yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuh dua belas orang Suhengnya. dan
peristiwa itu berlalu begitu saja! Tiga belas orang tokoh Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalami penghinaan, dan Butong- pai
sendiri diam saja. Apalagi berusaha membalas dendam, bahkan tahupun tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
akan peristiwa itu! Ini tandanya bahwa Bu-tong-pai lemah! Kini
Bu-tong-pai hendak diketahui oleh Susiok, apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dijadikan markas kaum pendeta Tosu
dan menjadi makin lemah lagi? Aku sendirilah yang harus turun tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuh musuh-musuh besar kami,
membunuh Pat-jiu Kai-ong dan membasmi Pat-jiu Kai-pang di Heng-san. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelemahan Bu-tong-pai, aku tidak setuju
kalau mendiang Suhu digantikan kedudukannya oleh Susiok Kui Tek To-jin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus diganti oleh orang yang memiliki
kepandaian tinggi dan dapat memajukan dan memperkuat Bu-tong-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barulah tepat!" Kwat Lin bicara
penuh semangat, mukanya yang cantik dan berkulit halus itu kemerahan, sepasang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya bersinar-sinar dan dengan
tajamnya menyapu wajah semua anak murid Bu-tong-pai yang hadir di situ.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pandang mata bekas orang termuda
Cap-sha Sin-hiap ini membuat banyak anak murid Butong- pai merasa gentar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka hanya menunduk untuk
menghindarkan pandang mata Kwat Lin. Akan tetapi, delapan orang suheng dari
Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin memandang dengan marah dan
penasaran. Adapun Kui Tek Tojin hanya tersenyum dan mengelus jenggotnya sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangguk-angguk, matanya memandang
wajah wanita itu penuh selidik. "The Kwat Lin, omonganmu penuh semangat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap kedudukan Bu-tong-pai.
Andaikata benar semua kata-katamu itu, habis siapakah yang kaupandang tepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menjadi ketua Bu-tong-pai?"
Kui Tek Tojin berkata lagi dengan sikap tenang. "Untuk waktu ini, kiranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada orang lain lagi dari Bu-tong-pai
kecuali aku sendiri!" Kini benar-benar terkejut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terheran-heranlah semua anak murid
Bu-tong-pai yang berada di situ. Begitu beraninya wanita ini. Biarpun tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat disangkal lagi bahwa The Kwat Lin
merupakan murid utama pula dari mendiang Bhok Sanjin dan orang termuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cap-sha Sin-hiap, akan tetapi pada
waktu itu dia bukanlah orang yang memiliki tingkat tertinggi di Bu-tong-pai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sama sekali bukan! Di atas dia masih
ada delapan orang suhengnya, murid-murid Kui Bhok San-jin yang lebih tua,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan lebih lagi di situ masih ada Kui
Tek Tojin yang tentu saja memiliki tingkat jauh lebih tinggi karen tosu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini adalah paman gurunya! "Murid
Murtad!!" Tiba-tiba Souw Cin Cu membentak garang dan meloncat maju,
diikuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula oleh sutesutenya. Telunjuk kirinya
menuding ke arah muka The Kwat Lin. "The Kwat Lin, engkau sungguh tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> patut menjadi murid Bu-tong-pai!
Kiranya engkau menghilang sepuluh tahun hanya untuk pulang sebagai iblis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita yang murtad terhadap perguruanya
sendiri. Dan kami berkewajiban untuk mengajar seorang murid murtad!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sambil berkata demikian, Souw Cin Cu
menerjang ke depan dengan dahsyat. Souw Cin Cu merupakan murid pertama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atau paling tua dari Kui Bhok San-jin.
sungguhpun tidak dapat dikatakan bahwa dia memiliki tingkat ilmu silat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling tinggi, akan tetapi setidaknya
tingkatnya sejajar dengan orang-orang tertua dari Cap-sha Sin-hiap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebenarnya masih lebih tinggi setingkat
jika dibandingkan dengan ilmu kepandaian The Kwat Lin ketika masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi orang termuda Cap-sha Sin-hiap
dahulu. Akan tetapi, Kwat Lin sekarang sama sekali tidak bisa disamakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan Kwat Lin sepuluh tahun yang
lalu. Dia telah mewarisi ilmu, silat ilmu silat tinggi dan mujijat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es! Tingkatnya sudah tinggi
sekali dan dengan tenang saja dia memandang ketika suhengnya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerjangnya. Apalagi karena dia
mengenal benar jurus yang dipergunakan oleh suhengnya, jurus dari ilmu silat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ngo-heng-kun. Ketika tangan kiri Souw
Cin Cu mencengkeram ke arah lehernya dan tangan kanan tosu itu menampar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelipis, dia diam saja seolah-olah dia
hendak menerima dua serangan ini tanpa melawan. Akan tetapi setelah hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambaran pukulan itu sudah terasa
olehnya, tiba-tiba tangan kirinya bergerak dari bawah ke atas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Plak-plak-plak!!" Kedua
lengan Souw Cin Cu telah terpental, bahkan tubuh tosu ini terpelanting ketika tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin yang tadi sekaligus menangkis
kedua lengan itu melanjutkan gerakannya dengan tamparan pada pundaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tamparan yang perlahan saja, akan
tetapi sudah cukup murid pertama mendiang Kui Bhok San-jin terpelanting!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Diam-diam Kui Tek Tojin terkejut heran
menyaksikan gerakan tangan wanita itu, gerakan yang amat cepat dan aneh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerakan yang sama sekali tidak
dikenalnya dan tentu saja bukan jurus ilmu silat Butong- pai! Akan tetapi tujuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang sute dari Suow Cin Cu sudah
menjadi marah dan tanpa dikomando lagi mereka menerjang maju. Akan tetapi The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin tertawa, tubuhnya bergerak
sedemikian cepatnya dan berturut-turut tujuh orang ini pun terguling roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dekat Suow Cin Cu! Mereka sendiri
tidak tahu bagaimana mereka dirobohkan, akan tetapi tahu-tahu terpelanting<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan bagian yang tertampar tangan Kwat
Lin, biarpun tidak sampai patah tulang, akan tetapi amat nyeri. Padahal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tamparan itu perlahan saja. Bagaimana
andaikata wanita itu menampar dengan pengerahan tenaga sekuatnya, sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibayangkan akibatnya. Betapapun juga,
delapan orang murid utama dari Bu-tong-pai ini tentu saja tidak sudi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerah begitu mudah dan mereka sudah
meloncat bangun dan mencabut senjata masing-masing! "Ibu, mengapa tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibunuh saja tikus-tikus menjemukan
ini?" Tiba-tiba Bu Ong berteriak. Anak ini sudah bertolak pinggang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang marah kepada para pengeroyok
ibunya. Kalau saja tangannya tidak dipegang erat-erat oleh Swi Liang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Nio, suheng dan sucinya, tentu dia
sudah menerjang maju membantu ibunya. Akan tetapi memang sebelumnya, Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liang dan Swi Nio sudah dipesan oleh
subo mereka untuk menjaga Bu Ong, dan terutama sekali mencegah bocah ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencampuri urusannya dengan orang-orang
Bu-tong-pai. Kwat Lin tersenyum mengejek melihat delapan orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya itu mengeluarkan senjata.
"Hemmm, apakah kalian ini sudah buta? Apakah para suheng tidak melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa tingkat kepandaianku jauh
melebihi kalian, dan bahkan andaikata Suhu masih hidup, beliau sendiri tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan mampu menandingi aku."
"Keparat...!" Souw Cin Cu dan tujuh orang sutenya menerjang maju,
akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba Kui Tek Tojin berseru,
"Tahan senjata! Mundur kalian!" Mendengar teriakan ini, delapan orang
ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serentak mundur mentaati perintah calon
ketua mereka. Kui Tek Tojin melangkah maju menghampiri wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum-senyum itu. "Siancai...
kiranya engkau telah memiliki kepandaian tinggi maka berani menentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai! The kwat Lin, selama ini
engkau telah mempelajari ilmu silat dari luar Bu-tong-pai, tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari perguruan manakah?"
"Memang benar dugaanmu, Susiok, akan tetapi tidak perlu aku menceritakan
kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapapun juga." "Hei, tosu
bau! Ibu adalah Ratu dari Pulau Es, tahukah engkau?" "Bu
Ong...!" Kwat Lin membentak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteranya, akan tetapi anak itu sudah
terlanjur bicara dan bukan main kagetnya Kui Tek Tojin dan para anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid Bu-tong-pai mendengar ini. Pulau
Es hanya disebut-sebut dalam dongeng saja, dan memang nama besar tokoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran Han Ti Ong dari Pulau Es amat
terkenal di dunia kang-ouw. Timbul keraguan di dalam hati Kui Tek Tojin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi karena wanita di hadapannya
itu juga merupakan anak murid Bu-tong-pai, maka dia menekan perasaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berkata, "The Kwat Lin, kalau
engkau masih mengaku sebagai murid Bu-tong-pai, betapapun tinggi ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaianmu, engkau harus tunduk
kepada pimpinan Bu-tong-pai. Sebaliknya, kalau engkau sudah mempelajari ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silat dari golongan lain dan tidak lagi
merasa sebagai orang Bu-tong-pai, engkau tidak berhak mencampuri urusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam dari Bu-tong-pai." Kwat Lin
tersenyum mengejek. " Susiok, tidak perlu kupungkiri lagi bahwa aku telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelajari ilmu silat dari golongan
lain dan tingkat kepandaianku menjadi jauh lebih tinggi daripada semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tokoh Butong- pai. Akan tetapi aku
bukan saja masih mengaku orang Bu-tong-pai, bahkan ingin memimpin Bu-tongpai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi perkumpulan terkuat di dunia.
Akan kuperbaiki dan kupertinggi mutu ilmu silat Bu-tong-pai agar tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada lagi golongan lain yang berani
memandang rendah Bu-tong-pai, apalagi menghina anak murid Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti yang terjadi kepada Cap-sha
Sin-hiap sepuluh tahun yang lalu." "Hemm, kalau begitu, pinto sebagai
calon<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Bu-tong-pai, terpaksa melarang
dan menentang kehendakmu, The Kwat Lin." "Dengan cara bagaimana kau
hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentangku, Susiok?" "Dengan
mempertaruhkan nyawaku. Kehormatan Bu-tong-pai lebih penting dari pada nyawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang ketuanya. Majulah dan mari kita
putuskan persoalan ini dengan kepandaian kita ." The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum. "Susiok, betapapun
mudahnya bagiku membunuhmu, membunuh para suheng dan membunuh semua orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentangku. Akan tetapi, aku bahkan
ingin menolong kalian, ingin mengangkat nama Bu-tong-pai, maka biarlah aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya akan mengalahkan Susiok tanpa
membunuhmu." Ucapan ini malah merupakan penghinaan yang luar biasa sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena mengalahkan lawan tanpa
membunuhnya merupakan hal yang amat sukar dan hanya dapat dilakukan oleh orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang memiliki tingkat kepandaian yang
jauh lebih tinggi dari lawannya! Merah muka tosu tua itu. Dia dipandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rendah oleh murid keponakannya sendiri!
Bukan hanya itu saja. Dia sebagai orang tertua dari Bu-tong-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai calon ketua Bu-tong-pai, dihina
oleh seorang anggauta muda Bu-tong-pai! Oleh karena itu, tosu tua ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengambil keputusan untuk mengadu nyawa
dengan wanita yang kini dipandangnya bukan sebagai anggauta Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi, melainkan sebagai seorang musuh
yang hendak mengacau Bu-tong-pai. "The Kwat Lin sebagai seorang ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai, pinto menyediakan nyawa
untuk mempertahankan kehormatan Bu-tong-pai terhadap siapapun juga , dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat ini pinto akan mempertahankannya
terhadap engkau! Majulah!" sambil berkata demikian tosu tua berjenggot<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebat ini meloncat ke depan, tongkatnya
di tangan kanan dan ujung lengan bajunya melambai panjang. Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenal tongkat itu. Tongkat kayu
cendana yang harum dan menghitam saking tuanya, tongkat yang menjadi tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka para ketua Bu-tong-pai sejak
dahulu. Dia maklum pula bahwa tongkat itu hanya sebagai lambang kedudukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua belaka, namun dalam hal ilmu
silat bersenjata, ujung lengan baju kakek itu jauh lebih barbahaya dari pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkatnya. Dia dapat menduga bahwa
tentu kakek ini sudah memiliki tingkat tertinggi dari Bu-tong-pai, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah memiliki sinkang yang amat kuat
sehingga kedua ujung lengan bajunya dapat dipergunakan sebagai senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ampuh yang dapat menghadapi senjata
apapun juga dari lawan, dapat dibikin kaku keras seperti besi dan lemas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti ujung cambuk yang dapat
melakukan totokan-totokan maut keseluruh jalan darah di tubuh lawan! Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, dia tidak berani memandang rendah,
cepat dia mengeluarkan pekik melengking, dan tubuhnya sudah bergerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maju, tangan kananya melakukan pukulan
dorongan dengan telapak tangan sambil mengerahkan tenaga sinkang Swat-im<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin-jiu. Hawa yang amat dingin
menghembus ke depan menyerang kakek itu. Swat-im Sin-jiu adalah tenaga dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> inti salju yang dilatihnya di Pulau Es,
kekuatannya dahsyat bukan main karena hawa yang menyambar ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung tenaga sakti yang
mendatangkan rasa dingin. "Siancai...!!" Tosu itu berseru kaget
ketika merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa hawa yang menyambar dari depan
amat dinginnya, membuat tangannya ketika mendorong kembali terasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membeku. Maka dia lalu mengerakan
tongkat di tangan kanannya, mengambil keuntungan dari ukuran tongkat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang, menghantam ke arah kepala
wanita itu dari samping. "Wuuuuttt... plakkkk!" Dengan berani sekali
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menggunakan tangan kiri yang dibuka
untuk memapaki sambaran tongkat dari samping, terus mencengkram tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan mengerahkan sinkang, menyalurkannya
lewat getaran tongkat dan kembali tosu itu berseru kaget ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa betapa lengan kanannya yang
memegang tongkat terasa dingin dan lumpuh! Kesempatan baik ini, dalam satu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> detik pada saat lawan masih terkejut
dan belum sempat mengerahkan sinkang, dipergunakan oleh Kwat Lin dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan menarik ke bawah, bergulingan ke
depan dan menghantam ke arah lawan dengan tangan kananya, kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan tenaga sinkang yang berhawa
panas! "Ouhhh...!" Kui Tek Tojin berteriak, cepat meloncat ke
belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tentu saja tongkatnya dapat
dirampas. Dia tadi sudah mengerahkan sinkang melawan getaran melalui tongkat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan niat merampasnya kembali, akan
tetapi pukulan lawannya dari bawah yang ditangkis dengan tangan kanan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ternyata luar biasa kuat dan panasnya,
mengejutkannya karena perubahan sinkang yang berlawanan itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disangka-sangkanya, maka untuk
menyelamatkan diri, terpaksa dia meloncat ke belakang dan mengorbankan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkatnya. Kwat Lin sudah melompat
kebelakang pula, memegang tongkat itu dengan kedua tangan di atas kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil tertawa dan berkata,
"Hi-hik, tongkat pusaka telah berada di tanganku, berarti akulah ketua
Bu-tong-pai!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kembalikan tongkat!" Kui Tek
Tojin berteriak marah dan kedua lengannya bergerak ketika tubuhnya menerjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maju. Dengan amat cepatnya kedua ujung
lengan bajunya bergerak seperti kilat menyambar-nyambar dan dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segebrakan itu, Kwat Lin telah dihujani
sembilan kali totokan yang amat berbahaya! Sukarlah membebaskan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari ancaman totokan yang hebat ini dan
andaikata Kwat lin bukan seorang pewaris ilmu-ilmu dari Pulau Es, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin dia dapat menghindarkan diri
lagi. Dia menggunakan ginkangnya berloncatan menghindar, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah totokan yang meleset masih
mengenai pergelangan tangannya, membuat tongkat pusaka itu terlepas dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peganganya! Kwat Lin menjerit marah,
pedangnya sudah dicabutnya, yaitu pedang Ang-bwe-kiam dan tampak sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merah berkeredepan dan
menyambar-nyambar dahsyat. "Bret-brettttt...!!" Kui Tek Tojin
berteriak kaget, meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mundur dan ternyata bahwa ujung lengan
bajunya telah terbabat buntung oleh pedang di tangan Kwat Lin, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang wanita itu telah mengambil
lagi tongkat pusaka yang tadi terpaksa dilepaskan oleh tangannya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertotok. "Susiok! Dan kalian para
suheng semua! Kalau kalian mendesak, terpaksa aku akan mematahkan tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka ini kemudian membunuh kalian dan
merampas Bu-tong-pai dengan kekerasan!" Dia mengangkat tongkat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi-tinggi. "Aku hanya menuntut
hak seorang murid Bu-tong-pai yang memiliki tingkat tinggi dan memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkat wasiat itu, hak menjadi ketua
dengan niat untuk mempertinggi tingkat Butong- pai!" Delapan orang suheng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu masih penasaran dan mereka hendak
menyerbu ke depan, akan tetapi Kui Tek Tojin mengangkat tangan ke atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berkata, "Mundurlah kalian.
Dia benar, kita tidak boleh melawan pemegang tongkat pusaka!" Kemudian dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata kepada Kwat Lin, "Baiklah,
melihat tongkat pusaka di tanganmu, kami tidak akan melawan. Akan tetapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapapun juga kami tidak dapat
menerima engkau menjadi ketua kami dan kami harap engkau tidak memaksa anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid Bu-tong-pai yang tidak mau tunduk
kepadamu dan meninggalkan tempat ini." Kwat Lin tersenyum. Memang bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehendaknya untuk memusuhi anak murid
Bu-tong-pai. Dia tidak membenci Bu-tong-pai, melainkan hendak mencarikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemuliaan bagi puteranya dengan
perantaraan sebuah perkumpulan besar dan dia akan mengusahakan agar Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi sebuah perkumpulan yang paling
kuat dan paling besar. "Terserah kepadamu, Susiok." dia lalu
memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke sekeliling, kepada para anak murid
Bu-tong-pai, "Haiii, semua anggauta dan murid Bu-tong-pai, dengar lah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik-baik! Betapapun juga aku adalah
murid Bu-tong-pai sejak kecil, dan di dalam sepak terjang Cap-sha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin-hiap, kalian juga sudah tahu betapa
aku dan para suheng telah menjunjung tinggi nama Bu-tong-pai dan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ingin menyebarkan ilmuku kepada kalian
semua agar kalian menjadi orang-orang yang lihai dan Bu-tong-pai menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkumpulan yang paling kuat di dunia
ini. Terserah kepada kalian apakah hendak besetia kepada nama Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menjadi murid-muridku, ataukah
hendak bersetia kepada tosu Kui Tek Tojin dan delapan orang suhengku ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hendak membelakangi
Bu-tong-pai!" Berisiklah keadaan di situ setelah Kwat Lin mengeluarkan
kata-kata ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Para anak murid Bu-tong-pai saling
bicara sendiri, saling berbantahan dan akhirnya hanya ada dua puluh orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termasuk Kui Tek Tojin yang
meninggalkan tempat itu, menuruni bukit dan memasuki sebuah hutan di kaki bukit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dipilih oleh Kui Tek Tojin untuk
menjadi tempat tinggal mereka sementara waktu sambil menanti perkembangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selanjutnya. Sisanya semua suka
mengangkat Kwat Lin menjadi ketua mereka setelah mereka tadi menyaksikan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lihainya Kwat Lin dan mereka semua
ingin memperoleh bagian pelajaran ilmu silat yang tinggi. Demikianlah, mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hari itu, The Kwat Lin menjadi ketua
yang baru dari Bu-tong-pai yang dipimpinnya dengan gaya dan bentuk yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baru pula. Dengan harta benda berupa emas
permata yang amat mahal, yang didapatkan dan dilarikannya dari Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es, dia membangun markas Bu-tong-pai
menjadi bangunan yang megah, mewar dan kuat. Bahkan dalam keinginan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya untuk lekas-lekas melihat
Butong- pai menjadi perkumpulan yang kuat dan banyak anggautanya, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima anggauta-anggauta baru.
Anggauta baru diterima dari golongan apapun juga, syaratnya hanya satu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka itu haruslah memiliki kepandaian
yang sampai pada tingkat tertentu, dan bersumpah setia sampai mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada Bu-tongpai. Karena mendengar
bahwa ketua Bu-tong-pai yang baru adalah seorang wanita yang cantik yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kesaktian hebat, juga amat
kaya raya, maka banyaklah orang-orang kang-ouw dan golongan kaum sesat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadinya hidup sebagai perampok dan
bajak-bajak yang tidak tertentu penghasilanya, berdatanganlah dan masuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi anggauta Bu-tong-pai! Mulai
pulalah The Kwat Lin mengatur dan merencanakan cita-citanya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteranya. Dengan kerja sama antara dia
dan para anggauta baru yang berpengalaman mulailah dia diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengadakan kontak dan mencari
kesempatan untuk menghubungi para pembesar tinggi yang merupakan kekuatan
rahasia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk membrontak terhadap kaisar. Inilah
cita-cita The Kwat Lin. Dia pernah menjadi ratu, menjadi istri seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja, biarpun hanya raja kecil yang
menguasai Kerajaan Pulau Es, karena itu, dia menganggap bahwa puteranya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Bu-ong, adalah seorang pangeran!
Seorang pangeran haruslah bercita-cita menjadi raja. Bukan raja kecil yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya menguasai sebuah pulau, melainkan
raja besar! Dan satu-satunya jalan untuk dapat mencapai ini, hanyalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggulingkan kaisar sehingga kelak ada
kesempatan bagi puteranya untuk menjadi kaisar! Tentu saja untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membrontak sendiri dengan mengandalkan
kekuatanBu-tong-pai merupakan hal yang tak masuk diakal dan hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan bunuh diri, maka dia mencari
kesempatan mengadakan kontak dengan para pembesar tinggi yang berambisi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti dia sehingga mungkin bagi
mereka untuk menggunakan bala tentara yang dapat dikuasai untuk mencapai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-cita mereka itu. Memang
sesungguhnyalah bahwa kemuliaan duniawai atau alam benda merupakan keadaan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat berbahaya. Tak dapat disangkal
pula bahwa hidup memang memerlukan kebendaan sebagai pelengkap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelangsung hidup, dan amat baiklah
kalau orang dapat menggunakan keduniawian itu pada tempat sebenarnya. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi, akan celakalah dan hanya akan
menimbulkan malapetaka bagi diri sendiri dan bagi orang lain kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia sudah dikuasai oleh duniawi
yang merupakan harta benda, kedudukan, nama besar, kepandaian dan lain-lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagainya. Alam kebendaan ini
mempunyai sifat seperti arak. Diminum dengan kesadaran dan pengertian akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi obat, tapi di lain saat dalam
keadaan lalai akan menjadi minuman yang memabokan. Dan sekali orang mabok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh duniawi, akan timbullah perbuatan
sombong, sewenang-wenang, dan lupa segala. yang ada hanyalah keinginan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memenuhi segala kehendaknya dengan cara
apapun juga tanpa mengharamkan dengan segala cara. Demikian pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi dengan The Kwat lin. Dahulu,
belasan tahun yang lalu, The Kwat Lin merupaka seorang pendekar wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang gagah perkasa menentang kejahatan
yang gigih sehingga namanya bersama dua belas orang suhengnya sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cap-sha Sin-hiap amatlah terkenal. Akan
tetapi setelah malapetaka menimpa Cap-sha Sin-hiap, dendam menaburkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bibit yang merobah seluruh pandangan
hidupnya. Setelah dia berhasil membalas dendam secara keji dan kejam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, bibit itu masih berkembang biak
dan merobah sifat, dari dendam kepada pengejaran kemuliaan yang tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batas. Sudah terlalu lama kita
meninggalkan Han Swat Hong. puteri dari Raja Han Ti Ong dan sebaiknya kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikuti pengalamanya agar tidak
tertinggal terlampau jauh. Seperti kita ketahui, Swat Hong yang berwatak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keras itu marah-marah ketika melihat
betapa Sin Liong menolong seekor biruang dan tidak mempedulikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia.Dianggapnya Sin Liong sengaja
mencari-cari alasan untuk menghambat perjalanan, padahal dia ingin sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segera mencari dan menemukan ibunya
yang tidak ia diketahui kemana perginya dan bagaimana nasibnya setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> badai yang amat dahsyat mengamuk
disekitar lautan itu. Akan tetapi tentu saja bukan dengan hati yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesungguhnya dia hendak meninggalkan
Sin Liong di pulau kosong itu, melainkan hanya untuk sekedar menunjukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahan hatinya saja. Karena itu
setelah perahunya jauh meninggalkan pulau itu sehingga pulau dimana Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong mengobati biruang itu tidak
nampak lagi, dara itu memutar lagi perahunya dan hendak kembali kepada Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong. Sudah dibayangkannya betapa Sin
Liong yang selalu sabar dan selalu mengalah kepadanya itu akan minta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maaf dan menyatakan penyesalan hatinya,
dan dia yang akan memaafkannya! Saat - saat seperti itu mendatangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keharuan, kebanggan dan kemenangan di
dalam hatinya. Betapa bingung dan kagetnya ketika kemudian dia mendapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyataan bahwa dia tersesat jalan dan
tidak tahu lagi dimana dia meninggalkan Sin Liong tadi! Demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyaknya pulau yang sama bentuknya di
lautan itu, banyak sekali bongkahan es yang datang dan pergi seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup saja! Setelah berputar putar
tanpa hasil dan yakin bahwa dia berada makin jauh dari tempat dimana Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong berada, setelah berteriak -
teriak memanggil dengan pengerahan khikang tanpa ada jawabannya dan memutar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu keluardari daerah penuh pulau
kecil yang membingungkan itu. Biarlah, dia akan pergi saja melanjutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjalanan seorang diri mencari ibunya.
Dia merasa yakin bahwa suhengnya itu tentu akan dapat menyelamatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri. Suhengnya memiliki ilmu
kepandaian yg amat tinggi. Swat Hong tidak tahu bahwa perahunya menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selatan, bukan menuju ke daerah Pulau
Es lagi. Namun karena maksudnya untuk mencari ibunya, dara ini seolah -<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> olah berlayar tanpa tujuan dan
membiarkan saja kemana perahu yang terdorong angin itu membawanya. Pada suatu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hari , tampaklah olehnya garis hitam di
sebelah kanan, masih jauh sekali, akan tetapi dengan girang dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenal bahwa garis hitam yang amat
panjang membujur dari kanan kiri itu adalah sebuah daratan yang agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiada bertepi. Itulah daratan besar,
pikirnya dengan girang dan dia segera membelokan perahunya menuju ke garis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hitam itu. Ketika perahunya sudah tiba
di dekat pantai yang sunyi, dia melihat ada sebuah perahu lain yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meluncur cepat dari sebelah kirinya.
Perahu kecil dan yang berada di perahu itu seorang laki-laki muda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatannya gagah dan tampan. Pemuda
itu pun memandang kepadanya sehingga dua pasang mata saling pandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejenak. Akan tetapi Swat Hong membuang
muka dan tidak mempedulikan orang yang tidak dikenalnya itu, terus saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendayung perahunya ke tepi. Begitu
perahunya mendekati daratan, dia lalu meloncat ke daratan, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghiraukan perahunya lagi. Memang dia
tidak berpikir untuk kembali ke tempat itu dan berperahu lagi. Untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa berlayar? Pulau Es sudah kosong.
Dia akan mencari ibunya di daratan besar, karena kalau ibunya berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suatu pulau, agaknya tentu tidak akan
dapat terlepas dari amukan badai yang dahsyat itu. Kalau ibu berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daratan besar , dan ini mungkin saja
terjadi, barulah ada harapan bahwa ibunya masih hidup dapat bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengannya. Andaikata tidak, dia pun
akan merantau di daratan besar, tidak kembali kelaut. Dan dia tahu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian pula agaknya pendapat
suhengnya karena sebelum berpisah mereka sudah membicarakan hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkali-kali. Nenek moyangnya yang selama
ini menjadi raja di Pulau Es juga berhasal dari daratan besar!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah kini Kerajaan Pulau Es terbasmi
badai dan tidak ada lagi, sepatutnya kalau dia sebagai ahli waris<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> satu-satunya kembali pula ke daratan
besar! "Heiii... Nona! Tunggu...!!" Swat Hong mengerutkan alisnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhenti melangkahkan kakinya, membalik
dan melihat betapa pemuda yang berada di dalam perahu tadi sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menambatkan perahunya dan juga perahu
yang ditinggalkanya meloncat tadi, di pantai. Kini pemuda itu berlari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejarnya. "Mau apa engkau
mengejar dan memanggil aku?" Swat Hong bertanya, matanya memandang penuh
selidik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pemuda itu usianya tentu hanya lebih
tua dua tiga tahun darinya, seorang pemuda yang berwajah tampan dan gagah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang perawakanya tinggi besar dan
matanya menyorotkan kejujuran dan membayangkan kekerasan dan keberanian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kedua lengan yang tampak tersembul
keluar dari lengan baju pendek itu kekar berotot membayangkan tenaga yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat, juga bajunya yang terbuat dari
kain tipis membayangkan dada yang bidang, terhias sedikit rambut, berotot<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kuat sekali. Melihat bahan
pakaiannya dapat di duga bahwa pemuda ini seorang yang beruang, namun melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari keadaan tubuhnya dan kaki
tangannya, agaknya dia biasa dengan pekerjaan berat. Seorang petani atau
seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nelayan, pikir Swat Hong, kagum juga
memandang tubuh yang kokoh kuat itu. Pemuda itu tersenyum. Senyumnya lebar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlihatkan deretan gigi yang kokoh kuat
pula, senyum terbuka seorang yang berwatak jujur dan bersahaja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi sikapnya ketika mengangkat
kedua tangan di depan dada sebagai penghormatan, membuktikan bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah"makan sekolahan" alias
terpelajar, terbukti pula dari kata-katanya yang biarpun ringkas dan singkat
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi tetap sopan. "Maafkanlah,
Nona meninggalkan perahu begitu saja, aku merasa sayang dan membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meminggirkannya. Melihat gerakan Nona
ketika meloncat, jelas bahwa Nona berkepandaian tinggi. Aku ingin sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belajar kenal." Swat Hong
mengerutkan alisnya. Hatinya sedang tidak senang, karena selain kegagalannya
mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibu, juga perpisahanya dengan Sin Liong
setidaknya mendatangkan rasa gelisah di hatinya. Kini ada pemuda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat lancang ingin "belajar
kenal", sungguh menggemaskan. "Aku tidak membutuhkan perahu itu lagi,
dan aku tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peduli apakah kau meminggirkannya atau
hendak memilikinya, aku tidak minta bantuanmu. Tentang belajar kenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasanya hanya pedang, kepalan tangan
dan tendangan kaki saja yang mau belajar kenal dengan orang asing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lancang!" Sepasang mata lebar itu
terbelalak seolah-olah memandang sesuatu yang amat aneh, namun membayangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekaguman yang luar biasa. Dan memang,
di luar dugaan Swat Hong sendiri, sikap dan kata-katanya tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan rasa kagum yang amat besar
di dalam hati pemuda ini. Telah menjadi ciri khas pemuda ini yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengagumi sikap orang yang terbuka,
jujur, kasar dan tanpa pura-pura seperti sikap Swat Hong yang baru saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperlihatkan. "Ha-ha-ha-ha!"
Pemuda itu tertawa bergelak dan kedua matanya menjadi basah oleh air mata. Ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun ciri khasnya. Kalau dia tertawa,
air matanya keluar seperti orang menangis. Dengan punggung tangannya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar dan berotot dia menghapus air
matanya. "Nona hebat sekali! Ha-ha-ha , aku Kwee Lun selama hidupku baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang ini bertemu dengan seorang
nona yang begini hebat! Diantara seribu orang gadis, belum tentu ada satu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona, kalau sudi, perkenalkanlah aku
Swee Lin, biarpun jelek dan kasar bukanlah tidak terkenal. Ayahku adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pelaut biasa dan sudah
meninggal, demikian pula Ibuku. Aku anak pelaut akan tetapi sejak kecil aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah ikut kepada guruku. Guruku inilah
yang terkenal. Guruku adalah Lam Hai Sen-jin, pertapa yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkenal di dunia kang-ouw, dan kami
berdua tinggal di Pulau Kura-kura di laut selatan." Melihat sikap terbuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, geli juga hati Swat Hong. Kini dia
melihat jelas bahwa pemuda ini sama sekali tidak kurang ajar. Kasar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang, akan tetapi kekasaran yang
memang menjadi wataknya yang terbuka. Orang macam ini baik dijadikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabat, pikirnya. Akan tetapi harus
dibuktikan dulu apakah pemuda ini pantas menjadi sahabatnya, sungguhpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menurut pengakuannya dia murid seorang
pertapa yang namanya terkenal di dunia kang-ouw! Swat Hong tersenyum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aihh, engkau lebih pantas menjadi
seorang penjual jamu! Setelah engkau memperkenalkan semua nenek moyangmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadaku, dengan maksud apakah engkau
seorang pria minta perkenalan dengan seorang wanita?" Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya yang sangat lebat
seperti dua buah sikat ditaruh melintang di dahinya itu, dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeleng-geleng kepalanya.
"Memang, sebelumaku berangkat merantau, suhu berpesan dengan sungguh bahwa
aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak boleh mendekati wanita cantik
yang katanya amat berbahaya melebihi ular berbisa! Akan tetapi, biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona cantik sukar dicari cacatnya,
namun kepandaian Nona tinggi dan sikap Nona jujur menyenangkan. Aku ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersahabat, karena sekarang ini baru
pertama kali aku merantau seorang diri, aku membutuhkan seorang sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang pandai seperti Nona untuk memberi
petunjuk kepadaku. Untuk budi Nona ini, tentu aku akan berusaha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyenangkan hatimu." Swat Hong
makin terheran. Dia tidak tahu apakah pemuda ini pintar atau bodoh. Sikapnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbuka akan tetapi biarpun
kata-katanya teratur, ada bayangan ketololan. "Hemm, kau bisa apa sih?
Bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau bisa menyenangkan hatiku?"
Dia menyelidik. "Aku? Wah, aku bodoh akan tetapi kalau ada orang-orang
kurang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ajar kepadamu, tanpa Nona turun tangan
sendiri, aku sanggup menghajar mereka! Dia melonjorkan kedua lengannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kekar berotot itu. "Dan
jangan Nona sangsi lagi, biar ada lima puluh orang, aku masih sanggup
menghadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, kalau perlu dibantu sengan
senjataku kipas dan pedang. Kalau Nona senang sajak, aku banyak mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sajak kuno yang indah dan di waktu Nona
kesepian, aku dapat menghibur Nona dengan nyanyian! Aku suka sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bernyanyi." Hampir saja Swat Hong
tertawa geli orang yang kekar seperti seekor singa buas ini membaca sajak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bernyanyi dan senjatanya kipas?
Benar-benar seorang pemuda yang aneh, akan tetapi tentu saja dia belum mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percaya begitu saja. Sambil memandang
tajam dia berkata, "Hemm, kau bicara tentang pedang dan kipas sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata, akan tetapi aku tidak melihat
engkau membawa senjata apa-apa." Ahh, tunggu dulu, Nona. Aku memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengaja meninggalkanya di perahu!"
Setelah berkata demikian, Kwee Lun membalikan tubuhnya dan berlari cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali ke perahunya dan ketika dia
sudah kembali ke depan Swat Hong, benar saja dia telah membawa sebatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang yang sarungnya terukir indah dan
sebuah kipas bergagang perak yang diselipkan di ikat pinggangnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Mengapa baru sekarang kau
memperlihatkan senjata-senjatamu?" "Aih, kalau tadi aku membawa
senjata, tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menimbulkan dugaan yang bukan-bukan dan
untuk berkenalan dengan seorang gadis, bagaimana aku berani membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata? Tentu disangka perampok atau
bajak!" Mau atau tidak, Swat Hong tersenyum. Timbul rasa sukanya kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda kasar yang aneh ini.
"Betapapun juga, aku adalah seorang wanita dan engkau seorang pria, mana
mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi sahabat? Tidak patut dilihat
orang." Mata yang lebar itu kembali terbelalak penuh penasaran dan tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kirinya dikepalkan. "Apa peduli
katakata orang? Kalau ada yang berani mengatakan yang bukan-bukan tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuhancurkan mulutnya! Wanita adalah
seorang manusia, pria pun seorang manusia. Apa salahnya berkenalan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersahabat? Nona, aku Kwee Lun bukan
seorang yang berpikiran kotor, juga aku tidak akan sembarangan memilih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kawan! Aku kagum melihat Nona, maka
kalau Nona sudi, harap memperkenalkan diri." Swat Hong makin tertarik,
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi dia masih ragu-ragu apakah orang
ini patut dijadikan seorang teman. Biarpun lagaknya seperti jagoan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa tahu kalau kosong belaka?
"Kau bilang tadi murid seorang tosu yang terkenal?" "Ya, Suhu
Lam Hai Seng-jin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan tokoh yang paling terkenal di
daerah selatan!" "Kalau begitu, ilmu silatmu tentu lebih lihai
daripada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicaramu sepeti penjual jamu?"
"Ihhh, harap jangan mentertawakan! Biarpun tidak selihai Nona yang dapat
kulihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari gerakan meloncat dari perahu tadi,
akan tetapi masih tidak terlalu orang di dunia ini yang akan sanggup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalahkan Kwee Lun!" "Tidak
ada artinya kalau hanya disombongkan dan dibanggakan tanpa ada buktinya! Aku
juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak sembarangan memperkenalkan diri
kepada orang lain. Untuk membuktikan apakah kau patut menjadi kenalanku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cabut kedua senjatamu, dan coba kau
hadapi pedangku!" Sambil berkata demikian, Swat Hong sudah mencabut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya perlahan-lahan dan tampaklah
sinar pedang ketika sinar matahari menimpanya. "Akan tetapi,
Nona...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee Lun meragu. Biarpun dia tadi
menyaksikan betapa gesit dan ringannya tubuh nona itu melayang ke daratan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun dia tidak percaya apakah nona ini
mampu menandingi pedang dan kipasnya! "Tidak usah banyak ragu. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau tidak mau, pergilah dan jangan
menggangguku lebih lama lagi!" "Srat...!!" Pedang terhunus sudah
berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kanan Kwee Liu dan sarung
pedangnya dilempar ke atas tanah, sedangkan tangan kirinya sudah mencabut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kipas gagang perak yang telah
dikembangkan dan melindungi dadanya, adapun pedang itu dilonjorkan ke depan.
"Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah siap, Nona." Swat Hong
memang ingin sekali melihat sampai di mana kepandaian pemuda yang aneh ini, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanpa banyak kata lagi dia sudah
meloncat ke depan dan menggerakan pedangnya dengan hebat sekali. Pedang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya itu adalah pedang biasa saja,
akan tetapi karena yang menggerakan adalah tangan yang mengandung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenaga sinkang istimewa dari Pulau Es,
maka pedang itu lenyap bentuknya berubah menjadi gulungan sinar yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyilaukan mata dan tubuh dara itu
juga tertutup oleh gulungan sinar pedang saking cepatnya tubuh itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berloncatan. "Aihhh...!!"
Kwee Lun berseru keras dan cepat dia menggerakan pedang dan kipas. Memang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diduganya bahwa dara itu lihai sekali,
akan tetapi menyaksikan gerakan pedang yang demikian luar biasa, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi kaget, kagum, heran dan juga
gembira. Tanpa ragu-ragu dia lalu mengerahkan tenaga dan mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua ilmu silatnya untuk menandingi
dara yang mengagumkan hatinya ini. Seperti telah kita kenal di permulaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cerita ini ketika terjadi para tokoh
kang-ouw memperebutkan Sin Liong yang ketika itu dikenal sebagai Sin-tong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> (bocah ajaib), guru pemuda itu, Lam Hai
Seng-jin, adalah seorang tosu yang selain ahli dalam Agama To, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pandai bernyanyi, dan lihai sekali ilmu
silatnya. Namun terkenal sebagai pertapa atau pemilik Pulau Kura-kura<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di Lam-hai dan senjatanya yang berupa
hudtim dan kipas mengangkat tinggi namanya di dunia kang-ouw. Agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian itu telah diturunkan semua
kepada murid tunggalnya ini, namun tentu saja karena muridnya bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang tosu, senjata hudtim diganti
dengan pedang. Pedang dan kipas adalah senjata yang ringan, kini dimainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh kedua lengan Kwee Lun yang
mengandung tenaga gajah, tentu saja dapat dibayangkan betapa cepatnya kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata itu bergerak sampai tidak
tampak lagi sebagai senjata kipas dan pedang, melainkan tampak hanya gulungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinar yang berkelebatan dan saling
belit dengan sinar pedang di tangan Swat Hong. "Cringgg...!"
Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu berseru kaget dan pedangnya
mencelat ke atas terlepas dari tangannya. Swat Hong tersenyum. Dia tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menyaksikan bahwa ilmu pedang
pemuda itu cukup lihai, bahkan dalam hal kecepatan dan tenaga tidaklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalah banyak dibandingkan dengan
kepandaiannya sendiri. Adanya dia dapat membuat pemuda itu terlepas dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> waktu tiga puluh jurus, hanyalah karena
selain dasar ilmu silatnya lebih tinggi daripada pemuda itu, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyataan bahwa pemuda itu tidak mau
menyerangnya dengan sungguh-sungguh dan mendasarkan permainannya pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tingkat penguji dan berlatih saja.
Kalau pemuda itu merupakan lawan sungguh-sungguh, dia sendiri sangsi apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat merobohkannya dalam waktu
seratus jurus. "Wah, kau hebat sekali, Nona! Aku mengaku kalah!" Kwee
Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjura dan menyimpan kipasnya.
Suaranya bersungguh-sungguh, karena memang pemuda ini walaupun tadi tidak mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang sungguh-sungguh, namun dari
gerakan lawannya dia sudah dapat melihat bahwa dara itu benar-benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki ilmu silat yang amat aneh dan
amat kuat. "Aku terlalu rendah untuk menjadi sahabatmu."
"Kwee-twako,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau terlalu merendah. Ilmu kepandaianmu
hebat! Perkenalkanlah, aku bernama Hat Swat Hong...." Sampai di sini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu meragu karena dia masih sangsi
apakah dia akan memperkenalkan diri sebagai seorang puteri dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kerajaan Pulau Es yang asing dan yang
telah terbasmi habis oleh badai itu. "Ilmu pedang Nona hebat bukan main,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga amat aneh gerakannya, Selama
melakukan peratauan dengan Suhu, dan mendengar penjelasan Suhu, sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyaklah aku mengenal dasar ilmu silat
perkumpulan besar di dunia kang-ouw akan tetapi melihat gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya tadi, aku benar-benar tidak
tahu lagi, sedikit pun tidak mengenalnya. Maukah Nona Han Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperkenalkannya kepadaku?"
"Kwee-twako, sebenarnya aku akan merahasiakan keadaanku, Baru pertama kali
ini aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menginjak daratan besar dan aku tidak
ingin melibatkan diri dengan urusan di dunia kang-ouw, apa lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperkenalkan diriku. Akan tetapi
memang sudah nasib, begitu mendarat bertemu dengan engkau, dan sikapmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menarik hatiku, membuat aku tidak dapat
menyembunyikan diri lagi. Aku akan menceritakan keadaanku hanya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> satu janji darimu, Twako." Kwee
Lun memunggut pedangnya, mengikatkan sarung pedang di punggung lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membusungkan dadanya yang sudah
membusung tegap itu sambil menepuk dada dan berkata, "Nona Han...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kwee-twako, sekali mau mengenal
orang, aku tidak mau bersikap kepalang. Aku menyebutmu Twako (kakak), berarti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku sudah percaya kepadamu. Maka
janganlah kau masih bersikap sungkan menyebutku Nona. Namaku Swat Hong dan tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu kau menyebutku Nona seperti orang
asing." "Hemm, bagus sekali!" Kwee Lun bertepuk tangan dan
memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langit. "Bukan main! Aku
benarbenar berbahagia dapat memperoleh adik seperti engkau! Nah, Hong-moi (adik
Hong),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kauceritakanlah kepada kakakmu ini.
Ceritakan semuanya, kalau ada penasaran, akulah yang akan membereskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untukmu! Kakakmu ini sekali bicara
tentu akan dipertahankan sampai mati!" Diam-diam Swat Hong merasa girang
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kagum. Inilah seorang laki-laki sejati!
Seorang jantan! Sekaligus dia memperoleh seorang sahabat yang boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipercaya seorang kakak dan sebagai
pengganti seorang keluarga setelah dia kehilangan segala-galanya. Dia telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehilangan ibunya, ayahnya, keluarga
ayahnya, bahkan akhirnya dia kehilangan suhengnya dan dalam keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti itu tiba-tiba muncul seorang
seperti Kwee Lun! "Kwee-twako aku baru saja meninggalkan tempat tinggalku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tengah-tengah laut di sekitar
sana!" Dia menuding ke arah laut bebas. "Di manakah tempat tinggalmu
itu? Di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah pulau?" Swat Hong
mengangguk, masih agak ragu-ragu. "Pulau apa, Hong-moi?" "Pulau
Es..." "Hah...?" Benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja seperti dugaannya, nama Pulau Es
mendatangkan kekagetan luar biasa, bahkan wajah pemuda itu berubah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi agak pucat dan dia memandang dara
itu seperti orang melihat iblis di tengah hari! "Pulau... Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es...??" Seperti juga semua orang
di dunia kang-ouw, Pulau Es hanya didengarnya seperti dalam dongeng saja, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pangeran Han Ti Ong yang pernah
menggegerkan dunia kang-ouw disebut sebagai seorang dari Pulau Es, seorang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kepandaian seperti dewa! Dan
kini pemuda itu mendengar bahwa dara itu dari Pulau Es. "Kwee-twako!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jangan memandangku seperti memandang
siluman begitu...!" "Ohh... eh...., maafkan aku, Moi-moi! Hati siapa
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mau percaya? Akan tetapi aku percaya
padamu, Moimoi! Wah! aku percaya sekarang! Kau pantas kalau dari Pulau Es.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ilmu kepandaianmu luar biasa, bukan
seperti manusia lumrah. Mana ada gadis biasa mampu mengalahkan Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam beberapa jurus saja? Aku malah
bangga! Seorang penghuni Pulau Es menyebutku twako dan kusebut Moi-moi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ha-ha-ha-ha, Suhu tentu akan tercengang
saking kagetnya kalau mendengar ini!" Melihat pemuda itu petentang-<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> petenteng mengangkat dada seperti orang
membanggakan diri sebagai seorang sahabat baik penghuni Pulau Es, Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong menjadi geli hatinya.
"Hong-moi, engkau tidak tahu betapa bangga dan besarnya hatiku. Aihh,
sekali ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baru saja meninggalkan Suhu untuk
merantau seorang diri, aku telah bertemu dan dapat bersahabat denganmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Betapa bangga hatiku!" Swat Hong
terkejut. Baru teringat olehnya bahwa dia tadi belum melanjutkan syaratnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka cepat dia berkata, "Kalau
begitu, berjanjilah bahwa engkau tidak akan menceritakan kepada siapapun juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentang keadaan diriku, kecuali namaku
saja. Berjanjilah Twako!" Kwee Lun memandang kecewa. "Tidak
menceritakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada siapapun juga bahwa engkau
adalah penghuni Pulau Es? waaahhh... ini..." Tentu saja hatinya kecewa
karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hal yang amat dibanggakan itu tidak
boleh diceritakan kepada orang lain. Mana bisa dia berbangga kalau begitu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kwee Lun."tiba-tiba Swat
Hong berkata dengan lantang. "Hanya ada dua pilihan bagimu. Berjanji
memenuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permintaanku dan selanjutnya menjadi
sahabat baiku, atau kau tidak mau berjanji akan tetapi kuanggap sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang musuh!" "Wah-wah...
aku berjanji! Aku berjanji! Bukan karena takut kepadamu, Hong-moi, aku bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang penakut dan juga tidak takut
mati, akan tetapi karena memang aku merasa suka sekali kepadamu. Aku tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudi menjadi musuh! Nah, aku berjanji,
biarlah aku bersumpah bahwa aku tidak akan menceritakan kepada siapapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga tentang asal-usulmu, kecuali... hemm,
tentu saja kalau... kalau kau sudah mengijinkan aku. Siapa tahu..."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sambungnya penuh harap. Swat Hong
tersenyum lega. "Baiklah, Kwee-twako. Aku percaya bahwa engkau akan
memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teguh janjimu. Sekarang dengarlah
cerita singkatku dan kuharap kau suka membantuku. Aku adalah puteri dari Raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es..."
"Aduhhhh...." Kembali mata itu terbelalak dan kwee Lun segera
membungkuk, agaknya malah akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlutut! "Twako, kalau kau berlutut
atau melakukan hal yang bukan-bukan lagi, aku takan sudi bicara lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu!" Kwee Lun berdiri tegak
lagi. "Hayaaaa... siapa bisa menahan datangnya hal-hal yang mengejutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> secara bertubi-tubi ini? Baiklah, aku
taat... eh, benarkah aku boleh menyebutmu Moi-moi?" "Siapa bilang
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> boleh ! Aku hanya bekas puteri raja!
Ayahku telah meninggal dunia dan Ibuku..., ah, aku sedang mencari Ibuku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang pergi entah kemana. Kwee-twako,
aku tidak bisa menceritakan lebih banyak lagi. Yang penting kauketahui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya bahwa Ibuku telah berbulan-bulan
meninggalkan Pulau Es, entah ke mana perginya dan aku sedang mencarinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Juga aku telah saling berpisah dengan
Suhengku. aku sedang pergi merantau dan sekalian mencari Ibuku dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhengku." "Aku akan
membantumu!" Kwee Lun menggulung lengan bajunya yang memang sudah pendek
sampai kebawah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siku itu. "Jangan khawatir!"
"Terima kasih, Twako. Dan sekarang, engkau hendak ke manakah?"
"Sudah kukatakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi bahwa aku meninggalkan Pualu
Kura-kura untuk pergi merantau meluaskan pengalaman, sekalian memenuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permintaan penduduk kota Leng-sia-bun
yang berada tak jauh dari pantai ini." "Permintaan apa, Twako?"
"Beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang penduduk bersusah payah mencari
Suhu di Pulau Kura-kura, dan mereka mohon pertolongan Suhu untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghancurkan komplotan busuk yang
merajalela di kota ini. Suhu lalu memerintahkan aku pergi, dan sekalian aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diberi waktu setahun untuk merantau
sendirian. Kebetulan sekali aku bertemu denganmu di sini. Marilah kau ikut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersamaku ke Leng-sia-bun, tentu kau
akan gembira melihat keramaian ketika aku menghadapi komplotan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah selesai urusanku di sana,aku
menemanimu mencari Suhengmu dan Ibumu." Swat Hong mengangguk setuju. Lega<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga hatinya, karena kini ada seorang
teman yang setidaknya lebih banyak mengenal keadaan daratan besar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada dia yang asing sama sekali.
"Baik, Twako. Akan tetapi perutku...." "Eh, perutmu mengapa?
Sakit...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sakit.... lapar...!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee Lun tertawa-tawa bergelak dan Swat
Hong juga tertawa. Keduanya merasa lucu dan gembira karena mendapatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang teman yang cocok wataknya!
"Kalau begitu, tidak jauh bedanya dengan perutku! mari kita cepat pergi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Leng-sia-bun terdapat banyak makanan
enak!" "Tapi .... perahumu itu? Bagaimana kalau ada yang curi nanti
?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm, siapa berani mencurinya?
Lihat, bentuk perahuku itu. Bentuknya seperti seekor kura-kura, lengkap dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalanya dan ekornya. Melihat itu,
semua orang tahu bahwa itu milik Pulau Kura-kura, siapa berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggunya? Perahumu yang berada di
dekat perahuku juga aman." "Wah, kalau begitu nama Suhumu sudah terkenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali!" Memang, dan sekarang aku
akan membuat nama agar sama terkenalnya dengan nama suhu!" Berangkatlah
kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang muda itu menuju ke utara, melalui
sepanjang pantai itu lalu mendekati sebuah daerah pegunungan, menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota Leng-sia-bun yang letaknya tidak jauh
dari pantai laut, tak jauh dari muar sungai Huai. Kota Leng-sia-bun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan kota pantai yang ramai dan
padat penduduknya. Karena daerah ini merupakan daerah perdagangan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menampung datangnya hasil bumi dari
pedalaman untuk dibawa oleh perahu-perahu ke pantai laut yang lain, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan pasar besar pagi para
nelayan, maka penduduknya cukup makmur. Rumah-rumah besar, toko-toko,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hotel-hotel dan restoran-restoran
membuktikan kemakmuran kota itu. Akan tetapi, seperti biasa terjadi dimanapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga di penjuru dunia dan di jaman apa
pun, di kota Leng-sia-bun muncul juga manusia-manusia yang mempergunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesempatan untuk mencari keuntungan dan
menumpuk harta benda dengan cara yang tidak layak, tidak halal, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mempedulikan lagi nilai-nilai
kemanusiaan.Telah bertahun-tahun, di kota itu merajalela komplotan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipimpin oleh seorang hartawan bernama
Ciu Bo jin dan terkenal dengan sebutan Ciu- wangwe (Hartawan Ciu).<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebenarnya, tanpa diketahui oleh siapa
pun di kota itu, Ciu-wangwe adalah bekas seorang perampok tunggal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kepandaian tinggi. Setelah
rambutnya mulai putih dan dia berhasil mengumpulkan kekayaan, tinggallah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia di kota Leng-sia-bun menjadi
seorang pedagang. Mula-mula dia mendirikan sebuah rumah makan. Setelah rumah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makannya maju, dia membuka rumah judi
dan rumah penginapan. Tentu saja dia mengumpulkan bekas teman-temannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kalangan hitam untuk bekerja kepadanya
dan merangkap menjadi tukang pukul, akan tetapi Ciu-wangwe melarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keras kepada anak buahnya untuk
memperlihatkan sikap kasar dan sewenang-wenang karena dia maklum bahwa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan merupakan cara untuk mengumpulkan
kekayaan di sebuah kota. Dengan licin sekali, Ciu-wangwe mempengaruhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para pembesar kota itu dengan jalan
seringkali mengirimkan hadiah kepada mereka. Bahkan bukan uang saja yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dijadikan umpan untuk memancing ikan besar
dan menjinakan haimau, akan tetapi dia juga mempergunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita-wanita muda! Terkenallah hotel
dan rumah judi yang didirikan Ciu-wangwe karena kedua tempat ini juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan tempat berpelesir di mana
disediakan perempuan muda sebagai pelacur-pelacur kelas tinggi! Bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> restorannya juga amat laris karena
disitu bercokol pula beberapa orang pelacur cantik yang melayani para tamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makan minum dan memberi kesempatan
kepada para tamu sambil makan minum untuk colek sana sini! Biarpun banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penduduk Leng-sia-bun yang menjadi
korban judi, banyak rumah tangga berantakan, namun tidak ada orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mampu menyalahkan Ciu-wangwe karena
rumah judi, hotel dan restoran yang dibukanya adalah sah dan mendapat restu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serta perlindungan dari para pembesar
setempat. Bahkan secara terang-terangan, hampir semua pembesar di kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menjadi langganan Ciu-wangwe.
Mereka yang gemar berjudi menjadi langganan pokoan ( tempat judi) di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dapat berjudi apa saja sepuasnya
dan tentu saja dalam melayani para pembesar berjudi, orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepercayaan Ciuwangwe tidak berani main
curang, tidak seperti jika melayani umum di situ dilakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecurangankecurangan yang menjamin
kemenangan bagi si bandar judi. Bagi para pembesar yang senang pelesir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan wanita, mereka mendatangi likoan
(hotel) di mana tersedia kamar yang mewah berikut pelacurnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal pilih dan mereka memperoleh
pelayanan istimewa! Bagi yang mengutamakan lidah dan mulut, tersedia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> restoran yang menyediakan atau mengirim
arak wangi dan masakan lezat! Kesewenang-wenangan Ciu-wangwe tidaklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak atau terasa secara langsung oleh
penduduk. Hanya apabila ada orang berani mendirikan tempat judi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> restoran atau hotel baru yang menyaingi
perusahannya, maka diam-diam tukang pukulnya akan bertindak dan memaksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> si pemilik perusahan itu untuk menutup
pintu dan menurunkan papan nama perusahan! Boleh orang lain membuka akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi harus kecil-kecilan dan mengirim
"pajak" sebagai penghormatan kepada Ciu-wangwe! Akan tetapi, beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bulan belakangan ini terjadilah
kegemparan-kegemparan di daerah kota Leng-sia-bun. Kegemparan yang terasa oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaum pria yang doyan pelesir di
restoran dan hotel milik Ciuwangwe. Hanya bedanya, kalau kegemparan para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penduduk dusun disertai tangis, adalah
kegemparan di hotel-hotel itu diiringi suara ketawa gembira sungguhpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di malam hari juga mengakibatkan tangis
mnyedihkan. Apakah yang terjadi di kedua tempat itu? Di kota<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Leng-sia-bun, di dalam hotel milik
Ciuwangwe, kini seringkali terdapat "barang baru", yaitu
pelacur-pelacur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda yang baru, dan daun-daun muda
seperti ini paling disuka oleh bandot-bandot tua yang tidak segan-segan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuang uang sebanyaknya untuk memetik
daun-daun muda itu! dan di dalam tempat-tempat rahasia di belakang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hotel, di dalam kamar-kamar gelap
sering kali terjadi hal yang mengerikan di mana seorang gadis remaja dipaksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dicambuki, disiksa sampai mereka
itu terpaksa menyanggupi untuk dijadikan pelacur dan melayani kaum pria!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan sekali dara remaja ini melayani
seorang tamu, segala akan berjalan lancar dan beberapa bulan kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perempuan remaja itu akan menjadi
seorang pelacur kelas tinggi yang dijadikan rebutan! Pada waktu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersamaan, terjadi geger di dusun-dusun
di sekita daerah itu. Banyak terjadi pembelian gadis-gadis muda, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak terjadi penculikan dan
perampokan secara terang-terangan dilakukan oleh gerombolan perampok ganas!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Keluarga gadis ini melakukan
penyelidikan dan mereka akhirnya dapat menemukan anak gadis mereka di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Leng-sia-bun, dalam keadaan yang
menyedihkan karena sudah menjadi pelacur-pelacur! Ada yang lenyap sama sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan ada yang terlunta-lunta sebagai
seorang wanita gila! Mereka ini adalah gadis-gadis yang berkeras tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mau menjadi pelacur. ada yang disiksa
sampai mati, dan ada yang diperkosa dan akhirnya menjadi gila! Tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak di antara mereka yang melapor
kepada pembesar di Leng-sia-bun, akan tetapi mereka itu malah dimaki-maki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dianggap menghina Ciu-wangwe.
Dikatakan bahwa anak mereka menjadi pelacur, hal ini adalah orang tua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka yang tidak tahu malu dan tak
dapat mendidik anak, sekarang ada Ciu-wangwe yang menampung mereka sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak kelaparan, mengapa mereka itu
malah melapor dan menuntut Ciu-wangwe? Mereka melaporkan bahwa anak gaisnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di culik orang yang ternyata anak gadis
mereka itu tahutahu telah menjadi pelacur di hotel milik Ciu-wangwe,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malah dijatuhi hukuman rangket karena
menghina Ciu-wangwe, dan pelaporan mereka itu dianggap fitnah karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada bukti bahwa anak mereka
diculik! Memang ada saja jalan dan alasan para penegak hukum yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperbudak oleh harta yang mereka
terima dari Ciu-wangwe itu, disamping suguhan anak-anak perawan hasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penculikan! Untuk melakukan penculikan
sendiri, tentu saja para pembesar ini merasa malu. Kini ada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menculikan untuk mereka, hati siapa
yang takkan senang? Karena sudah merasa tersudut dan tidak berdaya lagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya mereka teringat akan nama
besar Lam-hai Seng-jin, Majikan pulau kura-kura yang terkenal sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pertapa yang suka menolong
kesukaran orang lain yang memerlukan pertolongan. Terutama sekali mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mempunyai anak perempuan dan yang
merasa gelisah kalau-kalau pada suatu malam akan tiba giliran mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> didatangi penculik yang akan melarikan
anak mereka, segera bermufakat untuk mita pertolongan pertapa itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya berangkatlah serombongan orang
menuju ke pulau Kura-kura. Lam-hai Seng-jin menerima pelaporan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan merasa kasihan, maka dia mengutus
murid tunggalnya yang sudah mewarisi ilmu kepandaiannya untuk mewakilinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelidiki dan memberi hajaran kepada
komplotan penjahat itu. Juga dia memberi ijin kepada muridnya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
merantau selama satu tahun. Setelah memberi banyak nasihat, berangkatlah
Kwee Lun seorang diri naik perahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menuju ke daratan besar dan tanpa
disangkanya, dia telah berjumpa dengan Han Swat Hong puteri kerajaan Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es! Pada hari itu kota Leng-sia-bun
sibuk seperti biasa. Keadaan tetap ramai dan biasa seperti tidak terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesuatu dan seperti tidak akan terjadi
sesuatu. Tidak ada seorang pun yang tahu, di antara sebagian besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penduduk yang memang tidak memikirkan lagi,
bahkan malam tadi telah terjadi seperti biasa, yaitu pemerkosaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara-dara culikan baru seperti
seklompok domba disembelih, dan tidak ada pula yang tahu bahwa pagi hari itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul dua orang yang akan mendatangkan
perubahan besar di kota itu, menimbulkan geger yang akan menggemparkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota dan akan menjadi bahan cerita
sampai bertahun-tahun lamanya. Setelah menyelidiki di mana letaknya rumah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makan milik Ciu-wangwe, Kwee Lun
mengajak Swat Hong mendatangi rumah makan itu. Sebuah rumah makan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangunannya indah dan besar, dengan cat
baru dan di depan rumah makan terdapat tulisan dengan huruf besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "RUMAH ARAK" yang berarti
restoran. "Hong-moi, engkau lapar bukan? Mari kita makan dan minum di
sini." Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong memandang heran. Bukankah ini
rumah makan milik Hartawan Ciu yang menjadi pemimpin komplotan penjahat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kota ini yang akan dibasmi Kwee Lun?
Dia memandang dan melihat mata pemuda itu bersinar, kemudian Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memejamkan sebelah mata penuh arti.
Swat Hong tersenyum geli. Mengertilah dia kini. Pemuda itu hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajaknya makan sampai kenyang lebih
dulu sebelum turun tangan. Dan memang dia merasa lapar sekali! "Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak bisa bekerja tanpa makan lebih dulu,"
pemuda itu berkata lirih ketika mereka memasuki rumah makan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong tersenyum-senyum. Sepagi itu,
rumah makan sudah terisi setengahnya oleh mereka yang beruang, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rumah makan ini terkenal sebagai rumah
makan mahal. Dua orang pelayan, pria dan wanita, yang wanita masih muda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan genit, dengan wajah yang ditutup
warna putih dan merah yang tebal seperti tembok dikapur dan digambar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambut mereka dengan sikap manis.
Kwee Lun dan Swat Hong diantar ke sebuah meja kosong di sudut dan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara lantang Kwee Lun memesan makanan
dan minuman yang paling lezat, dalam jumlah banyak sekali. Para pelayan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi terheran-heran mendengar
pesanan masakan yang pantasnya untuk menjamu sepuluh orang! Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat sikap kasar dari pemuda tinggi
besar itu, pula melihat dua batang pedang dan kipas yang diletakan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas meja, mereka tidak berani banyak
cakap dan melayani mereka. Diam-diam seorang pelayan memberi tahu kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala tukang pukul yang berada di dalam. Dua
orang tukang pukul yang berpakaian biasa, dan dengan sikap biasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula, keluar dari dalam dan berjalan
lewat dekat meja Kwee Lun dan Swat Hong. Kedua orang tidak perduli dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpura-pura tidak melihat. Juga Swat
Hong melanjutkan makan sambil kadang -kadang tersenyum geli menyaksikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa temannya itu makan dengan
lahapnya. Dia belum menghabiskan setengah mangkok, Kwee Lun sudah menyapu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersih lima mangkok. Ketika dua orang itu
lewat, Swat Hong hanya melirik sebentar dan mengerahkan ilmu sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telinganya terbuka dan dapat menangkap
dengan ketajaman luar biasa ke arah kedua orang itu yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjalan-jalan di ruangan itu,
seolah-olah sedang memriksa dan kadang-kadang membenarkan letak kursi dan meja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kosong. "Aku tidak mengenal
mereka," terdengar yang kurus pucat berkata. "Tapi gadis itu
hebat....," kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang ke dua yang pendek dan berperut
gendut. "Kalau dia bisa didapatkan, tentu Loya (Tuan Tu) akan memberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak hadiah kepada kita."
"Hushh... apa kau mau menyaingi pekerjaan Tian-ci-kwi (Setan Berjari
Besi)?" "Ah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa tahu, dengan cara halus bisa
mendapatkan dia...." "Tapi pemuda itu kelihatan jantan!"
"Huh, takut apa?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Orang kasar seperti itu...."
"Tapi jangan memancing keributan, Lote, kita nanti tentu dimarahi
Loya." "Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak bodoh, mari kita pergunakan cara
halus. Lihat, mereka telah selesai makan. Raksasa itu makannya melebihi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> babi!" Swat Hong yang sedang minum
hampir tersedak karena geli hatinya mendengar temannya yang gembul itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dimaki seperti babi. Akan tetapi Kwee
Lun agaknya tidak mempedulikan sesuatu dan tidak melakukan penyelidikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti Swat Hong, tidak mendengar
makian itu dan mengelus-elus perutnya yang kenyang. Dia kelihatan puas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali telah dapat makan minum
secukupnya di dalam restoran itu. Pada saat itu dua orang tukang pukul tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menghampiri mereka. Yang kurus
pucat sudah menjura sambil berkata, "kami mewakili Ciu-wangwe pemilik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> restoran ini menghaturkan selamat
datang kepada Jiwi." Sebelum Kwee Lun yang terheran-heran menjawab, Si
Gendut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendek sudah menyambung sambil
menyeringai dalam usahanya untuk tersenyum ramah. "Tentu Jiwi datang dari
jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan lelah. Majikan kami juga memiliki
hotel yang paling besar, paling bersih dan paling baik di kota ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> letaknya di sebelah kiri rumah makan
ini. Jiwi akan dapat mengaso dengan enak di hotel kami dan kalau Loya kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar bahwa Jiwi adalah tamu dari
jauh, tentu biayanya akan diberi potongan separuhnya." Kwee Lun sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerutkan alisnya, mukanya merah dan
dia seakan-akan memperoleh kesempatan mulai beraksi. "kalian berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggu kami yang sedang
makan?" Mendadak kakinya tertendang ujung kaki Swat hong dan ketika dia
memandang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia melihat isyarat dalam sinar mata
gadis itu, maka dia hanya mengerutkan alis dan tidak melanjutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata-katanya. Swat Hong sendiri segera
berkata kepada dua orang itu dengan suara ramah dan sikap manis, "Kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguh ramah, tentu majikan kalian
adalah seorang yang mengenal pribudi. Baik, kami memang hendak bermalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barang dua hari di kota ini. Akan tetapi
melihat keramahan kalian, aku ingin bertemu dengan majikan kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menghaturkan terima kasih."
Dua orang itu saling pandang. "Marilah kami antarkan Nona dan Tuan agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh kamar yang paling baik di
hotel, kemudian kami akan melapor kepada majikan kami...." "Tidak
usah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> repot-repot!" Swat Hong berkata
cepat. "Temanku ini masih hendak melanjutkan makan minum....heiii! Pelayan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tambah araknya! Biarlah saya yang
menemui majikan kalian dan memilih kamar di hotel sebelah. Kami sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar tentang kebaikan hati majikan
kalian dari pembesarpembesar di kota ini, dan kami memang ingin minta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pekerjaan. Aku ingin bekerja apa saja
yang pantas dan temanku itu.... dia tentu bisa menjadi seorang penjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keselamatan. Dapat dibayangkan betapa
girangnya hati kedua orang itu. Sudah terbayang di depan mata betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka akan menerima pujian berikut
hadiah dari Ciu-wangwe. Seorang nona begini cantik jelita seperti bidadari,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanpa susah payah datang sendiri ke
depan mulut, tinggal membuka mulut dan mencaplok saja! Ciuwangwe tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senang sekali, bukan untuk hartawan itu
sendiri yang kesenangannya bukan memeluk wanita cantik, melainkan untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyenang hati para pembesar setempat.
Ciu-wangwe sendiri kesenangannya hanya satu, yaitu uang dan kedudukan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bagus sekali kalau begitu, Nona!
Kebetulan pada saat ini Ciu-wangwe sedang menjamu pembesar yang paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhormat di kota ini. Mereka sedang
berpesta di ruangan belakang hotel kami. Mari kami antar Nona ke sana!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tidak usah, kalian di sini saja
melayani temanku!" Sambil berkata demikian Swat Hong sudah bangkit berdiri
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat laksana kilat kdua tangannya
bergerak seperti seorang wanita yang menepuk-nepuk pundak kedua orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ramahnya, akan tetapi dapat
dibayangkan betapa kaget rasa hati kedua orang tukang pukul itu ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba tubuh mereka menjadi lemas
dan kaki tangan mereka tak dapat digerakan lagi. "Ha-ha, duduklah kalian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mari temani aku minum arak!" Kwee
Lun yang dapat melihat gerakan temannya itu cepat bangkit berdiri, kakinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak dan kedua lutut mereka telah
terkena tendangan ujung sepatunya sehingga terlepas sambungannya. Sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum Kwee Lun sudah mendudukan
mereka di atas bangku di kanan kirinya! Para tamu hanya melihat empat orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu seperti beramah tamah, maka mereka
tidak tertarik lagi, hanya tertarik kepada Swat Hong yang memang sejak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi telah menjadi perhatian pandang
mata para tamu pria yang berada di dalam restoran. Mereka menahan napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat dara cantik jelita itu dengan
langkah gontai meninggalkan restoran, membawa dua batang pedang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah kipas, "Aku pinjam dulu
ini!" kata Swat Hong tadi kepada Kwee Lun yang hanya memandang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terheran-heran melihat kedua senjatanya
dibawa pergi oleh Swat Hong. "Agar kau tidak kesalahan membunuh
orang!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata pula Swat Hong dan Kwee Lun
tersenyum. Kiranya gadis itu tidak ingin melihat dia membunuh orang, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengaja membawa pergi kedua senjatanya.
Di dalam hatinya dia mentertawakan Swat Hong. Apakah tanpa kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata itu kaki dan tanganku tidak
mampu membunuh orang? Pula, apakah dia seekor harimau yang haus darah?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biarlah, pikirnya. Gadis itu masih
belum percaya kepadanya, dan dia akan memperlihatkan kelihaianya tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bantuan senjata. Sambil tertawa-tawa
kepada dua orang tukang pukul yang duduk seperti boneka dan tak mampu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak itu, Kwee Lun melanjutkan
minum arak. Karena hawa mulai panas disebabkan oleh hawa arak, pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa ini melepaskan kancing bajunya
sehingga tampak rambut halus ditengah dadanya yang bidang dan kokoh kuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Tiba-tiba seorang pelayan
menghampiri meja Kwee Lun. pelayan ini tadi melihat ketidak wajaran pada kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tukang pukul yang duduk berhadapan
dengan pemuda itu. Mengapa mereka tidak bergerak-gerak dan duduk dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemas, dan ketika dia bertemu pandang,
tukang pukul yang gendut pendek itu mengejapkan mata kepadanya sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kedua mata tukang pukul kurus
pucat itu keluar dua titik air mata. Maka dia cepat menghampiri dan melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari dekat. "mau apa kau?
pergi!" Kwee Lun membentak dan pelayan itu kaget sekali, lalu lari pergi
masuk ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam untuk melaporkan keanehan itu
kepada kepala tukang pukul yang lain. Kwee Lun bukanlah seorang yang bodoh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan maklum bahwa pelayan itu telah
melihat keadaan dan tentu akan melapor ke dalam. Maka dia memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekeliling dan mencari akal. Ketika dia
melihat segulung tambang yang besar dan kuat, timbullah akalnya. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bangkit berdiri, melangkah lebar ke
dekat meja pengurus, menyambar gulungan tambang itu dan berkata dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara lantang yang ditujukan kepada
para tamu yang duduk di ruangan restoran itu, "Semua orang yang berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam restoran ini harap lekas pergi!
Restoran ini akan ambruk!" Kemudian sekali melompat tubuhnya telah berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di luar restoran. Di ikatkan ujung
tambang ke pilar di depan, pilar yang ikut menyangga atap, kemudian dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa ujung tambang yang lain ke
jalan depan restoran. Dengan memegang ujung tambang, mulailah pemuda raksasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini menarik tambang, melalui atas
pundak kanannya yang menonjolkan otot besar yang amat kuatnya. Tambang besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menegang, kemudian terdengar suara
berkerotok. Orang-orang sudah mulai lari keluar rumah makan itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka ada yang ketawa-tawa geli
menyaksikan pemuda itu menarik tambang. Tentu pemuda itu sudah mabok, pikir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka. Mana mungkin merobohkan
bangunan yang besar itu dengan cara demikian? Menarik tambang yang diikatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada pilar yang demikian besar dan
kuatnya. Kalau tidak mabok tentu sudah gila! Memang membutuhkan tenaga gajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk dapat menumbangkan pilar yang
sedemikian kokohnya. Kwee Lun mengerahkan tenaga, matanya terbelalak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahinya penuh keringat dan mulutnya
mengeluarkan gerengan yang langsung keluar dari dalam pusarnya, seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya menarik tambang dengan
pemusatan perhatian dan tenaga. "Krakkk....!" Pilar yang kokoh kuat
itu patah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengahnya! Orang-orang berteriak kaget
dan mulai berlari-lari ketakutan. Terdengar bunyi hiruk pikuk ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya, atap rumah makan itu runtuh
ke bawah dan menyusul debu mengebul tinggi dibarengi teriakan-teriakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan dari dalam di mana masih
banyak pekerja restoran itu yang teruruk. Di antara suara hiruk pikuk ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara ketawa dari Kwee Lun
yang masih memegang tamban besar itu di kedua tangannya. Tali besar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah terlepas dari pilar dan kini
menjadi senjata di kedua lengan yang dilingkari otot itu. Tempat itu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi dan biarpun banyak sekali
penduduk kota yang berlari-larian datang, mereka hanya menonton dari jauh saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada yang berani mendekati
restoran yang sudah runtuh itu. Belasan orang tukang pukul datang berlarian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari belakang restoran yang roboh dan
dari rumah judi yang berada di sebelah kanan restoran. "Itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orangnya....!" Seorang pelayan
restoran yang berhasil menyelamatkan diri menuding ke arah Kwee Lun.
"Tangkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjahat....!"
"Serbu....!" "Bunuh....!" Lima belas orang tukang pukul
dengan bermacam senjata di tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, belari-lari datang menyerbu dan
mengurung Kwee Lun. Pemuda ini masih tersenyum lebar, tali tambang tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih melingkar-lingkar di kedua
lengan, kdua kakinya terpentang lebar dan sikapnya gagah sekali, membuat lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belas orang tukang pukul itu merasa
gentar dan ragu-ragu untuk mendahului maju menyerang. Seorang yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meruntuhkan sebuah bangunan seperti
restoran itu, sudah jelas memiliki tenaga gajah! Apalagi melihat sikap yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian gagah. "Ha-ha-ha, hayo
majulah! Mengapa ragu-ragu? Hayo keroyoklah aku! Memang aku datang untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membasmi komplotan yang merajalela di
Leng-sia-bun. Kalian ini anak buah si keparat Ciu Bo Jin, bukan? Mana itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hartawan Ciu jahanam, si penculik gadis
orang! Suruh dia keluar, biar kuhancurkan kepalanya!"
"Serbu....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kepala tukang pukul, seorang she Ma
yang juga memiliki ilmu kepandaian tinggi dan menjadi tangan kanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ciu-wangwe, berseru setelah diam-diam
dia mengutus seorang anak buahnya untuk melaporkan kepada Ciu-wangwe di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hotel, dan seorang anak buah lagi
disuruh minta bala bantuan di markas keamanan! Tiga belas orang tukang pukul,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipimpin oleh Ma Siu menyerbu dengan
senjata mereka. Akan tetapi, Kwee Lun tertawa bergelak dan begitu kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lengannya bergerak, tali besar yang
panjang menyambar dan menjadi gulungan sinar yang besar panjang. Setiap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjata pengeroyok yang terbentur tali
itu terlepas dari pegangan pemiliknya sehingga terdengarlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teriakan-teriakan kaget karena dalam
segebrakan saja, lima orang tukang pukul kehilangan senjata mereka dan dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang lagi terpelanting roboh dan tak
dapat bangun kembali karena tulang punggung dan tulang iga mereka patah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh hantaman tambang! Ma Siu menjadi
marah sekali dan dengan nekat dia bersama sisa anak buahnya menyerbu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghujankan senjata mereka kepada Kwee
Lun. Namun pemuda Pulau Kura-kura ini sambil tertawa melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlawanan seenaknya. Teringat dia oleh
perbuatan Swat Hong yang menyingkirkan pedang dan kipasnya, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andaikata dia menggunakan dua senjata
itu, agaknya sekarang semua tukang pukul sudah roboh kehilangan nyawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka! Dan dia tahu bahwa biang keladi
semua kejahatan adalah orang She Ciu, adapun para tukang pukul ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya orang-orang yang mencari nafkah
mengandalkan ilmu silat mereka! Biarpun cara mencari nafkah dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi tukang pukul adalah perbuatan
sesat yang menimbulkan kekejaman, namun andaikata tidak ada Hartawan Ciu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjadi sumber maksiat, agaknya
mereka tidak akan berani mengacaukan sebuah kota besar seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Leng-sia-bun. Diam-diam dia membenarkan
tindakan Swat Hong dan teringat dia akan nasehat suhunya bahwa di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perantauannya, dia tidak boleh
sembarangan membunuh orang! Sementara itu, di dalam hotel juga terjadi
keributan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat. Dengan dua batang pedang
tergantung di punggung dan kipas gagang perak di tangan, Swat Hong memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hotel besar di sebelah kiri restoran.
Gedung yang lebih megah dan besar daripada restoran itu. Dengan sikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang dia berjalan menaiki anak tangga
di depan hotel. Beberapa orang pelayan segera menyambutnya dengan wajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseri. Biarpun dara ini membawa
pedang di punggung namun kecantikannya yang luar biasa menyenangkan hati para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelayan. "Apakah Nona mencari
kamar,?" tanya seorang pelayan dengan senyum manis. "Bukan mencari
kamar, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi aku mencari Ciu-wangwe,"
jawab Swat Hong tanpa memperdulikan senyum itu. Wajah para pelayan itu berubah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pandang mata mereka membayangkan
kecurigaan, "Tidak semudah itu mencari Loya, Nona,. Pula, kami tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dimana adanya Ciu-wangwe sekarang
ini...." kata seorang di antara mereka dengan suara hati-hati.
"Aihhh, kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak perlu membohong lagi. Aku
mengenal Ciu-wangwe dan kedatanganku adalah atas undangannya. Aku tahu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia sedang menjamu kepala Daerah di
ruangan belakang hotel ini, bukan? Kalau kalian tidak membawaku menemuinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang juga, bukan hanya dia akan
marah kepada kalian, akan tetapi aku pun akan kehabisan sabar!" Mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, para pelayan itu saling pandang,
lalu seorang di antara mereka memanggil tukang pukul. Dua orang tukang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukul datang berlari. Mereka adalah
bekas-bekas perampok yang tentu saja dapat menduga bahwa wanita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentulah seorang kang-ouw, maka mereka
segera memberi hormat dan bertanya, "Ada urusan apakah Lihiap hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu dengan Ciu-wangwe?" Swat
Hong memandang tajam dan mengambil sikap marah. Eh, pangkat kalian di sini apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sih berani bertanya-tanya urusan antara
aku dan Ciu-wangwe? Lekas bawa aku menemuinya!" "Tapi... tapi....
Loya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedang menjamu Tai-jin, tidak boleh
diganggu!" "Siapa mau mengganggu? Aku justru datang memenuhi
panggilannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk meramaikan pesta! Kalau dia
marah, biar aku yang tanggung jawab, akan tetapi kalau kalian berani menolak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku, dia akan marah kepada
kalian!" Dua orang tukang pukul itu saling pandang, kemudian mereka
berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Baiklah mari kami antarkan Lihiap
ke dalam." Mereka telah mengambil keputusan dengan isyarat mata untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengawal dan menjaga wanita cantik ini.
Kalau wanita ini mempunyai niat buruk, masih belum terlambat untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobohkannya. Siapa tahu, melihat
kecantikannya yang luar biasa, sangat boleh jadi kalau dia ini adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang yang dikenal oleh Ciu-wangwe dan
benar-benar dipesan datang untuk menghibur pembesar! Dengan langkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang sambil mengipasi lehernya dengan
kipas gagang perak, Swat Hong diiringkan dua orang tukang pukul itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui gang yang berliku-liku, melalui
kamar-kamar di mana terdapat wanitawanita cantik yang rata-rata wajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> layu dan bermata sayu, ada yang duduk
sendiri, ada pula yang sedang berduaan dengan seorang tamu pria karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara ketawa laki-laki di
dalam kamar itu, kemudian tibalah mereka di ruangan belakang yang luas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjaga oleh belasan orang prajurit
pengawal yang bercampur dengan para tukang pukul. Ketika mereka bertiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul, tentu saja para penjaga dan
pengawal itu memandang Swat Hong dengan penuh perhatian. Dua orang tukang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukul itu agaknya bangga dapat mengawal
nona cantik jelita ini maka sambil mengacungkan ibu jari, mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Barang baru! Pesanan
khusus!" Maka tertawa-tawalah para pengawal dan tukang pukul itu memasuki
pintu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar yang menembus ke dalam ruangan.
Karena mereka yang duduk mengitari meja besar terdiri dari belasan orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpakaian serba indah dan
masing-masing dilayani dan dirubung wanita-wanita muda dan cantik, Swat Hong
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mau bertindak sembrono. Dia tidak tahu
siapa Ciu-wangwe dan yang mana pula kepala daerah, maka dia menanti dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan dua orang tukang pukul itu
melapor. Akan tetapi sebelum kedua orang yang sudah menjura penuh hormat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sempat membuka mulut, seorang yang
berpakaian serba biru, berusia lima puluh tahun, bertubuh tinggi kurus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan matanya besar sebelah, telah
bangkit berdiri dan membentak, "Haii! Mengapa kalian lancang....?"
Dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjutkan ucapannya karena matanya
telah dapat melihat Swat Hong dan kini dia memandang heran. Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah melangkah ke dalam, mendekati
meja lalu bertanya kepada laki-laki berpakaian biru itu, "Apakah aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhadapan dengan Ciu-wangwe?"
Laki-laki itu memang benar Ciu Bo Jin. Dia merasa curiga sekali, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia mengandalkan ilmu
kepandaiannya sendiri, pula dia berada di tempatnya sendiri yang terjaga oleh
para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak buahnya, bahkan disitu terdapat
pula pasukan pengawal Gu-taijin, maka sambil tersenyum lebar dia melangkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maju dan berkata, "Benar, aku
adalah orang she Ciu yang kau cari. Nona siapakah dan .... heiiittt...."
Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat mengelak ke kiri ketika melihat
nona cantik itu sudah menerjang maju, menggunakan tangan kirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram ke arah pundaknya. Gerakan
Ciu-wangwe cukup cekatan dan memang dia telah memiliki ilmu kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi. Akan tetapi sekali ini dia
berhadapan dengan seorang dara perkasa yang luar biasa lihainya, maka baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja dia mengelak, tahu-tahu ujung
gagang kipas terbuat dari perak itu telah menotok jalan darah di punggungnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia terpelanting roboh dengan tubuh
lemas! Peristiwa ini terjadi sedemikian cepatnya sehingga tidak terduga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali, maka terjadilah keributan
hebat. Seorang yang tubuhnya gendut dan mukanya merah sekali, agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah mabok, bangkit berdiri dengan
tiba-tiba sehingga dua orang pelacur cantik yang tadinya duduk di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua pahanya terpelanting jatuh sambil
menjerit. Orang ini berpakaian mewah dan sikapnya agung-agungan, sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri dia berseru, "Hai...
pengawal....! Tangkap pengacau...!!" Pintu depan terbuka dan para pengawal
serta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tukang pukul berlompatan masuk. Swat
Hong girang sekali karena dia dapat menduga bahwa Si Gendut itulah tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjadi kepala daerah, orang she
Gu yang diperalat oleh Ciu-wangwe. Maka dia sudah meloncat ke dekat orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, mencabut pedangnya dan menempelkan
pedang telanjang di leher Gu-taijin sambil menghardik, "Gu-taijin!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cepat kau menyuruh mundur semua
orangmu! Kalau tidak, pedang ini akan menyembelih lehermu!" Swat Hong
menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> geli hatinya melihat tubuh yang gendut
itu menggigil semua dan dia menahan jijiknya karena terpaksa menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kanan mencengkeram leher baju.
Apalagi ketika melihat betapa lantai di bawah pembesar gendut ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba menjadi basah, tersiram air
yang membasahi celana, dia makin jijik. Ingin dia membacokkan pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja agar manusia tiada guna ini tewas
seketika kalau saja dia tidak teringat bahwa jalan satu-satunya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu Kwee Lun membereskan urusannya
hanyalah menangkap pembesar ini hidup-hidup. Biarpun manusia gendut ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada gunanya, akan tetapi manusia
yang bagaimana pun pengecut dan lemahnya, sekali menduduki pangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar, menjadi seorang yang
sewanang-wenang dan jahat! Makin pengecut dan makin rendah watak orang itu
makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> celakalah kalau dia memperoleh
kedudukan tinggi, karena kerendahan akalnya akan membuat dia makin jahat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempergunakan kekuasaannya yang
kebetulan melindunginya. "Am... ampun...!" Gi-taijin dengan sukar
sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan suara. Mendengar betapa
lehernya akan disembelih, apalagi disembelih berlahan-lahan dan sedikit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demi sedikit, membayangkan betapa
lehernya akan terasa perih dan nyeri, berlepotan darah, betapa dia akan mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan meninggalkan semua kemewahan dan
kesenangan hidupnya, hampir dia pingsan! "Suruh mereka mundur...!"
Kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong membentak dan tangan kirinya
mencengkeram tengkuk. "Ouwwhhh...!" Pembesar itu menjerit, mengira<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengkuknya disembelih, padahal hanyalah
jari-jari saja yang mencengkeramnya. "Heii, mundur kalian! Tolol semua!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mundur kataku, dan jangan membantah... Li...
Lihiap...!" Para pengawal menjadi bingung dan dengan muka pucat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mata terbelalak lebar mereka mundur
sambil memandang penuh kesiapsiagaan. Pada saat itu, seorang tukang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukul telah berhasil membebaskan
totokan Ciu-wangwe dan kini hartawan itu dengan marahnya berteriak kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tukang pukulnya, "Cepat serbu
iblis betina itu....!" Swat Hong kembali mencengkeram tengkuk Gu-taijin.
"Suruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahanam Ciu itu menyerah!"
"Ouughh... Ciu-wangwe... jangan...! jangan melawan....!" Ciu-wangwe
yang melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa kepala daerah itu telah
ditangkap, sejenak menjadi bingung sekali. Akan tetapi tentu saja dia tidak
sudi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerah dan pada saat itu terdengar
suara hiruk pikuk di sebelah luar hotel. Tahulah Swat Hong bahwa Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu telah turun tangan pula mulai
bereaksi, maka dia berkata, "Orang she Ciu! Kejahatanmu berakhir di hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini juga!" Selagi Ciu-wangwe
kebingungan, tiba-tiba datang seorang tukang pukulnya dari luar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak-teriak, "Celaka...
Loya.... ada orang merobohkan restoran kita....!" Akan tetapi orang ini
terbelalak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang ke dalam dengan muka pucat.
Dia melihat kepala daerah berada dalam cengkeraman wanita cantik itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat Ciu-wangwe berdiri bingung.
Mendengar ini, Ciu-wangwe menjadi kaget dan mengira bahwa tentu banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh yang datang menyerbunya. Dia
tidak mau mempedulikan Gu-taijin lagi. Dalam keadaan seperti itu, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbaik baginya adalah berada di luar
dan berusaha mengerahkan seluruh anak buahnya untuk menghadapi para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyerbu. Keselamatan Gu-taijin tentu
saja tidak dipedulikannya lagi. Maka tanpa berkata apa-apa lagi dia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlari hendak keluar dari ruangan
besar itu. "Hendak kemana engkau?" Swat Hong cepat menotok roboh
Gu-taijin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan meloncat ke depan. Tubuhnya
melayang dan Ciu-wangwe hanya melihat sesosok bayangan berkelebat dan tahu-tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita cantik itu telah berdiri di
depannya! "Serbu....!" Bentaknya dan dia sendiri yang sudah mencabut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> goloknya membacok dengan cepat sambil
mengerahkan seluruh tenaganya. "Sing-sing-singggg....!!" Bertubi-tubi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> golok itu menyambar dan kini anak
buahnya juga sudah membantunya. Swat Hong cepat memutar pedangnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerahkan sinkang disalurkan kepada
pedang itu. "Cringcring- trang-trang-trang....!!" Sebatang golok di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Ciu-wangwe dan empat batang
pedang terlepas dari pegangan pemiliknya, dan tiga orang pengeroyok roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkena totokan kipas perak di tangan
kirinya! Melihat kelihaian wanita ini, bukan main kagetnya hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ciu-wangwe. Dia sudah berpengalaman dan
tahulah dia bahwa kalau dia melanjutakn, dia sendiri akan roboh di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan wanita lihai ini. Maka jalan
terbaik baginya adalah lari keluar untuk mengerahkan anak buahnya dan kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu melarikan diri! Melihat orang
yang hendak ditangkapnya itu lari, Swat Hong hendak mengejar, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada saat itu dia melihat tubuh gendut
Gu-taijin sedang dibantu oleh beberapa orang meninggalkan tempat itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Celaka, pikirnya. Dia harus dapat
menangkap pembesar itu , kalau tidak, tentu akan sukar menundukan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang. Maka dia lalu mengerahkan tenaga
pada tangan kanan, tangan kanan itu bergerak dan pedangnya meluncur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti kilat menyambar ke depan.
Terdengar jerit mengerikan dan tubuh Ciu-wangwe terjungkal ke depan, dadanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditembusi pedang dari punggung dan dia
tewas seketika! Swat Hong telah melompat dan tangan kanannya kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah mencabut pedang, kini pedang
milik Kwee Lun yang dicabutnya. Kipas di tangan kirinya merobohkan empat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pengawal yang tadi membantu
Gutaijin dan mereka roboh tertotok, kemudian sebelum pembesar itu sempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak, dia sudah mencengkeramnya
lagi, bahkan yang dicengkeram adalah pundaknya sambil mengerahkan tenaga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aughhh... add... duh...
duh...duhhh... ampun, Lihiap....!" Gu-taijin berteriak-teriak seperti
seekor babi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disembelih. "Hayo cepat suruh mereka
semua mundur!" bentak Swat Hong, kembali pedang telanjang ditekankan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tengkuk pembesar itu. "Mundur
kalian semua! Keparat! Kurang ajar kalian! Disuruh mundur tidak cepat mentaati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perintah! Apa minta dihukum gantung
semua!" Mendengar pembesar ini dengan suara galak sekali, seperti
biasanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentak-bentak, semua pengawal dan
anak buah Ciu-wangwe terbelalak ketakutan dan mundur. Apalagi mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat betapa Ciu-wangwe sudah tewas.
Para pelacur yang tadi melayani perjamuan itu, menjerit-jerit dan lari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pontang-panting, kemudian bersembunyi
di kolong-kolong meja dan belakangbelakang lemari. Swat Hong mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara ribut-ribut diluar, suara
pertempuran. Tahulah dia bahwa Kwee Lun sedang dikeroyok. Cepat dia menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh pembesar Gu keluar dari hotel,
kemudian dengan mencengkeram punggung baju, dia membawa pembesar gendut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu meloncat ke atas genteng. Semua
orang memandang heran melihat betapa seorang gadis cantik dan muda seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu mampu meloncat sambil mencengkeram
tubuh seorang laki-laki bertubuh gendut dan berat seperti pembesar itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong masih mencengkeram punggung
Gu-taijin yang pucat sekali wajahnya, menggigil kedua kakinya. Tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia merasa ngeri berdiri di atas
genteng, di pinggir sekali. Terpeleset sedikit saja dia tentu akan melayang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jatuh ke bawah, tubuhnya akan remuk!
Selama hidupnya tentu saja belum pernah dia naik ke atas genteng. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi karena dia ditodong dan merasa
takut sekali kepada wanita perkasa yang mencengkeram punggungnya, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mentaati perintah Swat Hong dan dengan
suara lantang dia berteriak-teriak dari atas. "Haiii.... mundur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua...!" Dia melihat pasukan
keamanan sudah berada di situ, dipimpin oleh Bhongciangkun, perwira yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengepalai pasukan keamanan.
"Bhong-ciangkun, suruh semua pasukan mudur!" Pada saat itu, Kwee Lun
sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengamuk. Tadinya yang mengeroyoknya
hanyalah para tukang pukul anak buah Ciu-wangwe dan dia sudah berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobokan belasan orang dengan tambang
di tangannya yang kini sudah berlepotan darah. Akan tetapi dia kewalahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga ketika pasukan keamanan datang.
Pasukan yang jumlahnya hampir seratus orang itu tentu saja tidak mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat dia lawan seorang diri hanya
mengandalkan segulung tambang! Maka dalam amukannya itu, dia sudah menerima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula beberapa bacokan senjata tajam
yang melukai pinggul dan punggungnya, membuat pakaiannya berlepotan darah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula. Namun, sedikit pun semangatnya
tidak menjadi kendur, bahkan darah dipakaiannya itu seolah-olah membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia makin bersemangat lagi! Melihat
betapa atasannya berada di atas genteng dan mengeluarkan perintah itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bhong-ciangkun terkejut dan cepat dia
mengeluarkan aba-aba menyuruh pasukannya mundur. Kwee Lun ditinggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang diri, berdiri dengan kedua
kakinya terbentang lebar, pakaian dan tambangnya berlumuran darah, gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan main sikapnya. Sisa anak buah
Ciu-wangwe tidak ada lagi yang berani maju setelah para pasukan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperintahkan mundur. Apalagi ketika
mereka itu mendengar bisikan teman-teman bahwa Ciuwangwe telah tewas oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara di atas genteng itu! Ketika Kwee
Lun melihat betapa Swat Hong telah berdiri di atas gentang sambil membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Gu-taijin, diam-diam dia menjadi kagum
bukan main. Kiranya gadis itu amat cerdiknya. Tahulah dia bahwa dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa itu hendak menggunakan
kekuasaan Gu-taijin untuk membasmi kejahatan yang merajalela di Lengsia- bun!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maka sambil tertawa bergelak dia pun
melompat dan tubuhnya melayang ke atas genteng di mana dia berdiri di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> samping Swat Hong dan berkata mengejek,
"Hong-moi, bagaimana kalau kita orong ton kotoran ini ke bawah saja dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat perutnya berhamburan di bawah
sana?" "Jangan.... jangan ... aduh, ampunkan saya...." Gu-taijin
berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memohon dengan rasa takut menghimpit
hatinya. "Kalau begitu, hayo kau membuat pengumunan dan perintah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menurutkan kata-kataku." Swat Hong
berbisik di belakang pembesar itu. Gu-taijin mengangguk-angguk, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengarlah suaranya lantang mengikuti
perintah yang dibisiki oleh Swat Hong. "Hai, dengarlah baik-baik semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantuku dan semua penduduk
Leng-sia-bun! Hari ini, dengan bantuan Kwee-taihiap dari Pulau Kura-kura, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baru mengetahui bahwa di kota ini
terdapat komplotan penjahat yang diketuai oleh Hartawan Ciu Bo Jin! Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendirikan rumah judi, hotelpelacuran,
dan rumah makan di mana terjadi segala macam kejahatan perjudian curang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemaksaan terhadap gadis-gadis yang
diculik untuk dijadikan pelacur dan penyogokan terhadap para petugas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemerintah! Sekarang Ciu-wangwe telah
tewas! Anak buahnya akan diampuni asal saja mulai sekarang mau merobah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> watak dan tidak lagi melakukan
kejahatan ! Dan semua wanita yang dipaksa menjadi pelacur, akan dibebaskan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikirim pulang ke rumah masing-masing
dengan mendapat bekal masing-masing seratus tail perak! Semua ini harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dijalankan sebaiknya. Kalau ada yang
melanggar dia akan dihukum sesuai dengan hukuman pemerintah, dan selain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, juga Kwe-taihiap sendiri akan
selalu mengawasi dan memberi hukuman terhadap mereka yang tidak mentaati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perintah kami ini!" Tiba-tiba
terdengar sorak-sorai penduduk dan terjadi keributan karena beberapa tukang
pukul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang pernah berbuat sewenang-wenang,
tiba-tiba dikeroyok oleh penduduk! Sekali ini, para pasukan pemerintah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada yang berani melindunginya
para tukang pukul itu sehingga mereka mengaduh-aduh dan tidak berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melawan, mengalami pemukulan penduduk
sampai babak belur! Dan para wanita pelacur yang berasal dari keluarga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik-baik dan yang dipakasa menjadi pelacur
dengan berbagai ancaman dan siksaan, sudah menangis riuh-rendah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis saking girang, terharu, dan
juga duka. "Awas kau, Gu-taihiap. Kalau sampai semua ucapanmu tadi tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau laksanakan, kami akan melaporkan
bahwa engkau sebagai seorang kepala daerah telah diperalat oleh orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahat dengan jalan sogokan, dan selain
itu, kami akan datang kembali khusus untuk menyembelih lehermu!" Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong berbisik dengan nada penuh ancaman.
Pembesar itu mengangguk-anggukkan kepalanya seperti seekor ayam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mematuki gabah. Ketika dia mengangkat
muka memandang, ternyata kedua orang itu telah lenyap dan dia hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri sendiri saja di atas genteng
yang begitu tinggi. Tentu saja dia menjadi ngeri sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bhong-ciangkun.... tolong....
tolong saya turun....!" Bhong-ciangkun telah melihat bayangan kedua orang
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebat, maka dia lalu meloncat naik
ke atas genteng dan membawa pembesar itu turun. "Bagaimana, apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba harus mengejar mereka?"
Bhong-ciangkun berbisik. "Hushhh...! Bodoh! Masih untung kita...."
Pembesar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbisik kembali kemudian berkata
lantang. "Hayo laksanakan perintahku tadi!" Demikianlah, peristiwa
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi semacam dongeng sampai
bertahun-tahun di kalangan penduduk Lengsia- bun, dan betapa pun orang mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua orang pendekar itu, tak pernah
lagi mereka melihat mereka. Memang Swat Hong dan Kwee Lun telah melarikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri dari kota itu dan melanjutkan
perjalanan mereka dengan hati puas. Hebat kau, Hong-moi!" Kwee Lun memuji.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Luar biasa sekali! Kalau tidak
ada engkau yang membantuku dengan siasat yang cerdik itu, tentu akan lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jadinya! Aku masih sangsi apakah aku
akan mampu menaklukkan mereka! Tentu akan menjadi banjir darah, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin aku sendiri akhirnya mati
dikeroyok." "Ah, sudalah, Kwee-twako. Kau yang hebat, menggunakan
tali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobohkan restoran dan dengan hanya
bersenjatakan tambang dapat menghadapi pengeroyokan puluhan orang!"
"Tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada artinya dibandingkan dengan sepak
terjangmu, Moi-moi. Engkau telah membantuku sehingga tugasku selesai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan hasil baik. Tak pernah aku akan
dapat melupakan ini! Dan sebagai balasannya, aku akan membantumu mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibumu dan suhengmu sampai berhasil
pula!" Wajah Swat Hong menjadi suram, dan dia menarik napas panjang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm... Ibu dan Suheng pergi
tanpa meninggalkan jejak. Ke mana aku harus mencarinya?" "Jangan
khawatir,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Moi-moi. Kalau memang Ibumu dan
Suhengmu mendarat tentu kita akan dapat mencari mereka. Tempat yang paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tepat untuk mencari seseorang adalah
kota raja. Memang belum tentu mereka berada di sana, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setidaknya, di kota raja merupakan
sumber segala keterangan sehingga kita dapat mendengar-dengar kalau-kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada berita dari dunia Kang-ouw tentang
mereka." Swat Hong Menyetujui pendapat ini Memang dia pun bermaksud<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengunjungi kota raja, karena bukankah
nenek moyangnya dahulunya juga seorang anggauta keluarga raja? Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjutkan perjalanan dari luar kota
Leng-sia-bun. Makin lama melakukan perjalan bersama Kwee Lun, setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lewat sebulan kurang lebih, makin
sukalah Swat Hong kepada pemuda itu. Dia makin mengenal Kwee Lun, sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang yang benar-benar jantan, keras
hati, teguh dan tidak mempunyai sedikit pun pikiran menyeleweng, suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergurau, kasar akan tetapi kekasaran
yang bukan bersifat kurang ajar melainkan karena terbawa oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kejujurannya yang wajar dan tak pernah
mau menyembunyikan sesuatu. Pendeknya, pemuda itu benar-benar seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki yang gagah perkasa lahir
bathinnya. Di lain pihak, Kwee Lun juga merasa kagum kepada Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah dia mengenal sifat-sifat
temanya ini yang amat cerdik, periang, jenaka namun keras hati dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kadang-kadang tampak keagungan sikapnya
sebagai seorang puteri kerajaan! Namun dara itu sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> angkuh atau sombong, sungguhpun kini
dia harus mengakui bahwa ilmu kepandaiannya sedikitnya kalah dua tingkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibandingkan dengan dara Pulau Es ini!
Oleh karena inilah maka ada keseganan di dalam hatinya sehingga biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia yang selalu memimpin perjalanan dan
menjadi petunjuk jalan, namun dalam segala hal, sampai dalam memilih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makanan dan penginapan yang selalu
dibayar oleh Kwee Lun, pemuda ini selalu minta pendapat dan keputusan Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong! Pada suatu hari tibalah kedua
orang ini di kaki Pegunungan Tai-hang-san yang amat luas dan memanjang dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selatan ke utara. Tujuan mereka adalah
Tiang-an ibu kota Kerajaan Tang. Di dusun ini mereka berhenti untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makan di sebuah warung nasi sederhana.
Mereka memesan nasi, mi, dan arak, Kwee Lun minta air hangat untuk Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong agar nona ini dapat mencuci muka
setelah melakukan perjalanan yang panas berdebu. Ketika Swat Hong sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercuci muka dengan air hangat,
menggosok mukanya dengan air bersih sampai kedua pipinya kemerahan, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar percakapan menarik dari arah dapur
warung itu. "Bukan main ramenya !" terdengar suara seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki, agaknya pekerja di dapur
itu. "Lebih ramai daripada kalau melihat dua orang jago silat berkelahi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bayangkan saja! Harimau mengaum sampai
bumi tergetar, lalu menubruk dan mencakar ke arah biruang itu. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi si biruang juga tidak kalah
lihainya, dia menggereng dan aku yakin engkau sendiri tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkencing-kencing mendengar gerengan
itu! Dia dapat menangkis dengan kaki depannya dan balas menggigit. Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling cakar, saling gigit, mula-mula
saling menangkis lalu bergumul! Bukan main!" "Ahhh, sudahlah. Siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percaya omonganmu? Paling-paling kau
melihat ornag mengadu jangkerik dan kau kalah bertaruh lagi! Lebih baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lekas masak air, tehnya hampir
habis." Swat Hong cepat menghampiri Kwee Lun dan berbisik, "Agaknya
di sini ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jejak suhengku!" "Ehhh....?
Kwee Lun bertanya heran. "Ada orang di dapur tadi bercerita tentang
pertandingan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara harimau dan biruang, dan kalau
tiadk salah perasaan hatiku, itu biruang kepunyaan suheng." "Eh?
Suhengmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memelihara biruang?" Kwee Lun
bertanya makin heran lagi. "Belum kuceritakan kepadamu, Twako. Ketika aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpisah dari suheng, dia sedang mengobati
seekor biruang terluka. Tentu biruang itu menjadi jinak dan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang peliharaannya."
"Aduh! Suhengmu tentu hebat sekali, berani mengobati seekor biruang!"
"Sudahlah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Twako. Kalau kelak dapat bertemu,
engkau dapat berkenalan dengan suheng sendiri. Sekarang harap kau suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanyakan kepada pekerja di dapur
tentang biruang yang diceritakannya tadi." "Mengapa tidak panggil
saja dia ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sini? Hei, Bung pelayan!" Pelayan
itu segera menghampiri. "Tolong kau panggilkan sahabat yang tadi berbicara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentang biruang, dia bekerja di dapur.
Cepat!" Pelayan itu terheran-heran, akan tetapi dia masuk juga ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tak lama kemudian, dia kembali ke
situ bersama seorang laki-laki muda yang kelihatan takut-takut. Laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini kurus kecil dan memakai pakaian
koki, agaknya dialah tukang atau pembantu tukang masak di warung itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Saya.... saya tidak tahu
apa-apa...." begitu tiba di dekat meja, orang itu berkata. Kwee Lun
menggerakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya tak sabar. "Aahh,
mengapa takut? Kami hanya tertarik mendengar cerita biruang bertanding dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau. Di manakah kejadian itu dan
bagaimana asal mulanya?' Kwee Lun mengeluarkan sepotong uang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberikan kepada orang itu. "Nah,
ceritakanlah! Jangan takut-takut, ini hadiahnya." Orang itu menerima
hadiah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan setelah memandang ke kanan kiri dia
bercerita. "Pagi tadi, sebelum masuk bekerja saya menemani Saudara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Misan saya mengantar segorobak kayu
bakar ke atas sana...." dia menuding ke luar warung. "Ke atas
mana?" "Di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Puncak Awan Merah, tempat tinggal
Siangkoan Lo-enghiong. Kami berdua mengantarkan kayu bakar dan melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ribut-ribut di sana. Mendengar gerengan-gerengan
dahsyat, saya lalu menyelinap dan mendahului saudara saya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengintai. Ternyata di sana sedang
diadakan permainan yang luar biasa, yaitu adu harimau dan biruang! Entah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> milik siapa biruang itu, akan tetapi
harimau itu saya kenal sebagai harimau peliharaan Siangkoan Lo-engkeng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang biasanya di dalam kerangkeng.
Bukan main ramenya dan saya takut sekali. Agaknya di tempat Siangkoan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lo-enghiong ada tamu yang membawa
biruang...." "Siapa tamunya? Bagaimana macam orangnya?" Swat
Hong mendesak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh ketegangan hati. Akan tetapi
orang itu menggeleng kepala. "Bagaimana saya bisa tahu? Di atas sana
banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang, muridmurid Lo-enghiong dan
orang-orang seperti kami tidak mempunyai hubungan dengan Puncak Awan Merah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami tidak diperbolehkan naik kecuali
kalau ada pesanan dari sana. Hanya kadang-kadang saja Siocia atau murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lo-enghiong yang turun ke sini. Melihat
pertandingan yang amat dahsyat itu, saya ketakutan dan cepat lari turun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi...." Swat Hong mengerutkan alisnya.
Mungkinkah suhengnya "kesasar" sampai di tempat ini? Tiba-tiba Kwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lun bertanya, "Yang kausebut
Siangkoan Lo-enghiong itu, apakah dia bernama Siang-koan Houw?" Nama
lengkapnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana saya tahu?" Orang itu
menggeleng kepala, kelihatannya takut-takut. "Julukannya Tee Tok (Racun
Bumi),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan?" Orang itu makin ketakutan,
akan tetapi dia mengangguk. "Pernah saya mendengar muridnya bicara
menyebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> julukan itu.... harap Ji-wi maafkan, saya
masih banyak pekerjaan di dapur." Dia tidak menanti jawaban, kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke dapur dengan sikap ketakutan.
"Aihh, kiranya Teek-tok sekarang tinggal di tempat ini!" kata Kwee
Lun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Twako, siapakah racun bumi
itu?" "Hemm, seorang yang luar biasa! Dapat dikatakan saingan suhu,
menurut cerita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhu, sukar dikatakan siapa yang lebih
unggul. Dia adalah seorang di antara tokoh-tokoh dunia kang-ouw yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah terkenal sekali. Aku sendiri baru
mendengar namanya dari suhu saja. Menurut suhu, dia adalah seorang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah perkasa dan jujur, akan tetapi
sayang sekali, hati ganas dan kejam terhadap orang yang tak disukainya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia amat lihai dan berbahaya sebagai
seorang ahli racun yang mengerikan. Karena itu julukannya adalah Racun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bumi. Sungguh tidak dinyana bahwa kita
bakal bertemu dengan orang seperti dia!" "Hemm... kalau begitu engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah merencanakan untuk mengunjungi
Puncak Awan Merah, Twako?" "Tidak begitukah kehendakmu? Agaknya
sangat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> boleh jadi biruang itu milik suhengmu.
hong-moi, karena di tempat tinggal seorang seperti teek-tok, segala apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mungkin saja terjadi. Tentu saja amat
mencurigakan dan hatiku tidak akan merasa puas kalau belum menyelidiki ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana. Kalau ternyata suhengmu tidak
berada di sana kita turun lagi karena aku tidak mempunyai urusan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tee-tok." Swat Hong mengangguk.
"Baiklah, kalau begitu mari kita berangkat. Entah mengapa, betapa pun
sedikit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemungkinannya bahwa suheng berada di
sana, akan tetapi hatiku merasakan sesuatu yang aneh. Kita harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelidiki ke sana." Setelah
membayar harga makanan berangkatlah kedua orang itu ker Pulau Awan Merah, tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja diikuti pandang mata penuh
keheranan dan kegelisahan oleh pelayan warung yang mereka tanyai di mana adanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puncak itu. Setelah mereka mendekati
bukit dan tiba di lereng atas, tampaklah bangunan besar di puncak yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dimaksudkan itu. Mereka tidak mengerti
mengapa puncak itu disebut Puncak Awan Merah, padahal ketika mereka tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di situ di siang hari itu, awannya
tidak berwarna merah melainkan biru dan putih seperti biasa. "Twako,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedatangan kita hanya menyelidiki
apakah suheng berada di sana. Oleh karena itu, tidak baik kalau kita datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berterang, bisa menimbulkan kecurigaan
orang dan kita tidak berniat mencari perkara dengan tokoh kang-ouw itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan? Maka, sebaiknya kita berpencar
dan kau menyelidiki dengan memutar dari kiri, aku dari kanan, sampai kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling bertemu dan kalau suheng tidak ada
di sana, dan biruang itu bukan biruangnya, kita segera kembali ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dusun tadi dan bermain saja di
sana." "Baik, Hong-moi, dengan demikian, penyelidikan dapat dilakukan
lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> leluasa dan lebih cepat." Mereka
mendaki terus dan setelah tiba di luar pagar tembok gedung besar di puncak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, mereka berpencar. Swat Hong yang
mengambil jalan dari kanan menyelinap di atas pohon-pohon dan batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gunung. Tak lama kemudian dia mendengar
suara orang dan cepat dia menghampiri dan mengintai. Apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilihatnya membuat dia hampir berteriak
saking kagetnya! Dapat dibayangkan betapa heran dan kagetnya ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat suhengnya, Kwa Sin Liong,
terbelenggu kedua pergelangan tangannya dan setengah tergantung pada pohon!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tubuh atas suhengnya itu telanjang dan
hanya celana dan sepatunya saja yang menutupi tubuhnya. Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan tenang saja biarpun dahinya
berpeluh, dan agaknya pemuda itu memang sengaja membiarkan dirinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelenggu, karena Swat Hong yakin
sekali bahwa apabila dikehendaki oleh suhengnya itu, apa sukarnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membebaskan diri dari belenggu seperti
itu? Tentu ada sesuatu yang aneh telah terjadi di sini! Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menahan kemarahannya yang membuat dia
ingin menyerbu, dan dia memandang kepada orang-orang lain itu. Dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berpakaian seragam, memakai topi
aneh, menjaga di belakang pohon dan tangan mereka meraba gagang golok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Seorang kakek yang tinggi besar, brewok
dan matanya lebar, dengan marah-marah menghampiri Sin Liong, tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kanannya memegang senjata yang aneh.
Bukan senjata, pikir Swat Hong, melainkan tanduk rusa yang agaknya hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipakai sebagai senjata. Tanduk rusa
seperti itu saja apa artinya bagi suhengnya? Yang membuat dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terheran-heran adalah melihat suhengnya
berada di tempat itu dan mudah saja dibelenggu dan dihina! Apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah terjadi? Seperti telah kita
ketahui, Sin Liong meninggalkan Pulau Neraka bersama Ouw Soan Cu, gadis Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka yang hendak mencari ayahnya.
Sebetulnya, mencari ayahnya ini hanya merupakan alasan yang dicari-cari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja oleh Ouw Kong Ek, ketua Pulau
Neraka. Puteranya Ouw Sin Kok, ayah kandung Soan Cu, telah menghilang selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belasan tahu, tak pernah kembali dan
tidak pula ada kabarnya sehingga menimbulkan dugaan besar bahwa Ouw Sian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kok telah meninggal dunia. Selain itu,
andaikata masih hidup, tak seorang pun mengetahui di mana tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggalnya. Soan Cu ditinggal ayah
kandungnya sejak bayi bagaimana mungkin dia dapat mencari ayahnya yang belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah dilihatnya dan tak diketahui ke
mana perginya itu? Kalau Ouw Kong Ek mengunakan alasan ini dan mendesak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada Sin Liong agar membawa dara itu
bersama, keluar dari Pulau Neraka, adalah karena sebenarnya dia ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar cucunya itu dapat berjodoh dengan
Sin Liong. Dia sering kali mengingat akan nasib cucu yang di cintanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Jauh dari dunia ramai, akhirnya
cucunya itu terpaksa hanya akan berjodoh dengan seorang penghuni Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka! Maka munculnya Sin Liong untuk
pertama kalinya itu sudah mendatangkan harapan untuk menjodohkan cucunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pemuda itu. Apalagi ketika Sin
Liong datang untuk kedua kalinya, bahkan pemuda itu telah menolong Soan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu, dan menolong Pulau Neraka yang
diserbu bajak laut. Tentu saja dia tidak dapat memaksa pemuda itu untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi calon suami cucunya, akan
tetapi dengan kesempatan melakukan perantauan bersama, dia harap akan timbul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cinta di dalam hati pemuda itu terhadap
cucunya yang dia tahu merupakan seorang gadis yang cantik jelita dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berilmu tinggi, juga berwatak baik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Demikianlah, Sin Liong meninggalkan
Pulau Neraka bersama Soan Cu dan juga biruang raksasa yang menjadi jinak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Dengan sebuah perahu yang
disediakan oleh Ouw Kong Ek, berangkatlah mereka meninggalkan Pulau Neraka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlayar melalui pulau-pulau di daerah
itu. Akhirnya, karena tidak berhasil menemukan Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dicari-carinya, juga tidak tampak
seorang pun manusia tinggal di daerah lautan berbahaya itu, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengemudikan perahunya menuju ke arah
barat, ke daratan besar. "Besar kemungkinan Sumoi mendarat, dan kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai belasan tahun ayahmu tidak
pernah pulang dan tidak ada beritanya, juga bukan tidak mungkin Ayahmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal di sana," katanya kepada
Soan Cu. "Mari kita mencari jejak mereka di daratan besar." Soan Cu
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantah dan demikianlah, akhirnya
mereka mendarat dan hanya beberapa hari lebih dulu dari pendaratan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilakukan oleh Swat Hong yang tersesat
jalan dan mendarat jauh di selatan sehingga dia bertemu dengan Kwee Lun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Karena dari pantai ke barat banyak
melalui daerah yang sunyi, pegunungan dan hutan, maka adanya biruang bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meraka tidak terlalu mengganggu benar.
Pula, binatang itu sudah jinak sekali, bahkan dapat disuruh untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari buah-buahan, pandai pula
mencari air di dalam hutan yang lebat. Pada suatu hari, tibalah mereka di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pegunungan Tai-hang-san. Tanpa mereka
ketahui, mereka tiba di lereng puncak Awan Merah, daerah kekuasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tee-tok. Ketika mereka memasuki sebuah
hutan besar, tiba-tiba terdengar auman harimau yang amat keras sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara itu menggetarkan hutan. Mendengar
auman ini, biruang menjadi marah sekali. Sin Liong cepat memegang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memeluk binatang itu, khawatir
kalau-kalau biruang itu akan lari dan berkelahi dengan harimau yang mengaum
itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hai.......! Ada harimau! Biar
kutangkap dia!" Sian Cu sudah berlari-lari membawa senjatanya yang aneh
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istimewa, yaitu sebatang cambuk berduri
yang menjadi senjata kesayangannya disamping pedang. Dia tertawa-tawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gembira sehingga Sin Liong tidak tega
untuk melarangnya. Dara itu masih remaja, masih bersifat kanak-kanak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya kadang-kadang saja tampak
kedewasaanya. Dia maklum bahwa gadis yang sejak bayi dibesarkan di tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti Pulau Neraka itu, tentu saja
memiliki sifat-sifat liar, akan tetapi dia pun mengenal dasar-dasar baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari hati Soan Cu. Selain membiarkan
gadis itu bergembira, juga dia percaya penuh bahwa ilmu kepandaian Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tinggi sekali, cukup tinggi untuk
melindungi diri sendiri. Soan Cu berlari cepat sekali dan dalam berlari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini timbullah kegembiraan yang luar
biasa di dalam hatinya. Di depan Sin Liong, dia selalu harus menekan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaannya karena sikap pemuda ini
sungguh penuh wibawa dan membuat dia tunduk, takut dan hormat seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu menjadi pengganti kakeknya.
Akan tetapi sesunguhnya semenjak dia meninggalkan Pulau Neraka, ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaan gembira yang disembunyikannya
dan baru sekarang dia memperoleh kesempatan untuk melepaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegembiraannya yang meluap-luap. Ingin
dia bersorak gembira kalau saja tidak takut terdengar oleh Sin Liong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maka kegembiraannya itu disalurkannya
lewat kedua kakinya yang berloncatan dan berlari-lari menuju ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara harimau yang mengaum. Karena
auman harimau itu keras sekali, mudah saja bagi Soan Cu untuk menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu dan akhirnya dia melihat
seekor harimau yang amat besar dan kuat, berbulu indah sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> loreng-loreng hitam kuning berdiri
memandang ke arah seorang laki-laki yang berdiri ketakutan. Harimau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuka-buka moncongnya, seperti
seorang anakkecil yang menggoda kakek itu, menakutnakutinya, kadang-kadang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengaum dan tiap kali dia mengaum,
kedua kaki orang itu menggigil dan terdengar suara terputus-putus dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencoba untuk bersembunyi di belakang
sebatang pohon, "Kakak harimau yang baik..... saya..... saya..... A-siong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedagang kayu bakar..... hendak
mengirim kayu bakar kepada Lo-enghiong....... harap jangan mengganggu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saya......" Harimau itu sebetulnya
adalah harimau peliharaan Tee-tok dan biasanya dikurung dalam kerangkeng dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya pada waktu-waktu tertentu saja
dibiarkan berkeliaran di hutan. Agaknya penjaga harimau pada hari itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlupa sehingga harimau itu tetap
berkeliaran pada waktu A-siong sedang mengirim kayu bakar ke Puncak Awan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Merah. A-siong adalah seorang di antara
pedagang-pedagang kayu bakar yang suka menjual kayu bakar di tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Melihat harimau itu, Soan Cu lalu
berseru, "Kucing besar, kau nakal sekali!" Harimau itu menggereng dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menoleh. Ketika dia melihat seorang
wanita memengang cambuk, dia menggereng dan cepat sekali, berlawanan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya yang besar, dia sudah membalik
dan menubruk. "Celaka......!" A-siong berseru kaget, memeluk batang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pohon dan menahan napas, membelalakan
matanya. Akan tetapi, tanpa mengelak Soan Cu sudah menggerakan cambuknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tar-tar!" ujung cambuk itu
menyambar dan membelit kaki depan kanan harimau itu dan sekali tarik, tubuh
harimau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sedang meloncat itu terbanting ke
atas tanah. Harimau itu menggereng dan kelihatan marah sekali. Kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menubruk, akan tetapi sekali ini,
Soan Cu yang sedang gembira meloncat ke kiri dan melihat tubuh harimau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menyambar lewat, dengan tangan
kirinya dia menangkap ekor harimau yang panjang dan sekali tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak, dia telah berada di atas punggung
harimau! Sambil tersenyum-senyum dan membuat gerakan seperti orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menunggang kuda, Soan Cu
menggerak-gerakan ujung cambuk menyabeti moncong harimau itu. Tentu saja
harimau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa kesakitan karena ujung cambuk
itu berduri. Dengan kemarahan meluap harimau itu berusaha mencakar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggigit ujung cambuk yang mungkin
dikira seekor ular yang ganas, namun tak pernah berhasil bahkan bagaikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buntut seekor ular, ujung cambuk itu
terus melecuti hidung dan bibirnya sampai berdarah! "Hiyooooo.... kucing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binal, hayo jalan baik-baik!"
Seperti seorang pemain sirkus yang mahir, Soan Cu menunggang harimau, tangan
kiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkeram kulit leher, tangan kanan
mempermainkan cambuknya dan harimau itu yang mengejar ujung cambuk yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> digerak-gerakan, melangkah
perlahan-lahan! A-siong yang menonton sambil berusaha menyembunyikan diri di
balik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batang pohon, terbelalak dan hampir tak
percaya kepada matanya sendiri. Beberapa kali tangan kirinya menggosok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua matanya dengan ujung lengan baju
karena dia mengira bahwa dia sedang dalam mimpi, akan tetapi tetap saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penglihatan yang luar biasa itu masih
tampak oleh kedua matanya. "Soan Cu, turunlah......!!" Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar teguran dan mengenal suara
Sin Liong, lenyaplah semua kegembiraan yang liar dari gadis itu. Dia masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum, akan tetapi matanya
kehilangan sinar yang berapi-api dan liar tadi, dan dia berkata,
"Liong-koko,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia.... dia hendak menerkam orang....."
ucapannya ini bersifat membela diri karena dia ketakutan oleh pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sedang mengganggu harimau.
"Turunlah berbahaya sekali permainanmu itu!" Soan Cu meloncat turun
dan tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja harimau yang marah itu cepat
mencakar dengan kecepatan luar biasa. Namun dia hanya mencakar tempat kosong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kerena gerakan Soan Cu lebih cepat
lagi. Dara ini telah meloncat ke dekat Sin Liong dan mengejek ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau dengan meruncingkan mulutnya
dan mengeluarkan bunyi, "Hiii.....! Hiiiiii!!" Sementara itu, biruang
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadinya sudah dapat ditenangkan oleh
Sin Liong dan dijak menyusul Soan Cu, setelah kini melihat harimau, timbul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali kemarahannya, bahkan lebih
hebat dari pada tadi. Pada saat Sin Liong lengah karena menegur gadis itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba biruang itu melompat ke depan
dan menggereng sambil memperlihatkan taringnya, memandang harimau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan mata merah. Harimau itu agaknya
tidak merasa gentar menghadapi tantangan ini. Dia pun menggereng dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menubruk. Akan tetapi biruang itu sudah
siap. Ketika harimau itu menubruk dengan kedua kaki depan lebih dulu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menggerakan kaki depan kanan yang
amat kuat, memukul dari samping dan menangkis kedua kaki depan harimau .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Karena tubuh harimau itu berada di
udara, tentu saja dia kalah kuat dan tubuhnya terlempar ke bawah. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi dia sudah meloncat lagi dan siap
untuk melanjutkan serangannya. "Hushhh....! Biruang yang baik, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelahi!" Sin Liong sudah menangkap
kaki depan biruangnya dan mengelus kepalanya, menenangkannya. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali ini agak sukar karena biruang
itu marah sekali, meronta-ronta dan apa lagi melihat harimau itu masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggereng hendak menyerangnya.
"Ihh, kucing licik! Hayo mundur kau!" Soan Cu melangkah maju,
menggerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cambuknya ke depan untuk menghalau
harimau itu. "Tar-tar-tarr.....!!" Harimau merasa jerih menghadapi
cambuk,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan teapi bukan berarti dia takut
karena dia masih menggereng-gereng memperlihatkan taringnya dan matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merah bersinar-sinar. "Hayo pergi!
Kalau tidak akan kuhajar kau!" Soan Cu membentak. "Siapa dia berani
kurang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ajar hendak mengganggu harimau
kami?" Tiba-tiba terdengar seruan nyaring dan muncullah banyak orang di
tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Serombongan orang yang berpakaian
seragam telah bergerak mengurung tempat itu, dan orang yang berseru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi, seorang kakek tinggi besar yang
brewok, pakaiannya ringkas, tubuhnya membayangkan tenaga yang kuat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya lebar membayangkan kekerasan dan
kejujuran, akan tetapi tarikan bibirnya membayangkan kekejaman. Di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampingnya berjalan seorang gadis yang
cantik sekali, dengan pakaian yang mewah dan indah, rambutnya ditekuk ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas dan diikat dengan kain kepala dari
sutera merah, dihias dengan bunga emas permata, pakaian yang indah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membungkus ketat tubuhnya sehingga
membayangkan lekuk lengkung tubuhnya yang padat dan ramping, di pinggang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kecil ramping itu melibat sehelai
sabuk sutera merah. Telinganya terhias anting-anting batu kemala panjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berwarna hijau, menambah kemanisan
wajahnya yang mendaun sirih bentuknya itu. Sin Liong cepat menjura dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hormat dan berkata halus, "Harap
Locian-pwe sudi memaafkan kami yang secara tidak sengaja memasuki daerah ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "kata Sin Liong sambil memegangi
kaki depan biruangnya. Kakek itu memandang tajam. Jawaban penuh kesopanan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepasang mata bersinar halus tanpa rasa
takut sedikit pun itu mencengangkan hatinya. "Melanggar daerah ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih bukan apa-apa, akan tetapi kalian
berani mengganggu harimau peliharaanku. Apakah karena mempunyai biruang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu maka kalian menjadi sombong?"
"Kami tidak menggangu, Locianpwe. Hanya karena harimau itu dan biruang
kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan berkelahi maka kami melerai dan
mencegahnya." "Hemm... dua ekor binatang akan berkelahi, apa anehnya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hanya kalau manusia sudah
mencampurinya, maka manusia itu lebih rendah daripada binatang!" "Eh,
tahan tuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulut!" Soan Cu membentak dan
menudingkan telunjuknya ke arah mulut kakek gagah itu. Dara ini tidak lagi
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menahan kemarahan hatinya mendengar
ucapan yang menghina tadi. "Kami melerai karena yakin bahwa kucing hutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> busuk ini tentu akan mampus
dirobek-robek oleh biruang kami, engkau ini orang tua tidak berterima kasih,
malah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengucapkan kata-kata menghina!"
Sepasang mata kakek itu besinar-sinar, bukan hanya marah akan tetapi juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kagum. Kakek ini memang orang aneh.
Melihat keberanian orang, apa lagi seorang dara muda seperti Soan Cu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada saat itu muncul kembali sifat
liarnya karena marah, dia kagum bukan main. Kakek ini adalah Siangkoan Houw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terkenal dengan julukan Tee-tok
(Racun Bumi), seorang gagah yang jujur dan terbuka sikapnya, maka kasar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dan kalau dia sudah marah,
kejamnya melebihi harimau peliharaannya. Dia terkenal sekali di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw sebagai seorang di antara
tokoh-tokoh besar. Dia hidup di Puncak Awan Merah itu dengan tentram,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama puteri tunggalnya, yaitu gadis
cantik yang datang bersamanya dan yang sejak tadi diama saja. Tee-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siangkoan Houw sudah duda, dan hanya
hidup berdua dengan puterinya yang bernama Siangkoan Hui. Adapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang lain yang berada di situ
adalah para murid-muridnya yang juga menjadi anak buahnya, kurang lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lima belas orang banyaknya, di
antaranya seorang kakek yang usianya sebaya dengan dia dan rambutnya sudah
putih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua. Kakek inilah yang merupakan
murid kepala dan yang telah memiliki kepandaian tinggi pula, bernama Thio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sam dan berjuluk Ang-in Mo-ko (Iblis
Awan Merah). "Bagus sekali!" Kakek ini memuji. "Kalau begitu,
mari kitas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adukan kedua binatang itu. Hendak
kulihat apakah benar-benar biruangmu dapat mengalahkan harimauku!"
"Boleh!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu menjawab. "Jangan! Soan
Cu, tidak boleh begitu!" Sian Liong berseru, kemudian dia berkata kepada
kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, "Harap Locianpwe suka
memaafkan kami dan biarlah kami pergi dari sini sekarang juga. Bukan maksud
kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk mengganggu siapa pun."
"Kucing hitam macam itu saja, biar ada lima akan diganyang oleh biruang
kami!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu masih marahmarah. "Kakek
sombong mengandalkan harimaunya menakut-nakuti orang. Kalau aku tidak cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang, agaknya harimau itu sudah makan
orang tadi! Perlu diberi hajaran!" "Hayo kita adukan mereka!"
Tee-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak-teriak dengan kumis bangkit
saking marahnya. "Sebelum kedua binatang peliharaan kita saling diadu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan harap kalian akan dapat pergi
dari sini!" "Kami tidak takut!" Soan Cu menjerit lagi. Mendengar
ucapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek itu, Sin Liong menyesal bukan
main. Kalau dia tidak membolehkan biruang diadu, tentu kakek itu bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teman-temannya akan menghalangi dia dan
Soan Cu pergi dan akibatnya lebih hebat lagi. Maka dia menghela napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berkata, "Baiklah, mari kita
lepaskan mereka dan melihat apakah mereka memang mau berkelahi. Kuharap saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah ini, kami diperbolehkan pergi."
"Koko, lepaskan biruang kita, biar dihancurlumatkan kucing keparat itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tar-tar-tarrr...!!" Soan Cu sudah
membunyikan cambuknya di udara berkali-kali. Sin Liong melepaskan biruangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dia menghampiri Soan Cu, memegang
lengannya dan berbisik, "Soan Cu, kautenangkanlah hatimu, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah-marah. Ingat, kita tidak mau
melibatkan diri dalam permusuhan dengan siapapun juga, bukan?" Dipegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lengannya secara demikian halus oleh
Sin Liong, seketika api yang bernyala dalam hati Soan Cu padam seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertimpa hujan, semangat dan tubuhnya
lemas dan dia menunduk sambil menganggukan kepalanya. Dia seperti seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau liar yang tiba-tiba menjadi
jinak! Sementara itu, setelah kini dilepas keduanya dan tidak ada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghalangi, kedua ekor binatang itu
mengeluarkan suara auman dan gerengan yang dahsyat dan menggetarkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mual-mula mereka saling pandang dan
masing-masing hendak menggetarkan lawan dengan kekuatan suara, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau yang ganas itulah yang mulai
menerjang maju! Dengan berdiri di atas kedua kaki belakangnya, harimau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menubruk dan menerkam. Akan tetapi,
dengan gerakannya yang agak lamban dan tenang, namun kuat dan tetap sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang menangkis terkaman dan balas
mencengkeram dengan kuku jari kakinya yang biarpun tidak seruncing kuku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau, namun tidak kalah kuatnya.
Kena tamparan biruang yang amat kuat itu, harimau terguling-guling! Hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepasang matanya saja yang
bersinar-sinar girang, akan tetapi Soan Cu tiak berani berkutik di dekat Sin
Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ingin hatinya bersorak dan mulutnya
mengeluarkan kata-kata mengejek melihat betapa harimau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terguling-guling, namun dia merasa
segan terhadap Sin Liong. Harimau itu meloncat lagi dan menerkam makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahsyat. Terjadilah perkelahian yang
amat dahsyat, ditengah-tengah suara gerengan yang menggetarkan seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukit. Pada saat itulah koki warung
yang menemani sudara misannya mengantar kayu bakar, mendapat kesempatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menonton harimau bertanding melawan
biruang, akan tetapi karena merasa ngeri dan takut, dia cepat meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat itu dan berlari turun lagi.
Perkelahian yang dahsyat, seru dan mati-matian. Biruang itu sudah menderita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak luka di tubuhnya akibat cakaran
dan gigitan harimau, akan tetapi akhirnya dia berhasil mencengkeram<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala harimau, menindihnya dan
menggigit leher harimau, sampai robek dan terus luka di leher itu dirobeknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai keperut! Harimau berkelojotan
dan mati tak lama kemudian. "Heiii....!" Soan Cu berteiak, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlambat. Sinar hitam menyambar ke
arah leher biruang dan binatang ini mengeluarkan pekik mengerikan lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> roboh dan tak bergerak lagi, mati
diatas bangkai harimau yang tadi menjadi lawannya. "Kau membunuh biruang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami!" Soan Cu melompat dan
menuding dengan marah kepada kakek yang tadi menyerang biruang dengan
Hek-tok-ting<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> (Paku Hitam Beracun). "Dia pun
membunuh harimau kami!" Tee-tok menjawab dengan mata mendelik saking
marahnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Manusia curang kau!" Soan Cu
sudah menerjang maju dan cambuknya mengeluarkan suara meledak-ledak di udara.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
"Tar-tar-cring-tranggggg.....!!" Bunga api berpijar ketika
cambuk itu tertangkis oleh sepasang pedang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersinar hitam. itulah pedang
Ban-tok-siang-kiam (Sepasang Pedang Selaksa Racun) yang ampuh dari Teetok. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi bukan main kagetnya ketika tadi
pedangnya menangkis cambuk duri, dia merasakan lengannya tergetar, tanda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dara muda itu memiliki sinkang
yang amat kuat. "Heii, jangan bertempur.....!" Sin Liong cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menegur,akan tetapi sekali ini Soan Cu
pura-pura tidak menengarnya, apalagi kakek itu pun sudah marah dan sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalas serangannya dengan sepasang
pedangnya. Terjadi pertempuran hebat sekali antara gadis itu dan Tee-tok.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat gerakan sepasang pedang itu
lihai bukan main dan ada menyambar hawa yang kuat dari lawannya, Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berani memandang ringan dan
tangan kanannya sudah mencabut pedangnya. Pedang di tangan gadis ini adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemberian kakeknya, ketua Pulau Neraka
dan seperti juga cambuknya, pedang ini aneh dan ampuh sekali. Bentuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang itu juga berduri seperti
cambuknya dan pedang itu terbuat dari tulang ular dan namanya pun Coa-kut-kiam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> (Pedang Tulang Ular) terbuat dari pada
tulang ular beracun yang telah dikeraskan dan diperkuat dalam rendaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetumbuhan beracun sehingga keras
seperti baja. Sedangkan cambuknya itu pun bukan cambuk biasa karena cambuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu terbuat dari ekor ikan hiu yang
istimewa dan yang hanya terdapat di pantai Pulau Neraka. Seperti juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya, cambuknya itu pun mengandung
bisa yang tidak dapat diobati, kecuali oleh dia sendiri yang selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa obat penolaknya! Sin Liong
sudah mengenal kakek itu ketika muncul tadi, dan dia memang tadinya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mau memperlihatkan bahwa dia telah
mengenalnya. Tentu saja dia mengenal kakek ini yang dahulu pernah pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membujuknya untuk ikut dan menjadi
muridnya, ketika para tokoh kang-ouw datang memperebutkan dia dilereng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pegunungan Jeng-hoa-san. Kini, melihat
betapa Soan Cu sudah bertanding mati-matian melawan kakek itu, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi khawatir sekali dan cepat dia
berkata, "Locianpwe, seorang tokoh besar yang berjuluk Tee-tok dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disegani di seluruh dunia Kang-ouw,
benar-benar mengecewakan dan merendahkan nama besarnya kalau sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melayani bertanding melawan seorang
dara remaja!" Mendengar ucapan itu, Tee-tok menjadi merah mukannya. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangkis pedang Soan Cu sekuat tenaga
sampai pedang itu hampir terlepas dari tangan Soan Cu, melompat mudur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menghadapi Sin Liong. "Hemm,
orang muda! Kau sudah mengenal aku, kalau begitu majulah kau menggantikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis itu!" Sin Liong menjura.
"Bukan maksudku dengan kata-kata itu menantangmu, Locianpwe. Saya hanya
hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengatakan bahwa kami berdua sama
sekali bukan datang untuk bertanding." "Tapi kalian datang dan
mengakibatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harimau peliharaan kami mati. Kalau
kalian tidak datang mengacau, mana biasa harimau kami mati?" "Dia
mampus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena kalah dalam pertandingan yang
adil!" Soan Cu membentak, akan tetapi menjadi tenang kembali karena Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong mendekatinya dan minta gadis itu
menyimpan pedang dan cambuknya kembali. "Siangkoan Locianpwe, memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami akui bahwa harimau peliharaan
Locianpwe mati karena biruang kami, akan tetapi Locianpwe telah membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kematian itu dengan membunuh biruang
kami. Bukankah itu sudah lunas artinya?" "Tidak!" Tee-tok yang
masih marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu membentak. "Biarpun biruangnya
sudah mati, akan tetapi pemiliknya belum dihukum!" Soabn Cu tak dapat lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menahan kemarahannya. "Dihukum
apa? Kau hendak membunuh kami?" "Tak perlu dibunuh! Pelanggaran ke
dalam daerah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini sudah merupakan kesalahan, dan
matinya harimau tidak cukup ditebus dengan kematian biruang. Pemiliknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus dihukum rangket seratus kali ,
baru adil!" "Keparat!" "Soan Cu!" Sin Liong berkata
dan memegang lengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu sehingga Soan Cu menelan
kembali katakatanya. "Soan Cu, aku mita kepadamu agar kau sekarang juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan tempat ini. Biarkan aku
yang berurusan dengan Siangkoan Locianpwe. Kau turunlah dan kau tunggu aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dusun itu. Mengerti?" Soan Cu
mengerutkan alisnya dan matanya memandang ragu, akan tetapi melihat sinar mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong yang tegas dan halus itu, dia
tidak dapat menolak dan dia mengangguk. "Berangkatlah, dan tunggu aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di sana." Sin Liong berkata lagi
sambil tersenyum. Soan Cu membanting kakinya, lalu melotot ke arah Siangkoan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Houw, kemudian meloncat pergi,
meninggalkan isak tertahan. Semua orang memandang dengan kagum akan keberanian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu yang sekali meloncat lenyap
dari situ, akan tetapi terutama sekali kagum kepada Sin Liong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersikap demikian tenang dan halus,
namun ia memiliki wibawa demikian besarnya sehingga gadis liar seperti itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi demikian jinak dan taat.
Setelah Soan Cu pergi jauh dan tidak tampak lagi bayangannya, Sin Liong lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan kedua lengannya dan sambil
tersenyum tenang dia berkata, "Nah, Locianpwe. Tidak ada yang perlu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diributkan lagi. Aku sudah mengaku
bersalah telah memasuki tempat ini dan menimbulkan keributan. Biarlah aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima hukuman rangkes seratus kali
agar hatimu puas." Sikap yang tenang dan halus ini diterima keliru oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siangkoan Houw. Matanya terbelalak
lebar dan dia menganggap pemuda itu menantangnya, menantang ancaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hukumannya. "Belenggu kedua
lengannya!" bentaknya kepada para muridnya. Empat orang muridnya menyerbu
dan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong hanya tersenyum saja ketika
bajunya dibuka, kedua pergelangan lengannya diikat dengan tali yang diikatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula pada cabang pohon sehingga
tubuhnya setengah tergantung. "Ayah.....!" Tiba-tiba dara cantik
jelita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejak tadi hanya menonton dan selalu
memandang ke arah Sin Liong penuh kagum, berkata kepada Tee-tok, "Apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berlebihan perbuatan kita ini?
Harap Ayah berpikir lagi dengan matang sebelum melakukan suatu kesalahan."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Dipikir apalagi? Kita telah
dihina orang, kalau tidak memperlihatkan kekuatan, bukankah akan menjadi bahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetawaan orang sedunia?" Mendengar
kata-kata orang tua itu, Siangkoan Hui, gadis itu, menunduk dan melirik ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah Sin Liong yang telah siap menerima
hukuman. "Terima kasih atas kebaikan hatimu, Nona. Akan tetapi biarlah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku sudah siap menghadapi hukuman.
Dengan begini, habislah segala urusan dan Ayahmu takkan marah lagi."
"Diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau!" Tee-tok membentak, kemudian
menuding kepada seorang muridnya yang bertubuh tinggi besar. "Ambil cambuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan rangket dia seratus kali!"
Murid itu berlari pergi dan tak lama kemudian sudah datang kembali membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang cambuk hitam yang besar dan
panjang. Setelah menerima isyarat gurunya, murid tinggi besar ini mengayun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cambuknya. Terdengar suara
meledak-ledak dan cambuk itu menyambar ke bawah, melecut tubuh atas yang
telanjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. "Tar.....! Tar....!
Tar........!" Semua orang terbelalak memandang , penuh keheranan. Cambuk
itu menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertubi-tubi, melecuti tubuh itu,
mukanya, lehernya, lengannya, dada, dan punggungnya, namun sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membekas pada kulit halus putih itu!
Hanya dahi pemuda itu yang berkeringat, akan tetapi dahi Si Pemengang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cambuk lebih banyak lagi peluhnya!
Sampai seratus kali cambuk itu menyambar tubuh Sin Liong dan ujungnya sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pecah-pecah, namun jangankan sampai ada
darah yang menetes dari kulit tubuh Sin Liong, bahkan tampak merah saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada seolah-olah cambuk itu bukan
melecut kulit membungkus daging, melainkan melecut baja saja! Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghitung sampai seratus kali, Si
Algojo itu jatuh terduduk, napasnya terengah-engah dan dia menggosok-gosok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telapak tangan kanannya yang terasa
panas dan lecet-lecet. Mukanya pucat dan matanya terbelalak penuh keheranan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kengerian. Semua anak buah atau
murid Tee-tok terbelalak dan pucat. Akan tetapi muka Tee-tok sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi merah sekali. Tahulah bahwa
pemuda itu adalah seorang yang memiliki ilmu kepandaian tinggi dan tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menggunakan sinkangnya sehingga
tubuhnya kebal dan tentu saja lecutan cambuk itu tidak membekas! Hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menambah kemarahan hatinya. Dia merasa
dihina dan ditantang. Dengan kemarahan meluap dia menyambar senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aneh, yaitu tanduk rusa yang kering itu.
Tanduk rusa itu bukanlah sebuah senjata sembarangan saja. Tee-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan seorang ahli racun dan dia
telah menemukan tanduk rusa ini yang mempunyai daya ampuh terhadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekebalan. Tanduk ini mengandung racun
yang tak dapat ditahan oleh kekebalan yang bagaimana kuat pun dan kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kemarahannya, dia hendak mengajar
pemuda ini dengan tanduk rusa ini! Pada saat itulah Swat Hong datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengintai dengan mata terbelalak
keheranan. Seluruh urat syaraf di tubuhnya sudah tegang dan dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir meloncat keluar untuk menolong
suhengnya ketika dia melihat seorang gadis datang berlari dan berlutut di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan kakek yang memegang senjata
tanduk rusa itu. Melihat ini, Swat Hong menahan diri dan terus mengintai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ayah, jangan..... jangan pukul
dia dengan ini.....!" "Hui-ji (Anak Hui), mundurlah kau! Dia telah
menghina<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita, memperlihatkan dan memamerkan
kekebalannya! Hemm, hendak kulihat sampai dimana kekebalannya kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasai pukulanku dengan ini!" Dia
mengamangkan senjata aneh itu. "Jangan, Ayah! Jangan.... aku akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melindunginya kalau Ayah memaksa! Ayah
bersalah, dia.... dia orang gagah yang budiman, luar biasa..... mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ayah tak bisa melihat orang.....?"
Siangkoan Houw menundukan mukanya dan melihat wajah puterinya yang pucat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata yang sayu dan tampak dua titik air
mata di pipi puterinya. Dia terkejut dan terheran-heran, kemudian marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. Puterinya telah jatuh cinta
kepada pemuda itu! "Hemm..." Suaranya penuh geram. "Lupakah kau
kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> putera Lusan Lojin.....?"
"Ayahhhh....!" Siangkoan Hui berseru dan terisak sambil memeluk kedua
kaki ayahnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis. Betapapun bengisnya, Tee-tok
yang hanya mempunyai seorang anak itu, tentu saja merasa tidak tega<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada anaknya. Hantinya mencair ketika
dia melihat puterinya menangis sambil memeluk kedua kakinya. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghela napas panjang dan pandang
matanya yang ditujukan kepada Sin Liong kini kehilangan kekejaman dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahannya, hanya terheran dan
ragu-ragu. Puterinya mencintai pemuda ini? Hemm...., seorang pemuda yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan , dan harus diakuinya bahwa
biarpun pemuda itu kelihatan halus seperti seorang lemah, namun pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah perkasa, penuh ketenangan dan
keberanian. Dan kekebalannya itupun membuktikan bahwa pemuda ini bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang sembarangan. Dia belum melihat
putera Lu-san Lojin, entah bagaimana setelah dewasa sekarang. Apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaik pemuda ini? "Hai, orang
muda. Siapakah namamu?" Sin Liong memandang kepada kakek itu dan menjawab
halus,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nama saya Kwa Sin Liong,
Locianpwe." "Bagaimana engkau bisa mengenal aku?" "Siapa
yang tidak mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Locianpwe yang terkenal di dunia
Kang-ouw? Locianpwe adalah Tee-tok Siangkoan Houw yang amat tinggi ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya, dan saya pernah bertemu
dengan Locianpwe....." Tiba-tiba Sin Liong berhenti bicara karena baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia teringat bahwa sebenarnya tidak ada
perlunya menyebut-nyebut hal itu. "Bertemu? Di mana?" Karena sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlanjur bicara, Sin Liong merasa
tidak enak untuk membohong lagi, maka dia berkata, "Di lereng
Jeng-hoa-san,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan Locianpwe pernah membujuk saya
menjadi murid......" "Astaga....! Engkaukah ini? Engkaukah anak
ajaib?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Engkau Sin-tong....?" Tee-tok
berseru dan cepat melangkah maju. "Benar, engkaulah Sin-tong! Aihh.....
maafkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami. Di antara kita telah timbul salah
pengertian besar!" Dia cepat meloncat dan merenggut lepas tali yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikat kedua lengan Sin Liong, bahkan
cepat meneriaki muridnya untuk menyerahkan kembali baju Sin Liong. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong tersenyum. "Tidak mengapa,
Locianpwe. Memang saya mengaku salah, telah menimbulkan keributan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengakibatkan kematian harimaumu."
"Aihh... hei, matamu tajam sekali, Hui-ji! Engkau benar! Dia anak baik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan hanya baik saja. Aduh, betapa
dahulu aku mati-matian memperebutkan anak ini! Hui-ji, dia Sin-tong! Betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> girangku dia tiba-tiba muncul di sini!"
Dengan giran Tee-tok menggandeng lengan Sin Liong dan menariknya. "Hayo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masuk ke rumah kami, kita bicara!"
"Tapi, Locianpwe. Saya ingin melanjutkan." "Nanti dulu, kita
bicara! Sejak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau dibawa oleh.... eh, di mana dia
sekarng.....?" Kakek itu menengok kekanan kiri, seolah-olah merasa ngeri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia teringat akan Pangeran Han
Ti Ong yang sakti. Siapa tahu, pangeran yang luar biasa itu tahu-tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muncul pula di situ. "Locianpwe
maksudkan Suhu? Saya hanya datang berdua dengan adik Soan Cu." "Mari
kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara. Ah, pertemuan ini sungguh
menggirangkan hati!" Melihat sikap kakek itu begitu gembira, Sin Liong
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tega untuk menolak terus. Urusan telah
selesai dengan baik, dan Soan Cu tentu sedang menanti di dusun di kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukit. Terlambat sedikit pun tidak
mengapa daripada memaksa menolak dan menimbulkan kemarahan kakek yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berangasan ini. Siangkoan Hui memandang
kepada Sin Liong dengan sepasang mata bersinar-sinar, penuh kekaguman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan ketika ayahnya menggandeng pemuda
itu dengan tangan kanan, kemudian menggandengnya dengan tangan kiri, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum dan meronta melepaskan diri
karena malu, kemudian berlari-lari kecil meninggalkan mereka. "Ha-ha-ha!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui-ji... ha-ha-ha-ha! Eng kau benar.
Dia ini seorang pemuda pilihan, seorang pemuda hebat!" Dengan penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegembiraan Tee-tok menjamu Sin Liong.
"Siapakah Nona yang lihai dan berani itu?" "Dia adalah Ouw Soan
Cu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang sahabat baik saya, Locianpwe. Dia
sedang mencari ayahnya dan saya membantunya." "Mana dia? Karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabatmu, dia pun sahabat kami. Biar
aku menyuruh orang mengundangnya." "Tidak usah, Locianpwe. Wataknya
aneh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan keras, jangan-jangan malah
menimbulkan salah paham." "Ha-ha-ha, aku suka kepadanya! Sejak
pertemuan pertama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku kagum kepada anak itu! Keras, aneh
dan berani! Hebat dia! Aihh, Sin-tong...." "Locianpwe, nama saya Kwa
Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong." "Tidak apa, aku tetap
menyebutmu Sin-tong. Engkau memang anak ajaib, luar biasa sekali. Apakah engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menjadi murid pangeran Han Ti
Ong?' Sin Liong mengangguk dan merasa agak gugup. "Benar, akan tetapi saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilarang untuk bicara tentang
Suhu...." "Ha-ha-ha, aku tahu. Dia bukan manusia biasa! Aku girang
sekali bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan muridnya, apalagi muridnya
adalah engkau, Sin-tong! Ahhh... kegirangan yang bercampur dengan kekecewaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebesar gunung!" Tiba-tiba kakek
itu meremas cawan araknya dan cawan arak yang terbuat daripada perak itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti tanah lihat saja, di dalam
kepalanya berubah menjadi perak yang pletat- pletot, lenyap bentuk cawannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong terkejut dan tidak berani
bertanya. Kakek itu melempar cawan yang sudah tidak karuan itu ke bawah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meja dan berteriak kepada muridnya mita
diberi sebuah cawan baru. Kemudian dia berkata, "Siapa tidak kecewa?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Anaku hanya seorang, perempuan lagi,
dan celakanya, dia sudah ditunangkan sejak kecil!" Kakek ini memang selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara keras, kasar dan jujur, tak
pernah mau menyembunyikan sesuatu! Sin Liong menjadi makin terheran.
"Telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditunangkan sejak kecil adalah baik
sekali, mengapa celaka, Locianpwe?' "Kalau ditunangkan dengan engkau tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja baik sekali! Akan tetapi bukan
denganmu , dengan orang lain yang tak kunjung datang! Dan karena telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditunangkan itu, mana mungkin aku dapat
mengambil engkau sebagai mantuku? Padahal aku tahu, Hui-ji suka padamu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia jatuh cinta padamu. Ha-ha, anak
pintar itu, matanya tajam sekali." Tentu saja Sin Liong menjadi terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan malu, menunduk dan tak berani
bicara lagi. "Engkau tentu belum bertunangan, bukan?" Sin Liong hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeleng kepalanya. "Kalau
begitu, mudah saja ! Engkau menjadi mantuku, menikah saja dengan
Hui-ji...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Locianpwe, ingatlah bahwa Siocia
telah bertunangan, adapun aku.... aku sama sekali tidak mempunyai pikiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menikah," Kakek itu menarik
napas panjang. "Engkau betul, memang tidak patut kalau diputuskan begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja, dari satu pihak. Aihhh, Lu-san
Lojin, engkau tua bangka benar-benar sekali ini membuat hatiku kesal! Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah pergi ke sana baru-baru ini dan
dia bersama puteranya itu, juga bersama seorang puterinya, menurut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuturan penduduk di sekitar Lu-san,
telah pergi entah ke mana! Aihh, betapa kesal hatiku...." "Harap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Locianpwe menenangkan pikiran. Mungkin
mereka sedang mencari Locianpwe. Kalau sudah jodoh, tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipertemukan kelak." Kembali kakek
itu mengangguk-angguk. Memang, setelah mendengar bahwa pemuda yang tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dibunuhnya itu ternyata adalah
Sin-tong yang dahulu dibawa oleh Pangeran Han Ti Ong tokoh Pulau Es, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertarik dan terkejut sekali. Bukan
hanya untuk mencoba menarik pemuda itu menjadi mantunya, akan tetapi juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk keperluan lain yang amat penting.
Dia masih ragu-ragu untuk membicarakan urusan ini, maka dia menanti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesempatan baik dan hendak menjajaki
lebih dulu, di fihak manakah pemuda ini berdiri. Sementara itu, Siangkoan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui merasa malu sekali. Dia sudah
mengenal baik watak ayahnya yang kasar dan jujur. Tentu kalau dia ikut masuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke dalam rumah menemui pemuda itu,
ayahnya akan bicara yang bukanbukan tanpa tedeng aling-aling lagi! Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa malu dan.... girang bukan main.
Tak dapat ia menipu hatinya sendiri. Dia memang telah jatuh cinta kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu! Pemuda yang amat luar
biasa, bukan hanya tampan dan gagah, namun memiliki watak yang amat hebat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Belum pernah dia bertemu dengan pemuda
segagah itu, begitu halus, begitu budiman, begitu tabah dan mengalah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi juga amat lihai sehingga
seratus kali rangketan itu tidak membekas sama sekali di kulit tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang putih halus dan padat membayangkan
tenaga yang luar biasa! Dia sudah jatuh cinta! Dan ayahnya sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengetahui akan hal ini. Tentu ayahnya
akan bicara terang-terangan kepada pemuda itu. Akan tetapi, bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan tunangannya? Teringat akan ini,
tiba-tiba Siangkoan Hui menjadi lemas. Dia duduk bersandar pohon dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termenung, menanggalkan sabuk sutera
merah yang melibat pinggangnya. Kiranya sabuk itu hanya sabuk tambahan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat dipergunakan sebagai saputangan,
karena di pinggang itu telah terdapat sabuk lain yang berwarna kuning.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sambil menggigit-gigit ujung sabuk
sutera merah, Siangkoan Hui termenung, mukanya sebentar pucat sebentar merah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanda bahwa hatinya kacau tidak karuan
oleh jalan pikirannya. Dara ini sama sekali tidak tahu bahwa sejak tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada bayangan yang mengikutinya,
bayangan seorang gadis lain yang memandangnya dengan sinar mata berapi-api<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh kemarahan! Gadis ini bukan lain
adalah Han Swat Hong! TadinyaSwat Hong mengintai dan hampir saja dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat keluar untuk menolong
suhengnya. Akan tetapi kemunculan Siangkoan Hui yang melarang ayahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan tanduk rusa memukul Sin
Liong, membuat dia membatalkan niatnya menolong Sin Liong. Apalagi melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa usaha pertolongan dara cantik
puteri kakek berangasan itu berhasil! Hatinya terasa panas sekali, seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibakar dan serta merta dia merasa
benci kepada Siangkoan Hui! Kebencian yang membuat dia diam-diam mengikuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu dengan niat untuk membunuhnya!
Swat Hong sendiri tidak mengerti mengapa dia selalu marah dan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senang kalau melihat ada gadis
memperlihatkan sikap baik dan mencinta kepada Sin Liong. Dia sendiri tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa hatinya diamuk cemburu! Melihat
Siangkoan Hui yang dibayanginya itu duduk seorang diri di tempat sunyi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, menggigit ujung sabuk merah dengan
wajah sebentar pucat sebentar merah, melamun dan kadang-kadang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum manis, Swat Hong merasa
perutnya seperti dibakar! "Perempuan tak tahu malu!" Bentaknya dan
dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat keluar, mencabut pedangnya dan
menyilangkan pedang itu di tangan kanan dan sarung pedang di tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiri, memasang kuda-kuda dan membentak,
"Bersiaplah untuk mampus di tangan Nonamu!" Siangkoan Hui adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang gadis yang sejak kecil
digembleng ilmu silat tinggi oleh ayahnya, maka begitu melihat bayangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelebat tadi, dia sudah meloncat
bangun. Kini, melihat bahwa yang muncul dan datang-datang memakinya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah seorang gadis cantik yang tidak
dikenalnya, dia melongo. "Eh-eh, apakah kau ini orang gila?" Tentu
saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertanyaan ini membuat Swat Hong
menjadi makin marah. Kedua pipinya merah seperti udang direbus dan sepasang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya yang jeli itu mengeluarkan
sinar berapi-api. Sukar dikatakan siapa di antara kedua orang dara itu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih menarik. Keduanya sama muda, sama
cantik jelita dan pada saat itu sama marahnya! "Kau.... kau....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perempuan rendah! Perempuan macam
engkau berani jatuh cinta kepada Suhengku!" Swat Hong memaki. Siangkoan
Hui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut sekali, akan tetapi perutnya
juga sudah panas dibakar kemarahan mendengar dirinya dimaki-maki orang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Apa? Kau ini mengaku Sumoinya?
Sungguh tidak patut! Seekor naga mana mempunyai sumoi seekor cacing?"
Dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibayangkan betapa marahnya hati yang
keras seorang dara seperti Swat Hong mendengar ini. Ingin dia mencaci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maki habis-habisan, ingin dia
menjerit-jerit, akan tetapi karena dia tak pandai cekcok dengan suara, dia
hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan suara melengking nyaring
dan pedangnya sudah menerjang ke arah dada Siangkoan Hui! "Singgg...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Wuuuuttt......!" Siangkoan Hui
juga mengeluarkan pekik kemarahan, tubuhnya tiba-tiba mencelat ke atas dan dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas sabuk sutera merahnya yang
ternyata adalah senjatanya yang ampuh itu menyambar ke bawah dengan serangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> balasannya yang tidak kalah berbahaya.
"Plakkkk!!" Sarung pedang di tangan kiri Swat Hong berhasil menangkis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan itu dan dia terkejut juga
menyaksikan kelincahan lawan. Tahulah Swat Hong bahwa lawannya tak boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipandang ringan dan memiliki ginkang
yang amat hebat, maka dia memutar pedangnya dengan kecepatan kilat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Repotlah Siangkoan Hui menghadapi
permainan pedang lawannya yang amat luar biasa itu. Sebetulnya tingkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian Siangkoan Hui sudah tinggi,
dan pada jaman itu, sukarlah dicari tandingannya. Sebagai puteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tunggal, Tee-tok telah menurunkan semua
ilmu simpanannya dan selain memiliki senjata istimewa berupa sabuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sutera, juga dara ini adalah seorang
ahli racun seperti ayahnya. Ayahnya adalah seorang tokoh yang berjuluk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Racun Bumi, tentu saja dia mempelajari
pula penggunaan racun-racun yang ampuh. Setelah mendapat kenyataan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa permainan pedang lawannya
benar-benar amat lihai dan berbahaya, tiba-tiba Siangkoan Hui membentak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari tangan kirinya menyambar
sinar-sinar merah. Sawat Hong mengeluarkan suara mendengus dari hidung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejek, sinar pedangnya berkelebatan
dan bergulunggulung sehingga jarum-jarum merah yang dilepas Siangkoan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hui secara lihai itu semua dapat
dipukul runtuh. "Haiiittt....!!" Swat Hong meluncur ke depan,
didahului sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya, pedang itu menusuk lalu
disambung membabat ke kanan kiri, sedangkan sarung pedangnya masih bergerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghantam dari atas. Seolah-olah semua
jalan keluar tertutup dan tidak memungkinkan lawan untuk mengelak lagi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hiaaaaahhhh!!" Siangkoan Hui
memekik nyaring, sabuknya berubah menjadi sebatang benda keras yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diputar-putar, melindungi tubuhnya.
Pada saat pedang tertangkis, tiba-tiba dari ujung sabuk merah itu menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua batang paku merah yang meluncur
tanpa tersangka-sangka dan dengan cepat sekali ke arah tenggorokan Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong! "Aihhh....!!" Swat Hong
menjerit dan tidak ada jalan lain baginya kecuali membuka mulutnya yang kecil
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "menangkap" dua batang paku
merah itu dengan gigitan giginya yang kecil-kecil dan putih berderet rapi itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siangkoan Hui terkejut dan kagum bukan
main , dan pada saat itu, Swat Hong telah meniupkan dua batang paku ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah tubuh lawan. Tentu saja Siangkoan
Hui dapat mengelakan senjata rahasianya sendiri ini dengan mudah. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi kini Swat Hong sudah marah
sekali dan pedangnya bergerak untuk membunuh! Jurus-jurus terhebat dari Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es dimainkannya dan tentu saja
Siangkoan Hui terdesak hebat dan ujung sabuknya sudah robek dicium ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya! "Sumoi,
jangan....!!!" Tiba-tiba terdengar seruan dan Sin Liong melompat memasuki
lapangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertandingan, menolak lengan sumoinya
dengan tangan kiri. "Sumoi....! Syukur kita dapat saling bertemu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sini....!" Sin Liong berseru
girang bukan main. Akan tetapi, perut Swat Hong terasa panas saking<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendongkolnya.tadi dia sudah berhasil
mendesak lawan dan belasan jurus lagi saja dia tentu akan menang. Siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tahu, suhengnya muncul dan lawannya itu
dapat meloncat keluar dan kini berdiri di belakang kakek yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayahnya! "Aku harus
membunuhnya!" bentaknya dan dia hendak melompat ke arah Siangkoan Hui.
"Sumoi, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serang orang!" "Kalau begitu,
serang kau saja!" Dan gadis itu lalu menyerang Sin Liong kalang kabut
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya! "Eh-eh....! Ohhh....!
Sumoi...., mengapa kau marah-marah?" Sin Liong terpaksa berlompatan ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana-sini mengelak karena sambaran
pedang di tangan sumoinya itu bukan main-main! "Kenapa kau membelanya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kenapa?" Swat Hong berkata
berlahan dan menyerang terus tanpa mempedulikan seruan suhengnya. Pada saat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak dua sosok bayangan berkelebat
dan tahu-tahu di situ telah berdiri Kwee Lun dan Soan Cu. Bagaimana dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang muda ini dapat datang bersama?
Telah kita ketahui bahwa Soan Cu disuruh pergi oleh Sin Liong, dan karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis ini amat taat kepada Sin Liong,
dengan hati berat dia meninggalkan puncak itu hendak turun ke dusun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali. Dan telah diceritakan pula di
bagian depan betapa Kwee Lun melakukan penyelidikan bersama Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mereka berpencar. Kwee Lun
mengambil jalan dari kiri. Kebetulan sekali ketika pemuda ini sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berindap-indap melakukan penyelidikan,
dia melihat seorang gadis cantik berjalan seorang diri keluar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pagar. Tentu saja dia mengira bahwa
gadis itu adalah seorang musuh. Timbul dalam pikirannya untuk menangkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gadis ini dan memaksanya mengaku apa
yang telah terjadi di sebelah dalam . Hal ini akan lebih memudahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyelidikannya, daripada menyelidiki
dari luar tak berketentuan. Dengan pikiran ini, Kwe Lun tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat keluar dari tempat sembunyinya
dan langsung dia menubruk dan memeluk Soan Cu! Dapat dibayangkan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marahnya dara ini. Ketika tiba-tiba ada
seorang laki-laki keluar dari semaksemak dan dengan gerakan secepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kilat menyergap dan memeluknya, tentu
saja dia mengira bahwa ini tentulah anak buah Tee-tok yang hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangkapnya atau hendak berkurang
ajar. "Setan keparat jahanam terkutuk !!" bentaknya dan dia
mengerahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenaganya, meronta dan menggerakan kaki
tangannya, menyepak dan menampar. "Plak-plak-plak.....! Wah-wah.....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> galak benar!" Kwee Lun kewalahan dan
terpaksa melepaskan rangkulannya karena tulang kering kakinya kena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditendang, pipinya dicakar dan dagunya
ditampar! Kini mereka berhadapan dan saling pandang. Keduanya kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertegun karena sama-sama tidak
menyangka. Kwee Lun sama sekali tidak menyangka bahwa yang ditangkapnya tadi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipeluknya karena disangkanya seorang
pelayan wanita, kiranya adalah seorang dara remaja yang cantik jelita!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sedangkan Soan Cu yang terkejut melihat
seorang pemuda yang begitu tampan gagah perkasa. Sejenak keduanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling pandang, kemudian timbul
kegalakan Soan Cu yang menjadi marah. Dia memang sudah mendongkol disuruh pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Sin Liong , hatinya gelisah
memikirkan Sin Liong biarpun dia yakin pemuda itu akan mampu menjaga dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kini ada orang yang betapa gagahnyapun
telah berlaku kurang ajar. "Setan alas! Siapa kau? Tentu kaki tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tee-tok, ya? Hendak menangkap aku?
Keparat jahanam! Engkau sudah bosan hidup!" "Tar-tar-tar....!!"
Cambuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buntut ikan hiu itu sudah meledak-ledak
di atas kepala Kwee Lun. Soan Cu mengira bahwa sekali serang saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala pemuda gagah itu tentu akan
pecah. Seberapa hebat sih kepandaian anak buah Tee-tok? Akan tetapi betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> herannya ketika dia melihat pemuda
tinggi besar itu dapat mengelak dengan amat cepatnya, bahkan telapak tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu berhasil menepuk lengannya
yang memegang cambuk. "Plakkk!" Pemuda itu terheran. Tamparannya
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuat cambuk itu terlepas!
"Aihhh..... nanti dulu, jangan menyerang begitu. Aku bukan anak buah
Tee-tok atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> racun manapun juga!" Namun Soan Cu
sudah merasa penasaran sekali. Kembali dia menyerang dan kini cambuknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berubah menjadi segulung sinar hitam
yang menyambar-nyambar dibarengi suara meledak-ledak. Akan tetapi, Kwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lun tetap dapat mengelak dan meloncat
ke sana-sini, bahkan kadang-kadang dia berani menangkis cambuk itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telapak tangannya! Hal ini tentu saja
mengagumkan hati Soan Cu. Dan tidak tahu bahwa pemuda itu menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu Bian-sin-kun (Tangan Kapas Sakti)
yang mengandung sinkang tingkat tinggi yang membuat telapak tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi lemas seperti kapas dan
karenanya tidak terluka oleh benda keras! "Nona cantik tapi galak seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kucing lapar!" Kwee Lun balas
memaki ketika melihat nona itu menyerang terus sambil memaki-maki.
"Berhentilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dulu dan kita bicara!" "Iblis
raksasa, kau yang kelaparan!" Soan Cu membentak makin marah dan kini dia
sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencabut pedangnya, pedang
Coa-kut-kiam! Dengan kedua senjatanya ini, dia menyerang kalang kabut!
"Wah, runyam!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Perempuan galak dan ganas!" Kwee
Lun terancam bahaya maut dan dia pun terpaksa lalu mencabut pedangnya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kanan sedangkan tangan kirinya
memegang kipas gagang perak. "Tringgggg.... Cringggg-trangggg......!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bunga api berpijar dari keduanya
terdorong kebelakang oleh pertemuan senjata yang hebat itu tadi. Kipas bertemu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengam cambuk dan pedang bertemu dengan
pedang. Masing-masing menjadi terkejut dan terheran. Tenaga sinkang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka seimbang! "Bagus! Mari kita
bertanding sampai selaksa jurus!" Soan Cu sudah menerjang lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Trangggg....!
Trangggg....!!" Kembali Kwee Lun menangkis sekuatnya dan mereka terdorong
mudur. "Sombongnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Manusia mana kuat bertanding sampai
selaksa jurus? Makan waktu berapa bulan? Tunggu dulu, mengapa kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah-marah kepadaku seperti orang
kebakaran jenggot?" "Ngaco! Jenggotmu yang kebakaran!" "Eh,
ohhh! Kau bikin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku bingung! Benar, kau tidak
berjenggot. Eh, kenapa kau marah-marah begini? Dan kau lihai bukan main!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Senjatamu mengerikan!"
Cerewet!" Soan Cu sudah hendak menerjang lagi, sekarang terdorong oleh
rasa penasaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dia tidak mampu mengalahkan
pemuda ini. "Nanti dulu! Kita bicara dulu, baru kita bertanding
selaksa....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> eh, seratus jurus saja! Aku salah
menduga, kukira kau tadi seorang pelayan di sini!" "Menghina kamu ya?
Orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> macam aku ini pelayan? Kalau kau baru
pantaslah menjadi jongos! Atau jagal babi!" "Maafkanlah. Aku tadi
melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari jauh. Aku sedang menyelidiki.....
wah, celaka! Kau tentu puteri Teetok!" Kwee Lun terkejut dan menyesali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebodohannya. Mengapa dia tidak menduganya
lebih dulu? Siapa lagi kalau bukan puteri Tee-tok yang begini lihai?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aku bukan anak racun bumi, bukan
anak racun bau! Aku malah musuhnya!" "Wah, benarkah? Kalau begitu
kita cocok!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku pun sedang melakukan penyelidikan.
Aku mendengar ada biruang diadu dengan harimau, pemilik biruang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah sahabatku, eh, maksudku,
sahabatnya sahabatku!" Soan Cu menjadi bingung. "bicaramu seperti
orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinting!' "Memang betul,
sahabatnya, eh, malah suhengnya sahabatku. Kau siapa?" "Aku baru saja
meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemilik biruang itu yang menjadi
sahabat baikku." Dengan singkat Soan Cu menuturkan betapa Sin Liong
mengalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan malah menyuruh dia pergi dan ingin
menerima hukuman! "Wah, kenapa kau sudah begini besar masih begini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tolol?" "Siapa? Siapa
tolol?" Soan Cu melangkah maju dan sepasang senjatanya sudah menggetar
ditangannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Siapa lagi kalau bukan engkau?
Mengapa kau meninggalkan sahabatmu itu menghadapi hukuman? Kau tidak tahu siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu Tee-tok Siangkoan Houw? Dari
julukannya saja sudah mudah diketahui. Dia Racun Bumi, kejemnya bukan main.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sahabatmu itu, suheng sahabatku,
pemilik biruang, tentu akan dibunuhnya!" "Apa....?" Wajah Soan
Cu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pucat sekali. "Celaka....!"
"Hayo cepat kita kesana, barangkali belum terlambat!" Demikianlah,
kedua orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti berlomba lari saja, bersicepat
lari kembali ke puncak. Dan mereka tiba di tempat yang tepat di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka melihat Swat Hong sedang
menyerang kalang kabut kepada Sin Liong yang mengelak ke sana-sini. Ketika Kwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lun melihat sahabatnya itu menerjang
seorang pemuda dengan mati-matian dan mendapat kenyataan betapa pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lihai bukan main, biarpun bertangan
kosong namun pedang di tangan Swat Hong sama sekali tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyentuhnya, dia sudah menggerakan
pedang dan kipasnya, meloncat maju sambil membentak, "Berani kau menghina<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong-moi?"
"Trangg-cringgg....!!" Kwee Lun terdorong ke belakang dan matanya
terbelalak melihat bahwa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangkisnya adalah sepasang senjata di
tangan..... Soan Cu yang mendelik dan memaki, "Kerbau tolol! Berani kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencampuri urusan Liong-koko?"
Setelah berkata demikian, Soan Cu menyerang kalang kabut dan kembali mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling serang dengan serunya! Melihat
ini, otomatis Swat Hong menghentikan serangannya dan Sin Liong juga sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat ke belakang lalu berkata,
"Jangan bertempur! Soan Cu, mundurlah....!" "Liong-ko, biarkan
aku bertemput<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan gajah ini sampai selaksa.......
eh, seratus jurus!" "Kwee-koko, mundur! Orang sendiri......!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hehhhh....? Orang sendiri....?
Dia ini...." Kwee Lun terkejut dan terheran-heran, sebentar memandang
kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong, lalu kepada Soan Cu.
"Kwee-koko, inilah suhengku yang kucari-cari." Swat Hong
memperkenalkan .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Eh.... akan tetapi, mengapa kau
menyerangnya.....??" Sin Liong cepat berkata, "Saudara yang gagah,
Sumoiku ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang kalau lama tidak bertemu lalu
ingin mengajakku berlatih." Mendengar ini, merah wajah Swat Hong. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketahuan oleh semua orang betapa dia
marah-marah dan menyerang suhengnya sendiri, baru dia teringat dan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malu. Sementara itu, dapat dibayangkan
betapa kaget dan sedihnya hati Siangkoan Hui ketika itu. Kiranya dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cantik yang amat lihai ini adalah Sumoi
dari Kwa Sin Liong dan melihat sikapnya, dia dapat menduga bahwa dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang galak ini cemburu kepadanya. Maka
dia sudah melangkah maju dan menjura sambil berkata, "Ah, harap maafkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiranya Cici adalah sumoi dari
Kwa-taihiap...." "Hemmmm.... sudahlan!" Swat Hong berkata malu,
kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperkenalkan kepada suhengnya,
"Suheng, dia ini adalah Saudara Kwee Lun, murid dari Lam Hai
Sengjin."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ha-ha-ha! Kiranya murid majikan
Pulau Kura-kura? Selamat datang! Dan Nona adalah Sumoi dari Kwataihiap?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aihhh..... sungguh hari ini kami
kedatangan banyak tokoh besar!" Kemudian berkata kepada Soan Cu yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cembertu. "Baik sekali Nona sudah
datang kembali. Mari.... mari orang-orang muda yang gagah perkasa, marilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita duduk dan bicara di dalam."
Tee-tok Siangkoan Houw lalu mempersilahkan mereka semua memasuki gedungnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menjamu mereka dengan hidangan mewah,
dibantu oleh puterinya, Siangkoan Hui yang merasa kagum sekali kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong, akan tetapi juga merasa iri
hati dan berduka. Tidaklah demikian dengan perasaan Soan Cu. Memang tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat disangkal lagi bahwa gadis Pulau
Neraka ini amat tertarik kepada Sin Liong yang dianggapnya sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pemuda yang luar biasa dan amat
mengagumkan hatinya. Akan tetapi, selama dalam perjalanan ini Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jelas memperlihatkan sikap bahwa pemuda
itu sama sekali tidak tertarik kepadanya, juga bahwa sikap baiknya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih mendekati sikap baik seorang
kakak terhadap adiknya, pula, melihat bahwa sesungguhnya Swat Hong, sumoi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu, juga mencintai suhengnya,
Soan Cu maklum bahwa tidaklah mungkin dia membiarkan cintanya terhadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong berlarut-larut. Pertemuannya
dengan Kwee Lun telah mengubah seluruh perasaan hatrinya. Pemuda raksasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini amat hebat, amat menarik dan jelas
lebih cocok dengan dia! Kwee Lun merupakan seorang pemuda yang jujur,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terus terang, gagah perkasa dan biarpun
baru sekali bertemu saja, mereka telah saling serang sampai dua kali!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Oleh karena itu, ketika mereka semua
makan bersama mengelilingi meja besar, perhatian Soan Cu lebih banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertuju kepada pemuda perkasa itu.
Setelah mereka makan minum, berkatalah Tee-tok Siangkoan Houw, suaranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguh-sungguh dan katakatanya
ditujukan kepada Sin Liong dan Swat Hong, "Saya tidak tahu dengan jelas
apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ji-wi mempunyai hubungan dengan Pulau
Es, akan tetapi mengingat bahwa Kwa-taihiap adalah murid dari Pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Ti Ong dari Pulau Es, maka agaknya
apa yang hendak saya bicarakan ini akan menarik perhatian Ji-wi. Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesungguhnya saya, atas nama para orang
gagah di dunia kang-ouw, saya amat mengharapkan bantuan Sin-tong!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ah, mengapa Locianpwe terlalu
sungkan dan merendahkan diri? Harap diceritakan ada urusan apakah yang kiranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat kami bantu, dan harap jangan
membawa-bawa nama Pulau Es." "Justeru karena urusan ini menyangkut
Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es." "Heiii....? Ada urusan
apakah yang menyangkut Pulau Es?" Swat Hong bertanya penuh semangat.
Mendengar ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tee-tok tersenyum dan memandang.
"Sebagai Sumoi dari Sin-tong, tentu Nona juga dari Pulau Es, bukan?
Gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang Nona tadi hebat bukan
main...." "Tidak perlu diketahui siapa pun apakah aku dari Pulau Es
atau tidak,"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jawab Swat Hong tegas. "Kalau ada
urusan Pulau Es, kami ingin mendengar." "Locianpwe, harap ceritakan
kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami dan maafkanlah sikap Sumoi yang
selalu tegas dan singkat. Perlu saya berutahukan bahwa memang amatlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penting artinya bagi kami kalau ada
urusan yang menyangkut Pulau Es." Tee-tok menarik napas panjang.
"Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibicarakan sungguh membuat orang
menjadi penasaran sekali. Ji-wi (Anda Berdua) tentu telah mendengar nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar Bu-tong-pai, bukan? Nah, semua
orang gagah dari dunia kang-ouw bersepakat untuk menentang Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mati-matian." "Haiii....?
Mengapakah? Maaf kalau aku mencampuri, akan tetapi sungguh hatiku penasaran
sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar Bu-tong-pai dimusuhi orang
kang-ouw. Bukankah anak murid Bu-tong-pai adalah orang-orang gagah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
dihormati oleh dunia kang-ouw? Mengapa sekarang hendak dimusuhi?"
Kwee Lun berseru lantang, matanya terbelalak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebar karena penasaran. "Ha-ha-ha,
agaknya gurumu, Si Tua Bangka Lam Hai Sengjin masih belum mendengar berita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia selalu bertapa dipulaunya
sehingga engkau pun belum tahu, orang muda yang gagah, Bu-tong-pai telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa bulan ini dikuasai oleh
seorang ketua baru!" "Soal pengangkatan ketua baru Bu-tong-pai,
kurasa adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan dalam Bu-tong-pai sendiri!"
kata pula Kwee Lun. "Memang demikian kalau ketua baru itu orang dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai pula. akan tetapi, ketua
baru itu mengaku dirinya sebagai Ratu Pulau Es dan telah melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbuatan sewenang-wenang, melanggar
peraturan kang-ouw, mengalahkan banyak tokoh kang-ouw dan kabarnya bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersekutu dengan pembrontak!"
"Ihhhh....!" Swat Hong berseru. "Kiranya dia di sana....!"
Sin Liong juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru. Mendengar seruan dua orang
muda sakti dari Pulau Es itu, Tee-tok cepat memandang penuh selidik.
"Ji-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenal wanita itu?" Sin Liong
mengangguk tenang. "Agaknya begitulah. Dan sekarang juga kami berdua minta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri, karena kami harus segera
berangkat ke Bu-tong-pai." "Tapi biarlah kami membantumu, dan kalau
perlu kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberitahukan teman-teman di dunia
kang-ouw agar...." "Tidak usah, Locianpwe. Ini adalah urusan antara
kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri. Bukankah begitu Sumoi?"
"Benar! Harus kami berdua saja yang berangkat ke sana. Kwee-koko, terima
kasih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas bantuanmu mencari Suheng dan setelah
kini aku bertemu Suheng dan kami ada urusan yang amat penting,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpaksa aku akan meninggalkanmu. Kita
berpisah sampai di sini, Kwee-koko." Kwee Lun mengangguk dan berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suara lirih setelah menarik
napas panjang. "Aku mengerti, Hong-moi." "Soan Cu, kuharap
engkau suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menanti dulu di sini dan harap
Siangkoan Lo-enghiong melimpahkan kebaikan hati dengan menerima Soan Cu di sini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk beberapa hari sampai saya selesai
berurusan dengan Bu-tong-pai." "Tentu saja! Dengan senang hati!
Biarlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw-siocia tinggal di sini dulu,
ditemani oleh anakku." "Tidak, Liong-koko! Aku.... aku.... akan pergi
saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjutkan usahaku mencari Ayah.
Kaupergilah menyelesaikan urusanmu dengan Swat Hong......" kata Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil menekan perasaannya.
"Urusan kita memang berlainan. Selamat tinggal, aku pergi lebih
dulu!" Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata demikian, Soan Cu lalu bangkit
berdiri dan berlari pergi tanpa menoleh lagi. Kwee Lun juga bangkit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri. "Kalau begitu aku pun
pamit. Biarlah aku membantu dia kalau dia mau." Kwee Lun lalu berlari
sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseru, "Nona...., tunggu
dulu....!!" Namun Soan Cu tidak menengok lagi dan berlari cepat sehingga
Kwee Lun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpaksa harus mengerahkan ginkangnya
untuk mengejar. Sebentar saja kedua orang muda yang berkejaran itu sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lenyap dari pandangan mata. Sin Liong
dan Swat Hong juga berpamit dan meninggalkan Tee-tok bersama puterinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mengantar mereka sampai di pintu
depan. Setelah kedua orang itu berjalan pergi dan tidak nampak lagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar Siangkoan Hui terisak dan
menutupi matanya dengan ujung lengan bajunya. Siangkoan Houw menghela napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan merangkulnya. dara itu makin
berduka, menangis sesenggukan di dada ayahnya. Teetok menepuk-nepuk pundak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puterinya dan berkata, "Hemm,
tidak patut anak Tee-tok begini lemah hatinya! Aku tahu bahwa kau jatuh cinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya, Hui-ji. Memang dia seorang
pemuda luar biasa! Akan tetapi, aku melihat sesuatu yang aneh pada diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin-tong itu. Aku akan merasa heran
kalau sampai mendengar dia itu menikah! Dia tidak seperti manusia biasa!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia dari Pulau Es, demikian Sumoinya.
Mereka itu berbeda dengan kita. Selain itu, engkau adalah tunangan putera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lusan Lojin Bu Si Kang. Engkau sejak
kecil telah dijodohkan dengan Bu Swai Liang. Biarlah aku akan mencari lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka!" Siangkoan Hui tidak
menjawab dan dia menurut saja ketika diajak masuk ke rumah oleh ayahnya yang
amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyayanginya. Sebetulnya, sukarlah
dikatakan apakah Siangkoan Hui benar-benar jatuh cinta kepada Sin Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiranya lebih tepat dikatakan kalau dia
tertarik dan suka menyaksikan wajah dan sikap pemuda yang halus budi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Untuk dikatakan jatuh cinta,
kiranya masih terlalu pagi! Keadaan di Bu-tong-pai mengalami perubahan hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semenjak The Kwat Lin menjadi ketua
partai persilatan besar itu. Bukan hanya perubahan di luar, yang nampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jelas karena adanya banyak anggauta
perkumpulan golongan hitam dan sepak terjang mereka yang kasar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ugal-ugalan, mengandalkan kepandaian
untuk menentang siapa saja, akan tetapi juga terjadi perubahan di sebelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam yang tidak diketahui oleh orang
luar. Terjadi hal yang membuat Swi Nio seringkali menangis seorang diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dalam kamarnya! Peristiwa yang
memalukan hati dara itu, yaitu ketika dia melihat betapa kakaknya, Swi Liang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menjadi kekasih dari subo mereka
sendiri! Tadinya tentu saja hal itu terjadi secara sembunyisembunyi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi kini dia melihat sendiri
betapa subonya dan kakaknya itu berjinah secara terangterangan, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersembunyi lagi dan biarpun pada siang
hari di mana banyak mata para angauta Bu-tongpai menyaksikannya, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seenaknya ketua Bu-tong-pai itu
memasuki kamar Bu Swi Liang atau sebaliknya pemua itu memasuki kamar subonya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian pintu kamar ditutup dari
dalam! Hati Swi Nio membrontak, akan tetapi apa yang dapat dia lakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecuali menangis? Dan memang sungguh
menyedihkan sekali kenyataan bahwa seorang pemuda seperti Bu Swi Liang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini terjebak oleh nafsu berahi dan
menjadi hamba nafsu berahi, juga menjadi hamba subonya sendiri yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
membuatnya tergila-gila! Hal ini tidak amat mengherankan, mengingat
bahwa Swi Liang adalah seorang pemuda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih hijau. Seorang pemuda remaja yang
tentu saja tidak kuat menahan godaan dan rayuan seorang wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah matang seperti The Kwat Lin pula,
memang rasa kagum seoran muda terhadap lawan kelaminnya yang lebih tua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan mudah menyeretnya ke dalam
perangkap cinta nafsu. Di lain pihak, peristiwa itu bukanlah dapat diartikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa The Kwat Lin adalah seorang
wanita yang gila laki-laki atau gila berahi. Sama sekali tidak. Dia adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang yang normal, dan hanya
keadaanlah yang membuat dia menjadi seorang penyeleweng besar. Dia adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita yang belum tua benar,
baru tiga puluh tahun usianya, berwajah cantik dan bertubuh sehat. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi janda dan hidupnya menyendiri,
wajarlah kalau dia merindukan cinta asmara, merindukan kehangantan rasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sayang seorang pria. Adapun pria yang
sudah dewasa dan yang dekat dengannya adalah Bu Swi Liang, maka tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula mengherankan apa bila dia
teertarik dan jatuh hati kepada muridnya sendiri ini. Karena pemuda ini masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hijau dan tentu saja tidak berani mulai
dengan langkah pertama, maka The Kwat Lin yang menggunakan perasaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kewanitaannya untuk membuka pintu dan
menggerakan kaki dalam langkah pertama. Dialah yang memikat dan merayu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga akhirnya Swi Liang jatuh dan
mabok. Sekali saja hubungan jinah dilakukan, maka membuat orang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencandu. Yang pertama kali segera
disusul oleh yang ke dua, ke tiga, kemudia mereka menjadi ketagihan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah tidak dapat lagi hidup
tanpa kelanjutan hubungan gelap mereka! Tentu saja hal ini dapat terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena keadaan hidup Kwat Lin.
Andaikata dia masih seorang pendekar wanita seperti belasan tahun yang lalu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu perbuatan ini sampai mati pun tak
kan dia lakukan. Akan tetapi kini keadaanya lain. Dia menjadi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita yang berhati keras oleh sakit
hati, kemudian menjadi tak peduli oleh keadaannya sebagai seorang ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paksaan dari Bu-tong-pai, seorang yang
bercitacita untuk mencarikan kedudukan setingginya bagi puteranya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kedudukannya memberi dia perasaan lebih
dan berkuasa, maka timbul sifat untuk bertindak sewenang-wenang tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempedulikan orang lain lagi. Akan
tetapi, selain hubungan gelap dengan muridnya yang tersayang ini, Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga mulai dengan langkah-langkah ke
arah tercapainya cita-citanya. Dia mulai memperkuat Bu-tong-pai dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengadakan hubungan dengan para
pembesar di kota raja melalui anggauta-anggauta barunya, yaitu para pembesar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mempunyai cita-cita yang sama,
para pembesar calon pembrontak. Kedudukan Bu-tong-pai makin kuat setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi peristiwa hebat pada beberapa
hari yang lalu. Pada beberapa hari yang lalu, pagi-pagi sekali, anak buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai gempar dengan munculnya dua
orang laki-laki di pintu gerbang Bu-tong-pai. Tidak ada seorang pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak buah Bu-tong-pai yang berani
sembarangan turun tangan ketika mendengar dan mengenal bahwa dua orang ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah tokoh-tokoh besar dalam dunia
persilatan. Ketika seorang diantara mereka, yang usianya sudah enam puluh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun lebih, kumis dan jenggotnya sudah
putih, mengatakan bahwa mereka minta berjumpa dengan ketua Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang baru, para anak murid Bu-tong-pai
cepat memberi kabar kepada The Kwat Lin yang pada saat itu masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> enak-enak pulas dalam pelukan muridnya,
juga kekasihnya, Bu-swi Liang! Terkejutlah dia ketika pintu kamarnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diketuk dan mendengar suara seorang
murid bahwa di luar pintu gerbang terdapat dua orang tamu, ayah dan anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> she Coa dari dusun Koan-teng di kaki
Pegunungan Bu-tong-san yang minta bertemu dengan ketua! "Suruh mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menanti di luar! Aku segera
datang!" kata Kwat Lin dengan marah. Tak lama kemudian, Kwat Lin yang
ditemani oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swi Liang dan Swi Nio, juga ikut pula
Han Bu Ong yang usianya hampir sebelas tahun, keluar dari pintu gerbang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menemui dua orang itu. Senyum mengejek
menghias bibir ketua Bu-tong-pai yang cantik itu. Semenjak dia merampas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukan ketua dengan paksa, sudah
lima kali dia didatangi tokoh-tokoh kang-ouw yang agaknya datang karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permintaan para tosu Bu-tong-pai yang
mengundurkan diri. Para tokoh ini merasa penasaran dan membela para tokoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai. Dengan mudahnya semua
tokoh yang datang berturut-turut itu dirobohkan oleh Kwat Lin, ada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas seketika, ada yang terpaksa pergi
membawa luka-luka berat! Dan kini, ayah dan anak yang datang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan tokoh-tokoh yang datang ke
enam kalinya. Swi Liang dan Swi Nio yang menggandeng tangan Bu Ong segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> minggir dan membiarkan subu mereka
seorang diri menghadapi dua orang tamu itu. Dengan pakaian yang mewah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> indah, dandanan seperti puteri
kerajaan, The Kwat Lin tampak sebagai seorang wanita bangsawan agung yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki wibawa. Dengan sikap angkuh
dia melangkah maju menghadapi dua orang itu sambil tersenyum. Kedua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu berpakaian sederhana, namun dari
sikap mereka yang tenang jelas tampak kegagahan mereka sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendekar-pendekar penentang kejahatan.
Kakek itu biarpun sudah tua, masih kelihatan sehat dan kuat, jenggot dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kumisnya yang putih menambah keangkeran
wajahnya.Di pinggangnya tergantung sebatang pedang dan dia memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Bu-tong-pai dengan sinar mata
penuh selidik. Orang ke dua masih muda, paling banyak tiga puluh tahun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> usianya, bertubuh tegap dan berwajah
tampan gagah. Ada kemiripan pada wajah kakek dan laiki-laki ini dan memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka itu adalah ayah dan anak yang
terkenal sekali namanya sebagai pendekar-pendekar dari dusun Koan-teng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjadi sahabat-sahabat baik dari
para tosu Bu-tong-pai. Kakek Coa Hok memiliki ilmu pedang turunan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarga Coa yang amat lihai dan ilmu
pedang ini diturunkan pula kepada puteranya itu yang bernama Coa Khi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika ayah dan anak ini mendengar akan
malapetaka yang menimpa para pemimpin Bu-tong-pai, yaitu munculnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang termuda dari Cap-sha Sinhiap,
seorang wanita yang merampas kedudukan ketua , kemudian mendengar betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak sahabat - sahabat kang-ouw yang
membela mereka telah roboh di tangan wanita itu, mereka berdua menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah sekali. Sebagai orang-orang yang
biasa menentang kejahatan mereka tidak mempedulikan berita tentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesaktian wanita itu dan berangkatlah
mereka meninggalkan rumah, berbekal pedang, semangat dan kebenaran, naik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke Bu-tong-san menjumpai ketua
Bu-tong-pai itu. The Kwat Lin bukan seorang bodoh. Setiap kali ada tokoh naik
ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-san dan hendak menantangnya,
dia selalu membujuk mereka untuk berdamai dan bekerja sama. Selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-citanya belum tercapai, dia
membutuhkan bantuan sebanyak mungkin orang pandai. Maka setiap kali ada orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gagah datang dengan maksud menantangnya
dan membela para bekas pimpinan Bu-tong-pai, dia selalu menyambut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dengan bujukan manis. Hanya
karena bujukannya tidak berhasil dan mereka itu berkeras, terpaksa dia turun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan menerima tantangan mereka.
Memang demikianlah sifat orang-orang yang mempunyai cita-cita besar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cita-cita yang sesungguhnya hanyalah
nafsu keinginan untuk kesenangan diri pribadi. Demi tercapainya cita-cita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang merupakan pamrih bagi diri
peribadi ini, orang tidak segan untuk bersikap palsu, membujuk orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebanyaknya untuk membantunya demi
tercapainya cita-cita itu. Orang-orang yang tidak membantu di anggap musuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan perlu dibasmi agar jangan menjadi
penghalang cita-citanya, sebaiknya, mereka yang mati-matian membantunya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jika cita-cita itu sudah tercapai
sebagian besar dilupakannya begitu saja! Atau kalau teringat pun, hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diberi pahala sekedarnya karena yang
penting bukan orang-orang yang membantunya, melainkan dirinya sendiri!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Begitu berhadapan dengan ayah dan anak
itu, The Kwat Lin mengangkat kedua tangannya ke depan dada sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata. "Kiranya Ji-wi
Coa-enghiong (Kedua Pendekar she Coa) yang datang. Suadh lama kami mendengar
Ji-wi yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkenal gagah perkasa, maka kami
merasa beruntung sekali hari ini dapat bertemu. Apalagi mendengar bahwa Ji-wi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah sahabat baik dari
Bu-tiong-pai....." "The Kwat Lin!" Kakek Coa membentak dengan
telunjuk kiri menuding<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke arah muka ketua baru Bu-tongpai itu.
"Aku mengenalmu sebagai seorang di antara Cap-sha Sin-hiap yang gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perkasa, sebagai seorang murid
Bu-tong-pai yang selalu menjunjung tinggi nama Bu-tong-pai. Aku telah puluhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun bersahabat dengan Bu-tong-pai dan
telah mendengar akan namamu. Akan tetapi, mengapa setelah menghilang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertahu-tahun, engkau kembali ke sini
dan menjadi seorang murid murtad, merampas kedudukan ketua mengandalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekerasan dan kepandaian? Aku sebagai
seorang sahabat Bu-tong-pai tentu saja tidak mungkin dapat mendiamkan hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penasaran ini tanpa turun tangan!"
Kwat Lin tersenyum manis dan melirik ke arah Soa Khi yang berwajah tampan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi Coa Khi mengerutkan alis
dan memandang penuh kemarahan. "Coa-lo-enghiong agaknya kena dibujuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang! Memang benar saya menjadi ketua
Bu-tong-pai, akan tetapi hal itu adalah demi kebaikan Bu-tong-pai, demi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cinta saya kepada Bu-tong-pai. Saya
ingin menjadikan Butong- pai perkumpulah terbesar dan terkuat di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw, dan saya ingin menarik semua
orang gagah menjadi sahabat yang dapat bekerja sama. Karena itu, saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harap Ji-wi dapat membuka mata melihat
kenyataan dan saya persilahkan Ji-wi untuk datang sebagai sahabat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk minum arak persahabatan bersama
kami." "Perempuan murtad! Jangan mengira dapat menyogok kami dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> omongan manis!" Kakek itu
membentak marah. Kedua alis yang hitam kecil dan panjang itu bergerak-gerak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biarpun mulut yang berbibir itu masih
tersenyum, namun kata-kata yang keluar mengandung nada dingin, "Habis apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kalian akan lakukan?"
"Sing! Singggg!!" Ayah dan anak itu telah mencabut pedang dan kakek
Coa berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hanya ada dua pilihan bagi engkau
dan kami. Pertama engkau pergi meninggalkan Bu-tong-pai dan kami akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berterima kasih kepadamu yang
mengembalikan Bu-tong-pai, kepada para pimpinan Bu-tong-pai, atau kalau engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkeras terpaksa kami ayah dan anak
turun tangan menggunakan pedang membela kehormatan sahabatsahabat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai!" "Hi-hik! Betapa
gagahnya keluarga Coa! Apakah ilmu Pedang Hok-liong-kiamsut sehebat sikap
mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu ditonton dulu!" Tiba-tiba
terdengar suara yang lantang dan merdu ini. Semua orang menengok, juga The Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin yang menjadi terkejut melihat ada
orang datang tanpa diketahuinya. Hal itu saja membuktikan bahwa wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang muncul ini memiliki ilmu
kepandaian yang hebat. Ayah dan anak itu mendengar nama ilmu pedang turunan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka disebut-sebut, juga menengok
dengan kaget. Wanita itu pakaiannya mentereng dan biarpun usianya sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kurang lebih setengah abad, namun harus
diakui bahwa dia adalah seorang wanita cantik. Rambutnya hitam gemuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan panjang, dibiarkan terurai sampai
kepinggulnya yang menonjol di balik celana yang ketat. Tangan kanannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memanggul sebatang payung hitam dan
wanita itu tahu-tahu telah berdiri di situ dengan gaya lemah lembut. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita yang masih kelihatan
cantik dengan tubuh padat akan tetapi ada sesuatu yang dingin mengerikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari sikapnya, terutama sekali
sepasang matanya yang amat tajam itu karena mata itu terbelalak memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir tak pernah berkejap! Melihat
wanita ini, kakek Coa terkejut bukan main dan otomatis dia berseru keras.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kiam-mo Cai-li....!!"
Puteranya, Coa Khi terkejut. Tentu saja dia sudah pernah mendengar nama ini,
nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang datuk kaum sesat yang amat
terkenal sebagai seorang iblis betina yang selain kejam dan ganas, juga amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi ilmu kepandaiannya. Kakek Coa
merasa heran sekali mengapa iblis betina yang sudah bertahun-tahun tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah muncul di dunia kang-ouw dan
kabarnya hanya bertapa di tempat kediamannya, yaitu di Rawa Bangkai di kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Penggunungan Lu-liang-san itu tahu-tahu
kini muncul di situ. Dan biasanya, di mana pun iblis itu muncul, tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan terjadi malapetaka hebat! The Kwat
Lin juga sudah mendengar nama itu, yaitu sepuluh tahun yang lalu ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia masih menjadi seorang di antara
Cap-sha Sin-hiap. Ketika itu, nama Kiam-mo Cai-li (Wanita Cerdik Berpedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Payung) sudah amat terkenal. Akan
tetapi dia belum pernah bertemu dengan iblis betina itu dan sekarang dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melirik ke arah wanita itu dengan
senyum mengejek. Dengan kepandaiannya seperti sekarang ini, dia tidak perlu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut menghadapi iblis yang manapun
juga! "Kiam-mo Cai-li, apakah kedatanganmu tanpa diundang ini pun hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menantang aku sebagai ketua Butong-
pai? Kalau memang demikian, jangan kepalang tanggung, majulah kau bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua orang She Coa ini agar lebih
cepat aku menghadapi kalian!" Ucapan yang keluar dengan tenangnya dari
mulut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Bu-tong-pai itu mengejutkan hati
kedua orang ayah dan anak She Coa itu. Berani bukan main wanita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menantang Kiam-mo Cai-li seperti itu!
Menyuruh datuk kaum sesat itu untuk mengeroyok! Akan tetapi Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li tertawa lebar sehingga tampaklah
deretan giginya yang putih dan rapi, "Hi-hi-hik, hebat sekali mulut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua baru Bu-tong-pai! Pantas kau
disebut-sebut di dunia kang-ouw, kiranya memang memilki keberanian yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat! Hanya karena mendengar engkau
adalah Ratu Pulau Es maka aku terpaksa meninggalkan tempatku yang aman dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenteram. Kalau tidak karena nama ini,
biar siapa pun yang akan menduduki Bu-tong-pai, aku peduli apa? Sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hendak kulihat bagaimana kau menghadapi
pewaris-pewaris ilmu Pedang Hok-liong-kiamsut yang terkenal ini. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau memang berharga untuk melawanku,
barulah kita nanti bicara lagi!" The Kwat Lin tersenyum mengejek dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendenguskan suara dari hidung.
"Hemm, kau merasa terlalu tinggi untuk mengeroyok? Baiklah, kalau begitu
tunggu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja sampai aku membereskan dua oran
ini. Di sini tidak ada bangku, duduklah di sini!" Setelah berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian, Kwat Lin menghampiri sebatang
pohon dan sekali tangan kirinya bergerak menyabet dengan telapak tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> miring, terdengar suara keras dan pohon
itu tumbang. Hebatnya, batang pohon itu putus seperti dibabat pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tajam saja, rata dan halus sehingga
sisanya merupakan sebuah bangku! "Hi-hi-hik, memang hebat sinkangmu!
Terima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasih, aku menanti di sini," kata
Kiam-mo Cai-li Liok Si dan sekali meloncat, tubuhnya sudah melayang ke atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batang pohon yang merupakan bangku
bermuka halus itu. Dia duduk bertumpang kaki dan menunjang dagu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelah tangan, seperti seorang yang
akan menikmati suatu tontonan yang menarik. Ayah dan anak she Coa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling pandang. Di dalam pandang mata
yang bertemu ini mereka seperti sudah saling bicara, menyatakan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menghadapi lawan yang amat
lihai. Akan tetapi, jiwa pendekar kedua orang ini membuat mereka sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak merasa gentar. Mereka bukan saja
membela sahabat-sahabat mereka Kui Tek Tojin dan para tokoh Bu-tong-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi juga menuntut balas atas
kematian dan kekalahan para tokoh kang-ouw yang datang lebih dulu dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka membela Butong- pai. Selain itu
mereka sudah datang sebagai dua orang penuntut kebenaran, kalau sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka harus mundur melihat kehebatan
lawan, hal ini akan membuat mereka menjadi pengecut dan bagi dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendekar seperti mereka yang namanya
sudah terkenal harum selama beberapa keturunan, lebih baik mati sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang gagah dari pada hidup menjadi
pengecut hina! "Kalau begitu, The Kwat Lin, bersiaplah engkau!"
teriak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakek Coa dan pedang di tangan kanannya
sudah melintang di depan dada. Gerakan ini diturut oleh Coa Khi dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua orang itu berdiri berjajar dengan
memasang kuda-kuda yang kuat. Kwat Lin menggerakan tangan kanannya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkat pusaka ketua Bu-tong-pai yang
selalu dipegangnya itu menancap di atas tanah di depannya. Tongkat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baginya perlu untuk menghadapi
orang-orang Butong- pai yang menghormati tongkat itu dan menganggapnya sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benda keramat lambang kedudukan
tertinggi di Bu-tong-pai. Kini, menghadapi dua orang luar, dia tidak mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempergunakannya, dan juga untuk
memamerkan kepandaiannya, dia sengaja hendak menghadapi dua orang itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kosong! "Ceppp!"
Tongkat itu amblas setengahnya ke dalam tanah dan sekali Kwat Lin menggerakan
ke dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakinya, tubuhnya mencelat ke depan dua
orang gagah se Coa itu sambil berkata, "Mulailah!" "Sing,
sing....<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wut-wut-wut-wutttt....!!"
Bertubu-tubi kedua pedang itu menyambar dengan kekuatan dan kecepatan dahsyat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga tampak sinar-sinar berkilauan
dibarengi suara bersiutan ketika kedua pedang membelah udara. Diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin terkejut dan harus memuji
kehebatan dan keindahan gerakan ilmu pedang mereka itu. Namun, tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan latihan yang didapatnya dari
Pulau Es, gerakanya lebih cepat lagi sehingga dengan mudah dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelak ke sana-sini menghindarkan
diri dari sambaran sinar kedua pedang itu dengan gerakan yang cepat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> indah. Setelah merasa yakin bahwa
betapapun indah dan lihainya ilmu pedang mereka namun dia masih memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tingkat jauh lebih tinggi dalam hal
sinkang, Kwat Lin tersenyum dan bagaikan seekor kucing mempermainkan dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ekor tikus, dia sengaja selalu mengelah
ke sana ke mari memamerkan kegesitan tubuhnya, bukan hanya kepada dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang itu melainkan terutama sekali
kepada wanita yang dianggapnya merupakan calon lawan yang lebih lihai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yaitu Kiam-mo Cai-li yang menonton
pertandingan itu. Tiba-tiba Kwat Lin mengeluarkan seruan tertahan ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lirikan matanya membuat dia maklum
bahwa ada dua orang bekas anak buah Bu-tong-pai yang mendekati tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka itu dan berusaha mencabut
tongkat pusaka dari dalam tanah. Peristiwa itu terjadi cepat sekali namun Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lin yang cerdik lebih cepat lagi
mengambil kesimpulan bahwa dua orang itu tentulah pengkhianatpengkhianat yan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berpura-pura takluk kepadanya namun
diam-diam mencari kesempatan untuk mencuri tongkat pusaka, tentu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maksud mengembalikan tongkat itu kepada
Kui Tek Tojin! Pada saat itu, dua pedang ayah dan anak itu menusuk dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan dan belakang dengan cepatnya.
Kwat Lin tentu saja agak terlambat gerakanya oleh perhatian yang terpecah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi, maka dia cepat menggulingkan
tubuhnya, mengelak dari tusukan pedang di depan, sedangkan tusukan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari belakang yang masih mengancamnya
di tangkisnya dengan lengan kiri yang dilindungi gelang-gelang emas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Cringggg....!!" Coa Khi
terkejut bukan main ketika lengan yang memegang pedang itu tergetar hebat dan
hampir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja pedangnya terlepas dari pegangan
ketika bertemu dengan gelang di pergelangan tangan kiri ketua Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu! Ketika dia dan ayahnya memandang,
ternyata wanita itu telah lenyap dan tahu-tahu terdengar jerit-jerit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan dari kiri. Ketika mereka
memandang, ternyata wanita itu telah merobohkan dua orang laki-laki yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi mencoba mencuri tongkat pusaka.
Dua orang laki-laki itu roboh dengan kepala pecah disambar jari-jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Kwat Lin yang marah. Setelah
membunuh kedua orang itu, sekali meloncat Kwat Lin sudah kembali menghadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang lawannya. kini dialah yang
menerjang, menyerang dengan kedua tangan terbuka, cepatnya bukan main<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga ayah dan anak itu terpaksa
mudur sambil melindungi tubuhnya dengan pedang. Seru dan indah dipandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertandingan itu. Tubuh Kwat Lin lenyap
dan hanya kadang-kadang saja tampak, bergerak-gerak di antara gulungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua sinar pedang. Dia seloah-olah
seorang penari yang amat indah dan lemah gemulai gerakannya, seperti sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bermain-main dengan gulungan sinar
pedang yang dipandang sepintas lalu seperti dua helai selendang yang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mainkan oleh wanita itu. Tiba-tiba
kedua orang ayah dan anak itu mengeluarkan pekik yang menggetarkan bumi dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak mereka menerjang secara
berbareng dari depan dengan pedang terangkat ke atas dan membacok sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat. Inilah jurus paling ampuh
dari ilmu pedang mereka lakukan dengan berbareng, jurus terakhir dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hokliong- kiam-sut (Ilmu Pedang Naga).
Serangan ini demikian dahsyatnya sehingga tidak memungkinkan lawan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diserangnya untuk mengelak lagi karena
jalan keluar sudah tertutup dan ke mana pun lawan mengelak, ujung pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu akan mengejar terus. Akan tetapi,
sambil tersenyum Kwat Lin tidak menghindarkan diri sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelak, bahkan menubruk ke depan,
tiba-tiba ketika tubuh Coa Khi yang meloncat ke atas itu sudah dekat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang pemuda itu sudah menyambar ke
arah kepalanya, dia menjatuhkan diri ke bawah, berjongkok dan kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya menyambar ke atas dan depan
dengan jari-jari terbuka. "Hyaaaaattt....!!" Pekik melengking yang
keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari mulut Kwat Lin ini dahsyat sekali
dan kedua tangan yang mengandung sepenuhnya tenaga Inti Salju yang ampuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu telah menyambar perut kedua orang
laawannya. "Plak! Plak!" Tamparan jari-jari tangan yang mengandung
tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sinkang mujijat ini tepat mengenai
perut Coa Khi yang sedang melayang di atas dan Coa Hok yang berada di depan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ayah dan anak itu mengeluarkan jerit
tertahan yang mengerikan. Mereka merasa tubuh mereka dimasuki hawa dingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tak tertahankan hebatnya dan
robohlah ayah dan anak itu, roboh tanpa dapat berkutik lagi karena mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah tewas dengan muka membiru karena
darah mereka telah beku terkena pukulan yang mengandung Swat-im-sinkang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat dari Pulau Es! "Bagus
sekali....!!" Kiam-mo Cai-li Liok Si memuji dan melayang turun dari atas
batang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pohon dan berdiri berhadapan dengan ketua
Bu-tong-pai itu. Keduanya sama cantik dan sama mewah pakaiannya, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejenak mereka saling pandang seperti
hendak mengukur kelebihan lawan dengan pandang mata. "Hebat kepandaianmu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangcu (Ketua)! Melihat tingkatmu,
engkau pantas menjadi lawanku bertanding, mari kita coba-coba, siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diantara kita yang lebih lihai!"
The Kwat Lin mengerutkan alisnya dan bertanya, "Kiam-mo Cai-li, diantara
kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak pernah ada urusan sesuatu. Apakah
engkau menantangku demi membela para tosu Bu-tong-pai yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengundurkan diri?"
"Hi-hi-hik!" Wanita yang sudah hampir nenek-nenek namun masih amat
genit itu terkekeh. "Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membela tosu Bu-tong-Pai? Jangan bicara
ngaco! Bagi aku, siapa pun yang akan menjadi ketua Bu-tong-pai, masa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bodoh! Akan tetapi mendengar bahwa yang
mengetuai Bu-tong-pai disebut Ratu Pulau Es, hatiku tertarik dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang melihat engkau benar-benar
lihai, makin ingin hatiku menguji kelihaianmu dan bertanya apakah benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau Ratu Pulau Es?" Kwat Lin
mengangguk. "Benar, aku adalah bekas Ratu Pulau Es! Kiam-mo Cai-li, kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau tidak membela tosu-tosu
Bu-tong-pai perlu apa kita bertanding? Ketahuilah, aku sedang membangun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tongpai dan aku membutuhkan kerja
sama dengan orang-orang pandai, terutama sekali engkau. Apakah seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kepandaian seperti engkau ini
tidak pula mempunyai cita-cita tinggi untuk mencapai matahari dan bulan?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ataukah hanya menanti kematian begitu
saja, membusuk di tempat pertapaanmu di Rawa Bangkai?" "Hi-hi-hik,
aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah mendengar pula akan usahamu yan
bercita-cita luhur! Karena itu pula aku tertarik dan datang ke sini. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi sebelum kita bicara tentang
kerja sama dan cita-cita, kita harus menentukan dulu siapa diantara kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang patut memimpin dan siapa pula yang
harus taat." "Maksudmu?" The Kwat Lin memandang tajam dengan
alis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkerut. "Kita bekerja sama, itu
pasti! Dan kalau kita berdua sudah bekerja sama, di tangan kita kaum wanita,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu segalanya akan berhasil baik!
Lihat saja keadaan di istana kerajaan. Seorang selir mampu mengemudikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seluruh kendali pemerintahan! Akan
tetapi untuk menentukan siapa yang akan menjadi pemimpinnya diantara kita,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlu diketahui sekarang juga."
"Bagus! Dengan lain kata-kata engkau menantang untuk kita mengadu
kepandaian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ya? Kiam-mo Cai-li, engkau seperti
seekor katak dalam sumur! Majulah!" Kwat Lin membanting kakinya ke atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tanah dekat pusaka Bu-tong-pai dan....
tongkat yang menancap setengahnya lebih itu mencelat ke atas seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> didorong dari bawah tanah, lalu tongkat
itu disambar dan dipegangnya. Kiam-mo Cai-li menganguk-angguk. "Hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
memang sinkangmu, Pangcu. Akan tetapi jangan kau salah sangka. Sekali
ini aku benar-benar menyadari bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> usiaku sudah makin tua dan aku perlu
memperoleh kedudukan yang akan menjamin masa tuaku sampai mati. Kita hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengukur kepandaian, bukan bertanding
sebagai musuh, hanya untuk menentukan tingkat siapa yang lebih tinggi di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara kita berdua." Mendengar
kata-kata ini, berkurang panas hati Kwat Lin dan teringat lagi dia bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapapun juga, dia membutuhkan tenaga
bantuan wanita iblis yang terkenal sebagai datuk kaum sesat ini. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia dapat menarik wanita ini sebagai
pembantu, tentu akan banyak tokoh kaum sesat yang dapat ditariknya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantu tercapainya cita-citanya.
"Baiklah kalau begitu, Kiam-mo Cai-li. Mari kita mulai!"
"Pangcu, awas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan pedang payungku!" Kiam-mo
Cai-li berseru dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, didahului oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bayangan hitam dari pedang payungnya
yang terbuka dan menyembunyikan gerakannya. Ujung payung berbentuk pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menusukkan payung itu sendiri
berputar mengaburkan pandangan mata lawan. Namun, dengan tenang saja Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan tangan kirinya, dengan
telapak tangan terbuka dia mendorong ke depan sehingga hawa pukulan sinkang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang hebat menyambar dan membuat payung
itu seperti tertiup angin keras dan menahan daya serang ujung payung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang seperti pedang, kemudian disusul
dengan gerakan tongkat pusaka ditangan Kwat Lin menyambar dari samping<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan dahsyatnya. "Plakk...!
Cringggg-cring....!!" Tongkat itu ditangkis, pertama dengan kuku tangan
Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li yang hendak mencengkeram dan
merampas tongkat, namun tongkat sudah ditarik kembali dan mengirim hantaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua kali berturut-turut yang dapat
ditangkis oleh pedang di ujung payung. Maklum akan kehebatan lawannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-mo Cai-li bergerak cepat sekali
dan dia sudah mainkan ilmu pedangnya yang luar biasa, yaitu Tiat-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiam-hoat (Ilmu Pedang Payung Besi).
Kalau saja kwat Lin belum mewarisi ilmu-ilmu yang amat tinggi tingkatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Pulau Es, tentu dia bukanlah lawan
Kiam-mo Cai-li yang lihai sekali itu. Akan tetapi, karena The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini telah menjadi seorang yang berilmu
tinggi, maka dia dapat mengimbangi permainan lawannya dan terjadilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertandingan yang amat seru dan
seimbang. Kiam-mo Cai-li memang luar biasa lihainya. Tidak percuma dia menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang datuk kaum sesat, seorang tokoh
golongan hitam yang ditakuti seperti seorang iblis betina yang kejam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berilmu tinggi. Tdak hanya ilmu
pedangnya yang lain dari pada yang lain, permainan pedang yang gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya terlindung dan tersembunyi
oleh payung hitam sehingga lebih praktis dan berbahaya daripada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan perisai, akan tetapi di
samping ilmu pedangnya ini juga tangan kirinya merupakan senjata yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya dengan kuku-kukunya yang
panjang dan mengandung racun. Ini semua masih dilengkapi lagi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rambutnya yang hitam panjang, karena
rambutnya ini seperti ular-ular hidup, dapat dipergunakan untuk menotok,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melecut, atau melibat! Akan tetapi,
tidak percuma pula The Kwat Lin pernah menjadi isteri seorang manusia yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disohorkan seperti setengah dewa, yaitu
Han Ti Ong yang sukar diukur lagi tingkat kepandaiannya. Tidak percuma<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama sepuluh tahun bekas murid
Bu-tong-pai ini digembleng di Pulau Es, apalagi telah mewarisi kitab-kitab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka Pulau Es yang telah
dilarikannya. Yang jelas, dalam hal tenaga sinkang, dia masih menang setinggkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibandingkan dengan Kiam-mo Cai-li.
Tenaga sinkangnya adalah hasil latihan di Pulau Es, maka dia telah dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyedot tenaga inti salju, yaitu
Swat-im Sin-kang, tenaga sinkang yang mengandung hawa dingin sehingga lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kurang kuat sekali bertemu tenaga
akan menjadi beku darahnya. Selain menang dalam tenaga sinkang, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dasar ilmu silatnya lebih sempurna
daripada dasar ilmu silat Kiam-mo Cai-li yang sesungguhnya merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gabungan ilmu silat campur-aduk.
Demikianlah, pertandingan itu berlangsung sampai seratus jurus lebih dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat serunya. Kiam-mo Cai-li menang
keanehan senjatanya dan menang pengalaman bertanding akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelebihannya ini menjadi tidak berarti
karena dia kalah tenaga sinkang sehingga setiap serangan dan desakannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuyar oleh hawa sinkang dari
dorongan telapak tangan The Kwat Lin. Akhirnya, iblis betina ini harus mengakui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keunggulan lawan dan dia sebagai
seorang ahli maklum bahwa kalau dilanjutkan, salah-salah dia akan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> korban hawa Swat-im Sin-kang yang
mujijat. Maka dia meloncat ke belakang dan berseru, "Cukup, Pangcu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kepandaianmu hebat, engkau pantas
menjadi Ratu Pulau Es, pantas menjadi ketua Bu-tong-pai dan biarlah aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membantumu dalam kerja sama kita!"
Dapat dibayangkan betapa girangnya hati Kwat Lin mendengar ini. Dia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghampiri Kiammo Cai-li, menggandeng
tangan wanita itu dan memperkenalkan kepada Swi Liang, Swi Nio, dan Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu Ong. Kemudian dia mengajak sahabat
baru itu memasuki gedungnya dan sambil menghadapi hidangan lezat kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang wanita lihai ini bercakap-cakap
dan mengadakan perundingan untuk bekerja sama. Ternyata mereka cocok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dan memang keduanya merindukan
kedudukan yang mulia dan terhormat, maka dalam perundingan ini. Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cai-li diangap sebagai pembantu utama
dan tangan kanan Kwat Lin, bahkan Rawa Bangkai yang terletak di kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pegunungan Lu-liang-san itu dijadikan
markas kedua di mana kelak akan dilakukan semua pertemuan dan perundingan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia. Benar saja seperti yang
diharapkan, setelah Kiam-mo Cai-li menjadi pembantunya, banyaklah kaum sesat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menggabung dan menyatakan suka
bekerja sama sehingga biarpun tidak resmi, mulai saat itu The Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan hanya menjadi ketua Bu-tong-pai,
akan tetapi juga diakui sebagai datuk kaum sesat nomer satu! Hubungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia yang diadakan oleh The Kwat Lin
dengan para pembesar kota raja menjadi makin luas, dan diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> persekutuan ini mulai mengatur rencana
pemberontakan untuk menggulingkan Kaisar! Dari para pembesar yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengharapkan bantuan orang-orang
kang-ouw inilah Kwat Lin memperoleh bantuan keuangan sehingga Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi makin kuat dan wanita lihai ini
dapat menarik banyak tenaga bantuan orang pandai dengan mempergunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> uang sebagai pancingan. Keadaan
kerajaan Tang di masa itu memang sedang diancam pergolakan hebat. Kaisarnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yaitu Kaisar Beng Ong, atau yang
terkenal juga dengan sebutan Kaisar Hian Tiong. Tak dapat disangkal lagi, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bawah pemerintahan Kaisar Beng ini
Kerajaan Tang mengalami perkembangan yang amat pesat sehingga menjadi sebuah<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-36114802294457024092012-07-28T02:00:00.002+08:002012-07-28T02:00:44.267+08:00BUKEK SIANSU : Seri Keenam<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Keenam - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kelima_3255.html" target="_blank">Lanjutan Seri Kelima</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";">cinta di dalam hatiku yang kotor, yang
ada hanya nafsu berahi sehingga mudah saja aku dipermainkan oleh wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Aihhhh....kalian maafkan aku. Swat
Hong, hanya satu pesanku kepadamu, anakku. Kau... kau menjadilah jodoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong. Jadilah kalian suami istri,
baru akan terobati hatiku..." "Suhu...!" "Ayah...!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Muridku....anakku....,maukah
kalian melegakan hatiku? Aku ingin menebus kesalahanku... aku ingin melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"></span></div>
<a name='more'></a> kalian menjadi suami istri, kalian
anak-anak malang..." "Suhu, teecu mohon ampun. Teecu...tidak ada
dalam hati<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu untuk memikirkan soal
jodoh..." "Ayah, mengenai jodoh tidak dapat ditentukan begitu saja.
Biarkan kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentukannya sendiri..." Han Ti
Ong menarik napas panjang, memejamkan mata sebentar, kemudian bangkit berdiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalikan tubuh dan berjalan memasuki
kamarnya meninggalkan dua orang muda yang masih berlutut itu. Semenjak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saat itu, sampai berhari-hari lamanya,
Raja itu tidak pernah keluar dari kamarnya sehingga membuat gelisah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua pembantunya. Keadaan di Pulau Es
tidak seperti biasa, semua penghuni dapat merasakan ini. Semenjak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadinya peristiwa yang memalukan dan
menyedihkan menimpa keluarga Raja Han Ti Ong, keadaan Pulau Es sunyi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan semua wajah para penghuni kelihatan
muram. bahkan cuaca juga seolah-olah berubah suram, seringkali malah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi gelap oleh mendung tebal. Hati
semua orang merasa gelisah tanpa mereka ketahui sebabnya, seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan tanda rahasia bahwa akan
terjadi hal-hal lebih hebat lagi. Peristiwa yang menyedihkan yang menimpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Ti Ong bisa menimpa diri setiap
orang, dan memang kita sebagai manusia hidup selalu terlupa bahwa mengejar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesenangan sama artinya dengan
memanggil kesengsaraan! Kita hidup dibuai khayal akan keadaan yang lebih baik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih menyenangkan dari pada keadaan
seperti apa adanya. Kita tidak pernah membuka mata, tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghayati keadaan saat ini, tidak
dapat melihat bahwa saat ini mencakup segala keindahan. Dengan membandingkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan kita dengan keadaan lain, kita
selalu menganggap bahwa keadaan buruk tidak menyenangkan, dan kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selalu memandang jauh kedepan,
mencari-cari dan menghayalkan yang tidak ada, keadaan yang kita anggap lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyenangkan. Karena kebodohan kita
inilah maka kita hidup dikejar-kejar oleh kebutuhan setiap saat, detik demi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> detik kita mengejar kebutuhan.
Kebutuhan adalah keinginan akan sesuatu yang belum tercapai, yang kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kejar-keja. Lupa bahwa kalau yang satu
itu dapat tercapai, didepan masih menanti serbu yang lain yang akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mejadi keinginan dan kebutuhan kita
selanjutnya. Maka, berbahagialah dia yang tidak membutuhkan apa-apa! Bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berarti menolak segala kesenangan,
melainkan tidak mengejar apa-apa sehingga kalau ada sesuatu yang datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menimpa diri, bukan lagi merupakan
kesenangan atau kesusahan, melainkan dihadapi sebagai suatu yang sudah wajar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan semestinya sehingga tampaklah
keindahan yang murni! Demikian pula keadaan Raja Han Ti Ong. Dia seorang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sakti dan bijaksana namun tiba saatnya
dia lengah dan menganggap bahwa dia menemukan kebahagiaan dalan diri The<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin. Padahal yang dia temukan hanyalah
kesenangan yang timbul dari kenikmatan badani, dari terpuaskannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nafsu. Dia seolah-olah hidup dialam
khayal, di alam mimpi. Setelah dia sadar dari mimpi, terasa bahwa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manis menjati pahit bukan main, baru
sadar bahwa perubahan dari senang ke susah sama mudahnya dengan membalikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telapak tangan! Dan mengalah, suka dan
duka hanyalah dwi muka (kedua muka) dari sebuah tangan yang sama! Perahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecil itu terayun-ayun kekanan kiri
seperti menari-narikarena tidak dikuasai oleh layar maupun dayung,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan sepenuhnya dikuasai oleh air
laut yang tenang. Dua orang yang duduk diperahu itu seperti dua buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arca, diam dan pandang mata mereka
melayang jauh ke kaki langit, melayang-layang di permukaan laut seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari-cari sesuatu yang hilang. Dan
memang fikiran Sin Liong dan Swat Hong, dua orang di perahu itu, sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari-cari jawaban pertanyaan hati
mereka sendiri. pulau Es hanya kelihatan sebagai sebuah garis mendatar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> putih dekat kaki langit. mereka
berangkat pagi-pagi meninggalkan Pulau Es, setelah tiba di tempat jauh yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi ini, mereka menggulung layar dan
membiarkan perahu mereka dibuai gelombang kecil. Mereka sudah lama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiam diri seperti itu, dibuai oleh
lamunan masingmasing, lamunan yang timbul karena keadaan di Pulau Es yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyedihkan. "Suheng..."
Suara panggilan Swat Hong ini lirih saja, namun karena sejak tadi mereka tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar suara apa-apa, maka suara
panggilan ini seolah-olah mengandung getaran hebat yang memenuhi seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruang kesunyian. Sin Liong menoleh dan
dia pun seolah-olah baru sadar dari alam mimpi. "Hemmmm...?"
jawabannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih ragu-ragu. "Suheng
mengajakku meninggalkan pulau dan setelah tiba disini, mengapa suheng tidak
lekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara melainkan melamun saja?"
"Aku terpesona akan keindahan alam yang sunyi ini, Sumoi...."
"Aku pun tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terseret, Suheng. Akan tetapi melihat
batu karang menonjol di depan itu, aku tersadar. Apakah aku akan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setua batu karang itu yang kerjanya
hanya termenung di tempat sunyi! Suheng, kau tadi bilang bahwa untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membicarakan urusan kita, engkau
mengajakku ketengah laut. Mengapa? "Engkau sudah mengerti sendiri. Fitnah
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilontarkan kepada kita, bahwa ada
terjadi sesuatu yang rendah di antara kita, membuat aku merasa tidak enak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau mengajak kau bicara berdua saja
di tempat sunyi di atas pulau itu. Dapat menimbulkan prasangka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan-bukan. Karena itulah maka kuajak
kesini, agar kita dapat bicara dengan tenang dari hati ke hati tanpa ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mendengar dan melihat. Pula,
kuharap ditempat yang sunyi ini, yang membuat kita seolah-olah berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam alam lain, kita akan menemukan
ilham..." Swat Hong tertawa. Timbul kembali kegembiraan dara ini setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tidak berada di Pulau Es yang
membuat dia selama ini ikut muram dan berduka. "Wah, Suheng! Kadang-kadang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau bicara seperti seorang pendeta
saja! Apa sih yang akan dibicarakan sampai-sampai kau membutuhkan ilham<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala?" "Mari kita bicara
tentang cinta, Sumoi." Wajah dara muda jelita itu terheran, matanya
memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak dan perlahan-lahan kedua
pipinya menjadi agak kemerahan. "Aihh... apa maksudmu, Suheng?" Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menarik napas panjang, dan menyentuh
tangan sumoinya. "Perlukah aku menjelaskan lagi? Suhu, Ayahmu sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilanda duka dan kedukaannya yang
terakhir sekali ini adalah menyangkut hubungan antara kita. Suhu menghendaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar kita berjodoh, dan kita secara
jujur telah menyatakan tidak setuju akan kehendaknya itu. Dan memang kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benar, Sumoi. Perjodohan tidak bisa
ditentukan begitu saja, karena perjodohan merupakan hal gawat bagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seseorang, akan melekat selama
hidupnya. Akan tetapi bagaimana kita tahu kalau hal ini tidak kita bicarakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> secara terus terang? Maka, agar kita
dapat mengambil keputusan yang tepat tentang kehendak Suhuini, marilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita bicara tentang cinta!"
"Hemm, bicaralah. Aku tidak tahu apa-apa," Kata Swat Hong yang tentu
saja merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malu untuk bicara tentang hal yang
asing baginya itu. "Swat Hong, apakah kau cinta kepadaku?" Dara itu
makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merah mukanya. Tak disangkanya bahwa
suhengnya akan bertanya secara langsung seperti itu sehingga dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti diserang dengan tusukan pedang
yang amat dhasyat! Dia mengangkat muka memandang suhengnya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bingung. "Aku...aku...ah, aku
tidak tahu..." dan dia menundukan mukanya. "Sumoi, sudah sering aku
melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sikapmu yang aneh. Engkau marah-marah
ketika kita berada di Pulau Neraka. Engkau cemburu melihat Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbuat baik kepadaku, dan kau tidak
senang melihat Kongkongnya hendak menjodohkan Soan Cu dengan aku. Sumoi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku tidak tahu apa cemburu itu tandanya
cinta? Akan tetapi, jawablah demi pemecahan persoalan yang kita hadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini. Cintakah kau kepadaku?"
Disinggung-singgung tentang sikapnya di Pulau Neraka yang jelas menadakan rasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cemburunya, Swat Hong menjadi makin malu.
Dicobanya untuk menjawab, akan tetapi begitu dia bertemu pandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suhengnya, dia menjadi makin
malu dan ditutupinya mukanya dengan kedua tangan, kepalanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> digeleng-gelengkan dan dia berkata,
"Aku tidak tahu...aku tidak tahu... kau saja yang bicara, Suheng. Kau saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjawab apakah kau cinta padaku
atau tidak!" Dan kini dia menurunkan kedua tangannya, sepasang matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bening itu kini dengan penuh
selidik menatap wajah Sin Liong! Sin Liong menarik napas panjang. "Itulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang membingungkan hatiku selama
ini,Sumoi. Mau bilang tidak mencintaimu, buktinya aku suka kepadamu. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi untuk menyatakan bahwa aku cinta
padamu, sulit pula karena aku sendiri tidak tahu bagaimana sesungguhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cinta itu. Apakah seperti cintanya suhu
terhadap ibumu yang berakhir dengan peristiwa menyedihkan itu? ataukah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti cintanya Ibumu kepada Suhu?
Ataukah seperti cintanya The Kwat Lin dan suhu? Hemm, mengapa semua cinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu demikian palsu dan mengakibatkan
hal yang amat menyedihkan? Aku menjadi ngeri melihat cinta macam itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi." Swat Hong memandang heran.
"Ahhh, aku tidak pernah memikirkan cinta seperti yang kau kemukakan ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suheng." "Mudah saja. Lihat
saja apa yang terjadi antara Suhu, Ibumu, dan The Kwat Lin. Seperti itukah
cinta?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hanya mendatangkan cemburu, kemarahan,
kebencian, dan permusuhan hebat. Apakah itu cinta? Kalau seperti itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku ngeri dan aku tidak berani
berlancang mulut menyatakan cinta kepada siapapun, Sumoi. Karena, kalau hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti itu akibatnya, maka cinta yang
kunyatakan hanyalah merupakan kembang bibir elaka, hanya cinta palsu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belaka. Bayangkan saja, Sumoi. Di
antara kita berdua, sejak kecil sampai sekarang menjelang dewasa, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah ada pertentangan dan tidak
pernah ada urusan apa-apa. Akan tetapi, setelah kita berdua mengaku cinta,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu timbul soal-soal ceburu, kecewa
dan lain-lain. Apalagi setelah menjadi suami istri...hemm, betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan kalau melihat contoh yang
kita saksikan di Pulau Es ini." Swat Hong menunduk dan tak mampu menjawab.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Persoalan yang diajukan oleh Sin Liong
itu terlampau berat baginya, sulit untuk dimengerti. Baginya, sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang wanita, dia haus akan cinta
kasih, akan perhatian, akan pemanjaan dari seorang pria yang menyenangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya, seperti suhengnya ini. Akan
tetapi, setelah mendengar uraian Sin Liong tentang cinta yang diambilnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peristiwa di Pulau Es sebagai contoh,
dia pun ngeri dan tidak berani menyatakan perasaanya itu. "Aku tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu, Suheng.., aku tidak mengerti.
Terserah kepadamu sajalah..." Sin Liong kembali menarik napas panjang. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang sudah mengambil keputusan di dalam
hatinya bahwa dia harus membalas budi kebaikan suhunya yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlimpah-limpah diberikan kepadanya.
Satu-satunya jalan untuk membalas budi hanya dengan menyenangkan hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhunya yang sedang berduka itu. Dia
harus menerima keputusan suhunya, yaitu menerima menjadi jodoh Swat Hong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi dia tidak boleh membuat
dara itu menderita dengan keputusannya ini, maka dia harus tahu terlebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahulu bagaimana pendirian Swat Hong.
Dan sekarang, dara itu sama sekali tidak berani mengaku tentang cinta.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sumoi, sekarang begini saja.
Andai kata aku memenuhi permintaan suhu, yaitu mau menerima ikatan jodoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> denganmu, menjadi calon suamimu,
bagaimana dengan pendapatmu?" Swat Hong menunduk dan menggigit bibirnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akhirnya dia dapat berbisik. "Aku
tidak tahu, terserah kepadamu dan kepada ayah..." "Maksudku, apakah
engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa terpaksa? Apakah hal ini
menyenangkan hatimu? Sumoi, harap kau suka berterus terang. Kalau kau, seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku, tidak bisa mengaku cinta begitu
saja, setidaknya kukatakan apakah ikatan jodoh ini tidak menimbulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyesalan bagimu?" Swat Hong
tidak menjawab, hanya menggeleng kepala. "Kalau begitu, andaikata aku
menerima,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau pun akan menerimanya dengan
senang hati?" Swat Hong mengangguk! "Kalau begitu, mari kita pergi
menghadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ayahmu. Aku akan menerima
permintaannya, karena betapapun juga, kita harus menghiburnya, menyenangkan
hatinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku telah berhutang banyak budi dari
suhu, maka kalau dengan penerimaan ini aku dapat sekedar membalas budinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku akan merasa senang." Sin Liong
mengambil dayung perahu itu dan menggerakan dayung. "Suheng, kau menerima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena kasihan kepada Ayah? jadi
kau...kau tidak cinta kepadaku?" "Sumoi aku tidak berani berlancang
mulut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengaku cinta. Aku telah banyak
menyaksikan cinta kasih yang kuragukan kemurniannya. Aku khawatir bahwa sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cinta diucapkan dengan mulut, maka itu
bukanlah cinta lagi. Aku tidak tahu, apakah cinta itu sesungguhnya, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku tidak berani lancang mengaku,
Sumoi..." "Ahhh...!!" Jeritan Swat Hong ini adalah campuran dari
rasa kecewa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan juga kekangetan hebat, matanya
terbelalak memandang kedepan. Melihat wajah Sumoinya, Sin Liong cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menengok dan pada saat itu terdengar
ledakan dahsyat dibarengi dibarengi dengan cahaya kilat yang seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membakar dunia. Tampak oleh Sin Liong
yang terbelalak memandang itu air muncrat tinggi sekali disusul asap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> api, muncul dari permukaan laut antara
perahunya dan Pulau Es. Kedua orang muda yang terbelalak dengan muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pucat itu tidak berkesempatan untuk
terheran lebih lama lagi karena tiba-tiba karena perahu mereka dilontarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keatas, dalam saat lain perahu itu
telah dipermainkan oleh gelombang yang mendahsyat dan menggunung. Suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengguruh memenuhi telinga mereka dan
keheningan yang baru saja mencekam lautan itu kini terisi dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebisingan yang sukar dilukiskan. Sin
Liong berteriak, "Sumoi, bantu aku! Jangan sampai perahu terguling!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keduanya mengerahkan tenaga,
menggunakan dayungnya untuk mengatur keseimbangan perahu. Namun, kekuatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gelombang air laut yang amat dahsyat
itu mana dapat ditahan oleh tenaga manusia, biarpun kedua orang pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah tokoh-tokoh Pulau Es sekalipun?
Perahu mereka menjadi permainan gelombang, dilontarkan tinggi ke atas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disambut dan diseret kebawah,
seolah-olah tangan malaikat maut atau ekor naga laut yang menyeret perahu ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dasar laut, akan tetapi tiba-tiba
dihayun lagi keatas, ditarik ke kanan, didorong kekiri sehingga kedua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid Raja Han Ti Ong itu menjadi
pening dan setengah pingsan! Mereka tidak ingat akan waktu lagi, tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berapa lama mereka diombang-ambingkan
air laut, tidak tahu lagi berapa jauh mereka terbawa ombak, dan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak sempat menggunakan pikiran lagi.
Yang ada hanya naluri untuk menyelamatkan diri, menjaga sekuat tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar perahu mereka tidak sampai
terguling dan tangan mereka tidak sampai terlepas memegangi pinggiran perahu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dengan tangan kanan memegang pinggiran
perahu, tangan kiri Sin Liong memegang lengan kanan sumoinya. Betapapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga, dia tidak akan melepaskan
sumoinya! Swat Hong yang biasanya tabah dan tidak mengenal takut itu, sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini menangis dengan muka pucat dan mata
terbelalak. Terlampau hebat keganasan air laut baginya, terlampau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan melihat gelombang setinggi
gunung yang seolah-olah setiap saat hendak mencengkram dan menelannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu! Tiba-tiba Swat Hong menjerit.
Segulung ombak besar datang dan menelan perahu itu. Mereka gelagapan karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditelan air, kemudian mereka merasa
betapa perahu mereka dilambungkan ke atas. "Brukkk...!" Keduanya
terpental<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar, akan tetapi masih saling
bergandeng tangan. Cepat Sin Liong menyapu mukanya agar kedua matanya dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang. Ternyata perahu mereka telah
dilontarkan ke sebuah pulau kecil yang penuh batu karang, sebuah pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjulang tinggi akan tetapi hanya
kecilkecil sekali, merupakan sebuah batu karang besar yang menonjol<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi. "Sumoi, lekas..., kita
naik ke sana...!!" Sin Liong tidak mempedulikan tubuhnya yang terasa sakit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua, membantu sumoinya merangkak
bangun. Pipi kanan dan lengan kiri Swat Hong berdarah, akan tetapi gadis itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun agaknya tidak merasakan semua ini,
tersaruk-saruk dia dibantu suhengnya merangkak dan menyeret perahu ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas, kemudian mereka melanjutkan
pendakian ke atas puncak batu karang itu dengan susah payah. Akhirnya mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba di puncak batu karang dan apa yang
tampak oleh mereka dari tempat tinggi ini benar-benar menggetarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jantung. Air di sekeliling mereka. Air
yang menggila, bergerak berputaran, gelombang yang dahsyat menggunung,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara yang gemuruh seolah-olah semua
iblis dari neraka bangkit. Batu karang besar , atau lebih tepat disebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau kecil dari batu itu
tergetar-getar, seolah-olah menggigil ketakutan menghadapi kedahsyatan badai
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengamuk. Tidak tampak apa-apa pula
selain air, air dan kegelapan, kadang-kadang diseling cahaya menyambar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas, seperti lidah api seekor naga
yang bernyala-nyala, "Ouhhhh..!" Swat Hong menangis dan cepat dipeluk
oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya. Tubuh dara itu menggigil,
pakaiannya robek-robek. "Tenanglah... tenanglah, Sumoi...." Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbisik dan pemuda ini mengerti bahwa
bukan hanya sumoinya yang disuruhnya tenang, melainkan hatinya sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga! Pengalaman ini sungguh dahsyat
dan tidak mungkin dapat terlupa selama hidupnya. Kebesaran dan kekuasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> alam nampak nyata. membuat dia merasa
kecil tak berarti, kosong dan remeh sekali! Sin Liong dan Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipeluknya tidak tahu lagi berapa
lamanya mereka berada di tempat itu. Siang malam tiada bedanya, yang tampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya kegelapan, air, dan kadang-kadang
kilatan cahaya halilintar. Yang terdengar hanyalah gemuruh air, angin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menderu, dan kadang-kadang ledakan
halilintar. Tidak memikirkan dan merasakan apa-apa, yang ada hanya takjub<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan ngeri! Di luar tahunya dua orang
itu, mereka telah berada di pulau batu karang selama sehari semalam!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akhirnya badai mereda, badai yang
ditimbulkan oleh ledakan gunung berapi di bawah laut! Kegelapan mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menipis, akhirnya tampak kabut putih
bergerak perlahan meninggalkan tempat itu, air mulai tenang dan menurun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya tampaklah sinar matahari
disusul oleh bola api itu sendiri setelah kabut terusir pergi. Tampaklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lautan luas terbentang di bawah dan
baru sekarang ternyata oleh dua orang muda itu bahwa mereka duduk dipuncak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu karang yang amat tinggi! Swat Hong
mengeluh, baru terasa betapa penat tubuhnya, betapa luka-luka kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kulitnya yang lecet-lecet, dan
betapa haus dan lapar leher dan perut! "Sumoi, badai sudah mereda. Mari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita turun. Aihh, itu perahu kita.
Untung tidak pecah," kata Sin Liong dan dia menggandeng tangan sumoinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menuruni batu karang. Perahu mereka
tidak pecah, akan tetapi layar dan dayungnya lenyap. Sin Liong mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu itu, membawanya turun kebawah.
"Mari kita lekas pulang, Sumoi. Biar kudayung dengan kedua tangan."
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong duduk didalam perahu, mengeluh
lagi dan berkata penuk kegelisahan, "Bagaimana dengan Pulau Es? Badai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengamuk demikian hebatnya,
Suheng." Aku tidak tahu, mudah-mudahan mereka selamat. Maka, kita harus
cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulang." dia lalu menggunakan
kedua tangannya yang kuat sebagai dayung. Perahu bergerak, meluncur di atas air<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tenang dan licin seperti kaca,
sama sekali tidak ada tanda-tanda di permukaan air bahwa air itu telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengamuk sedemikian hebatnya baru-baru ini.
Tak lama kemudian Sin Liong medapatkan dayung yang dipatahkan dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batang pohon yang hanyut di air.
Agaknya pulau-pulau kecil disekita tempat itu telah diamuk badai sedemikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebatnya sehingga pohon-pohon tumbang
dan terbawa air. Setelah keadaan cuaca terang kembali, Sin Liong dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentukan arah perahu dan tak lama
kemudian tampaklah Pulau Es dari jauh. Kelihatannya masih seperti biasa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah pualu keputihan memanjang di kaki
langit, berkilaun tertimpa sinar matahari. Hati mereka lega. Dari jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatannya tidak terjadi perubahan di
pulau itu. Setelah agak dekat, mereka melihat pula puncak atap istana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di Pulau Es, maka legalah hati mereka.
Hati Sin Liong mulai berdebar tegang ketika perahunya sudah menepel di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es. Keadaannya begitu sunyi.
Sunyi dan mati! Tidak kelihatan seorang pun di pantai, bahkan tidak tampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah perahu pun. Dan bukit-bukit es
tidak seperti biasanya, kacau balau tidak karuan dan berubah bentuknya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dengan hati tidak enak kedua orang muda
itu belari-lari ketengah pulau. Makin ke tengah, makin pucat wajah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka. Tidak ada seorang pun
kelihatan, dan juga pondok-pondok yang biasanya terdapat di sana-sini, sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> habis sama sekali. Tidak ada sebuah pun
pondok yang tampak! Seolah-olah semua telah disapu bersih, tersapu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersih dari pulau itu.
"Auhhhh...!" Swat Hong berdiri dengan muka pucat, kedua kakinya
menggigil. "Mari kita ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana, Sumoi!" Sin Liong yang
berkata dengan suara bergetar lalu menyambar lengan sumoinya dan diajaknya dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu lari ke dalam istana. Beberapa kali
terdengar Swat Hong mengeluarkan seruan tertahan, dan Sin Liong juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaget bukan main. Mereka seperti
memasuki sebuah kuburan! Sunyi, kosong, dan tidak ada bekas-bekasnya tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu didiami manusia! Habis sama sekali,
baik prabot-prabotan istana maupun manusia-manusianya! Tidak tertinggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepotong pun benda atau seorang pun
manusia. Habis semua! Ke mana pun mereka lari dan berteriak-teriak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memanggil, yang terdengar hanya gema
suara mereka sendiri! "Oughhh...!!" Swat Hong tidak menahan himpitan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perasaan yang ngeri dan berduka,
tubuhnya tergelimpang dan tentu akan terbanting kalau tidak cepat disambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Sin Liong. "Sumoi...!"
Akan tetapi suara ini kandas dikerongkongannya dan tanpa disadari pula, kedua
pipi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong basah oleh air matanya yang
mengalir deras menuruni kanan kiri hidungnya ketika dia memondong tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya yang pingsan itu ke dalam
kamar. Akan tetapi dia termangu-mangu ketika tiba di ambang pintu kamar yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbuka, karena kamar itu pun kosong
dan bersih, tidak ada sebuah atau sepotong pun prabotannya. terpaksa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merebahkan tubuh sumoinya di atas
lantai, dan dia sendiri merebahkan kepala diatas kedua lututnya sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis. terlampau hebat peristiwa
yang dihadapinya. Pulau Es telah disapu bersih oleh badai! Bersih sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali sehingga agaknya tidak ada seorang pun
manusia yang tertolong, tidak ada sepotong pun barangnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal, kecuali bangunan istana yang
memang amat kuat itu. Setelah siuman, Swat Hong menangis, "Aih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa..? Mengapa...? ayah, kasihan
sekali Ayah...!" Akhirnya Sin Liong dapat menghibur dan membujuknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka berdua lalu mengadakan
pemeriksaan dan mendapat kenyataan bahwa benar-benar Pulau Es telah diamuk
badai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Agaknya air laut telah naik sedemikian
tinggi sehingga pulau itu teredam air. Mereka menemukan beberapa potong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pakaian yang tersangkut di batu-batu
dan dengan hati terharu penuh kedukaan mereka mengumpulkan pakaian itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> entah punya siapa, sebagai barang
peninggalan yang amat berharga. Kemudian mereka memeriksa istana. Memang ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa benda yang masih tertinggal di
dalam kamar di bawah tanah, akan tetapi yang berada di atas, semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> habis dan lenyap. "Suheng, lihat
ini...!" tiba-tiba Swat Hong berkata sambil menunjuk ke dinding. Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat menghampiri dan keduanya mengenal
goresan tangan Han Ti Ong yang agaknya menggunakan jari tangan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh tenaga sinkang untuk menulis di
dinding batu itu! "Sin Liong dan Swat Hong, maafkan aku. Thian telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghukum aku dan membasmi Pulau Es.
Pergilah kalian mencari wanita jahat itu, rampas kembali semua pusaka. Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu Ong bukanlah puteraku, dia keturunan
Ki-ong." Pendek saja "surat dinding" itu, namun cukup jelas
isinya. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong menarik napas panjang. Kasihan
dia kepada suhunya yang mati meninggalkan dendam itu! "Suheng lihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini..." Tak jauh dari tulisan itu
terdapat bekas jari-jari tangan mencengkram dinding. Mudah saja mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggambarkan keadaan Han Ti Ong dan
keduanya tak dapat menahan tangis mereka. Agaknya, dalam menghadapi amukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> badai, Han Ti Ong berhasil menggunakan
tenaganya untuk mempertahankan diri beberapa lamanya dengan mencengkram<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dinding dan sempat pula membuat tulisan
itu sebelum kekuatan yang jauh lebih besar dari pada kekuatanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyeret keluar dari istana dan bahkan
dari pulau itu! "Kasihan sekali suhu..." Sin Liong menghapus air<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya. Swat Hong mengepal tinjunya.
"Aku akan mencari perempuan iblis itu, selain merampas kembali pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es,juga menghukumnya! Dialah yang
mencelakakan ibuku, yang mencelakakan Ayahku!" Sin Liong menarik napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang. Sudah diduganya ini. Tentu
akan terjadi balas-membalas. Dendam tak kunjung habis! "Sumoi, Suhu hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan pesan agar kita mencari
kembali pusaka-pusaka itu...." "Kau yang mencari pusaka, aku yang
membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> iblis betina itu!" Swat Hong
berseru penuh semangat. "Dan Bu Ong... hemm,apa pula artinya ini? Bukan
putera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayah?" "Sumoi, tenanglah dan
dengarlah penuturanku. Mungkin hanya aku dan ayahmu saja yang tahu akan nasib<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita itu, nasib yang amat buruk dan
mengerikan. Tahukah kau apa yang telah dialami oleh The Kwat Lin sebelum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditolong ayahmu?" Sin Liong lalu
menceritakan keadaan The Kwat Lin yang menjadi gila karena dua belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya dibunuh orang dan agaknya,
melihat keadaannya, gadis yang tadinya seorang pendekar wanita perkasa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah diperkosa di antara mayat para
suhengnya. "Kurasa demikianlah kejadiannya. Setelah suhu menyatakan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu Ong adalah keturunan Kai-ong,
teringatlah aku. Jelas bahwa The Kwat Lin diperkosa oleh pembunuh dua belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang anak murid Bu-tongpai itu,
sehingga anak yang dilahirkannya itu, Han Bu Ong, adalah keturunan Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang memperkosanya dan membunuh para
suhengnya." Mendengar penuturan tentang nasib mengerikan yang dialami ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tirinya, Swat Hong bergidik. Akan
tetapi dia mengomel. "Yang berbuat jahat kepadanya adalah Raja Pengemis
itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa dia membalasnya kepada ibu? Dan
dia telah menghancurkan penghidupan Ayah. Betapapun juga, aku harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencarinya dan membalaskan sakit hati
ibu dan Ayah." Sin Liong maklum bahwa membantah kehendak sumoinya ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percuma, hanya akan menimbulkan
pertentangan saja. Maka diam-diam dia mengambil keputusan untuk selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendamping sumoinya, selain menjaga
keselamatan dara ini, juga kalau perlu mencegah sepak terjangnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdorong oleh nafsu dan dendam.
Betapapun juga, setelah Pulau Es dibasmi oleh badai, dara ini kehilangan ayah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bunda, tiada sanak kadang, tiada handai
taulan dan dialah satu-satunya orang yang patut melindunginya, sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya. Ataukah sebagai calon suami?
Sin Liong tidak mengerti dan tidak berani memutuskan. Biarlah hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjodohan itu diserahkan kepada
keadaan kelak. Dia tidak membantah ketika sumoinya mengajaknya meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es yang telah kosong itu, untuk
mencari ibunya, dan kalalu masih juga tidak berhasil, untuk pergi ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daratan besar mencari The Kwat Lin.
Beberapa hari kemudian, setelah yakin benar bahwa tidak ada seorang pun di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara penghuni Pulau Es yang selamat
dan kembali ke pulau itu, Sin Liong dan Swat Hong berangkat meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es. Ketika perahu kecil yang
mereka dayung itu meluncur meninggalkan pulau, Swat Hong memandang kearah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau dengan air mata bercucuran. Juga
Sin Liong merasa terharu dan berduka mengingat akan nasib para penghuni<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es yang mengerikan itu. Mereka
berdua mendayung perahu menuju ke selatan dan di sepanjang perjalanan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka menemukan bukti-bukti
kedahsyatan badai dan keanehan alam yang diakibatkan oleh letusan gunung berapi
di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bawah laut itu. Ada pulau yang lenyap
sama sekali , dan ada pula pulau yang baru muncul begitu saja, pulau yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat aneh, pulau batu karang yang masih
jelas kelihatan bahwa pulau ini tadinya merupakan dasar laut dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala keindahannya, dengan mahluk
hidup dan tetumbuhannya yang kini semua mengeras menjadi batu karang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bermacam bentuk. Banyak pulau yang
mengalami nasib serupa dengan pulau Es, yaitu menjadi gundul, habis sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tetumbuhan atasnya. diam-diam
terbayang dalam pikiran Sin Liong betapa dahsyat kekuasan alam. Andaikata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua lautan yang mengamuk seperti
beberapa hari yang lalu itu, agaknya dunia akan menjadi kiamat! Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan pulau-pulau itu, timbul rasa
khawatir dalam hati Sin Liong tentang keadaan Pulau Neraka. Tentu pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu pun tidak terluput dari amukan
badai, pikirnya. Padahal baru saja pulau itu mengalami penyerbuan Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pasukannya! Sin Liong merasa
kasihan sekali terhadap nasib para penghuni Pulau Neraka. Apakah pulau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti juga Pulau Es, disapu bersih
dan seluruh penghuninya terbasmi habis? "Agaknya ibumu tidak berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diantara pulau-pulau ini,"
Beberapa hari kemudian setelah merasa mencari dengan sia-sia, Sin Liong
mengemukakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendapat. "Bagaimana kalau kita
mencari ke utara lagi. Siapa tahu kali ini kita berhasil, dan kita dapat juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya ke Pulau Neraka kalau-kalau
ibumu ke sana." "Hemm, agaknya engkau sudah rindu kepada Soan Cu,
suheng."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sian Liong mengerutkan alisnya.
"sumoi, kau...cemburu lagi?" Wajah dara itu menjadi merah. "Aku
hanya berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sewajarnya." "Sudahlah. Kalau
kau cemburu, kita tidak usah singgah di Pulau Neraka," kata Sin Liong menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas panjang. Hening sejenak dan
mereka telah menghentikan gerakan dayung karena mereka masih belum mendapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keputusan akan mencari ke mana.
"Kita ke Pulau Neraka!" tiba-tiba Swat Hong berkata.
"Ehhh...??" "Aku harus ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana. Aku akan menegur kakek berkepala
besar itu! Pulau Neraka yang menjadi biangkeladi sehingga Ayah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah-marah kepada kita, hampir saja
kita dibunuhnya. Karena Pulau Neraka telah berani menawanku." "Hemm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi. Mengapa kejadian yang telah
lewat dipersoalkan lagi? Bukankah Ayamu telah menyerbu ke sana kurasa Ayahmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menghukum mereka menurut cerita
anak buah pasukan? Kalau begitu, kita tidak perlu pergi ke sana, sumoi."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aku harus pergi ke sana!"
dara itu berkeras. Sin Liong menggeleng-geleng kepala. Sukar benar melayani
sumoinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini yang memiliki watak aneh dan hati
yang keras sepeti baja. "Aku hanya mau pergi ke Pulau Neraka kalau untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari ibu, akan tetapi kalau kita
pergi ke sana hanya untuk mencari perkara, aku tidak mau. Kau harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berjanji tidak akan membuat kekacauan
di sana, sumoi." "Hemmm, agaknya kau berkeinginan keras untuk menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabat baik Pulau Neraka, ya? Karena
ada...." "Sumoi, harap jangan bicara yang tidak-tidak. Memang kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabat baik mereka! Lupakah kau ketika
mereka mengantar kita ketika meninggalkan pulau itu? Karena itu, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya mau pergi ke sana kalau untuk
mencari ibumu dan menjenguk mereka sebagai sahabat, melihat keadaan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah ada badai mengamuk." Swat
Hong cemberut, akan tetapi menjawab juga. "Baiklah, kita lihat saja
nanti."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan mereka lalu mendayung perahu dengan
cepat menuju ke Pulau Neraka. Akan tetapi, setelah mereka tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daerah Pulau Neraka, mereka menjadi
bingung dan pangling karena didaerah itu telah terjadi perubahan hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. Mungkin karena akibat badai
yang mengamuk, yang ternyata mengambil daerah yang amat luas itu, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekitar situ telah muncul gunung-gunung
es yang anat besar sehingga Pulau Neraka yang biasanya tampak dari jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai raksasa yang tidur itu kini
tidak kelihatan lagi karena semua jurusan terhalang pandangannya oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gunung-gunung es. Mereka mendayung
perahu berputar namun tidak dapat keluar dari kurungan gunung-gunung es itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ahhh, dahulu tidak ada
gunung-gunung es besar seperti ini," kata Swat Hong. "Ini tentu
diakibatkan oleh badai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, Sumoi. Biarlah kita mengaso dulu
dan aku akan mencoba melihat keadaan dari puncak sebuah gunung. Kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tunggu saja di sini."Perahu itu
menempel pada sebuah bukit es yang tinggi dan Sin Liong meloncat ke daratan es.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kemudian dia menggunakan ilmunya
berlari cepat, mendaki gunung es itu untuk melihat dan mengenali daerah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari atas puncaknya yang tinggi.
Tiba-tiba terdengar suara gerengan keras sekali yang mengguncangkan seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gunung es itu. Sin Liong terkejut dan
dengan cepat dia menoleh untuk melihat apa yang mengeluarkan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti itu. Dari jauh tampak olehnya
seekor beruang besar sedang menggerakkan kedua kaki depanya ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> burung-burung yang menyambar-nyambar di
atasnya. Burung-burung nazar (burung botak pemakan bangkai) yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besarbesar beterbangan di atas biruang
itu dan menyerangnya dari atas sambil mengeluarkan suara pekik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan. Melihat ini, Sin Liong
cepat berlari mendekati. Ternyata beruang itu terluka parah juga di beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagian anggauta badannya, sedangkan di
bawah kakinya tampak bangkai seekor ular laut yang besar. Jelaslah bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang itu tadi berkelahi dengan ular
laut itu dan dia menang, akan tetapi dia menderita luka-luka dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> burung-burung nazar yang kelaparan itu
kini hedak mengeroyoknya dan tentu saja ingin makan bangkai ular besar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong segera menggunakan salju yang
digenggam untuk menyambiti burung-burung itu. Terdengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> plak-plok-plak-plok disusul suara
burung-burung nazar berkaok-kaok kesakitan dan mereka terbang ketakutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjauhi tempat itu karena setiap kali
terkena sambitan salju, terasa nyeri sekali. Dengan beberapa loncatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja Sin Liong sudah tiba di depan
biruang itu. Beruang yang berkulit hitam dan amat besar itu menyeringai dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerang, memperlihatkan gigi
bertaring yang amat runcing kuat dan lidah yang merah. Matanya terbelalak penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecurigaan dan kemarahan kepada Sin
Liong. "Tenanglah, aku datang untuk menolongmu," kata Sin Liong
sambil maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih dekat. "Auuughh..!"
Beruang itu menggerang dan kaki depan yang kiri menyambar kearah dada Sin
Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat betapa telapak kaki itu
berdarah, Sin Liong mengelak dan cepat menangkap pergelangan kaki depan itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiranya telapak kaki itu tertusuk
tulang dan masuk amat dalam. Agaknya dalam perkelahian melawan ular laut,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beruang itu mencengkram tubuh ular dan
sedemikian kuatnya dia mencengkeram sampai tulang punggung ular patah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menusuk ke dalam daging di telapak
kaki depan itu, Sin Liong segera mencabut tulang itu. Darah mengucur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> deras dan dia segera membalut dengan
saputangannya. Beruang itu kini tidak marah lagi. Agaknya dia cerdik dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat mengerti bahwa orang yang datang
ini bukan musuh, bahkan menolongnya. Kaki depan yang terluka itu kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak nyeri lagi dan tentu saja ,
karena yang membuat dia tersiksa rasa nyeri tadi adalah karena tulang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menancap itu. "Coba kuperiksa, apa
lagi yang perlu kuobati," Sin Liong berkata dan dia memeriksa luka-luka di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh beruang itu. Ada sebuah luka di
tengkuk yang membengkak. Tahulah Sin Liong bahwa luka ini cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya, kalau tidak lekas diberi
obat yang cocok akan dapat membahayakan nyawa beruang itu. "Hemmm, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus mencarikan daun obat untuk
luka-lukamu,"katanya, lupa bahwa beruang itu tentu saja tidak mengerti apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dia katakan. "Hai, Suheng,
ada apakah?" Tiba-tiba terdengar teriakan dari atas. Sin Liong menoleh dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat Sumoinya turun berlari-lari
cepat sekali.Setelah dekat, beruang itu menggerang dan memandang Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan marah. "Huh, binatang
buruk!" Swat Hong memaki. "Dia terluka cukup berat, akan tetapi dia
menang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelahi melawan ular laut itu. Lihat,
betapa besarnya ular itu, Sumoi. Beruang itu kuat sekali. Aku harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengobatinya sampai sembuh." Swat
Hong mengerutkan alisnya, "Perlu apa menolong binatang buas seperti itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suheng? Membuang-buang waktu
saja." "Dia tidak buas lagi, sumoi. lihat betapa jinaknya. Dia pun
mahluk hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang perlu kita tolong. Aku merasa
kasihan kepadanya,sumoi." "Wah, kau lebih mementingkan dia..."
"Hei..., ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa engkau...?" Tiba-tiba Sin
Liong berteriak melihat beruang itu menggereng-gereng dan menarik-narik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya, seolah-olah hendak mengajak
Sin Liong pergi dari situ! Beruang itu makin keras menggereng dan makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuat menariknya. Diam-diam Sin Liong
kagum bukan main. Tenaga beruang ini luar biasa besarnya, dan kiranya dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya akan dapat menandingi tenaga
raksasa ini kalau dia menggerakan sinkang sekuatnya! Akan tetapi tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mendapat firasat tidak baik melihat
sikap beruang itu, maka disambarnya tangan sumoinya dan dia berteriak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Awas, sumoi. Mari pergi, dia
menghendaki demikian, entah mengapa?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong memegang erat-erat lengan
sumoinya dan membiarkan dirinya diseret oleh biruang itu. Binatang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajaknya setengah paksa berlompatan
dan berlarian ke gunung es yang lain yang berdekatan. Baru saja mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat ke atas gunung es lain itu,
tiba-tiba terdengar suara keras dan gunung es dimana mereka berada tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah pecah berantakan menjadi
keping-keping kecil. Kiranya gunung es itu ditabrak oleh gunung es yang lain
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hal ini agaknya telah diketahui oleh si
Beruang tanpa melihat datangnya gunung es yang tak tampak dari situ.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ternyata binatang itu hanya
diperingatkan oleh nalurinya yang tidak ada pada manusia! Sin Liong berdiri
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka pucat, kemudian dia merangkul
beruang itu. "Terima kasih, kakak beruang. Kiranya engkau malah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyelamatkan kami berdua." Akan
tetapi Swat Hong merasa tidak senang. "Suheng, mari kita segera pergi dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sini. Tempat ini amat berbahaya. Lihat,
gunung es tadi hancur dan itu kelihatan dari sini perahu kita. Untung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak hilang. Marilah, suheng."
"Nanti dulu, sumoi. Aku harus mencarikan daun obat untuk mengobati
luka-luka di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh beruang ini." "Ah,
perlu apa? Kita bisa celaka di sini..." "Sumoi, dia telah
menyelamatkan nyawa kita!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm, begitukah? Engkau pun tadi
telah menyelamatkan nyawanya ketika kau mengusir burung-burung nazar itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan? Aku melihat dari jauh. Berarti
sudah terbalas semua budi, bukan Marilah, Suheng." "Tidak, sumoi.
Kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal di sini dulu sampai aku selesai
mengobatinya." Swat Hong menjadi marah. "Agaknya kau lebih sayang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang betina ini dari pada aku!"
"Sumoi...!" Akan tetapi Swat Hong sudah berlari pergi, berloncatan di
atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pecahan es dan menuju ke perahu mereka,
meloncat ke dalam perahu dan mendayung perahu itu pergi dari situ! Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong menjadi bingung dan hampir
membuka mulut menegur, akan tetapi karena maklum bahwa hal itu percuma saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia membatalkan niatnya.
"Ngukkk... nguuuuukkk...." Beruang itu mendengus-dengus dan menciumi
kepalanya. "Ahhh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Enci (Kakak Perempuan) beruang, betapa
sukarnya menyelami watak wanita. Aku telah membuat hatinya kecewa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah, akan tetapi bagaimana hatiku
dapat tega meninggalkan engkau yang terancam bahaya maut oleh lukamu?" Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong lalu mengajak beruang itu mencari
daun. Karena perahu sudah dibawa pergi Swat Hong, Maka terpaksa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari pulau yang masih ada
tetumbuhannya dengan jalan berloncatan dari batu es lainnya, dan kalau jaraknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlalu jauh, beruang itu
menggendongnya dan membawanya berenang ke batu es lainya atau kadang-kadang Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan sebongkah es yang
mengambang sebagai perahu, didayung dengan tangannya yang kuat. Akhirnya,
setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melalui perjalanan yang amat sukar,
dapat juga dia menemukan pulau yang masih ada tetumbuhannya dan di pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecil itu, mulailah dia mengobati luka-luka
beruang itu sampai sembuh. Pada suatu hari dia melihat sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu kosong terbalik mengambang tidak
jauh dari pulau. Dia merasa girang sekali. Cepat menyuruh beruang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengambilnya dan hatinya terharu ketika
mengenal perahu itu sebagai sebuah di antara perahu pulau es. Tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penumpangnya telah lenyap ditelan
badai, pikirnya. Dia lalu membuat dayung dari cabang pohon dan setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang hitam itu sembuh benar, dia
lalu melompat ke perahu dan mendayungnya meninggalkan pulau. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba beruang itu terjun ke air dan
berenang mengejar perahunya. "Heii, kakak beruang, kembalilah. Engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah sembuh, dan aku harus pergi
mencari sumoi!" "Nguuuk...nguukk...!" Beruang hitam itu
mengeluarkan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluh dan mukanya seperti orang
menangis! Sin Liong tersenyum. "Hmm, kau hendak ikut, ya? Nah, loncatlah
ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas!" Seolah-olah mengerti arti
kata-kata Sin Liong, biruang itu lalu meloncat ke dalam perahu kini mukanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan berseri, matanya
bersinar-sinar dan lidahnya terjulur keluar seperti sikap seekor anjing yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kegirangan. "Kau boleh ikut sampai
aku dapat menemukan kembali sumoi!" kata Sin Liong. "Kalau sumoi
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghendaki kau ikut, kau harus kutinggalkan
karena kau telah sembuh." Demikianlah, Sin Liong kini melanjutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjalanan mencari Pulau Neraka. Dari
puncak sebuah gunung es, dia dapat melihat dari jauh dan kini dia tahu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana letaknya Pulau Neraka. Beruang
yang kini menggantikan tempat Swat Hong, menjadi temannya berlayar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan girang sekali ketika perahu
meluncur dan binatang ini telah jinak benar-benar. Setelah kini dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenal kembali keadaan dan tahu di
mana letaknya Pulau Neraka, perjalanan dapat dilakukan dengan cepat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah dekat dengan Pulau Neraka, dia
menyaksikan suatu yang membuatnya terheran dan merasa tegang. Sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu besar kelihatan mendarat di
Pulau Neraka. Jelas bukan perahu Pulau Neraka yang kecil-kecil. Perahu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar sekali, perahu layar yang hanya
dipergunakan untuk pelayaran jauh. Dan perahu itu pun dalam keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> payah, jelas kelihatan bekas diamuk
badai. Tiang layarnya patah, layarnya cabik-cabik dan perahu itu tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orangnya sama sekali, berdiri miring di pantai
Pulau Neraka. Apakah yang telah terjadi di Pulau Neraka?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ternyata bahwa seperti juga pulau lain.
Pulau Neraka tidak luput dari amukan badai. Hanya karena letaknya agak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh dari pusat amukan badai, maka
penderitaannya tidak sehebat pulau lain, terutama Pulau Es. Air juga naik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi dan menenggelamkan setengah
bagian pulau ini, banyak pula penghuninya yang tidak keburu lari ke tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi, diseret dan ditelan badai.
Perahu-perahu lenyap, pohon-pohon yang berada di tepi pantai bobol semua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan setelah badai mereda, sebuah perahu
besar terdampar di tepi pantai.Perahu itu adalah perahu bajak laut!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah air menyurut, para bajak laut
yang terdiri-dari dua puluh lima orang itu segera mendarat. Mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelelahan dan kelaparan, bahkan ada
lima orang di antara mereka tewas ketika badai mengamuk sehingga jumlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka hanya tinggal dua puluh lima
orang itulah. Mereka mendarat di kepalai oleh raja bajak yang memimpin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, raja yang amat terkenal di
sepanjang pantai muara-muara sungai Huangho dan Yangce. Kepala bajak ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> adalah seorang laki-laki tinggi besar
yang buta sebelah matanya. Mata kiri yang buta karena tusukan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lawan dalam pertandingan, kini ditutupi
oleh sebuah kain hitam sehingga ia kelihatan lebih menyeramkan lagi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tubuhnya tinggi besar dan di antara
para nelayan dan pedagang yang suka berperahu, dia dikenal sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tok-gan-hai-liong (Naga Laut Mata Satu)
dan namanya adalah Koan Sek. Mereka sama sekali tidak tahu bahwa perahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka yang diamuk oleh badai dahsyat
itu telah mendarat di Pulau Neraka! Andaikata mereka tahu juga, mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu tidak merasa takut karena pada
waktu itu, nama Pulau Neraka hanya dikenal oleh Orang-orang Pulau Es.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Untuk dunia ramai, yang dikenal
hanyalah Pulau Es, yang dikenal sebagai tempat yang hanya terdapat dalam sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dongeng. Betapapun juga, Pulau Es
merupakan nama yang ditakuti oleh semua orang termasuk para bajak. Akat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi karena pulau dimana perahu
mereka mendarat bukanlah Pulau Es, melainkan pulau yang hitam penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetumbuhan, mereka menjadi berani dan
setelah badai mereda dan air menyurut, mereka lalu menyerbu ke tengah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau. Untung bagi mereka bahwa badai
yang amat dahsyat itu membuat air laut naik dan mengamuk di daratan pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga binatang-binatang berbisa pun
menjadi panik dan ketakutan, lari bersembuyi dan belum berani keluar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Andaikata mereka itu berani menyerbu
pulau dalam keadaan biasa tentu mereka akan menjadi korban<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang-binatang itu dan sukarlah
dibayangkan apa akan jadinya. Mungkin sekali tidak ada diantara mereka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat lolos betapapun liar, ganas
dan lihai mereka itu. Dapat dibayangkan betapa heran dan girangnya hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para bajak itu ketika mendapat
kenyataan bahwa di tengah pulau itu terdapat pondok-pondok yang dibuat oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia! Akan tetapi keheranan mereka
segera berubah menjadi kekagetan hebat ketika para penghuni pulau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambut mereka dengan serangan
dahsyat tanpa peringatan apa-apa. Karena mereka adalah bajak-bajak yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa berkelahi dan mengadu nyawa, maka
serbuan para penghuni Pulau Neraka itu mereka sambut dengan gembira.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka mengira bahwa penghuni pulau itu
adalah orang-orang biasa saja. Maka besar sekali kekagetan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika mendapat kenyataan betapa kurang
lebih dua puluh orang, yaitu sisa penghuni Pulau Neraka yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibasmi oleh badai, yang berani
menyambut mereka dengan serangan itu rata-rata memiliki kepandaian hebat!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Terjadilah perang tanding yang seru dan
matimatian. Bajak laut pimpinan Tok-gan-hai-liong itu pun bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang biasa melainkan
penjahatpenjahat pilihan yang selain kuat dan ganas, juga rata-rata pandai ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silat. Apalagi Tok-gan-hai-liong
sendiri bersama seorang pembantu yang sebetulnya adalah sutenya (adik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperguruan) sendiri yang bernama Coa
Liok Gu, seorang ahli pedang yang lihai sekali. Sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tok-gan-hai-liong Koan Sek sendiri
adalah seorang ahli bermain senjata ruyung yang ujungnya merupakan sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bola baja yang berat dan keras. Para
penghuni Pulau Neraka masih terguncang oleh amukan badai, bahkan ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, Ouw Kong Ek, sedang menderita
sakit hebat. Semenjak penyerbuan pasukan Pulau Es yang dipimpin oleh Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ti Ong, Ouw Kong Ek jatuh sakit.
Mungkin karena dia merasa terlalu marah, dan mungkin juga karena usianya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah tua. Pernyerbuan dari Pulau Es
itu merupakan hal yang amat menyakitkan hatinya, dan juga hati para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni Pulau Neraka, mendatangkan
rasa dendam yang lebih mendalam. Apalagi melihat betapa catatan pengobatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Kwa Sin Liong telah dihancurkan
oleh Han Ti Ong, hati Ouw Kong Ek merasa sakit sekali. Untung masih ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa macam obat yang hafal olehnya,
akan tetapi sebagian besar telah dibasmi oleh Raja Pulau Es yang marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Pada saat bajak laut menyerbu, Ouw
Kong Ek tidak dapat bangun dari tempat tidurnya. Dia dijaga dan dirawat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh cucunya, Ouw Soan Cu. Maka dapat
dibayangkan betapa kaget hati kakek ini ketika ada anak buahnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang melapor bahwa pulau yang baru
saja diamuk badai itu kini disebu oleh sepasukan bajak laut yang ganas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rata-rata memiliki kepandaian tinggi!
"Keparat...!" Kakek itu meloncat bangun akan tetapi terguling kembali
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu segera memegang lengan
kakeknya, membantunya untuk rebah kembali. "Tenanglah, Kong-kong! Biarlah
aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang keluar untuk membantu teman-teman
membasmi bajak laut yang tidak tahu diri itu." Ouw Kong Ek terpaksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya mengangguk karena dia sendiri
masih tidak kuat untuk bangun, apalagi bertempur. "Hati-hatilah, Soan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu..." Dia percaya akan kepandaian
cucunya yang tentu akan dapat mengusir bajak-bajak laut yang biasanya hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdiri orang-orang kasar itu. Dengan
pedang di tangan Soan Cu lalu berlari keluar. Melihat anak buahnya sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanding mati-matian melawan
bajak-bajak yang ganas, apalagi melihat seorang wanita Pulau Neraka digeluti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh dua orang laki-laki kasar sampai
wanita itu menjerit-jerit namun dua orang laki-laki itu malah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa-tawa dan merobek-robek pakaian
wanita itu, Soan Cu menjadi marah sekali. Dia mengeluarkan teriakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah, tubuhnya yang ramping mencelat
ke depan, pedangnya menyambar dan dua orang bajak yang sedang memperkosa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita itu roboh dengan leher terkuak
lebar dan hampir putus! Wanita itu cepat membereskan pakaiannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar goloknya dan seperti seekor
harimau kelaparan dia membacoki tubuh dua orang bajak tadi. Melihat sepak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjang Soan Cu yang kembali sudah
merobohkan dua orang bajak, Tok-gan-hailiong Koan Sek dan Coa Liok Gu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibantu oleh beberapa orang bajak lain
cepat mengepung dan mengeroyoknya. Namun Soan Cu mengamuk hebat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedangnya berubah segulung sinar terang
yang menyambar Dahsyat, membuat dua orang pimpinan bajak itu terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan harus memainkan senjata dengan
hati-hati sekali agar jangan sampai mereka menjadi korban kedahsyatan sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang yang dimainkan oleh dara itu.
"Lepas tulang ikan!!" Tiba-tiba kepala bajak itu memberi aba-aba
kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sutenya dan mereka berdua telah
meloncat mundur, membiarkan anak buah mereka yang empat orang banyaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanjutkan pengeroyokan, sedangkan
mereka berdua lalu mengayun tangan berkali-kali ke arah Soan Cu. Sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lembut bertubi-tubi menyambar ke arah
Soan Cu dari depan dan belakang. Dara ini memandang rendah senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rahasia mereka. Dia adalah Seorang dara
Pulau Neraka sudah terlalu banyak racun dikenalnya bahkan dia telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan obat anti racun maka dia
tidak terlalu khawatir ketika sebuah di antara senjata rahasia lawan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lembut itu mengenai pahanya. Akan
tetapi, betapa kagetnya ketika dia merasa kakinya itu setengah lumpuh dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu dia menggerakan pedang, tubuhnya
terhuyung, kepalanya pening. "Aihhh...!" Dia berseru nyaring, lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa heran daripada khawatir. Dara
ini tidak tahu bahwa lawannya menggunakan am-gi (senjata gelap) berupa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tulang berbentuk duri dari sirip
semacam ikan laut yang berbisa. Bisa dari ikan laut ini tentu saja tidak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disamakan dengan bisa dari binatang
darat, maka bisa yang asing ini tidak dapat ditolak oleh obat anti racun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dipakainya. "Sute, tangkap
nona manis ini...!" Teriak Koan Sek dengan girang. Akan tetapi tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar suara gerengan yang dahsyat
dan yang membuat mereka kaget bukan main. Dua orang bajak yang mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara itu dekat sekali dibelakang
mereka menengok dan... mereka itu terjengkang dan merangkak untuk melarikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri dengan ketakutan. Kiranya yang
menggerang itu adalah seekor binatang raksasa hitam yang menakutkan. Seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beruang yang lebar moncongnya cukup
untuk mencaplok kepala mereka sekaligus! Sin Liong yang datang bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang itu cepat meloncat mendekati
Soan Cu merampas pedang dari tangan dara itu dan memondongnya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kiri, kemudian sekali meloncat
dia telah berada di punggung biruang, lengan kiri memeluk dan menjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh Soan Cu yang dipangkunya karena dara
itu telah menjadi pingsan sedangkan tangan kanan menggerakan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu sambil beseru "Kakak
biruang, lawan mereka yang berani mendekat!" Biruang itu menggereng-gereng
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika melihat dari kiri ada sinar
menyambar, yaitu sinar pedang yang digerakan oleh Coa Liok Gu sute dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala bajak, tiba-tiba kaki depan kiri
yang kini dipergunakan seperti tangan itu bergerak menangkis, bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangkis pedang melainkan mencengkram
kepala Coa Liok Gu. Tentu saja orang ini kaget dan sekali merendahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh, membalikan pedang dan siap untuk
menyerang lagi. Begitu lengan biruang itu menyambar lawan, dia meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke atas dan menusukan pedangnya
mengarah bagian antara kedua mata biruang itu. "Cringgg...!!"
Pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpental dan dia harus cepat melempar
tubuh ke belakang kalau tidak ingin dadanya robek oleh cakar biruang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah pedangnya ditangkis oleh Sin
Liong tadi. "Siuuuut...!!" Senjata ruyung berujung baja di tangan
Koan Sek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah bergerak menyambar dengan ganas,
menghantam punggung biruang hitam dengan kecepatan kilat dan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenaga dahsyat. "Cringgg...!
Tranggg...!!" Dua kali senjata berat itu ditangkis oleh Sin Liong dan dua
kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula kepala bajak itu berseru kaget
karena telapak tangannya hampir terkupas kulitnya dan terasa panas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perih. Pada saat dia terbelalak dan
terheran, biruang itu sudah membalikan tubuh dan sekali kaki depannya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kanan menampar, kepala bajak itu
mencoba menangkis, namun senjatanya terlepas dari pegangannya dan biruang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menubruknya dan mencengkram ke
arah lehernya. "Kakak biruang, jangan ...!" Sin Liong membentak.
Biruang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu terkejut dan ragu-ragu sehingga
kesempatan itu dapat dipergunakan oleh Koan Sek untuk meloncat jauh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebelakang. Dia dan pembantu utamanya,
Coa Liok Gu berdiri dengan muka pucat memandang pemuda yang menunggang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang itu membawa pergi tubuh dara
jelita yang pingsan. Biarpun pedang masih berada di tangannya, Coa Liok Gu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak lagi berani menyerang karena dia
maklum bahwa selain biruang raksasa itu amat kuat, juga pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kepandaian yang luar biasa
sekali. Sin Liong merasa bingung dan gelisah menyaksikan pertempuran hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. "Hentikan
pertempuran...!" Dia berseru berkali-kali namun percuma saja, para bajak
laut dan penghuni Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka adalah orang-orang kasar yang
pada saat itu sedang marah, maka sukar untuk dibujuk. Tiba-tiba terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara melengking tinggi dan panjang dan
suara itu segera disusul suara berdengungdengung dan berdesis-desis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati
Sin Liong ketika dia melihat datangnya binatang-binatang kecil yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbisa. Ular, kelabang, kalajengking
dan sebangsanya berdatangan dari semua penjuru, merayap cepat seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> digerakan oleh suara melengking iru,
dan yang lebih mengerikan lagi, lebah-lebah putih datang pula beterbangan!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
Saking kagetnya Sin Liong melompat turun dari punggung biruang dan kini
biruang itu pun terkejut dan ketakutan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah binatang raksasa ini sudah
mengerti bahwa bahaya maut datang mengancamnya. "Uhhh... apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi...?" Soan Cu mengeluh dan
siuman dari pingsannya. Melihat dara itu sudah siuman. Sin Liong agak lega.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bagaimana lukamu?"
"Nyeri sekali, panas... eh, siapa yang memimpin binatang-binatang berbisa
itu?" Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun dari pondongan Sin Liong. "Cepat
pergunakan obat penolak ini..." Dia mengeluarkan sebungkus obat penolak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari ikat pinggangnya. Setelah
menaburkan obat bubuk di sekeliling mereka bertiga, yaitu Soan Cu, Sin Liong
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruang betina, Soan Cu berkata lagi,
"Sin Liong tolong... kau tangkap Si Mata Satu itu...aku membutuhkan obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penawar racun am-gi-nya (senjata
gelapnya)...." Melihat betapa wajah dara itu pucat sekali tanda menderita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenyerian hebat, Sin Liong maklum bahwa
tentu dara itu terkena senjata rahasia yang mengandung racun luar biasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. Maka tanpa menjawab tubuhnya
mencelat kearah Koan Sek yang masih bengong memandang ke depan, matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak ketika melihat betapa anak
buahnya mulai menjadi korban pengeroyokan binatang-binatang berbisa. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika tubuh Sin Liong menyambar, dia
terkejut sekali, mengira bahwa pemuda itu akan menyerangnya. Dia tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah mengambil kembali senjatanya,
maka tanpa banyak cakap lagi dia sudah mengayun senjatanya menghantam ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah Sin Liong. Pemuda ini tadi
melepaskan pedangnya, melihat betapa dia disambut serangan dahsyat, cepat dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> miringkan tubuhnya, membiarkan senjata
berat itu lewat dan secepat kilat kedua tangannya menyambar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelumnya Koan Sek tahu apa yang
terjadi, senjatanya telah terampas dan dibuang oleh pemuda itu sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya sudah diangkat dan dipanggul
seperti seorang anak kecil saja. Percuma dia meronta, karena pemuda itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah meloncat seperti terbang, kembali
ke dalam lingkaran obat penolak yang ditaburkan Soan Cu. Koan Sek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggigil. Selain dia maklum betapa
lihainya pemuda ini, juga dia merasa ngeri sekali menyaksikan apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi di luar lingkaran obat bubuk
itu. Terdengar jerit dan pekik mengerikan. Orang-orang Pulau Neraka telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mundur dan menonton sambil sambil
tertawa-tawa. Akan tetapi anak buah bajak laut itu menghadapi penyerangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang-binatang berbisa dan sama
sekali mereka tak berdaya. Apalagi penyerangan lebah-lebah putih membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka panik. Mengerikan sekali melihat
mereka berkelojotan merintih-rintih dan menangis mengerung-ngerung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena tidak tahan menderita rasa nyeri
yang menyengati sekujur tubuh. "Cepat bertindak, halau mereka, Soan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu!" Sin Liong berkata dengan alis
berkerut. Biarpun yang dikeroyok binatang-binatang itu adalah kaum bajak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun dia tidak dapat menyaksikan
peristiwa mengerikan itu. Soan Cu menggeleng kepala. "Tak mungkin. Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> digerakan oleh suara melengking
itu..." "Suara apa itu? Siapa yang membunyikan?" Soan Cu
tersenyum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggigit bibirnya menahan rasa nyeri.
Pahanya seperti dibakar dan rasa nyeri menusuk-nusuk jantung. "Siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi? Satu-satunya orang yang dapat
melakukannya hanyalah Kong-kong... augghh ..." Dara itu roboh pingsan lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam rangkulan Sin Liong. "Aduh
celaka..., binatang-binatang itu...." Tok-gan-hai-liong Koan Sek menggigil
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia hendak lari dari tempat itu ketika
melihat bagaimana pembantunya, Coa Liok Gu, sudah sibuk memutar pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk berusaha mengusir lebah-lebah
putih yang mengeroyoknya. "Kalau kau keluar dari sini, engkau pun akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalami nasib yang sama," Kata
Sin Liong, menunjuk ke arah lingkaran putih dari obat penolak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Binatang-binatang itu tidak
berani memasuki lingkaran ini." Koan Sek memandang dan matanya terbelalak
ngeri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat betapa ular-ular beracun yang
bermacammacam warnanya itu benar saja membalik lagi ketika mendekati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> garis lingkaran. Bahkan lebah-lebah
putih yang terbang dekat, agaknya mencium bau penolak itu dan mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun terbang membalik, mengamuk dan
menyerang para bajak yang berada di luar lingkaran. Saking ngerinya melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa Coa Liok Gu menjerit dan roboh
karena kakinya tergigit seekor ular, kemudian betapa pembantunya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga merupakan sutenya melolong-lolong
dan bergulingan, dikeroyok banyak sekali binatang yang mengerikan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala bajak ini tak dapat lagi menahan
dirinya dan dia menjatuhkan diri berlutut! Sin Liong sendiri merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ngeri menyaksikan peristiwa yang
terjadi disekelilingnya. Kalau saja dia dapat melihat Ouw Kong Ek, tentu dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan meloncat dan memaksa kakek itu
menghentikan pekerjaanya yang kejam, membunuh para bajak seperti itu. Akat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi celakanya, suara itu melengking
tinggi dan sukar diketahui dari mana datangnya, bahkan kakek itu pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tampak. pula, mana mungkin dia
berani meninggalkan Soan Cu yang pingsan itu bersama kepala bajak? Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda ini merasa seperti disayatsayat
jantungnya menyaksikan pembunuhan yang amat kejam itu, melihat betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua puluh empat orang bajak menemui
kematian secara mengerikan, berkelojotan dan melolong-lolong, akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara jeritan mereka makin lemah dan
berubah seperti suara binatang disembelih, kemudian tubuhnya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkelojotan lagi dan binatang-binatang
kecil berbisa yang kelaparan itu masih menggerogoti kulit dan daging<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
mereka! Kemudian tampaklah Ouw Kong Ek, Tocu Pulau Neraka. Kakek ini
datang ke tempat itu sambil merangkak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan susah payah, tubuhnya kelihatan
lemah dan kurus, mukanya pucat dan sambil merangkak itu dia meniup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebatang alat tiup terbuat daripada
batang alang-alang, menyerupai suling kecil. Pantas saja suaranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melengking tinggi dan aneh. Beberapa
orang anggauta Pulau Neraka segera maju dan mengangkat ketua mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memapahnya datang dan kini
binatang-binatang itu berangsur-angsur merayap pergi setelah Ouw Kong Ek
merobah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merobah suara tiupan sulingnya. Akhirya
yang tinggal hanya mayatmayat dua puluh empat orang bajak dalam keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan, dan mayat tujuh orang
penghuni Pulau Neraka yang tewas dalam pertempuran. "Ahhh, engkau pula
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolong cucuku, Taihiap?" Ouw
Kong Ek dituntun anak buahnya datang mendekat. Sin Liong mengerutkan alisnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "To-cu, engkau sungguh kejam,
membunuh mereka seperti itu." Kakek itu terbelalak. "Aku? kejam? Dan
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini...?" Dia menuding ke arah
mayat-mayat para bajak laut. "Dan...hei, siapa dia ini? Ah, bukankah dia
ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemimpin mereka?" Ouw Kong Ek
sudah melangkah maju menghampiri Koan Sek yang berdiri dengan muka pucat.
"Tahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dulu, Tocu! Memang dia pemimpin bajak,
akan tetapi nyawa cucumu berada didalam tangannya!" "Soan
Cu...!" Ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kong Ek memandang tubuh dara yang
dipondong oleh Sin Liong dan berada dalam keadaan pingsan itu. "Mengapa
dia?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Terkena senjata beracun."
Kemudian dia memandang Koan Sek dan membentak, "hayo kauberikan obat
penawar senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gelapmu!" Tok-gan-hai-liong Koan
Sek adalah seorang yang sudah berpengalaman, seorang yang menjelajah di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw, maka dia tentu saja cerdik
sekali. Tadi ketika menyaksikan betapa semua anak buahnya, juga sutenya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tewas secara mengerikan, dia ketakutan
setengah mati dan kehilangan akalnya. Akan tetapi sekarang setelah dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat kesempatan untuk menolong diri,
timbul kembali keberaniannya dan dia tersenyum. "Agaknya kita telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> salah masuk. Tidak tahu pulau apakah
ini dan siapa kalian ini?" tanyanya kepada Sin Liong karena dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jerih sekali menghadapi pemuda yang dia
tahu amat lihai dan sama sekali bukan tandingannya itu. "Kau belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu? Ini adalah Pulau Neraka dan dia
itu adalah ketuanya." Dia menuding kepada Ouw Kong Ek. "Sedangkan
Nona<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini adalah cucunya. Maka kau harus
cepat memberikan obat penawarnya." "Ha-ha, mudah saja! Mudah saja
memberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> obat penawarnya. Aihh, kiranya kami
telah memasuki sebuah pulau iblis dengan penghuni-penghuninya seperti iblis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula! Benar-benar kami telah membuat
kesalahan besar! Orang muda, mudah saja mengobati luka Nona ini, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi bagaimana dengan aku sendiri?
Anak buahku telah tewas semua dan aku dalam cengkraman kalian!"
"Engkau...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau akan kusiksa, kucincang sampai
hancur!" Ouw Kong Ek membentak. "Ha-ha-ha, boleh! Lakukan sekarang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena aku tidak takut mati setelah aku
melihat bahwa aku mempunyai banyak teman terutama sekali cucumu. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang tidak lagi menyayangkan kematian
seorang dara jelita muda remaja seperti dia ini, apalagi kematian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang tua bangka seperti aku.
Ha-ha-ha! biarlah aku mati ditemani oleh dara remaja ini!" Ouw Kong Ek
sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah sekali, kedua tangannya dikepal
sehingga suling batang alang-alang itu hancur di tangannya. Melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemarahan ketua Pulau Neraka itu, Sin
Liong Berkata, "Ouw-tocu apa yang dikatakan benar. Sudah kuperiksa luka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cucumu dan ternyata dia terkena racun
yang aneh sekali yang belum pernah aku melihatnya. Maka, biarlah kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menukar keselamatannya dengan
keselamatan Soan Cu. Betapapun juga , nyawa Soan Cu jauh lebih berharga dari
pada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehidupan seorang sesat seperti
dia." "Ha-ha-ha , itu baru omongan yang tepat!"
Tok-gan-hai-liong Koan Sek yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa "mendapat angin"
berkata dengan dada dibusungkan. Dia tidak takut lagi sekarang. Nyawa cucu
ketua Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es berada di tangannya. Apalagi yang
ditakutinya? "Iblis keparat! Hayo kauberikan obat untuk cucuku dan kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> boleh minggat dari sini!"Ouw Kong
Ek membentak. "Ha-ha-ha, aku Tok-gan-hai-liong Koan Sek bukan seorang
tolol."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia lalu menoleh kepada Sin Liong.
"Orang muda apakah kedudukanmu di Pulau Neraka ini?" Dia memang tidak
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menduga karena tadi dia mendengar ketua
Pulau Neraka menyebut taihiap (pendekar besar) kepada pemuda ini. Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau ada yang dipercaya di situ. Maka
satu-satunya orang adalah pemuda ini. "Aku bukan penghuni Pulau Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku adalah seorang dari Pulau
Es...." "heeeehhh...??" Mata Tok-ganhai- liong yang tinggal satu
itu terbelalak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mukanya pucat. Dia merasa
seolah-olah dalam mimpi. Setelah bertemu dengan Pulau Neraka yang aneh dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerikan di mana semua anak buahnya
tewas, dia bertemu pula dengan seorang pemuda sakti yang mengaku datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari Pulau Es, sebuah sebutan yang
tadinya dikiranya hanya terdapat dalam dongeng tahyul belaka. Mimpikah dia?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ataukah dia sudah mati ditelan badai
dan sekarang ini adalah pengalaman dari rohnya? "Pulau... Pulau...
Es...?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia berkata lirih. Sin Liong mengangguk
tak sabar. Dia tadi mengaku sebenarnya, siapa mengira malah membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala bajak ini menjadi termangu-mangu
seperti orang sinting. "Kalau begitu, aku hanya mau memberikan obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penawar jika engkau yang mengantarku
sampai ke sebuah perahu di pantai Pulau Neraka ini." "Jahanam, kau
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percaya kepadaku?" Ouw Kong Ek
membentak dan para pembantunya sudah mengangkat senjata mengancam.
"Terserah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bunuhlah. Aku toh akan mati bersama dia
ini." Sin Liong menyerahkan tubuh Soan Cu yang masih pingsan kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakeknya, kemudian berkata,
"ouw-tocu, biarlah kita memenuhi permintaannya. Harap sediakan perahu
untuknya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Terpaksa Ouw Kong Ek menggerakan
kapalanya memberi isyarat kepada anak buahnya, kemudian memandang kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala bajak itu dengan mata mendelik.
Koan Sek lalu berjalan bersama Sin Liong dan dua anak buah Pulau Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menuju ke tepi laut. Setelah sebuah
perahu dipersiapkan, kepala bajak itu mengeluarkan sebuah benda dari dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sakunya. Benda itu ternyata adalah
seekor kuda laut sebesar ibu jari tangan yang sudah kering. "Nona itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkena racun yang terkandung dalam
duri ikan yang tidak dapat diobati kecuali dengan ini. Bubuklah dan masak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu minumkan airnya. Tentu dia akan
sembuh." Sin Liong mengerutkan alisnya. Sudah banyak pengetahuannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentang pengobatan akan tetapi tentu
saja belum pernah dia mengenal rahasia racun yang keluar dari dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lautan. Dia menyerahkan bangkai kuda
laut kering itu kepada dua orang penghuni Pulau Neraka sambil berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Berikan ini kepada Ouw-tocu,
suruh menumbuk halus dan masak dengan air, kemudian minumkan kepada Nona.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bagaimana hasilnya supaya cepat melapor
ke sini. Aku menunggu di sini." Dua orang itu menerima kuda laut mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berlari memasuki pulau, sedangkan
Sin Liong lalu duduk di tepi pantai dengan sikap tenang. "Kau tidak mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membiarkan aku pergi?" Koan Sek
bertanya penuh khawatir. "Jangan tergesa-gesa," jawab Sin Liong.
"Aku harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yakin dulu bahwa obatmu benar-benar
manjur, baru aku akan membolehkan engkau pergi. Bukankah itu adil
namanya?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Koan Sek menghela napas dan menjatuhkan
diri duduk di dalam perahu. Dia maklum bahwa kalau melawan, dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan menang. "Dia pasti akan
sembuh. Dalam keadaan seperti ini, mana aku berani main-main?" Sin Liong
diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja. Kepala bajak itu menggunakan mata
tunggalnya untuk memandangi pemuda itu penuh selidik, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya, "Orang muda, benarkah
engkau dari Pulau Es?" Sin Liong mengangguk. "Dan siapa namamu?"
"Kwa Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong. Mengapa engkau
bertanya-tanya?" "Tadinya aku mengira bahwa Pulau Es hanyalah sebuah
dongeng..." "Hemm..,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang sekarang hanya tinggal
dongeng..." Sin Liong berkata sambil merenung jauh membayangkan keadaan
Pualu Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang telah terbasmi oleh badai dan kini
tinggal menjadi sebuah pulau kosong yang menyedihkan. "Nguuk...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nguuukkk..." Sin Liong menoleh dan
tersenyum "Eh, Enci biruang. Kau menyusulku?" Biruang itu
menghampiri, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperlihatkan taringnya ketika dia
melihat Koan Sek di atas perahu di depan pemuda itu. "Binatang yang
hebat!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Koan Sek berkata dan bulu tengkuknya
berdiri. Pemuda ini seperti bukan manusia biasa ! dan mempunyai binatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peliharaan seperti itu! "Kau
bilang tadi... tinggal dongeng apa maksudmu?" "Tidak apa-apa,
lupakanlah," kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong sambil mengelus biruang yang
sudah bertiarap di depannya. "Orang muda she kwa... eh, Tai-hiap...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kenapa kau mau membebaskan aku?"
Sin Liong mengangkat mukanya memandang dan kepala bajak itu menjadi lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> heran lagi melihat betapa pandang mata
pemuda itu sama sekali tidak membayangkan kebencian atau permusuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengannya? "Mengapa tidak? engkau
pun membebaskan Soan Cu." Sin Liong menengok dan tampaklah dua orang tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang berlari-lari. "Kwa-taihiap,
Nona sudah sembuh!" Sin Liong mengangguk kepada Koan Sek. "Pergilah,
cepat!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lebih cepat lebih baik dan harap kau
jangan sekali-kali mendekati pulau ini." Koan Sek menjawab, "Terima
kasih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Satu kalipun sudah cukuplah!" Dia
mengkirik. "Pulau Iblis seperti ini siapa yang ingin melihatnya
lagi?" Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu menggerakan dayungnya dan perahu
meluncur cepat meninggalkan Pulau Neraka. Ketika Sin Liong bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biruangnya tiba kembali ke tengah pulau
benar saja bahwa Soan Cu telah sembuh sama sekali dari pengaruh racun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hanya luka di pahanya yang tinggal dan
luka itu sudah diobati oleh Kong-kongnya. Para penghuni Pulau Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedang sibuk menyingkirkan mayat-mayat
yang bergelimpangan mengerikan itu dan Sin Liong lalu diajak masuk ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pondoknya oleh Ouw Kong Ek dan Soan Cu.
"Taihiap, lagi-lagi engkau yang datang menolong kami, "kata Ouw Kong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ek. "Kalau engkau tidak segera
datang entah bagaimana dengan aku. Mungkin sudah mati, Sin Liong," kata
Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan mata bersinarsinar penuh kagum
dan terima kasih. "Ahh, mengapa Tocu dan kau masih bersikap sungkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap aku? Bukankah kita ini
sahabat? Kedatanganku bukan hanya kebetulan saja. Aku datang dengan maksud yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama seperti setahun yang lalu, yaitu
mencari Sumoi. Apakah dia tidak datang ke sini?" Soan Cu dan kakeknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang kaget dan juga heran, dan di
dalam pandang mata Ouw Kong Ek terkandung rasa hati tidak senang. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong maklum akan ketidaksenangan hati
kakek itu, maka dia menarik napas panjang dan berkata, "Harap saja Tocu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak menyangka yang bukan-bukan
terhadap Sumoi. Apa yang dilakukan oleh Suhu di sini sama sekali tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sangkut pautnya dengan Sumoi."
"Jadi Taihiap sudah tahu apa yang diperbuat oleh Han Ti Ong di sini?"
Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangguk. "Aku dapat menduganya.
Tentu dia marah-marah karena puterinya pernah ditahan di sini."
"Bukan hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah-marah!" kata Soan Cu
mengepal tinju. "Orang itu sombong sekali! Dia menghina kakek, biar pun
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan pembunuhan tapi dia memukul
semua orang!" "Kau juga dipukulnya?" Sin Liong bertanya.
"Tadinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat aku seorang wanita dan masih
muda, dia tidak mau memukulku, akan tetapi karena melihat kakek dipukul,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku menyerangnya dan aku roboh oleh
tamparan. Dia memang sakti, akan tetapi ganas dan kejam, bahkan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> catatanmu dihancurkan! Sekali waktu
kami akan menuntut balas, kami akan menyerang Pulau Es!" Sin Liong menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> napas panjang. "Lupakan saja niat
itu, selain tidak baik juga tidak ada gunanya. Kerajaan Pulau Es tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi sekarang, telah musnah."
"Hei...? Apa maksudmu, Taihiap...?" kakek itu bertanya, terbelalak.
"Apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah terjadi?" Soan Cu juga
bertanya. "Dilanda badai... habis seluruhnya, semua penghuninya termasuk
suhu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seluruh benda di sana habis terbasmi
kecuali bangunan istana yang telah kosong sama sekali..." Sin Liong lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menuturkan dengan singkat malapetaka
yang penimpa Pulau Es, dan betapa secara aneh dan kebetulan saja dia dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoinya terluput dari bencana. Kakek
dan cucu itu mendengarkan dengan melongo kemudian kakek itu bertepuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan dan tertawa bergelak.
"Ha-ha-ha-ha! Ha-ha-ha-ha! Dendam ratusan tahun lenyap dalam sekejap mata!
kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang buangan yang dianggap
berdosa, dianggap dikutuk tuhan, malah masih dapat hidup melanjutkan riwayat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedangkan penghuni Pulau Es yang suci
dan agung, kaum bangsawan yang tinggi, sekali sapu saja musnah! Ha-ha-ha,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siapa yang lebih dilindungi tuhan? Han
Ti Ong, tanpa kami bergerak, engkau dan kerajaanmu lenyap sudah!" Kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tertawa-tawa sampai air matanya
keluar sehingga sukar dikatakan apakah dia itu tertawa, ataukah menangis.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mengapa Taihiap sekarang mencari Nona
Swat Hong ke sini? Apa yang terjadi dengan dia?" Sin Liong lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menceritakan niat perjalanannya bersama
Swat Hong, yaitu untuk mencari ibu Swat Hong yang sampai kini tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diketahui berada di mana. Dan betapa di
jalan mereka menjadi bungung dan tersesat karena badai telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menciptakan pemandangan yang berbeda di
permukaan laut sehingga sehingga mereka mendarat di gunung es dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa dia menemukan biruang hitam.
"Sumoi berangkat melanjutkan perjalanan mencari Pulau Neraka karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disangkanya ibunya berada di sini,
sedangkan aku mengobati biruang." Sin Liong menutup ceritanya, tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia segera menceritakan kemarahan Swat
Hong kepadanya. "Apakah dalam beberapa hari ini dia tidak dantang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sini?" Soan Cu menjawab,
"Untung saja dia tidak datang, Sin... eh, Taihiap." "Soan Cu
mengapa engkau meniru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakekmu, bersungkan kepadaku dan
menyebut Taihiap segala?" "Biarlah, Taihiap," Kata Ouw Kong Ek.
"Tidak pantas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau dia menyebut namamu begitu saja.
Dan engkau memang menolong kami dan pantas disebut Taihiap karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaianmu tinggi sekali."
"Kaukatakan tadi untung Sumoi tidak datang ke sini, mengapa?"
"Andaikata dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang, tentu akan terjadi apa-apa yang
tidak baik antara dia dan Kong-kong. Ketahuilah, semenjak Raja Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang mengacau di sini, Kong-kong
jatuh sakit, dan kebencian kami semua terhadap Pulau Es makin mendalam. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau Sumoimu, Swat Hong datang, tentu
akan terjadi hal yang tidak baik." Sin Liong mengangguk-angguk, merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lega bahwa sumoinya tidak mendahului
datang ke Pulau Neraka, akan tetapi juga menimbulkan kegelisahannya karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia jadi tidak tahu ke mana sumoinya
yang pemarah itu kini berada! Bajak-bajak laut itu, dari mana datangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengapa mengacau ke sini?"
tanyanya. "Entah. Tahu-tahu mereka muncul dan perahu besar mereka
terdampar di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tepi pulau." "Agaknya mereka
juga diamuk badai." "Mungkin." Soan Cu melanjutkan. "Kami
diserang selagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kong-kong sakit. Kong-kong tidak dapat
turun dari pembaringan, maka aku yang menggantikannya, aku keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambut mereka, akan tetapi karena
kurang hati-hati, karena memandang rendah am-gi mereka, aku hampir celaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau tidak ada engkau yang datang di
waktu yang tepat, Taihiap." "Akan tetapi akhirnya, biarpun sakit,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kong-kongmu dapat membunuh semua bajak
laut itu." Sin Liong bergidik ngeri mengenangkan kematian para bajak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. "Ugh-ugh....!" Kakek itu
terbatuk-batuk. "Bajak-bajak macam itu saja kalau aku tidak sakit, kalau
Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak memandang rendah dan kalau para
penghuni tidak baru saja diamuk badai, tidak ada artinya bagi kami. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang-binatang Pulau Neraka
bersembunyi ketakutan diamuk badai, mana mereka mampu masuk? Sudahlah, sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saya hendak menyampaikan permohonan
yang amat penting bagi Taihiap." "Ah, Tocu, Di antara kita yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi sahabat, perlu apa banyak
sungkan lagi? Kalau ada sesuatu, katakanlah saja, mana perlu menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permohonan lagi?" jawab Sin Liong.
Akan tetapi, tiba-tiba kakek itu turun dari bangkunya dan menjatuhkan diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlutut di depan Sin Liong! Tentu saja
pemuda ini menjadi sibuk sekali, cepat membangunkan kakek itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Tocu, harap jangan
begini. Aku yang muda mana berani menerimanya? Ada keperluan apakah? katakan
saja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku tentu akan membantumu sedapat
mungkin." Sin Liong berkata dengan hati tidak enak, mengira akan
menghadapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hal yang sulit. Setelah duduk kembali
dan mengatur napasnya yang terengah-engah karena kesehatannya belum pulih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali dan tubuhnya terasa amat lelah,
kakek itu berkata, "Kwa-taihiap, aku sudah tua dan tidak mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keturunan lain kecuali Soan Cu. Taihiap
sudah melihat sendiri keadaan di Pulau Neraka yang merupakan tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak baik untuk seorang dara seperti
Soan Cu. Oleh karena itu, setelah kini kerajaan Pulau Es tidak ada,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berarti bahwa Pulau Neraka telah bebas
dan kami bukanlah orang-orang buangan lagi. Soan Cu juga bukan keturunan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang buangan lagi dan sewaktu-waktu
kami boleh meninggalkan pulau ini. Karena itu, aku mohon dengan sepenuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatiku, sudilah Taihiap membawa Soan Cu
bersama Taihiap untuk mengenal dunia ramai, dan syukur kalau Taihiap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat mengatur agar cucuku ini tidak usah
lagi kembali dan tinggal di Pulau Neraka ini. Kuharap permohonan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak akan ditolak oleh Taihiap."
Sin Liong mengerutkan alisnya. Permintaan yang sama sekali tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disangkanya! "Akan tetapi,
Ouw-tocu, hendaknya diingat bahwa aku sendiri adalah seorang sebatangkara yang
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai apa-apa, tidak mempunyai
tempat tinggal dan masih belum kuketahui apa akan jadinya dengan diriku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini." "Kalau Taihiap
merantau, bawalah dia merantau, ke mana saja aku sudah pasrah sepenuhnya. Baik
dia akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Taihiap anggap sebagai sahabat, sebagai
saudara, atau kalau mungkin.... dari lubuk hatiku kuharap sebagai calon<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jodoh, aku sudah merasa lega dan
senang, asal dia tidak tersiksa tinggal di neraka ini." Sin Liong merasa
sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menolak, akan tetapi juga berat
untuk menerima, maka dia menoleh kepada Soan Cu dan berkata, "Soal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaiknya kita serahkan kepada Soan Cu
sendiri. Kalau memang dia suka merantau meninggalkan pulau ini, tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja aku tidak keberatan mengadakan
perjalanan bersama. Akan tetapi hal ini bukan berarti bahwa aku menerima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> usul perjodohan Tocu, dan sewaktu-waktu
dia boleh pergi ke mana saja, jadi aku tidak terikat oleh perjanjian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apapun juga." "Taihiap,
jangan khawatir. Memang aku sejak dulu tidak kerasan tinggal di sini, hanya
karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukanku sebagai seorang keluarga
buangan saja yang mencegah aku meninggalkan Pulau Neraka. Sekarang aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah bebas, dan betapapun juga, aku akan
pergi dari sini. Hanya kalau bersama Taihiap, tentu hati Kong-kong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan merasa lebih aman, dan juga
untukku sendiri yang tidak ada pengalaman, melakukan perjalanan bersamamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan hal yang menyenangkan sekali.
Aku hendak pergi mencari ayahku, Taihiap." "Dan aku hendak mencari
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong dan ibunya." "Kalau
begitu, mari kita mencari berdua, siapa tahu dalam mencari Sumoimu itu , aku
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertemu dengan ayahku." Setelah
mendapat banyak pesan dan melihat Kong-kongnya, membawa pula bekal berupa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pakaian dan sekantung emas simpanan
Kong-kongnya, berangkatlah Soan Cu bersama Sin Liong meninggalkan Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka dengan sebuah perahu. Selama
hidupnya yang lima belas tahun itu, belum pernah Soan Cu meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau, maka setelah perahu meluncur
jauh dan dia hampir tidak dapat melihat lagi Kongkongnya bersama semua sisa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni Pulau Neraka yang
mengantarkanya sampai ke pantai, Soan Cu tak dapat menahan bercucurannya air<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya. "Soan Cu, mengapa kau
menangis? Kalau kau tidak tega meninggalkan kakekmu, masih belum terlambat
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali," kata Sin Liong yang
sebetulnya merasa tidak enak sekali memikul kewajiban ini. Biarpun dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terikat sesuatu, namun sedikit banyak
dia dibebani keselamatan dara ini, dan kalau dara ini wataknya seaneh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong, dia tentu akan menjadi lebih
pusing lagi! "Ah, tidak, Taihiap. Aku hanya merasa perih hatiku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan tempat yang sejak kulahir
menjadi tempat tinggalku itu. Orang sedunia boleh menyebutnya Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka, akan tetapi setelah aku
berangkat meninggakan pulau itu, terasa olehku bahwa disitu adalah sorga."
Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Loing tersenyum dan mendayung perahunya
lebih cepat lagi. Pernyataan yang keluar dari mulut dara ini merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelajaran yang amat penting baginya,
membuka matanya melihat kenyataan bahwa sorga maupun neraka itu berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam hati manusia itu sendiri!
Betapapun indahnya suatu tempat kalau tidak berkenan di hatinya, akan merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> neraka, sebaliknya betapapun buruknya
suatu tempat kalau berkenan di hatinya akan menjadi sorga! Jadi, baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buruk, senang, susah, puas kecewa,
semua ini bukan ditentukan oleh keadaan di luar, melainkan ditentukan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan hati dan pikiran sendiri.
keadaan di luar merupakaan kenyataan yang wajar, dan hanya pikiranlah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentukan dengan menilai,
membandingkan, maka lahirlah puas, kecewa, senang, susah, baik, buruk, dan
lain-lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hal yang saling bertentangan itu.
Bahagialah orang yang dapat menghadapi segala sesuatu dengan mata terbuka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang segala sesuatu seperti APA
ADANYA, tanpa penilaian. tanpa perbandingan. Orang bahagia tidak mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> susah senang, karena bahagia bukan
susah bukan pula senang, bukan puas bukan pula kecewa, melainkan suatu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan di atas itu semua, sama sekali
tidak terganggu oleh pertentanganpertentangan itu. Perahu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditumpangi Sin Liong dan Soan Cu
meluncur terus, ujung depannya yang meruncing membelah air yang tenang seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah pisau membelah agar-agar biru.
Soan Cu sudah melupakan kesedihan hatinya dan kini dara itu memandang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan dengan wajah berseri dan mata
bersinar-sinar penuh harapan akan masa depan yang berlainan sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan keadaan di Pulau Neraka. Banyak
sudah dia mendengar dongeng kakeknya yang juga hanya mendengar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nenek moyangnya tentang keadaan di
dunia rame, dan sekarang dia sedang menuju kepada kenyataan yang akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilihatnya dengan mata sendiri! Pusat
perkumpulan Pat-jiu-kaipang (Perkumpulan pengemis Tangan Delapan) berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di lereng Pegunungan Hen-san. Dari
luar, tempat itu memang pantas disebut pusat perkumpulan pengemis karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya merupakan tempat di dataran
tinggi yang dikelilingi pagar bambu yang tingginya hampir dua kali tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang, pagar yang butut dan bambu-bambu
itu mengingatkan orang akan tongkat bambu yang biasa dibawa oleh para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengemis. Akan tetapi kalau orang
sempat menjenguk di dalamnya, dia akan terheranheran menyaksikan sebuah rumah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gedung yang pantas juga disebut sebuah
istana kecil berdiri megah dan mewah sekali! Inilah tempat tinggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong, Si Raja Pengemis yang
menjadi ketua Pat-jiu Kaipang di lereng Hengsan! Pat-jiu kai-ong sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusia kurang lebih tujuh puluh tahun,
akan tetapi dia masih kelihatan tangkas dan belum begitu tua,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguhpun pakaianya selalu butut,
sebutut tongkatnya, sama sekali tidak sesuai dengan keadaan gedungnya. Hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau hari sudah menjadi gelap saja
maka berubahlah raja pengemis ini, pakaiannya diganti dengan pakaian tidur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang layaknya dipakai seorang pangeran!
Dan mulailah kehidupan yang berlawanan dengan keadaan hidupnya di waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> siang, berbeda jauh seperti bumi dan
langit. Di waktu siang, dia lebih patut disebut seorang pengemis elaperan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berkeliaran di sekitar rumah
gedung itu. Akan tetapi di waktu malam, dengan pakaian indah dan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersih, dia bersenang-senang makan
minum dengan hidangan serba lezat dan mahal, dilayani oleh lima orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selirnya yang muda-muda, cantik dan
genit. Pat-jiu Kai-ong tinggal tinggal didalam istananya yang mewah akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi yang dikelilingi pagar bambu
tinggi sehingga tidak tampak dari luar itu bersama lima orang selirnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lima orang pelayan dan selosin orang
anak buahnya yang merupakan pengawal-pengawalnya. Selosin orang ini tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja merupakan tokoh-tokoh dalam
pat-jiu Kai-pang, karena mereka adalah pembantu yang boleh diandalkan, atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga murid-murid tingkat satu dari raja
pengemis itu. para pengawal itu melakukan penjagaan siang malam secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergilir dan mereka tinggal di dalam
rumah samping di kanan kiri istana ketua mereka. Adapun Pat-jiu Kai-pang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai anggota yang banyak dan yang
tersebar luas di kota-kota. Dengan mengandalkan nama besar perkumpulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, terutama sekali nama besar
Kai-ong, para anggauta itu dapat mengumpulkan sumbangan-sumbangan yang besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sebagian dari pada hasil sumbangan
ini mereka setorkan kepada Pat-jiu kai-ong. Inilah membuat raja pengemis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi kaya raya dan dapat hidup mewah
sekali. Selosin orang pembantunya, selain pengawal dan penjaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istananya, juga bertugas untuk turun
tangan mewakili ketua mereka apabila ada cabang yang kurang dalam memberi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setoran! Pat-jiu Kai-ong sendiri yang
sudah hidup makmur jarang meninggalkan istananya di Heng-san. Hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan besar saja yang dapat menariknya
pergi meninggalkan tempat yang amat menyenangkan hatinya itu. Kurang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih sepuluh tahun yang lalu dia ikut
pula memperebutkan Sin-tong Si Anak Ajaib karena dia pada waktu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ingin cepat-cepat menyempurnakan ilmu
yang sedang diciptakan dan dilatihnya, yaitu ilmu Hiat-ciang-hoatsut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> (Ilmu Sihir Tangan Darah). Jika pada
waktu itu dia berhasil merebut Sintong, tentu dalam waktu satu tahun saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmunya akan sempurna. Akan tetapi
karena seperti diceritakan di bagian depan, dia gagal dan Sin-tong dibawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi oleh pangeran Han Ti Ong dari
Pulau Es, maka dia harus mengorbankan puluhan orang bocah untuk dimakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> otaknya dan disedot darah dan
sumsumnya. Kini dia telah mahir dengan ilmu hitam yang mengerikan itu, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi sayangnya, setiap tahun dia
harus mengisi tenaga itu dengan pengorbanan seorang bocah! Pada suatu hari ,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pagi-pagi sekali, selagi Pat-jiu
Kai-ong seperti biasa meninggalkan kehidupan malamnya yang mewah, berpakaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai seorang pengemis berjalan-jalan
di dalam taman bunga di belakang istananya, membawa tongkat butut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlatih silat di waktu embun pagi
masih tebal, tiba-tiba seorang pengawalnya datang menghadap dan melaporkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa ada tiga orang tamu datang ingin
bertemu dengan Si Raja Pengemis. "Hemm, siapakah pagi-pagi begini sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang menggangguku?" Pat-jiu
Kai-ong berkata dengan alis berkerut. Akan tetapi karena merasa penasaran, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak memerintahkan pengawalnya
mengusir orang itu dan terutama sekali ketika mendengar pelaporan itu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang datang adalah seorang kakek
bersama dua orang muda, seorang dara jelita dan seorang muda tampan. Hatinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertarik sekali ketika mendengar bahwa
kakek itu mengaku sebagai seorang "sahabat lama." Ketika dia keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membawa tongkat bututnya dan bertemu
dengan tiga orang itu, Pat-jiu Kai-ong memandang tajam. Dia kagum melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda yang amat tampan dan pemudi yang
amat cantik jelita itu. Wajah mereka yang mirip satu sama lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menunjukan bahwa mereka adalah kakak
beradik, pemudanya berusia kurang lebih enam belas tahun, pemudinya lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belas atau empat belas tahun. Sampai
lama pandang mata Pat-jiu Kai-ong melekat kepada dua orang muda itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keduanya membuat hatinya terguncang
penuh kagum dan andaikata dia tidak menahan perasaannya, tentu mulutnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan mengeluarkan air liur! Barulah dia
terkejut ketika mendengar kakek itu tertawa bergelak. "Ha-ha-ha-ha!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong kurasa engkau belum
begitu pikun untuk melupakan dua orang anakku ini. Mereka adalah Swi Liang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan Swi Nio, ha-ha-ha! Akan tetapi
Pat-jiu Kai-ong mengerutkan alisnya, sama sekali tidak mengenal kedua nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini. Dia memandang dengan mata terheran
kepada laki-laki yang berdiri di depannya, seorang laki-laki berusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kurang lebih lima puluh tahun,
berpakaian sederhana berwarna kuning, dengan kepala yang beruban itu terlindung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kain pembungkus rambut yang berwarna
kuning pula. Kakek itu tertawa lagi. "Wah, Pat-jiu Kai-ong, benar-benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau telah lupa kepada kami? Lupa
kepada sahabatmu di Lusan ini?" "Ahhhh...!" Pat-jiu Kai-ong
tertawa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mukanya berseri dan dia cepat
membungkuk untuk memberi hormat. "Kiranya sahabat Bu yang datang? maaf,
maaf,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mataku sudah lamur saking tuanya
sehingga tidak mengenal sahabat baik yang kurang lebih sepuluh tahun tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah kujumpi. Jadi ini kedua anakmu
itu? Dahulu mereka baru berusia lima enam tahun, kecil dan lucu serta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani, bahkan kalau tidak salah, anak
perempuanmu ini yang dahulu menantang pibu kepadaku. Ha-ha-ha!" Dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berusia lima belas tahun yang cantik
jelita itu menunduk dan kedua pipinya berubah merah. "Harap Pangcu sudi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaafkan saya." "Aih-aih...!
Ini tentu orang tua lusan ini yang mengajarnya. Menyebutku Pangcu segala!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ha-ha-ha, Pangcu. Bukankah engkau
memang Ketua dari Pat-jiu Kai-pang? Mengapa tidak mau disebut Pangcu oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteriku?" Kakek itu berkata.
"Wah, jangan berkelabar. Anak-anak yang baik, sebut saja aku paman.
marilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masuk, kita bicara di dalam."
Pat-jiu-kai-ong lalu bertepuk tangan dan para pengawalnya muncul. "lekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beritahukan para pelayan agar
mempersiapkan hidangan makan pagi yang baik untuk tamuku yang terhormat, Lu-san<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lojin (Orang Tua Dari Lusan) dan dua
orang putera-puterinya!" Para pengawal itu mundur dan Pat-jiu-kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggandeng tangan kakeknya itu, sambil
tertawatawa mereka memasuki istana dan duduk di ruangan dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi meja dan duduk di
kursi-kursi yang berukir indah. Sambil memandang ke kanan kiri mengagumi
keindahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruangan itu, Lu-san Lojin berkata
memuji, "Sungguh hebat! Lama sudah aku mendengar bahwa Pat-jiu-kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal disebuah istana yang megah,
kiranya keadaan di sini melampau segalanya yang telah kudengar. Hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali!" Sejak tadi Pat-jiu-kai-ong
merayapi tubuh pemuda dan pemudi itu dengan pandangan matanya. Dia kagum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan main melihat dara cantik jelita
dan pemuda yang tampan dan gagah itu. "Ha-ha, kau terlalu memuji,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sahabat. Aku tidak mengira bahwa hari
ini tempatku yang buruk akan meneriama kehormatan kedataangan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tamu agung, seorang penolongku yang
budiman bersama putra dan puterinya yang begini elok." Kedua orang tua ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu bercakap-cakap dengan gembira
membicarakan masa lampau. Siapakah kakek ini? Dia adalah Lu-san Lojin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang ahli silat dan ahli pengobatan
yang semenjak istrinya meninggal dunia, meninggalkan dua orang anak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu mengajak dua orang anaknya itu
mengasingkan diri ke puncak Lu-san, dan di sana dia bertapa sambil mendidik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menggembleng putera puterinya.
Sepuluh tahun yang lalu, setelah gagal merebut Sin-tong, dalam kekecewaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong lalu mengamuk di
sepanjang jalanan, menculik dan membunuhi bocah-bocah yang dianggapnya cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehat. Ketika dia tiba di kaki
Pegunungan Lu-san, dia berada dalam keadaan keracunan hebat. Hal ini terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia terlampau banyak membunuh
anak laki-laki, makan otak mereka dan menghisap darah serta sumsum mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menyempurnakan ilmunya, terlampau
banyak melatih diri dengan ilmu hitam Hiat-ciang Hoat-sut. Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya yang penasaran mengapa dia
tidak dapat mengalahkan Han Ti Ong dan merebut Sin-tong, maka dia lupa akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ukuran tenaga sendiri dan melatih diri
dengan ilmu hitam itu, dia terlampau terburu-buru dan akibatnya, hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mujijat dari ilmu itu membalik dan
membuat dia terluka dalam, keracunan hebat sehingga dia terhuyung-huyung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir pingsan ketika tiba di kaki
Pegunungan Lu-san. Dia maklum akan keadaan dirinya, tahu bahwa dia terancam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahaya maut maka hatinya menjadi
khawatir sekali. Kebetulan baginya, pada saat itu keadaannya terlihat oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu-san Lojin yang sedang turun gunung
bersama putera-puterinya yang pada waktu itu baru berusia enam dan lima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun, sebagai seorang gagah dan
berilmu tinggi, Lu-san Lojin cepat menolong Pat-jiu Kai-ong. Setelah memeriksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan raja pengemis itu, dia maklum
bahwa Pat-jiu Kai-ong memerlukan perawatan khusus, maka diajaknya orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini naik ke puncak Lu-san. Di situ
Pat-jiu Kai-ong diobati Lu-san Lojin sampai sembuh . Selama satu bulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di Lu-san, raja pengemis ini
menerima perawatan yang amat baik dari Lu-san Lojin, maka dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berterima kasih sekali dan menganggap
pertapa itu sebagai penolong dan sahabat baiknya. Juga dia mengenal dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang bocah yang mungil itu. Karena
kebaikan hati Lu-san Lojin, biarpun dia melihat Swi Liang sebagai seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak yang mempunyai darah bersih dan
tulang kuat, dia tidak tega untuk mengganggu anak laki-laki itu. Di lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pihak, ketika mendengar bahwa yang
ditolongnya adalah Pat-jiu kai-ong ketua Pat-jiu kai-pang, Lusan Lojin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut sekali. Akan tetapi dia
menjadi bangga bahwa raja pengemis yang namanya terkenal itu menganggapnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai sahabat baik. Maka setelah
sembuh, mereka berpisah sebagai sahabat yang berjanji untuk saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengunjungi dan saling membantu.
"Sungguh aku tidak tahu diri dan tidak mengenal budi," setelah makan
minum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong berkata kepada tamunya.
"Sepatutnya akulah yang datang mengunjungi kalian di Lu-san, bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalian yang jauhjauh datang mengunjungi
aku." "Ahhh, mengapa kau menjadi sungkan begini? Kita bersama telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai kewajiban masing-masing
sehingga tentu saja telah sibuk dengan pekerjaan. Kamu pun hanya kebetulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja lewat di kaki Pegunungan Heng-san,
maka aku teringat kepadamu dan mengajak kedua anakku untuk mendekati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pegunungan Hengsan mencarimu."
"Terima kasih, engkau baik sekali, Lu-san Lojin. Akan tetapi, kalau boleh
aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengetahui, kalian datang dari
manakah?" Lu-asn Lojin menarik napas panjang dan menoleh kepada puteranya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang puterinya seolah-olah minta
ijinnya, Swi Liang menganggukan kepalanya kepada ayahnya, dan menunduk.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dianggap oleh pemuda ini bahwa Pat-jiu
Kai-ong adalah seorang sahabat baik ayahnya, bahkan seperti saudara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri, maka tidak ada salahnya kalau
raja pengemis itu mengetahui urusannya. Siapa tahu raja pengemis itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat membantunya . "Kami baru
saja datang dari Lokyang, melakukan perjalanan sejauh itu dan ternyata sia-sia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belaka perjalanan kami untuk mencari
Tee-tok Siangkoan Houw." "Tee-tok Siangkoan Houw? Ah, ada urusan
apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau mencari racun bumi itu, Lu-san
Lojin?" "Sebetulnya urusan lama, urusan perjodohan, semenjak kecil,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara Tee-tok dan aku telah terdapat
persetujuan untuk menjodohkan puteraku Bu Swi Liang ini dengan puterinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bernama Siangkoan Hui. Akan
tetapi, setelah keduanya menjadi dewasa, tidak ada berita dari Tee-tok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga hatiku merasa khawatir sekali.
Aku sudah berusaha mencarinya, namun selalu sia-sia. Akhir-akhir ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku mendengar bahwa dia berada di
Lokyang, akan tetapi setelah jauh-jauh kami bertiga mencarinya di sana,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ternyata dia tidak berada di sana pula.
Hemm, sikap orang tua itu masih selalu aneh dan penuh rahasia."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ha-ha-ha, ala salahmu sendiri!
mengapa mengikat perjanjian dengan seorang iblis seperti Tee-tok?"
"Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong, jangan bergurau. Ini urusan
yang penting bagi kami, karena itu, kami mengharap bantuanmu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai banyak anak buah, agar suka
menyelidiki di mana kami dapat bertemu dengan Tee-tok Siangkoan Houw."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Baik, baik... jangan khawatir.
Akan kusuruh anak buahku menyelidikinya, dan kalian bermalamlah di sini, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tergesa-gesa pulang." Lu-san Lojin
menggeleng kepala. "Sudah terlalu lama kami meninggalkan pondok, kami
hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat bermalam untuk satu malam saja.
Besok pagi-pagi kami harus melanjutkan perjalanan." "Semalaman
cukuplah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Biar kupergunakan untuk menjamu kalian
sepuas hatiku." Tiba-tiba terdengar suara hiruk pikuk di luar istana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja pengemis itu. Tak lama kemudian
dua orang pengawal pribadi Kai-ong masuk dengan muka pucat dan kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut. "Ada apa? mau apa kalian
mengganggu kami?" Kai-ong membentak marah dan menurunkan cawan araknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keras-keras ke atas meja sehingga meja
itu tergetar. "Pangcu... ampunkan kami berdua... terpaksa kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggu karena ada peristiwa yang
amat aneh dan mengkhawatirkan kami semua." "Apa yang terjadi? Hayo
cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ceritakan." Dengan wajah
ketakutan, seorang di antara dua orang pengawal itu lalu menceritakan apa yang
baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja terjadi di luar istana. Karena
Pangcu sedang menjamu tamu, para pengawal menjaga di luar dan mereka sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengagumi seekor ayam jago kesayangan
Pat-jiu Kai-ong. Raja pengemis itu memang suka sekali memelihara ayam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jago dan kadang-kadang mengadunya. Pagi
hari itu seperti biasa, seorang pelayan memandikan dan memberi makan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayam jago itu, dan memuji-mujinya
sebagai jago peranakan tanah selatan yang amat baik. Tiba-tiba ayam jago itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggelepar di dalam kedua tangannya,
darah muncrat dan ayam itu mati, dadanya ditembusi sehelai benda lembut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kemudian ternyata adalah sebatang
daun! Di tangkai daun itu terdapat sehelai kain yang ada tulisanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kami telah meloncat dan mencari
di sekeliling, akan tetapi tidak ada bayangan seorang pun manusia, Pangcu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Agaknya hanya iblis saja yang dapat
menggunakan sehelai daun untuk menyambit dan membunuh ayam jago dan...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Cukup!" Raja pengemis itu
marah sekali mendengar jagonya dibunuh orang. "Kalian tolol semua! Mana
kain yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada tulisan itu!" Kepala pengawal
yang mukanya penuh bewok itu dengan kedua tangan gemetar, menyerahkan sehelai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kain putih kepada ketuanya. kain itu
ada tulisannya dengan huruf-huruf kecil berwarna hitam, akan tetapi ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> noda-noda darah, darah ayam jago tadi.
Akan tetapi Pat-jiu Kai-ong yang menerima kain itu, sejenak menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bingung dan baru ia teringat bahwa dia
tidak mampu membaca. Dia buta huruf! Dengan jengkel dan agak malu dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu melemparkan kain itu kepada Lu-san
Lojin sambil berkata, "Harap kaubacakan ini untukku!" Lu-san Lojin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar kain yang melayang ke arahnya itu,
lalu matanya memandang tulisan. Mukanya berubah, matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak. "Wah... apa artinya
ini?" "Lojin! bagaimana bunyinya?" Pat-jiu Kai-ong bertanya,
suaranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentak. Lu-san Lojin lalu membaca
huruf-huruf itu. Malam ini, semua mahluk hidup yang tinggal di rumah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong dari binatang sampai
manusia, akan kubasmi habis!" Ratu Pulau Es. "Ratu Pulau Es...?"
Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong tertawa. "Siapakah dia?
Aku tidak mengenalnya. Hai pelawak dari manakah yang main-main seperti ini?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ha-ha-ha, biar dia datang hendak
kulihat magaimana macamnya!" "Kai-ong, harap jangan main-main.
Biarpun hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti dalam dongeng, nama Pulau Es
amat terkenal, katanya penghuninya memiliki kepandaian seperti dewa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apalagi dahulu yang terkenal dengan
sebutan Pangeran Han Ti Ong...." "Ha-ha-ha, siapa perduli? Aku tidak
ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permusuhan dengan Han Ti Ong, bahkan
dia yang pernah mengganggu aku. Mengapa sekarang ada ratu dari sana hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuhku dengan ancaman sesombong
itu? Aku tidak percaya. He, pengawal apakah kalian tahu akan isi surat?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dua orang pengawal itu mengangguk.
"Sudah Pangcu." "Apa kalian takut?" "Ti... tidak,
Pangcu, Hanya... hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat aneh itu..." "Sudahlah.
Setelah kalian tahu isinya, hayo kalian dua belas orang melakukan penjagaan
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketat terutama malam ini. Kita jangan
mudah digertak lawan yang membadut! Biarkan dia datang, kita tangkap dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kita permainkan dia,
ha-ha-ha!" "Kai-ong harap hati-hati...." kata Lu-san Lojin
setelah para pengawal itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari ruangan itu.
"Ha-ha-ha, mengapa khawatir? Apalagi baru seorang badut, biar Han Ti Ong
sendiri yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang, setelah kini Hiat-ciang
Hoat-sut kulatih sempurna, aku takut apa?" Kakek dari Lu-san itu kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ragu-ragu, akan tetapi untuk menyatakan
bahwa dia takut, tentu saja dia tidak mau dengan hati berat dia bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang anaknya menemani tuan rumah
makan minum dan bercakap-cakap sampai lewat tengah hari. Kemudian mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipersilahkan mengaso sejenak dalam
kamar tamu, akan tetapi menjelang senja, mereka sudah dipersilahkan makan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> minum lagi. Sekali ini mereka
benar-benar takjub. Melihat Pat-jiu Kai-ong kini bertukar pakaian, pakaian
malam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang indah dan mewah! Mengignat betapa
siang tadi Kai-ong merupakan seorang pengemis yang berpakaian butut, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini seperti seorang raja, benar-benar
membuat Lu-san Loji hampit tertawa, seperti melihat seorang badut pemain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lenong! Dan hidangan yang dikeluarkan
di meja juga istimewa, jauh lebih lengkap daripada siang tadi! "Ha-ha,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayo makan minum. Kita berpesta sampai
kenyang!" kata tuan rumah itu mempersilahkan tamutamunya. Setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidangan tinggal sedikit dan perut
mereka kenyang sekali, Pat-jiu Kai-ong mengusap-ngusap bibirnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berminyak dan perutnya yang gendut,
matanya memandang ke arah Bu Swi Liang dan Bu Swi Nio penuh gairah, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berkata, kata-kata yang sama sekali
tidak pernah disangka oleh para tamunya dan yang membuat mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut setengah mati, "Lu-san
Loji, sekarang kau tidurlah dalam kamarmu dan jangan hiraukan badut yang hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengganggu. Adapun dua orang anakmu
ini, yang cantik jelita dan tampan gagah, biarlah mereka berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besenang-senang dengan aku dalam
kamarku, ha-ha-ha!" "Kai-ong!" Lu-san Lojin membentak.
"Apa... maksud<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata-katamu ini?" Pat-jiu Kai-ong
memandang tamunya sambil tersenyum lebar. "Apa maksudnya? Swi Liang begini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan gagah dan Swi Nio cantik jelita
dan segar, sungguh aku suka sekali kepada mereka. Kalau mereka bedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama dengan aku dalam kamarku, tentu
mereka akan terlindung dan....hemmm, aku ingin sekali bersenang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, tidur-tiduran dengan mereka
sejenak." "Kai-ong, apa kau gila??" Lu-san Lojin hampir tidak
dapat percaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan pendengaranya sendiri. "Eh,
mengapa? Apa salahnya aku tidur dengan dua orang keponakanku ini? Heh-heh, tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahan aku melihat puterimu yang muda
dan cantik segar, dan puteramu yang tampan dan ganteng ini. Anak-anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik, marilah kalian layani
pamanmu..." "Keparat!" Lu-san Lojin melompat ke depan dan dua
orang anaknya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di belakangnya pun sudah siap
dengan pedang di tangan. "Pat-jiu Kai-ong! Harap kau jangan main gila dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jelaskan apa sebabnya perubahan sikapmu
ini. Mau apa engkau dengan anak-anakku?" "Ha-ha-ha! Siapa main gila?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebelum kalian muncul, tidak pernah ada
terjadi apa-apa di sini. Akan tetapi begitu kalian muncul, muncul pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang aneh yang membunuh ayamku dan
mengeluarkan ancaman. Siapa lagi kalau bukan teman dan kaki tanganmu? Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau tentu sudah mendengar bahwa Pat-jiu
Kai-ong tidak pernah menyia-nyiakan kecantikan seorang dara remaja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti putermu ini dan puteramu yang
tampan ini tentu memiliki otak yang bersih, darah yang segar dan sumsum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kuat. Perlu sekali untuk menambah
keampuhan Hiat-ciang Hoat-sut agar makin kuat menghadapi lawan kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malam ini ada yang berani datang!"
"Iblis jahanam! Kiranya engkau seorang manusia iblis yang busuk!"
Lu-san<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lojin sudah menerjang maju dengan
kepalan tangannya. Kakek ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bekas murid Hoa-sanpai yang sudah
memperdalam ilmunya dengan ciptaanya sendiri, hasil renungannya di waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertapa. Kepalan tangnnya menyambar
dahsyat, mengandung tenaga sinkang yang amat kuat. Akan tetapi kiranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya dalam ilmu pengobatan saja dia
menang jauh dibandingkan dengan Pat-jiu Kai-ong. Dalam ilmu berkelahi, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mampu menandingi Kai-ong yang
amat lihai. Sambil tertawa, Kai-ong mengebutkan ujung lengan bajunya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebar dua kali dan kakek Lu-san itu
terpaksa harus menarik kembali kedua tanganya karena dari kedudukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang, dia malah menjadi yang
diserang karena pergelangan kedua tangannya terancam totokan ujung lengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baju itu! dua orang naknya yang sudah
marah sekali karena merasa dihina, sudah menerjang maju pula dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pedang mereka. Swi Liang menusuk dari
samping kiri ke arah lambung kakek pengemis itu, sedangkan dari kanan Swi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nio membabatkan pedangnya ke arah
leher. "Ha-ha, bagus! Kalian benar-benar menggairahkan!" kata kakek
itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia bersikap seolah-olah tidak tahu
bahwa dirinya diserang. Akan tetapi setelah kedua pedang itu menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dekat, tiba-tiba kedua tangannya
menyambar dan.... dua batang pedang itu telah dicengkramnya dengan telapak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan! Swi Liang dan Swi Nio terkejut
bukan main, akan tetapi melihat betapa kedua batang pedang mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipegang oleh tangan kakek itu, mereka
cepat menggerakan tenaga menarik pedang dengan maksud melukai telapak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan Pat-jiu Kai-ong. Namun usaha
mereka ini sia-sia belaka, pedang mereka tak dapat dicabut, seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dicengkeram jepitan baja yang amat
kuat. "Manusia tak kenal budi!" "wirrrr... tar-tar!"
Pat-jiu Kai-ong merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut melihat menyambarnya sinar kuning
dan ternyata bahwa Lu-san Lojin melolos sabuknya yang berwarna<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kuning dan kini menggunakan sabuk itu
sebagai senjata. Kakek ini memang memiliki tenaga sinkang yang kuat, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memainkan sabuk sebagai senjata sudah
merupakan kehaliannya. Sabuk lemas di tangannya itu dapat bergerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti pecut, dapat pula menjadi
sebatang senjata yang kaku dengan pengerahkan sinkangnya.
"Krekk-krekkk!" dua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batang pedang itu patah-patah dalam cengkraman
Pat-jiu Kai-ong dan sambil melompat mundur menghindarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambaran ujung sabuk, raja pengemis ini
menyambitkan dua ujung pedang yang dipatahkanya ke arah Lu-san Lojin.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Trang-tranggg!" Dua batang
ujung pedang itu terlempar ke lantai ketika ditangkis oleh ujung sabuk(ikat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pinggang) dan kini Lu-san Lojin
mendesak ke depan dengan putaran senjatanya yang istimewa. Sedangkan kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang anaknya telah mundur dan hanya
menonton di pinggir karena mereka terkejut menyaksikan pedang mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipatahkan begitu saja oleh kedua
tangan lawan dan mereka sama sekali tidak berdaya dan tidak berguna membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayah mereka. Pada saat itu, muncullah
empat orang pengawal yang mendengar suara ribut-ribut. Melihat mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong berkata, "Tangkap
dua orang muda ini, akan tetapi awas, jangan lukai mereka!" Empat orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal itu segera menubruk maju
hendak menangkap Swi Liang dan Swi Nio. Tentu saja kakak beradik ini melawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekuat tenaga, akan tetapi biarpun
keduanya memiliki ilmu silat tinggi, namun empat orang pengawal itu pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan murid-murid terpandai dari
Pat-jiu Kai-ong, maka ketika dua orang di antara mereka menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tongkat, dalam belasan jurus saja Swi Liang
dan Swi Nio dapat ditotok dan roboh dan lumpuh. Ha-ha-ha, belenggu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki tangan mereka baik-baik...
kemudian lempar mereka ke atas tempat tidurku... haha- ha!" Pat-jiu
Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa sambil menyambar tongkatnya.
Setelah dia bertongkat, maka kini dia menghadapi Lu-san Lojin dengan lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> leluasa. Kakek dari Lu-san itu marah
bukan main melihat putera dan puterinya digotong pergi dari ruang itu. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejar dan menggerakan ikat
pinggangnya, namun Pat-jiu Kai-ong menghadangnya sambil tertawa-tawa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerangnya dengan tongkatnya sehingga
terpaksa kakek Lu-san itu melayaninya bertanding. Pertandingan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat seru dan diam-diam Pat-jiu Kai-ong
harus mengaku bahwa ilmu kepandaian kakek yang pernah menolongnya ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang hebat. "Pat-jiu Kai-ong,
benar-benarkah kau lupa akan budi orang? Aku pernah menyelamatkan nyawamu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apakah sekarang engkau mencelakakan
kami bertiga?" Lu-san Lojin berkata membujuk karena khawatir melihat nasib<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puterinya. "Ha-ha-ha, dahulu memang
engkau pernah menolongku, akan tetapi sekarang kalian datang dengan niat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buruk!" "Tidak! Kau salah
duga! Kami tidak ada sangkut pautnya dengan si pembunuh ayam!"
"Ha-ha-ha, Lu-san<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lojin! Kalian menyelundup ke dalam dan
bergerak dari dalam, sedangkan setan itu bergerak dari luar. Begitukah?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tongkat di tangan Pat-jiu Kai-ong
menyambar ganas. "Plak-plakk!" Ujung sabuk kakek Lu-san menangkis dua
kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi dia merasa betapa telapak tangannya
tergetar tanda bahwa tenaga Si Raja Pengemis itu benar-benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat kuat. "Pat-jiu Kai-ong, kau
salah menduga, kami tidak ada hubungan dengan musuh yang datang. Lepaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua anakku dan kau berjanji akan
membantumu menghadapi musuh gelap itu." "Wah, berat kalau disuruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melepaskan. Lu-san Lojin, dengan
baik-baik. Aku tergila-gila melihat anakanakmu. Pinjamkan mereka kepadaku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk satu dua malam, dan kau bantu aku
menghadapi musuh, baru aku akan membebaskan kalian." "Iblis
busuk!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lu-san Lojin marah sekali dan dengan
nekat dia lalu mengerahkan seluruh tenaga untuk melawan raja pengemis ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena dia maklum bahwa betapapun juga
hati yang kotor dari raja pengemis itu tidak mudah dibujuk. Satu-satunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan untuk menolong anak-anaknya
adalah melawan mati-matian. "Plakkk!" Tiba-tiba ujung sabuk melibat
tongkat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keduanya saling betot untuk merampas
senjata. Tidak mudah bagi mereka untuk dapat berhasil merampas senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lawan dan kesempatan ini dipergunakan
oleh Pat-jiu Kai-ong untuk menggerakan tangan kirinya dengan telapak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan terbuka ke arah lawan. Lu-san
Lojin terkejut melihat telapak tangan yang menjadi merah seperti tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlumuran darah itu. Dia belum pernah
mengenal limu Hiat-ciang Hoat-sut dari raja pengemis itu, namun dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah mendengar akan hal ini, tahu
pula betapa keji dan berbahayanya ilmu itu. Akan tetapi untuk mengelak dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus melepaskan sabuknya dan hal ini
pun amat berbahaya. Dengan senjata itu saja dia masih kewalahan melawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong, apalagi tanpa senjata,
maka dengan nekat dia lalu menggerakan tangan pula menyambut pukulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. "Dessss...! Aduhhh...!!"
Dua telapak tangan bertemu dan akibatnya tubuh Lu-san Lojin terjengkang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbanting ke atas lantai, mulutnya
mengeluarkan darah segar dan matanya mendelik. Kakek ini pingsan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menderita luka dalam yang amat parah!
"Lempar dia di kamar tahanan!" Pat-jiu Kai-ong berkata sambil
tertawa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah tubuh kakek yang pingsan itu
digusur pergi oleh para pengawalnya. Pat-jiu Kai-ong menghampiri meja di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana dia tadi menjamu para tamunya,
menyambar guci arak dan menenggaknya habis, kemudian sambil tertawa-tawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia memasuki kamarnya. Pemuda dan pemudi
She Bu itu sudah rebah terlentang di atas pembaringan Pat-jiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lebar. Dalam keadaan terbelenggu
kaki tanganya. Lima orang selirnya menjaga di situ. Ketiaka dia masuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil tertawa gembira, Bu Swi Liang
memandang dengan mata melotot penuh kebencian, akan tetapi Bu Swi Nio<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang dengan mata terbelalak
ketakutan dan mencucurkan air mata. Pat-jiu Kai-ong menghampiri pembaringan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan tangannya untuk membelai
dan menghusap pipi Swi Nio dan Swi Liang sambil berkata, "Manis, jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis dan kau jangan marah. Aku akan
menemani kalian dan bersenang-senang sepuas hati setelah kami menangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> musuh gelap yang mengancam." Dia
menengok ke arah lima orang selirnya dan berkata garang. "Temani mereka,
jaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik- baik jangan sampai ada yang
lolos, dan kalau ada apa-apa, cepat berteriak memanggil para pengawal.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mengerti?" Lima orang selir itu
mengangguk dan kakek itu meninggalkan kamar lagi. Sebelum orang yang membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayam jagonya dan yang mengirim surat
ancaman itu dapat ditangkap atau dibunuh, tentu saja dia tidak bernafsu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk bersenang-senang dengan dua orang
muda yang tertawan itu. Dia percaya penuh bahwa menghadapi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengacau saja, para pengawalnya akan
dapat mengatasinya, akan tetapi dia harus berhati-hati dan ikut melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjagaan sendiri. Setelah keadaan
benar-benar aman barulah dia boleh bersenag-senang. Dia belum yakin benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apakah musuh gelap itu ada hubungannya
dengan Lu-san Lojin dan kedua orang anaknya, akan tetapi ada hubungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atau tidak, setelah tiga orang itu
dibuat tidak berdaya, berarti mengurangi bahaya. Dia harus berhati-hati,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maklum bahwa dia mempunayi banyak
musuh. Siapa tahu kalau Lu-san Lojin yang termasuk golongan putih itu juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memusuhi. Andaikata tidak sekalipun,
mana bisa dia melepaskan dua orang muda yang cantik jelita dan tampan itu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong duduk lagi di ruangan
tadi sambil melanjutkan minum arak. Dia maklum bahwa malam ini dua belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pengawalnya menjaga dengan tertib
dan penuh kewaspadaan. Ingin dia tertawa keras-keras mengusir kesunyian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malam yang mendatangkan perasaan tidak
enak. Hemmm, Ratu Pulau Es? Hanya dongeng! Pembunuh ayam itu tidak perlu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditakuti. Andaikata dia mampu
mengalahkan dua belas orang pengawalnya, hal yang sukar dipercaya, masih ada
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri. Hiat-ciang Hoat-sut, ilmu yang
dilatihnya belasan tahun kini telah dapat diandalkan. Tadipun, hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan sebagian kecil tenaganya
saja, ilmu itu telah merobohkan Lu-san Lojin. Dia tidak takut! "Aku tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut!" serunya kuat-kuat.
"Datanglah kamu, hai Ratu Pulau Es keparat! Ha-ha-ha!" Para pelayan
sudah menyalakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lampu-lampu penerangan dan atas
perintah para pengawal, pelayanpelayan ini menambah jumlah lampu sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan di seluruh gedung itu menjadi
terang. Setelah menyuruh para pelayan membersihkan meja di ruangan itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sekali lagi memanggil kepala
pengawal dan menekankan agar penjagaan diperketat dan selalu diadakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perondaan bergilir, Pat-jiu Kai-ong
lalu duduk bersila di dalam ruangan itu untuk mengumpulkan tenaga dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempertajam pendengarannya sehingga
biarpun dia berada di dalam istana, namun dia ikut pula menjaga dan meronda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempergunakan ketajaman pendengarannya
untuk menangkap semua suara yang tidak wajar di luar istana. Malam makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> larut dan keadaan sunyi sekali di
istana itu dan sekitarnya. Para pelayan yang mendengar dari para pengawal,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan muka pucat tinggal berkelompok
di kamar seseorang di antara mereka, tidak berani membuka suara dan hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saling pandang dengan mata penuh rasa
takut. Para selir juga berkelompok di dalam kamar Pat-jiu Kai-ong, agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhibur dengan adanya Swi Liang pemuda
yang tampan itu. Bahkan ada di antara mereka yang tanpa-malu-malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelai pemuda itu, memegang
tangannya, mengusap dagunya, membereskan rambutnya. Akan tetapi mereka tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani berbuat lebih dari itu, dan
tidak berani mengeluarkan suara. Juga para pengawal agaknya melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjagaan dengan teliti dan hati-hati,
tidak bersuara seperti biasanya kalau mereka melakukan penjagaan tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diisi dengan sendau gurau dan
mengobrol. Kesunyian yang mengerikan itu tidak menyenangkan hati Pat-jiu
Kai-ong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi dia amat memerlukan
kesunyian ini agar penjagaan dilakukan lebih tertib dan rapi pula. dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersiksa dan diam-diam dia memaki musuh
gelap itu. Kalau sampai tertawan, tentu akan dihukum dan disiksanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seberat mungkin! Tiba-tiba terdengar
suara jeritan susul-menyusul yang datangnya dari dalam kamarnya! Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong cepat melompat dan hanya dengan
beberapa kali lompatan saja dia sudah menerjang masuk ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kamarnya. Dilihatnya kelima orang
selirnya menangis dan kelihatan gugup dan ketakutan, akan tetapi dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda yang tadi terbelenggu di atas
pembaringannya, seperti dua tusuk daging panggang yang dihidangkan di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meja makan dan siap untuk diganyangnya,
kini telah lenyap tanpa bekas! "Apa yang terjadi? Keparat, diam semua!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jangan menangis, apa yang
terjadi?" Lima orang selir itu menjatuhkan diri berlutut dan seorang di
antara mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercerita dengan suara gagap,
"Ada... ada... setan...., hanya tampak bayangan berkelebat ke atas ranjang
dan...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mereka berdua... tahutahu telah
lenyap..." "Tolol!!" Pat-jiu Kai-ong berkelebat keluar melalui
jendela<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kamar yang terbuka, terus berloncatan
memeriksa sampai dia bertemu dengan para pengawal di luar istana, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tidak melihat jejek dua orang
tawanan yang lenyap itu. "Kalian tidak melihat orang masuk?"
Bentaknya kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para pengawal. "Tidak ada,
Pangcu." "Bodoh! Kalau tidak ada, bagaimana dua orang tawanan itu
lenyap?" Kagetlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> para pengawal itu dan Pat-jiu Kai-ong,
dibantu oleh para pengawalnya lalu mengadakan pemeriksaan di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istana. Mula-mula timbul dugaannya
bahwa tentu Lu-san Lojin dan dua orang anaknya itu benar-benar mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kawan-kawan di luar, buktinya kedua
orang muda itu ditolong mereka. Akan tetapi ketika dia menjenguk kedalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kamar tahanan, Lu-san Lojin masih
mengeletak pingsan di atas lantai! "Cepat lakukan penjagaan tadi.
Tutupsemua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan masuk! Bagi-bagi tenaga!"
Pat-jiu Kai-ong memerintah dengan suara yang agak parau karena harus diakuinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa jantungnya tergetar juga oleh
rasa gentar menyaksikan sepak terjang musuh gelap yang aneh dan amat luar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa itu. Setelah sekali lagi
memeriksa sendiri dengan memepersiapkan tongkat ditangan, sampai tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lubang yang tidak dijenguknya di dalam
dan di sekitar gedungnya dan mendapatkan keyakinan bahwa tidak ada orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersembunyi di dalam gedung, Pat-jiu
Kai-ong kembali ke dalam ruangan besar dan menanti dengan jantung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdebar. Malam telah makin larut dan
musuh yang aneh itu telah mulai memperlihatkan bahwa musuh itu memang ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan menculik dua orang tawannan itu
secara aneh. Biarpun lima orang selirnya bukan ahli-ahli silat tinggi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namun lima pasang mata tidak dapat
melihat orang yang menculik pemudapemudi itu di depan hidung mereka, sungguh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan hal yang amat aneh! Pat-jiu
Kai-ong bergidik dan membalik-balik gudang ingatan di dalam otaknya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapakah Ratu Pulau Es? Apalagi dengan
ratunya, dengan penghuni Pulau Es dia tidak pernah bertemu, kecuali satu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kali dengan Han Ti Ong ketika
memperebutkan Sin-tong. Dan di mana adanya pulau dongeng itu dia pun tidak
tahu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pertemuannya dengan Han Ti Ong tidak
boleh dianggap permusuhan, dan adaikata ada yang sakit hati, kiranya sakit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati itu seharusnya datang dari dia, bukan
dari pihak Pulau Es atau Han Ti Ong yang telah berhasil menangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perebutan atas diri Sin-tong! Mengapa
kini muncul tokoh rahasia yang mengaku bernama Ratu Pulau Es? Siapakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bermain-main dengan dia? Melihat
sepak terjang orang rahasia ini, caranya membunuh ayam, dapat dipastikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa orang itu kejam dan aneh, ciri
seorang tokoh golongan hitam, bukan golongan putih yang selalu datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> secara berterang. Siapakah tokoh golongan
hitam yang memusuhinya? Tentu saja banyak, dan di antara mereka, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling menonjol adalah Kiam-mo Cai-li
Liok Si! Wanita itukah yang kini datang mengganggunya? "Ha-ha-ha!"
Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa keras-keras, hatinya menjadi
besar. Mengapa dia takut? Andaikata Kia-mo Cai-li sendiri yang datang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diapun tidak takut! Dan siapakah lain
wanita di dunia Kang-ouw yang lebih mengerikan daripada Kiam-mo Cai-li?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Iblis atau manusia, jantan atau
betina, keluarlah dari tempat persembunyian! Hayo serbulah, aku Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong tidak takut kepada siapa pun
juga! Kalau kau diam saja, berarti kau pengecut hina dan penakut,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ha-ha-ha-ha!" Karena merasa
tersiksa oleh keadaan sunyi yang mengerikan itu, Pat-jiu Kai-ong berusaha mengusir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rasa takutnya dengan teriakan keras ini
yang tentu saja didengar oleh semua penghuni gedung itu. Dan agaknya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai sambutan atas tantangannya,
tiba-tiba terdengar suara ayam jagonya yang berada di belakang, di kandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayam, berkeruyuk keras sekali!
"Ha-ha-ha!" Pat-jiu Kai-ong tertawa mendengar ayamnya sendiri yang
menjawab,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi tiba-tiba dia terkejut dan
mukanya berubah. Keruyuk ayamnya itu berhenti setengah jalan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terputus oleh suara "kok!" suara
ayam kesakitan! Suara ini disusul suara berkotek riuh dari ayam-ayam betina di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kandang, seolah-olah ada sesuatu
yang mengganggu mereka akan tetapi suara berkotek ini pun berhenti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setengah jalan dan bekali-kali
terdengar suara "ko" suara ayam dicekik atau dihentikan suara dan
hidupnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Keparat...!!" Pat-jiu
Kai-ong yang bermuka merah saking marahnya itu sudah meloncat keluar dan
langsung lari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke kandang. Hampir dia bertubrukan
dengan dua orang pengawal yang juga mendengar keanehan di kandang itu. Kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sebuah obor yang dipegang oleh
pengawal, mereka bertiga memeriksa kandang dan di bawah sinar obor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampaklah oleh mereka bahwa dua puluh
ayam yang berada di kandang itu, jantan, betina, semua telah tewas dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> leher putus! Darah merah muncrat ke
mana-mana, membuat lantai dan dinding kandang itu menjadi merah mengerikan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Jahanam...!" Pat-jiu Kai-ong
memaki dan mereka bertiga sejenak menjadi seperti arca memandang ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kandang. Sunyi di situ, bahkan tidak
ada angin berkelisik, membuat suasana menjadi menyeramkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ngeooonggg...!" Suara kucing
yang tiba-tiba terdengar ini yang membuat mereka tersentak kaget dan memandang
ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas genting. Si Putih satu-satunya
kucing peliharan di gedung itu, berkelebat melompat sambil menggereng,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah menghadapi musuh dan marah.
Akan tetapi gerengannya terhenti tiba-tiba dan Pat-jiu Kai-ong cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melompat ke kiri ketika ada benda jatuh
dari atas genteng menimpanya. "Bukkk!" Ketika pengawal yang membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> obor mendekat, ternyata yang terjatuh
itu adalah bangkai kucing Si Putih yang baru saja mengeong tadi!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Jahanam...!" Pat-jiu Kai-ong
memaki untuk kedua kalinya dan tubuhnya sudah melayang ke atas genting, diikuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh dua orang pengawalnya. Melihat
betapa obor yang dipegang pengawal itu tidak padam ketika dia meloncat ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas genting membuktikan bahwa pengawal
itu sudah memiliki ginkang yang hebat. Akan tetapi kembali ketiganya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termangu-mangu di atas genting karena
tidak tampak bayangan seorang manusian pun. Keadaan sunyi. Sunyi ekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terlampau sunyi seolah-olsh gedung itu
telah berubah menjadi tanah kuburan! "Hung-hung! Huk-huk-huk...!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Riuhlah suara tiga ekor anjng
peliharaan gedung itu menggonggong dan menyalak-nyalak di sebelah kanan gedung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suara ini mengejutkan mereka, apalagi
suaran gonggongan mereka yang riuh rendah itu tiba-tiba ditutup dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara "kaing...! nguik...
nguikkk... nguikkkkk!" Dan suasana menjadi sunyi kembali, lebih sunyi dari
tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelum terdengar gonggongan
anjing-anjing itu. "Bedebah...!" Pat-jiu Kai-ong melompat dari atas
genting, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat disusul oleh dua orang pengawalnya
itu saking cepatnya dan sebentar saja dia sudah tiba di sebelah kanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gedungnya, di kandang anjing. Seperti
sudah dikhawatirkannya, tiga ekor anjing itu sudah menggeletak mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan leher hampir putus dan darah
mengalir di bawah bangkai mereka. Tiga orang pengawal yang terdekat sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba pula dan mereka saling pandang
dengan muka berubah pucat! Seperti terngiang di telinga Pat-jiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara Lu-san Lojin ketika membacakan
isi surat, "Malam ini, semua mahluk hidup yang tinggal di rumah Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong, dari binatang sampai manusia,
akan kubasmi habis!" Semua binatang peliharaannya , ayam, kucing, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anjing, sudah mati semua dan sekarang
tentu tiba gilirannya manusianya! Teringat akan ini, Pat-jiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat berkata, suaranya sudah mulai
gemetar "Cepat, semua berkumpul denganku di dalam gedung...!"
Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dikejutkan oleh jeritan-jeritan
di sebelah luar dan di depan gedung itu. Mereka cepat berlari menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan gedung dan tampaklah oleh mereka dua
orang pengawal yang berjaga di luar sudah menggeletak tak bergerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di atas tanah. Ketika seorang pengawal
yang membawa obor mendekat, Pat-jiu Kai-ong melihat bahwa dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawalnya yang terlentang itu telah
tewas dengan mata melotot dan dari mata, hidung, telinga, dan mulut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar darah hitam sedangkan di dahi
mereka itu tampak jelas cap jari tangan yang kecil panjang, tiga buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyaknya dan mudah dilihat bahwa itu
adalah tanda jari telunjuk, jari tengah, dan jari manis. Begitu dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gambar jari itu sampai garis-garisnya
tampak! "Kurang ajar! Mari kita berkumpul semua...!" Akan tetapi
kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdengar pekik mengerikan dari sebelah
kiri gedung. Mereka kembali berlari-lari ke tempat itu dan melihat tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang pengawal lain sudah menjadi mayat
dalam keadaan yang sama seperti dua orang korban pertama. Segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersusul pula pekik-pekik mengerikan
itu dari belakang gedung. Pat-jiu Kai-ong dan tiga orang pengawalnya ini,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termasuk pengawal kepala Si brewok,
mengejar ke belakang dan empat orang pengawal sudah menggeletak tewas dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan mengerikan, presis seperti yang
lain. Dalam sekejap mata saja sembilan orang pengawal telah tewas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mereka itu berada di depan, di sebelah
kiri, di belakang gedung, akan tetapi kematian mereka susul menyusul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu cepatnya, seolah-olah banyak
musuh yang datang dari berbagai jurusan. Namun, biarpun mulutnya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyataakan sesuatu, Pat-jiu Kai-ong
maklum bahwa tanda dari jari tangan itu dibuat oleh jari tangan yang sama,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan bahwa pembunuhnya itu hanya satu
orang saja, seorang yang memiliki ilmu kepandaian luar biasa sehingga para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengawal itu agaknya sama sekali tidak
mampu melakukan perlawanan. Tiga orang pengawal saling pandang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka pucat. Melihat muka mereka,
Pat-jiu Kai-ong menjadi penasaran dan merah sehingga timbul kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keberaniannya yang tadi agak berkurang
karena jerih. Dia berteriak memaki, "jahanan pengecut! Hayo keluarlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan lawan aku Pat-jiu Kai ong!"
Setelah dia mengeluarkan kata-kata ini dengan suara nyaring, keadaan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi sekali, sunyi yang amat
menggelisahkan damn menyeramkan, seolah-olah dalam kegelapan dan kesunyian
malam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu tampak mulut iblis menyeringai dan
menanti saat untuk menerkam dan mencabut nyawa ! Pat-jiu Kai-ong makin<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-32743694081628952572012-07-27T04:31:00.000+08:002012-07-27T04:32:16.149+08:00Cara Mengatasi Masalah Posting Di BlogCara Mengatasi Maslah Posting Di Blog - Hi.. Para Sahabat Blogger Pada Postingan kali ini aku mohon bantuan nich dari para sahabat blogger..<br />
Langsung saja aku punya permasalahan pada saat melakukan posting artikel selalu muncul pesan seperti ini<br />
<blockquote class="tr_bq">
<a href="http://4.bp.blogspot.com/-_yATIMNyp_g/UBGnP02qpiI/AAAAAAAAAgs/fEWontmvfXw/s1600/kesalahanposting.JPG" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" height="70" src="http://4.bp.blogspot.com/-_yATIMNyp_g/UBGnP02qpiI/AAAAAAAAAgs/fEWontmvfXw/s320/kesalahanposting.JPG" width="320" /></a></blockquote>
Kalau dipaksakan terus untuk publish postingan hasilnya akan menjadi draft tapi postingan tetap dipublish semakin banyak publish draftnya juga semakin banyak diikuti publish juga semakin banyak (double)..bingung dech...<br />
<br />
<a name='more'></a>Mungkin para sahabat pernah mendapatkan masalah yang sama kemudian sudah punya solusi untuk mengatasinya..mohon pencerahannya.. Soalnya sangat mengganggu..Pleaseee.. Sangat Diharapkan Bantuan Para Sahabat..<br />
Tak Lupa Saya ucapkan terima Kasih Sebelumnya..<span style="background-color: white;"> </span>Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com34tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-36094724261033873962012-07-27T04:16:00.001+08:002012-07-27T04:16:06.813+08:00BUKEK SIANSU : Seri Kelima<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Kelima - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-keempat.html" target="_blank">Lanjutan Seri Keempat</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";"> karena maklum gurunya sedang berada dala
kedukan dan kepusingan. Pula, Sin Liong sudah biasa meninggalkan pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu mencari tetumbuhan obat, maka
kepergiannya dengan sebuah perahu menunggalkan Pulau Es tidak ada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menaruh curiga. Dengan tenaganya yang
amat kuat Sin Liong mendayung perahunya sehingga perahu meluncur amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepatnya menuju ke Pulau Neraka. Dia
sudah tahu dimana </span></div>
<a name='more'></a>letaknya pulau itu, dari keterangan yang diperolehnya<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika dia bertanya-tanya kepada para
penghuni Pulau Es Bahkan diam-diam pernah pula seorang diri mendayung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu mendekati Pulau Neraka ini akan
tetapi hanya melihat dari jauh dan dia merasa ngeri sekali. Pulau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari jauh tampak kehitaman seperti
pulau yang pantas di huni oleh setan dan iblis.Pantainya penuh dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu-batu karang yang runcing dan
tajam, amat berbahaya apalagi kalau ombak sedang besar. Sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampak ada penghuninya sehingga ketika
itu Sin Liong menduga-duga bahwa orang-orang buangan yang dibuang dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es tentu telah tewas di jalan,
tentu tewas di atas pulau itu. Maka dia menentang keras dalam hatinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau melihat di Pulau Es diadakan
pengadilan dan diputusakan hukuman buang ke Pulau Neraka, karena baginya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibuang ke Pulau Neraka sama dengan
menghadapi kematian yang mengerikan, baik di dalam perjalanan menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau itu atau setelah berasil
mendarat. Dan kini Swat Hong telah pergi ke Pulau Neraka mewakili ibunya! Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kagum dan khwatir. Kagum akan
keberaniannya dan kebaktian sumoinya terhadap ibunya, akan tetapi khawatir
sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan keselamatan sumoinya yang belum
dewasa benar itu. Sumoinya baru berusia empat belas tahun! Biarpun dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu bahwa ilmu kepandaian sumoinya
sudah hebat dan cukup untuk dipakai untuk menjaga diri, namaun betapapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga sumoinya itu masih kanak-kanak!
Sin Liong sama sekali tidak ingat bahwa usianya sendiri hanya satu tahun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih tua dari pada usia Swat Hong!
Perjalanan dari Pulau Es ke Pulau Neraka melalui lautan yang penuh dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gumpalan-gumpalan es yang mengapung di
permukaan laut, gumpalan es yang kadang-kadang sebesar gunung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> celakalah kalau sampai perahu tertumpuk
oleh gumpalan es menggunung itu yang kadang-kadang bergerak, digerakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh angin. Celaka pula kalau sampai
terjepit di antara dua gumpalan es yang begitu saling menempel tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melekat dan membuat perahu terjepit di
tengah-tengah. Akan tetapi, Sin Liong sudah banyak mendengar tentang ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maka dia tahu pula caranya
menghindarkan perahunya dan tidak mendekat gumpalan-gumpalan es yang berbahaya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan mencari jalan di celahcelah
yang agak lebar. Kemudian dia tiba di daerah lautan yang penuh dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ikan hiu. Ratusan ikan hiu yang hanya
tampak siripnya itu berenang di kanan kiri dan belakang perahunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Betapapun juga tinggi ilmunya, ngeri
juga hati Sin Liong karena dia tahu bahwa sekali perahunya terguling,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaianya tidak akan berguna banyak
dalam melawan ratusan ikan buas itu di dalam air! Cepat ia mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bungkusan yang sudah dibawanya sebagai
bekal, membuka bungkusan dan menaburkan sedikit bubuk hitam di kanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiri, depan belakang perahunya. Tak
lama kemudian, ikan-ikan hiu itu pergi berenang pergi dengan cepat seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketakutan setelah mencium bau bubukan
hitam yang disebarkan oleh Sin Liong. Pemuda ini sudah mendengar akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahaya ikan-ikan buas, maka dia telah
membawa bekal racun bubukan hitam yang sering kali dipergunakan oleh para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni Pulau Es untuk mengusir
ikan-ikan buas di waktu mereka mencari ikan. Beberapa jam kemudian, kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menghadapi ancaman ikan-ikan kecil
yang banyak sekali jumlahnya, mungkin laksaan. Ikan-ikan besar ibu jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki, akan tetapi keganasannya melebihi
ikan hiu. Ikan-ikan ini bahkan berani menyerang orang di atas perahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan jalan meloncat dan menggigit.
Sekali mulut yang penuh gigi runcing seperti gergaji itu mengenai tubuh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu sebagian daging dan kulit terobek
dan terbawa moncongnya! Apalagi kalau sampai orang jatuh ke dalam air.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dalam waktu beberapa menit saja tentu
sudah habis tinggal tulangnya dikeroyok laksaan ikan buas ini. Kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong dengan cepat menyebar obat
bubuk hitam beracun itu dan ikan-ikan kecil itupun lari cerai berai tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani lagi mendekati sampai perahu
meluncur meninggalkan daerah berbahaya itu. Setelah melalui perjalanan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat sulit akhirnya menjelang senja,
sampai juga perahu Sin Liong di pantai Pulau Neraka. Tetapi seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dugaannya, pulau itu memang mengerikan
sekali. Hutan yang terdapat di pulau itu amat besar dan liar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pohon-pohon aneh dan menghitam warnanya
memenuhi hutan yang kelihatannya sunyi dan mati. Namun, dibalik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesunyian itu Sin Liong merasakan
seolah-olah banyak mata mengamatinya dan maut tersembunyi disana-sini, siap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk mencengkram siapa pun yang berani
mendarat! Melihat keadaan pulau ini makin berdebar hati Sin Liong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh kekhawatiran terhadap keselamatan
Swat Hong. Apakah dara itu sudah berasil mendarat? Tentu Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat mencapai pulau ini, karena dara
itupun tahu jalan ke situ, dan mengerti pula tempat-tempat berbahaya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilaluinya tadi sehingga seperti juga
dia, tentu Swat Hong telah membawa bekal obat pengusir ikan-ikan buas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi dengan cukup. Akan tetapi dia
tidak melihat sebuah pun perahu di pantai Pulau Neraka. Apakah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuninya? Atau semua orang buangan
telah mati terkena racun yang kabarnya memenuhi pulau ini? Karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> khawatir kemalaman sebelum dapat
menemukan Swat Hong, Sin Liong lalu meloncat ke darat dan menarik perahunya ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas. Kemudian dia membalik dan
memasuki hutan. Baru saja dia berjalan beberapa langkah, terdengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdengung-dengung dan entah dari mana
datangnya, tampak ratusan ekor lebah berwarna putih menyambar-nyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengeroyoknya! Dari bau yang tercium
olehnya, tahulah Sin Liong bahwa lebah-lebah itu mengandung racun yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat jahat maka tentu saja dia terkejut
sekali! Cepat dia lari dari tempat itu, namun lebah-lebah itu mengejar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terus, beterbangan sambil mengeluarkan
suara berdengung-dengung yang mengerikan. Sin Liong cepat menanggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jubah luarnya dan memutar jubah itu di
sekeliling tubuhnya. Dari putaran jubah ini menyambar angin dahsyat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebah-lebah itu terdorong jauh oleh
hawa yang menyambar dari putaran jubah.Sin Liong tidak tega untuk membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebah-lebah itu maka dia hanya
menggunakan hawa putaran jubahnya untuk mengusir. namun, binatang-binatang
kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu hanya tidak mampu mendekati dan
menyerang tubuh Sin Liong, akan tetapi sama sekali tidak terusir, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini makin banyak dan terbang
mengelilingi Sin Liong dari jarak jauh sehingga tidak terjangkau oleh hawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukulan jubah. Melihat ini, Sin Liong
kaget. betapapun kuatnya tidak mungkin baginya untuk berdiri di situ<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil memutar jubahnya semalam suntuk,
bahkan selamanya sampai lebah-lebah itu terbang pergi! Lalu teringatlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia akan senjata yang paling ampuh.
Api! Dengan tangan kiri terus memutar jubah melindungi tubuhnya, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu mengumpulkan daun kering dan
mencari batu yang keras. Dengan pengerahan tenaganya, dia menggosok dua batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sehingga timbul percikan bunga api
yang membakar daun kering. Diambilnya sebatang ranting kering dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibakarnya ranting ini. Benar saja.
Dengan ranting yang ujungnya menyala ini dipegang tinggi di atas kepala,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada lebah yang berani
mendekatinya. Dia melanjutkan perjalanan, dan terus menerus menyalakan api
diujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ranting yang dikumpulkan dan dibawanya.
Dapat dibayangkan betapa ngeri hatinya ketika melihat banyak sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang berbisa di sepanjang jalan.
Ular-ular kecil, kalajengking, lebah-lebah dan sebangsanya merayap-rayap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lari ketika dia datang dengan obor di
tangan. Untung dia membawa ranting bernyala. Semua binatang berbisa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut terhadap api. Andaikata dia tidak
membawa api tentu dia telah dikeroyok oleh binatang-binatang kecil yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semuanya berbisa itu, dari atas dan
bawah! lebah-lebah itu terus mengikutinya, akan tetapi dari jarak jauh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbukti dari suara yang
berdengung-dengung itu masih terus berada di belakangnya. Tiba-tiba terdengar
suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersuit panjang dan lebah-lebah itu
beterbangan makin dekat, kembali mengurungnya dan kelihatan seperti marah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bahkan ada beberapa yang ekor yang
meluncur dekat sekali, akan tetapi menjauh lagi ketika Sin Liong menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> api di ujung ranting untuk mengusirnya.
Suitan terdengar berkali-kali dan lebah-lebah itu makin marah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengamuk, juga tampak oleh Sin Liong
betapa binatang kecillainya yang banyak terdapat di hutan itu mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendekatinya, namun masih takut-takut
oleh api di ujung ranting. "Siuuuttt..." tiba-tiba tampak benda hitam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar kearah ujung rantingnya.
Maklumlah Sin Liong bawa sambitan yang amat kuat itu bermaksud memadamkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> api di ujung ranting. Tentu saja dia
tidak mau terjadi hal ini, maka cepat ia menari kebawah ranting terbakar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu dan menggunakan tangan kirinya
menyambar benda yang dilontarkan. Kiranya segumpal tanah hitam! Mengertilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia bahwa ada orang yang membokonginya
dan orang itu agaknya yang besuit-suit tadi. Suitan yang agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan perintah kepada
binatang-binatang itu untuk mengeroyoknya! "Haiiii, Saudara penghuni Pulau
Neraka!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Harap jangan menyerang. Aku Kwa Sin
Liong datang dengan maksud baik! Aku hanya mau mencaru Sumoiku di sini!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hening sejenak. Suitan-suitan tidak
terdengar lagi dan lebah-lebah itu kembali menjauh, demikian ular, kelabang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan lain binatang kecil. Terdengar
bunyi tampak kaki menginjak daun-daun kering dan tak lama kemudian muncullah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belasan orang yang bertelanjang kaki,
berpakaian tidak karuan, bermuka menyeramkan itu kotor tidak terawat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata mereka merah dan bergerak liar
seperti mata orang-orang gila. Dengan gerakan perlahan, pandang mata penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juriga, belasan orang itu menghampiri
dan mengurung Sin Liong. Pemuda itu tersenyum ramah, bersikap tenang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat ranting menyala
tinggi-tinggi untuk memperhatikan wajah mereka. "Harap Cuwi (Anda
Sekalian) sudi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaafkan kedatanganku yang tiba-tiba
ini. Akan tetapi sungguhnya aku, Kwa Sin Liong, tidak berniat buruk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap Pulau Neraka apalagi terhadap
penghuninya. Aku datang untuk mencari sumoiku yang bernama Han Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong, yang mungkin sudah mendarat di
pulau ini." Seorang di antara mereka, yang mukanya penuh brewok sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tampak hanya matanya dan sedikit
hidungnya, melangkah maju dan menegur, suaranya parau dan kasar. "kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari mana?" "Dari Pulau
Es...." Belasan orang itu mendengus dan kelihatan marah sekali. Si Brewok
mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi senjata golok besarnya dan
membentak, "kalau begitu kau harus mampus!" "Nanti dulu, harap
Cuwi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersabar." Sin Liong cepat berseru
dan mengangkat tangan kirinya ke atas, "Aku bukan musuh dari Cuwi, sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kukatakan bahwa aku datang bukan untuk
bermusuh, mengapa Cuwi hendak membunuhku?" Pada saat itu, muncul pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lima orang, dan terdengar seruan heran
dari seorang di antara mereka, yang bertubuh tinggi besar, "Ehh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukankah ini Kwa-kongcu dari Pulau
Es?" Sin Liong memandang dan merasa girang sekali ketika mengenal orang
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bukan lain adalah Bouw Tang Kui, penghuni
Pulau Es yang dihukum buang ke Pulau Neraka karena telah mencuri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> batu mustika hijau!
"Bouw-lopek!" serunya girang. "Aku datang untuk mencari Swat
Hong yang juga sudah dibuang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke sini!" "Apa??" Bouw
Tang Kui berteriak, lalu berkata kepada Si Brewok yang agaknya menjadi pemimpin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rombongan itu. "Dia adalah seorang
yang telah membelaku, membela Lu Kiat dan Sia Gin Hwa ketika dijatuhi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hukuman buang. Dia seorang pemuda yang
tak setuju dengan hukum di Pulau Es, biarpun dia adalah murid Raja Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ti Ong sendiri."
"Apa...??" Mereka kelihatan terkejut mendengar ini.
"Muridnya...?" "Benar," jawab Bouw Tang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kui. "Dan kita bukanlah
lawanya." Si Brewok meragu. "Kalau begitu, kita bawa dia kepada To-cu
(Majikan Pulau)!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw Tang Kui melangkah maju.
"Harap Kongcu menurut saja kami hadapkan kepada To-cu sehingga Kongcu
dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara sendiri dengannya." Sin
Liong mengangguk. Memang menghadapi orang-orang kasar ini akan berbahaya sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena mereka sukar diajak bicara.
Kalau dia dapat bicara dengan Majikan Pulau yang tentu merupakan tokoh yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling pandai, dia akan dapat minta
keterangan apakah Swat Hong telah berada di pulau itu. Dia mengangguk dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa orang penghuni Pulau Neraka
lalu menyalakan obor. Sin Liong sendiri membuang rantingnya, mengenakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi jubahnya dan mengikuti rombongan
belasan orang itu memasuki hutan. Di sepanjang jalan dia melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat-tempat berbahaya, lumpur-lumpur
yang tertutup rumput tinggi, pasir-pasir berpusing yang dapat menyedot<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apa saja yang menginjaknya, pohonpohon
yang aneh dengan buah-buah yang kelihatan lezat namun dari baunya dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu bahwa buah itu mengandung racun
jahat, dan lain-lain. Benar-benar pulau yang amat aneh dan berbahaya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> fikirnya. Pantas kalau disebut Pualu
Neraka, dan diam-diam dia mencela kekejaman Kerajaan Pulau Es yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuang orang-orang bersalah ke tempat
seperti ini. Dari keadaan orang-orang yang menangkapnya ini, hanya Bouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tang Kui seorang yang kelihatan masih
normal. Hal ini mungkin karena raksaksa ini baru beberapa bulan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibuang ke sini, sedangkan yang
lain-lain, biarpun dapat mempertahankan hidupnya, namun telah berubah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang liar yang agaknya telah
berubah pula watak dan ingatanya! Dan selain menjadi orang-orang yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> normal agaknya mereka telah menguasai
ilmu yang dahsyat dan mengerikan, yaitu ilmu menguasai binatang-binatang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbisa di pulau itu. Buktinya, biarpun
meraka berjalan di hutan penuh binatang berbisa itu tanpa sepatu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada seekor pun yang berani menyerang
mereka. Akhirnya dengan menggunakan ketajaman pandang mata dan penciuman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidungnya Sin Liong maklum bahwa
orang-orang ini telah menggunakan semacam obat yang agaknya digosok-gosokan ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seluruh kaki mereka sehingga binatang
itu menyingkir begitu mereka mendekat. Tak disangkanya sama sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika mereka tiba di tengah jalan, di
situ terdapat tanah lapang yang luas dan tampak sebuah rumah besar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikelilingi pondok-pondok kayu
sederhana. lampu-lampu dinyalakan terang dan Sin Liong dibawa ke sebuah ruangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang luas di mana telah menanti ketua
pulau itu yang disebut To-co (Majikan Pulau). Ruangan itu luasanya lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari sepuluh meter persegi, dikelilingi
banyak orang yang memegang bermacam senjata dan yang sikapnya semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh curiga dan permusuhan, kecuali
Bouw Tang Kui, Sia Gin Hwa, Lu Kiat dan belasan orang lagi yang belum lama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibuang kesitu sehingga mereka ini
mengenal Sin Liong sebagai murid Han Ti Ong yang selalu baik kepada mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan banyak di antara mereka yang
pernah diobati oleh pemuda ini. "Hayo berlutut di depan tocu!" kata
Si<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Brewok sambil mendorong Sin Liong ke
depan. Akan tetapi Sin Liong dengan tenang berdiri di depan To-cu itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang penuh perhatian. Orang ini
sudah tua, sedikitnya tentu ada enam puluh tahun usianya. Kepalanya besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, tubuhnya kurus kecil sehingga
kelihatan lucu, seperti seekor singa jantan yang duduk di kursi! Sepasang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> matanya bersinar-sinar, mulutnya
menyeringai. Sebetulnya wajahnya tampan, akan tetapi karena sikapnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ganas itu membuat wajahnya kelihatan
menyeramkan dan menakutkan. Pakaiannya tidak seperti pakaian sebagian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar penghuni Pulau Neraka yang butut,
melainkan pakaian dari kain yang baru dan bersih. Kursinya terbuat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tulang-tulang berukir, dan di kedua lengan
kursinya dihiasi dengan rangka ular dengan moncongnya ternganga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebar memperlihatkan gigi yang runcing
melengkung. Di sebelah kana ketua Pulau Neraka ini duduk seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perempuan yang tadinya hampir membuat
Sin Liong salah kira. Anak itu usianya sebaya dengan Swat Hong, seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak perempuan yang cantik dan
tersenyum-senyum, sikapnya kelihatannya gembira dan mungkin karena sebaya maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatanya mirip dengan Swat Hong. Hampir
saja Sin Liong tadi memanggilnya ketika mula-mula memasuki ruangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika melihat betapa pemuda tawanan
itu memandangnnya penuh perhatian, anak perempuan itu tersenyum-senyum.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat Sin Liong tidak mau berlutut di
depannya, kakek itu memandang tajam, kemudia berkata berlahan, suaranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rendah, "Hemmm, kau tidak mau
berlutut, ya? Hendak kulihat kalau kedua lututmu patah, kau berlutut atau
tidak?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Berkata demikian, tiba-tiba tangan
kakek itu menyambar sebatang toya dari tangan seorang penjaga, menekuk toya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sehingga patah tengahnya dan sekali
dia menggerakan tangan, sepasang potong toya itu menyambar ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua kaki Sin Liong! Pemuda itu
terkejut, akan tetapi bersikap tenang. Dia maklum bahwa ketua Pulau Neraka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bermagsud menggunakan lemparan tongkat
untuk membikin sambungan lututnya terlepas. Maka dia cepat menggerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua kakinya, meloncat ke atas,
kemudian setelah melihat kedua toya berkelebat ke bawah kaki dia menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua kakinya menginjak. Sepasang
tongkat pendek itu menancap di atas lantai dan pemuda itu berdiri di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua ujung tongkat dengan tubuh tegak
dan bersikap seolah-olah tak pernah terjadi sesuatu! "Waduhhh, dia hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, kong-kong (Kakek)!" anak
perempuan yang tadi tersenyum-senyum itu besorak penuh kagum, padahal anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah Pulau Neraka memandang marah
karena mengangap bahwa pemuda itu mengejek ketua mereka. "Hebat apa!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Permainan kanak-kanak seperti itu!"
Kakek berkepala besar itu mendengus marah. "Kong-kong juga bisa? Ajarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku kalau begitu!" anak prempuan
itu berkata dengan sikap dan suara manja. "Hushh! Diamlah kau!" kakek
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentak dan sejak tadi matanya tidak
pernah berpindah dari Sin Liong. Dibentak seperti itu, anak perempuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu cemberut dan mukanya merah, menahan
tangis. Sin Liong merasa kasihan lalu meloncat turun dan berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghibur, "Adik yang manis,
jangan berduka. Biarlah kalau ada kesempatan aku akan mengajarkannya
kepadamu."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Anak perempuan itu memandang Sin Liong
dengan mata terbelalak, kemudian lenyaplah kemuraman wajahnya yang manja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi berseri-seri kembali.
"Orang muda yang bersikap dan bermulut lancang! Siapa engkau yang
mengandalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedikit kepandaian untuk mengacau Pulau
Neraka?" Kakek itu membentak, menahan kemarahannya karena dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> direndahkan sekali ketika serangan
sepasang tongkatnya tadi gagal dan dihadapi oleh pemuda itu secara luar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasa. Sin Liong cepat memberi hormat dengan
menjura dalam-dalam, kemudian dia berkata dengan suara tenang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Harap To-cu suka memaafkan
kedatanganku ke Pulau Neraka ini. Seperti telah kukatakan kepada semua penghuni<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka kedatanganku sama sekali
tidak mengandung niat buruk atau hendak bermusuhan. Aku bernama Kwa Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong dan ...." "Dia murid
Han Ti Ong!" tiba-tiba Si Brewok berkata lantang. Ucapan ini disambut
dengan suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berisik dari semua oang yang berada di
situ karena mereka sudah menjadi marah sekali. Semua orang yuang berada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disitu adalah orang-orang buangan dari
Pulau Es, semenjak raja pertama sehingga sudah tinggal disitu selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiga keturunan, ada orang buangan baru
dan ada pula yang merupakan turunan dari orang-orang buangan lama, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi kesemuanuya mempunyai rasa benci
dan dendam pada satu nama, yaitu Pulau Es! Maka begitu mendengar pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan dan tenang ini adalah murid Han
Ti Ong, raja terakhir dari Pulau Es, dapat dibayangkan kemarahan hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka. Dengan pandang mata mereka yang
liar mereka hendak mencabik-cabik dan membunuh pemuda itu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dianggapnya seorang musuh besar, dan
andaikata mereka itu tidak takut kepada ketua mereka, tentu mereka telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerbu untuk melaksanakan niat yang
terbayang dalam pandang mata mereka itu. "Akan tetapi dia selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menentang Han Ti Ong, menentang
pembuangan ke Pulau Neraka!" terdengar suara beberapa orang membela, yaitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara Bouw Tang Kui, Lu Kiat, Sia Gin
Hwa dan beberapa orang buangan baru yang lain. "Bunuh saja dia!"
"Seret<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid Han Ti Ong!" "Jadikan
dia mangsa ular!" Kakek bekepala besar itu mengangkat kedua lengannya ke
atas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membentak, "Diam...!!" Sin
Liong kembali terkejut. Ketika mengeluarkan suara bentakan tadi ketua Pulau
Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agaknya telah mengerahkan khikangnya
sehingga dia sendiri yang berdiri di depan kakek itu merasa betapa kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kakinya tergetar! Mengertilah dia bahwa
ketua Pulau Neraka ini benar-benar memiliki ilmu kepandaian tinggi dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahulah dia bahwa dia telah memasuki
sarang naga dan berada dalam keadaan terancam. Namun Sin Liong tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa takut sedikitpun juga karena dia
merasa bahwa dia tidak melakukan suatu kesalahan terhadap mereka ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maka kembali dia menjura kepada ketua
Pulau Neraka sambil berkata, "To-cu, sekali lagi kujelaskan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedatanganku ini sama sekali tidak
mengandung niat buruk dan kalau tidak ada perlu sekali pasti aku tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani menginjakan kaki ke pulau ini.
Aku datang untuk mencari Sumoiku yang bernama Han Swat Hong puteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhu....." Sin Liong menghentikan
kata-katanya karena teringat bahwa dia telah kelepasan bicara, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena sudah terlanjur maka tak mungkin
kata-kata itu ditariknya kembali. "Putera Han Ti Ong...??" Ketua
Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka berseru keras sekalli sampai
mengagetkan semua orang. "Kau mencari puteri Han Ti Ong di sini?" Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Benar, To-cu. Karena aku
menduga bahwa dia berada di sini maka aku menyusul ke sini." "Tangkap
puteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Ti Ong!" "Bunuh
dia!" "Gantung puterinya!" Kini Sin Liong mengangkat kedua
lengannya dan sambil menggerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> khikangnya dia beseru, "Harap Cuwi
diam!" Dan diamlah semua orang. Di antara meraka yang memiliki kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggi, termasuk ketua Pulau Neraka,
kagum sekali karena orang muda yang belum dewasa benar ini ternyata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki kekuatan khikang yang amat
hebat! "Harap Tocu tidak salah sangka. Puteri Han Ti Ong itu juga menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang buangan." Ucapan Sin Liong
ini tentu saja mengejutkan dan mengherankan hati semua orang sehingga mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak dapat mengeluarkan kata-kata
melainkan hanya memandang kepada SinLiong dengan mata terbelalak. "Kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bohong!" Kakek berkepala besar itu
menghardik. "Mana mungkin Han Ti Ong membuang puterinya sendiri ke Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka?" "Agaknya Tocu telah
mengerti akan kerasnya peraturan hukum di Pulau Es, dan sebetulnya yang
dianggap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melanggar hukum adalah istri suhu
sendiri, istri tua, yang aku yakin hanyalah karena fitnah belaka. Suhu telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjatuhkan hukuman kepada Subo, dan
Sumoi lalu mewakili ibunya untuk membuang diri ke Pulau Neraka, maka aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyusul ke sini untuk mengajaknya
pulang ke Pulau Es." Tiba-tiba ketua Pulau Neraka tertawa bergelak,
tertawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh kegembiraan sampai kedua matanya
mengeluarkan air mata! "Huah-ha-ha-ha! Ha-ha-ha, betapa lucunya! Rasakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau sekarang Han Ti Ong, Raja keparat!
Rasakan kau betapa perihnya orang tertimpa kesengsaraan karena keluarga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berantakan. Haha- ha!" Semua orang
yang melihat dan mendengar kata-kata ketua Pulau Neraka ini, kontan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa-tawa semua, mentertawakan Raja
Pulau Es! Biarpun mereka belum sempat membalas dendam kepada Raja Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es, mendengar nasib buruk Raja itu
sudah merupakan hiburan besar yang amat menyenangkan hati mereka. Hanya anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perempuan itu saja yang tidak ikut tertawa
karena dia agaknya tidak mengerti apa-apa, dan pada saat itu dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya saling pandang dengan Sin Liong
yang juga terheran-heran. "Hei, Kwat Sin Liong! Betapa baiknya ceritamu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi aku masih belum percaya
kalau tidak melihat sendiri peteri Han Ti Ong datang ke pulau ini. kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tunggu dan lihat saja. Setelah aku
melihat puteri Han Ti Ong berada di pulau ini, barulah kita akan bicara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lagi. Tangkap dia dan masukan dalam
kamar tahanan sambil menanti munculnya puteri Han Ti Ong!" Si Brewok dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa orang yang agaknya menjadi
pembantu utama ketua Pulau Neraka sudah melangkah menghampiri Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sikap mengancam. Pemuda ini
maklum bahwa tidak ada jalan lain kecuali menyerah sambil menanti munculnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoinya karena sebelum dia bertemu
degnan Sumoinya, melawan hanya akan menimbulkan permusuhan yang tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> artinya saja. Maka dia mengangkat kedua
tangannya dan berkata, "Aku tidak akan melawan, kecuali kalau kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan kekerasan. Aku menyerah dan
mau menanti di kamar tahanan sampai Sumoiku muncul." Melihat sikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang dan ucapan yang berwibawa ini,
belasan orang yang mengurung Sin Liong dengan sikap mengancam tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kelihatan ragu-ragu. Akan tetapi Sin
Long lalu melangkah ke depan dan berkata, "Marilah bawa aku ke kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahanan." "Jangan ganggu dia,
biar dia mengaso di kamar tahanan dan layani baik-baik sampai puteri Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mucul. kalau dia membohong, hemm, baru
kita akan berpesta membunuhnya!" Ketua Pulau Neraka berkata sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkekeh-kekeh karena hatinya senang
sekali mendengar betapa Han Ti Ong sampai membuang istrinya sendiri ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka, kemudian puterinya malah
membuang diri ke Pulau Neraka. Biarpun dia belum percaya benar akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cerita ini sebelum dia menyaksikan
buktinya, namun berita itu saja sudah mendatangkan rasa senang di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya. Dengan sikap gagah dan tenang
sekali Sin Liong digiring ke dalam kamar tahanan, diikuti oleh pandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata penuh khawatir dari anak perempuan
tadi. Setelah rombongan itu lenyap, anak perempuan itu mencela ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka, "Kong-kong kenapa
dia ditahan? Dia luar biasa, berani dan pandai sekali!" "Hushh! Dia
orang Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es, dia murid Han Ti Ong, karena itu dia
adalah musuh kita. Mengerti?" Anak perempuan itu cemberut, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan kakek itu sambil
bersungut-sungut sedangkan kakeknya tertawa bergelak dengan hati senang. Dia
lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberi isyarat memanggil seorang
kepercayaannya, lalu berbisik-bisik sambil tersenyum-senyum. Pembantunya juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertawa, mengangguk-anguk lalu pergi.
Kakek ini, ketua Pualu Neraka yang memiliki kepandaian tinggi, sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak curiga kepada cucunya sendiri,
tidak tahu bahwa cucunya itu tadi menyelinap dan mendengarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perintah yang dia berikan kepada orang
kepercayaannya. Sin Liong adalah seorang pemuda yang tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai prasangka buruk terhadap
orang lain. Dia belum banyak mengenal kepalsuan watak manusia dan biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap orang-orang Pulau Neraka, dia
tetap menaruh kepercayaan. Maka diapun percaya penuh akan kata-kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Pulau Neraka dan dengan suka rela
dia menyerahkan diri, tidak melawan ketika digiring memasuku kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahanan! Setelah berada di dalam kamar
di bawah tanah yang sempit itu, dengan jendela dan besi dari baja, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruji baja yang kuat memenuhi jendela
sebagai jalan hawa, dia segera duduk besila. Dia tak menaruh khawatir akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keadaan dirinya, akan tetapi dia merasa
gelisah mengapa sumoinya belum tiba di Pulau Neraka? Dia percaya bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Pulau Neraka tidak membohonginya.
Kalau benar bahwa Swat Hong telah berada di Pulau Neraka, tentu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti ini sikap mereka terhadap
dirinya. Kalau begitu, jelas bahwa Sumoinya belum tiba di Pulau Neraka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> padahal telah berangkat lebih dahulu.
Ke manakah perginya sumoinya itu? Tengah malam telah lewat dan keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sunyi sekali dalam kamar tahanan itu.
Tidak ada penjaga di luar pintu atau jendela, akan tetapi dia tahu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di pintu masuk lorong tahanan itu
terdapat beberapa orang penjaga yang selalu siap dengan senjata di tangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba dia mendengar suara wanita
yang marah-marah di sebelah luar dan suara para penjaga ketakutan. "Kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani melarangku masuk?"
terdengar suara wanita itu. "Nona, tahanan ini adalah orang penting!
dan...." "Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kauanggap aku bukan orang penting?
Kaukira aku mau apa? Aku mau mengejeknya dan memakinya, dia adalah musuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besarku. Apakah kau berani melarangku?
Coba kau melarang dan aku akan mengatakan kepada Kong-kong bahwa kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani kurang ajar kepadaku hendak
menggodaku, aku mau melihat apakah kepala kalian masih akan menempel di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> leher!" "Ah, tidak... bukan
begitu...." "Maafkan, Nona...." "Silahkan masuk,
silahkan;;;;" "Awas kalau ada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikuti aku dan mengintai, berarti
dia mau kurang ajar dan akan kuberitahukan kepada Kong-komg!" Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah menduga siapa wanita yang bicara
di luar dan ribut-ribut dengan para penjaga itu, akantetapi begitu dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu muncul di bawah sinar lampu di luar
ruji jendelanya, hampir saja dia berteriak memanggil karena mengira<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa Swat Hong yang muncul itu. Di bawah
sinar lampu yang tidak begitu terang memang gadis cucu ketua Pualu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka ini hampir sama dengan Swat
Hong. Setelah melihat jelas bahwa yang datang adalah cucu ketua Pulau Neraka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengingat akan kata-kata gadis ini
di luar tadi bahwa kedatangannya dengan niat mengejek dan memakinya, Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong tetap duduk bersila dan bahkan
memejamkan matanya, pura-pura tidur. "Ssssttt..." Sin Liong tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab, bergerak sedikitpun tidak. Perlu
apa melayani seorang bocah yang hanya datang hendak mengejek dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memakinya? Demikian pikirnya sungguhpun
hatinya terasa tidak enak juga harus mendiamkan saja orang yang susah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> payah datang sampai ribut mulut dengan
para penjaga. Tentu akan kecewa hatinya, pikir Sin Liong dan diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mengintai dari balik bulu matanya
yang direnggangkanya sedikit. "Pssstttt... kau tidak tidur, bulu matamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak-gerak, jangan kautipu
aku...." anak perempuan itu berkata lagi dengan suara bisik-bisik dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meruncingkan bibirnya di antara
ruji-ruji jendela. Sin Liong menarik napas panjang dan membuka matanya.
"Hah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau boleh mengejek dan memaki sesukamu,
kemudian pergilah agar aku dapat mengaso benar-benar," katanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hi-hik!" Gadis itu menahan
ketawanya, menutupi mulutnya yang kecil. "Kiranya engkau sama bodohnya
dengan para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjaga itu, percaya saja apa yang
kukatakan apa yang kukatakan di luar tadi!" Sin Liong bangkit berdiri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghampiri jendela kamar tahanan.
Mereka saling berhadapan dan saling pandang melalui ruji-ruji jendela.
"Apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kaumaksudkan, Nona?" Mulut
yang tersenyum itu kini cemberut dan terdengar suaranya manja, "Kau tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyebutkan Adik yang manis. Mengapa
sekarang menjadi Nona? kau benar pandai mengecewakan hati orang!" Mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mau Sin Liong tersenyum. Bocah
ini manja dan lincah, mengingatkan dia kepada Han Swat Hong. Banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> persamaan antara kedua orang perempuan
itu. "Baiklah, Adik yang manis. sebenarnya, mau apa kau datang ke sini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau bukan untuk mengejek dan memaki
aku yang dianggap musuh oleh kakekmu?" "Aku datang untuk
bercakap-cakap."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hemm, waktu dan tempatnya tidak
tepat untuk bercakap-cakap. Aku adalah seorang tahanan dan engkau adalah cucu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> To-cu di sini, tempat ini di kamar
tahanan yang kotor dan sempit dan sekarang sudah lewat tengah malam. Harap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau kembali ke kamarmu dan tidur
yang nyenyak. jangan-jangan kau akan dimarahi Kong-kongmu." "Aku
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut! Aku sengaja datang ke sini untuk
bercakap-cakap denganmu. Siapa berani melarangku?" Sikapnya menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> galak, matanya bersinar-sinar dan Sin
Liong menarik napas panjang. Sejak lama dia memperoleh kenyataan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ganjilnya watak wanita. Dia melihat
watak-watak yang aneh dan sukar dimengerti yang dilihatnya pada diri Sia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Gin Hwa yang menyeleweng dari suaminya,
berjinah dengan Lu Kiat, pada diri Liu Bwee ibu Swat Hong yang tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> periang lalu berubah pemurung dan
berhati begitu sabar dan mengalah terhadap suaminya yang menyakitkan hatinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pada diri The Kwat Lin yang juga amat
berubah setelah menjadi istri raja, pada diri Swat Hong yang telah nekad<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuang diri ke Pualu Neraka, dan kini
dia berhadapan dengan seorang gadis yang juga berwatak aneh sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Baiklah, jangan marah karena
tidak ada yang melarangmu di sini. Kalau kau ingin bercakap-cakap, nah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bercakaplah dan aku akan
mendengarkan." Gadis itu melongo. "Bercakap apa?" Diam-diam Sin
Liong merasa geli.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Benar-benar seorang gadis yang masih
seperti kanak-kanak dan mungkin semua sikapnya tadi, ketika bergembira dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika marah, tidaklah setulusnya hati
maka demikian mudah berubah. "Bercakap apa saja sesukamu, misalnya siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namamu, siapa pula nama Kong-kongmu dan
keadaan di pulau ini dan lain-lain." Wajah itu berseri kembali, gembira<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah ingat bahwa sesungguhnya banyak
sekali bahan untuk dibicarakan. "Namaku Soan Cu, Ouw Soan Cu...."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Namamu indah." Sin Liong
memuji untuk menyenangkan hatinya. Dan memang hati Soan Cu senang sekali
mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pujian ini. "Benarkah? Benarkah
namaku indah?" Dengan penuh gairah dia lalu menceritakan riwayatnya secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> singkat. Ketua atau Majikan Pulau Neraka
itu bernama Ouw Kong Ek bukanlah seorang buangan dari Pulau Es,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melainkan keturunan orang buangan yang
semenjak ratusan tahu menjadi ketua di situ karena memiliki ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian tinggi. Kakek dari Ouw Kong
Ek, seorang buangan dari Pulau Es yang berilmu tinggi, adalah seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertama yang menjadi "Ketua"
di Pulau Neraka, kemudian menurunkan kedudukan ini kepada anaknya sampai kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Kong Ek. Ouw Kong Ek sendiri
mengambil seorang buangan dari Pulau Es, seorang bekas pelayan permaisuri Raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es yang dijatuhi hukuman buang
karena fitnah dan sesungguhnya dia tidak mau melayani seorang pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tergila-gila kepadanya, menjadi
istrinya mempunyai seorang anak laki-laki yang bernama Ouw Sian Kok. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi istrinya meninggal dunia ketika
Ouw Sian Kok menikah dengan seorang gadis Pulau Neraka dan Ketua Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka ini tinggal menduda. Dia
mencurahkan pengharapanya kepada putera tunggalnya yang mewarisi semua ilmunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan yang diharapkan kelak akan
menggantikan kedudukanya kalau dia sudah mengundurkan diri. Namun nasib buruk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menimpa keluarga Ouw. Ketika istri Ouw
Sian Kok melahirkan seorang anak, yaitu Soan Cu, ibu muda ini meninggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dunia. Ouw Sian Kok demikian berduka
sehingga ingatannya terganggu, menjadi gila dan melarikan diri dari Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka, tak seorangpun tahu kemana
perginya orang gila itu. "Demikianlah riwayatku yang tidak
mengembirakan,"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
Soan Cu mengakhiri ceritanya. Sejak kecil aku tidak pernah melihat wajah
ibu dan ayahku. Ayah sampai sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak pulang dan tidak ada yang tahu
berada di mana. Aku dipelihara dan dididik oleh Kong-kong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengharapkan kelak aku menggantikan
kedudukan ketua di sini. Akan tetapi aku tidak sudi!" "Mengapa tidak
suka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu?" "Siapa sudi
mengurusi orang-orang gila itu! Mereka semua gila dan jahat, karena itu aku
suka kepadamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong. Engkau lain dari pada mereka,
engkau berani dan baik. Maka aku datang untuk menolongmu. Ketahuilah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebentar lagi, kalau kau dikira sudah
tidur, engkau akan dibunuh!" Sin Liong terkejut akan tetapi tetap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersikap tenang. "Benarkah?
Mengapa aku dibunuh? Bukankah Kongkongmu berjanji bahwa kita akan berjanji akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menunggu sampai Sumoiku tiba di Pulau
Neraka?" "Uhh, kau percaya kepada Kong-kong! Hmm, dia hanya
membohong."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ah, mengapa begitu? Sebagai
seorang ketua tidak sepatutnya kalau dia menipu." "Membohong dan
menipu merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pebuatan yang menguntungkan dan bahkan
dianggap baik dan layak di sini! itu adalah tanda dari kecerdikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seseorang!" "Pantas kau tadi
pun membohongi penjaga." Sin Liong mencela. "Memang, kalau tidak
membohong, mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bisa masuk dengan mudah? Dan kau tentu
akan celaka kalau akau tidak membohong." "Hmmm..., alasan dicari-cari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan ngawur. Jadi mereka hendak
membunuhku? Mudah saja, apa dikira aku begitu mudah dibunuh?" "Kau
tidak tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kecerdikan Kong-kong, Sin Liong. Kalau
digunakan kekeras, agaknya kau akan melawan dan sudah melihat kau tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah lihai. Akan tetapi, mereka akan
mengerahkan binatang-binatang berbisa untuk mengeroyokmu dan membunuhmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di kamar sempit ini! Kalau segala macam
ular, kalajengking, kelabang, lebah dan lain binatang berbisa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> datang memenuhi tempat ini dan
mengeroyokmu, apa yang akan dapat kaulakukan untuk menyelamatkan diri?"
"Hemm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku akan berusaha membela diri, kalau
aku gagal, aku akan mati dan habis perkara. tidak ada hal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggelisahkan hatiku." "Kau
sombong! Kau tidak minta tolong kepadaku?" "Andaikata aku minta
tolong juga, kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau tidak mau menolong, apa artinya?
Tanpa kuminta sekalipun, kalau kau mau menolong, bagaimana caranya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sudahlah, kau hanya akan menyusahkan
dirimu sendiri saja, Soan Cu. Betapapun juga terima kasih atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedatanganmu dan kebaikan hatimu. Kau
seorang dara yang cantik dan baik budi, sayang kau berada diantara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang liar itu. Pergilah, jangan
sampai kakekmu melihat engkau berada disini." Soan Cu mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah bungkusan. "Inilah yang
akan menyelamatkanmu. Kaupergunakan obat bubuk ini untuk menggosok semua kulit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhmu yang tampak, dan sebarkan
sebagian di sekelilingmu. Tidak akan ada seekor pun binatang berbisa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani datang mendekat, apalagi
menggigitmu. Nah, sebetulnya kedatanganku hanya untuk menyerahkan ini, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi kita terlanjur ngobrol panjang
lebar. Selamat tinggal, Sin Liong." Sin Liong menerima bungkusan itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengulurkan tangan dari antara ruji
jendela dan memegang lengan dara itu. "Nanti dulu, Soan Cu." Ada apa
lagi?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Gadis itu membalikan tubuh dan mereka
saling berpegangan tangan. Hal ini dilakukan oleh Sin Liong karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa terharu juga oleh pertolongan
yang sama sekali tidak disangka-sangka itu. "Soan Cu, tahukah engkau apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang akan terjadi padamu kalau sampai
Kong-kongmu mengetahui akan perbuatanmu ini?" "Menolong engkau? Ah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paling-paling dia akan
membunuhku!" "Hemm, begitu ringan kau memandang akibat itu? Soan Cu,
mengapa kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan ini untukku? Mengapa kau
menolongku dengan mempertaruhkan nyawa?" "Sudah kukatakan tadi. Kau
lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari pada semua orang yang kulihat di
pulau ini. Aku suka padamu dan aku tidak ingin mendengar apalagi melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau mati. Sudahlah, hati-hati
menjaga dirimu, Sin Liong!" Gadis itu meloncat dan berlari keluar. Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdiri temenung sejenak, kemudian kembali
ke tengah kamar tahanan dan duduk bersila menenangkan hatinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Andaikata tidak ada Soan Cu yang datang
memberikan obat penawar dan pengusir binatang berbisa, dia pun tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kan gentar dan belum tentu dia akan
celaka oleh binatang-binatang itu, sungguhpun dia sendiri belum mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayangkan apa yang akan dilakukanya
kalau serangan itu tiba. Apalagi sekarang ada obat bubuk itu. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teringat betapa penghuni Pulau Neraka
dapat menjelajahi hutan yang penuh binatang berbisa dengan enaknya karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh mereka sudah memakai obat
penawar. Agaknya inilah obat penawar itu. Dia membuka bungkusan dan melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> obat bubuk berwarna kuning muda yang
tidak akan kentara kalau dioleskan di kulit tubuhnya. Sin Liong bersila<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mengatur pernapasan, melakukan
siulian (samadhi) lagi. Pendengarannya menjadi amat terang dan tajam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga dia dapat menangkap suara
mendesis dan suara yang dikenalnya sebagai suara lebah yang datang dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh, makin lama makin mendekat itu.
Tahulah dia bahwa apa yang diceritakan oleh Soan Cu memang tidak bohong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sekali ini agaknya anak itu tidak
membohong! Maka dia lalu membuka bungkusan, menggosok kulit tubuhnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak tertutup pakaian dengan obat itu.
Mukanya sampai ke leher, tangan dan kakinya, digosoknya sampai rata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kemudian sambil membawa bungkusan yang
terisi sisa obat itu, dia menanti. Tak lama kemudian, suara itu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> makin dekat dan tiba-tiba saja munculah
mereka! Diam-diam Sin Liong bergidik juga. Tentu dia akan melompat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau saja dia tidak mempunyai obat
penolak itu. Dari bawah pintu, puluhan ekor ular kecil dan kelabang besar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalajengking yang besarnya sebesar ibu
jari, merayap dengan cepat memasuki kamar, berlomba dengan lebah-lebah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> putih yang beterbangan masuk melalui
jendela. Sin Liong cepat menyebarkan bubuk obat ke sekeliling di atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lantai, dan menaburkan sebagian ke
atas, ke arah lebah-lebah yang berterbangan. Dia tersenyum kagum melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akibatnya. Semua binatang berbisa itu,
dari yang paling kecil sampai yang paling besar, tiba-tiba serentak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalik saling terjang dan saling
timpa, lari cerai berai meninggalkan kamar. Lebah-lebah putih juga terbang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan kacau, menabarak dinding dan
banyak yang jatuh mati, yang sempat terbang keluar jendela saling tabrak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti mabok, dan sebentar saja suara
binatang-binatang itu sudah menjauh. Akan tetapi mendadak Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat berdiri ketika medengar suara
lain yang membuat jantungnya berdebar,. Suara seorang wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaki-maki, "Iblis kalian semua!
Manusia-manusia gila! Kalau tidak dapat membasmi kalian, jangan sebut aku Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong!" Sin Liong meloncat ke
arah jendela, kedua tangannya bergerak dan terdengar suara keras ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ruji-ruji jedela jebol semua. Dia
meloncat dan keluar dari kamarnya, terus berlari keluar melalui lorong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setibanya di luar, tampaklah olehnya
Swat Hong berdiri tegak dengan kedua tangan bertolak pinggang, dua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anggota Pulau Neraka roboh dan
mengaduh-aduh di bawah sedangkan belasan orang lain mengurung gadis itu. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong menggeleng-geleng kepala.
Sumoinya memang galak dan pemberani. Bukan main gagahnya. Dikurung oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang-orang Pulau Neraka itu masih
enak-enak saja, bahkan tidak mencabut pedang, padahal semua yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengurungnya memegang senjata.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Heiii! Mundur kalian, jangan
ganggu dia!!" Sin Liong sudah meloncat ke depan. "Kau yang mundur!
Mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ikut-ikut keluar?" Swat Hong
membentak dan memandang Sin Liong dengan mata mendelik. "Ehh? Sumoi...?
Aku hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ingin menolongmu." "Siapa
membutuhkan pertolonganmu? kembalilah ke kamar tahananmu itu dengan ...
dengan..."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi Swat Hong tak dapat
melanjutkan kata-katanya karena kini orang-orang Pulau Neraka telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeroyoknya. "Wuuuttt...
siuuuuttt!" Tubuh Swat Hong sudah menyambar ke sana-sini, selain mengelak
dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serbuan banyak senjata itu, juga untuk
mengirim serangan serangan balasan dengan tangan dan kakinya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak cepat sekali. Bukan main
hebatnya Swat Hong yang bergerak cepat dan yang didorong oleh perasaan marah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Dia memang marah, bukan marah
kepada orang-orang Pulau Neraka, melainkan marah kepada... Sin Liong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiranya tanpa diketahui oleh Sin Liong
sendiri, sudah sejak tadi Swat Hong tiba di tempat itu, menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya menyelundup sehingga
tidak diketahui para penjaga dan dia telah dapat mendengarkan percakapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> antara suhengnya dan Soan Cu. Hatinya
menjadi panas! Dia sendiri tidak tahu akan hal ini, tidak sadar mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menjadi tidak senang mendengar
betapa suhengnya bercakap-cakap dengan ramah bersama seorang gadis! karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, niatnya untuk menolong suhengnya
menjadi buyar dan dia hanya menonton saja ketika suhengnya diserbu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang berbisa dan dapat menolong
diri dengan obat penolak yang diberikan oleh Soan Cu. Ketika Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah menyaksikan ibunya dijatuhi
hukuman buang melarikan diri dari Pulau Es, dara ini segera berlayar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan sebuah perahu Pulau Es.
Tujuannya memang hendak membuang diri ke Pulau Neraka menggantikan ibunya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan terutama hal ini dilakukannya
sebagai protes kepada ayahnya. Akan tetapi karena dia belum pernah pergi ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau tempat buangan itu, dan pula
karena sudah jauh meninggalkan Pulau Es dia mulai merasa gelisah dan ngeri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memikirkan keadaan Pulau Neraka yang
kabarnya amat berbahaya itu, maka dia tersesat jalan, mendarat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau-pulau kosong sekitar Pulau
Neraka. Akhirnya dia melihat dari jauh perahu Sin Liong meluncur di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gumpalan-gumpalan es yang menggunung. Dia
merasa heran sekali melihat suhengnya dan merasa khawatir kalau-kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suhengnya itu mengejarnya atas suruhan
raja untuk memaksanya kembali ke Pulau Es. Maka diam-diam ia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikuti dari jauh sampai akhirnya dia
melihat suhengnya mendarat di Pulau Neraka. Dengan menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaianya. Swat Hong berhasil pula
mendarat di Pulau Neraka. Dia tidak khawatir akan serangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang-binatang berbisa, karena
sebelum berangkat Swat Hong membawa batu mustika hijau yang dia dapat dahulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari ayahnya. Di bagian tertentu di
dasar laut dekat Pulau Es terdapat batu mustika hijau ini yang amat sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> didapat dan hanya beberapa orang
penghuni Pulau Es saja yang berhasil mendapatkannya. Batu mustika hijau ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung khasiat yang mujijat
terhadap ular berbisa dan semua binatang berbisa, selalu ditakuti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> binatang-binatang itu, juga dapat
dipergunakan untuk mengobati luka terkena gigitan binatang berbisa. Maka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan batu mustika ditangannya, dengan
mudah Swat Hong dapat memasuki Pulau Neraka tanpa mendapat gangguan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedikit pun dari binatang berbisa yang
hidup di pulau itu. Ketika Swat Hong tiba di tengah pulau, dia sempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat sinar, maka dia menanti sampai
larut malam dan menyelundup ke dalam tempat tahanan, dengan maksud<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolong suhengnya, akan tetapi tanpa
disengaja dia dapat mendengarkan percakapan antara suhengnya dengan Soan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Cu. Inilah yang membuat hatinya menjadi
panas sehingga ketika dia ketahuan para penjaga dan dikroyok, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolak keras bantuan Sin Liong! Tentu
saja Sin Liong menjadi terheran-heran melihat sikap sumoinya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang dengan alis berkerut dan hati
khawatir. Sudah ada enam orang pengeroyok terguling roboh oleh gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki tangan Swat Hong yang marah itu,
padahal dara itu belum mencabut pedangnya. Dapat dibayangkan betapa akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebatnya kalau dara itu sudah
menggunakan senjata! "Sumoi, tahan...!" Dia meloncat maju.
"Singgg...! Mundur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau!" Sin Liong terkejut melihat
sumoinya mencabut pedang! Dan pada saat itu, terdengar bentakan keras,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Siapakah gadis cilik itu berani
mengacau disini? Ahhh, Kwa Sin Liong, engkau berani lolos dari tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahanan?" Yang datang adalah Ouw
Kong Ek, ketua Pulau Neraka! Tentu saja ketua ini tidak mengenal Swat Hong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaliknya, dara itupun tidak mengenal
kakek berkepala besar ini, maka dia memandang rendah dan membentak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Siapa kau? Kalau sudah bosan
hidup, majulah!" Dara itu dengan gerakan gagah melintangkan pedangnya di
depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dada. Sin Liong cepat melangkah maju.
Dia tahu betapa lihainya kakek ini, maka untuk mencegah pertempuran, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat berkata, "Tocu, jangan salah
sangka.Dia adalah sumoiku, dia adalah puteri Suhu, Raja dari Pulau Es!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Semua orang terkejut mendengar ini dan
para pengurung melangkah mundur dengan mata terbelalak. Betapapun juga,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> nama Raja Pulau Es masih merupakan nama
ampuh dan selain dibenci, juga amat ditakuti oleh mereka. Tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai puteri Raja Pulau Es, dara itu
merupakan musuh yang dibenci dan juga ditakuti. Pantas saja dara itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian lihai, pikir mereka. Hati
mereka gentar. Tidak demikian dengan Ouw Kong Ek. Dia memandang Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tertawa bergelak. "Ha-ha-ha,
jadi dia inikah puteri Raja Pulau Es? Puteri Han Ti Ong? Bagus, hayo tangkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia hidup-hidup!" perintahnya
kepada para pembantunya yang segera melompat ke depan. "Tahan dulu!"
Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah mengangkat tangan kanannya ke
atas. Semua orang, termasuk Ouw Kong Ek sendiri, memandang pemuda ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Betapapun juga mereka maklum bahwa
pemuda ini lihai sekali, buktinya penyerbuan binatang-binatang berbisa untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membunuhnya di dalam kamar tahanan
telah gagal, bahkan binatang-binatang itu lari cerai berai dan kini pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sudah lolos dari dalam penjara.
"Ouw-tocu, seperti sudah kuceritakan kepadamu, biarpun sumoi adalah puteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Raja Han Ti Ong, akan tetapi ia
menentang Ayahnya dan mewakili Ibunya dihukum ke Pulau Neraka. Dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memusuhi Pulau Neraka...."
"Ha-ha-ha, apa pun yang kaukatakan, dia tetap adalah puteri Han Ti Ong,
musuh besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami. Mana kami dapat percaya kepada
kalian, puteri dan murid Han Ti Ong? Tangkap mereka!" "Nanti dulu,
Tocu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mengapa engkau melanggar janji? Aku
sudah mengatakan bahwa kedatanganku ke pulau ini hanya untuk mencari Sumoi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan ternyata sekarang Sumoi telah tiba
di sini, maka harap Tocu bersikap bijaksana dan membiarkan kami pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari tempat ini." "Hai, Kakek
berkepala besar yang tolol! Kau mudah saja dibohongi Suheng! Kami memang datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk membasmi iblis-iblis di Pulau
Neraka. Nah, kau mau apa?" "Sumoi!" Sin Liong membentak kaget
dan cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata kepada ketua Pulau Neraka,
"Tocu, jangan dengarkan dia. Agaknya dia telah mengalami tekanan batin
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat sehingga mengeluarkan kata-kata
kacau balau tidak karuan." Swat Hong mengangkat dada, menegakan kepalanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menghadapi Sin Liong dengan mata
mendelik dan berkata lantang, "Apa? Kau mau bilang bahwa aku telah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gila?" "Sumoi, kalau kau
bicara seperti tadi, membohong tidak karuan, memang agaknya kau telah gila?"
"Kau yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gila! Kau yang tidak waras dan berotak
miring! Kalau aku membohongi iblis-iblis ini, apa hubungannya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau?" Sin Liong benar-benar
menjadi bingung. Biasanya Swat Hong bersikap manis kepadanya dan biarpun dia
tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dara ini berhati keras, akan tetapi
belum pernah bersikap sekeras itu kepadanya. Tiba-tiba muncul Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berkata kepada kakeknya, suaranya
nyaring sehingga terdengar oleh semua orang. "Kong-kong, apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikatakan Sin Liong memang benar! Dia
beriktikad baik terhadap kita, Kong-kong. Malam tadi aku datang kepadanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk mengejeknya, akan tetapi dia
sebaliknya malah menunjukkan bahaya maut yang mengancam diriku." Kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut. "Bahaya maut? Apa maksudmu?"
"Sin Liong ternyata memiliki ilmu pengobatan yang lihai sekali. begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat aku, dia mengatakan bahwa aku
terserang hawa beracun dari sebelah dalam dan jika tidak diobati dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tepat, dalam waktu kurang dari setahun
aku tentu akan mati." "Hahh...??" Kakek itu dan semua
pembantunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbelalak kaget memandang dara itu
yang bersikap sungguh-sungguh. "Dan dia memang benar. Dia mengantakan
bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setiap tengah malam aku tentu merasa
pening dan dibagian punggung seperti ditusuk-tusuk jarum, kalau pagi kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kaki pegal-pegal dan sehabis makan
tentu merasa mual hendak muntah. Semua yang dikatakanya itu ternyata tepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, Kong-kong." Berubah wajah
kakek itu. Soan Cu adalah seorang yang amat disayangnya, bahkan disayang oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantunya karena dara inilah yang
akan mewarisi seluruh ilmu kepandaiannya dan yang akan menggantikannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi Ketua Pulau Neraka. Tentu saja
mendengar bahwa usia Soan Cu hanya tinggal setahun, dia terkejut bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main dan cepat memandang kepada Sin
Liong. Sin Liong sendiri bengong dan terheran-heran. Akan tetapi ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang Soan Cu ketika kakek itu
membalik dan menghadapinya, dia melihat dara itu secara lucu telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejapkan mata kirinya, maka
mengertilah dia bahwa dara itu kembali membohong! Membohong dengan cerdik bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main dalam usahanya untuk menolongnya!
"Kwa Sin Liong, benarkah cucuku diancam hawa beracun? Benarkah??"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Melihat sikap Sin Liong meragu, agaknya
sukar bagi pemuda itu untuk membohong maka Soan Cu cepat berkata lagi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Kong-kong, dia mengatakan bahwa
dia dapat memberikan obatnya, akan tetapi dia hanya mau memberi obat kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan sumoinya dibebaskan dari sini.
Terserah kepada Kong-kong berat aku atau berat mereka itu." Swat Hong
sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hampir membuka mulutnya memaki dara itu
yang dia tahu telah membohong. Dia sendiri mendengar percakapan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dara itu sama sekali tidak sakit,
bahkan telah memberi obat penolak binatang beracun kepada Sin Liong, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyatakan betapa dara tak tahu malu
itu amat suka dan kagum kepada Sin Liong, maka datang menolongnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sekarang dara itu mengatakan hal yang
bukan-bukan! Akan tetapi, ketika mendengar ucapan terakhir dari Soan Cu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahulah dia bahwa dara itu kini
membohong untuk menolong Sin Liong dan dia terbebas dari Pulau Neraka!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kenyataan ini membuat dia bungkam
kembali. Betapa baiknya dara itu dan betapa akan buruknya dia kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membongkar rahasia gadis itu. Tentu Sin
Liong akan makin kagum kepada Soan Cu dan makin benci kepadanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pikiran inilah yang membuat dia
membungkam dan tidak melanjutkan niatnya untuk membantah Soan Cu. Hati kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu makin bingung. Lenyaplah semua
nafsunya untuk menawan Sin Liong dan Swat Hong. Dia memandang Sin Liong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya, "Orang muda, benarkah
engkau dapat menyelamatkan cucuku?" Kini Sin Liong yang menjadi bingung.
Pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini sama sekali tidak pernah membohong
dan hatinya tidak akan dapat membohong, namun dia tahu bahwa kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyangkal kata-kata Soan Cu, sama saja
mencelakakan gadis yang berniat baik kepadanya itu. Maka dia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab dengan suara ragu-ragu dan
perlahan, "Aku dapat memberi obat pembersih darah dan penguat tulang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya, Tocu." "Dan kau
menjamin bahwa cucuku tentu akan sembuh dan terhindar dari ancaman maut hawa
beracun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di tubuhnya itu?" Kakek itu
mendesak. "Kong-kong mengapa tidak percaya kepadanya? lekas minta obatnya
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau yang harus menjamin bahwa dia
dan sumoinya tidak akan diganggu," kata Soan Cu. Kakek berkepala besar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meraba-raba jenggotnya.
"Hemmm,harus ada buktinya dulu. Kwat Sin Liong, mulai saat ini engkau dan Sumoimu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteri Han Ti Ong harus tinggal di
pulau ini sebagai tamu sambil menanti hasil pengobatanmu kepada cucuku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau kau gagal mengobatinya, hemmm,
aku tidak akan mengampuni kalian berdua. Kalau cucuku sembuh, barulah kita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bicara lagi." Sin Liong
mengerutkan alisnya hendak membantah peraturan yang berat sebelah ini, akan
tetapi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat Soan Cu mengedipkan mata
kirinya maka dia menarik napas panjang dan mengangguk lalu berkata, "Harap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sediakan alat tulis, biar kulukiskan
bentuk daun yang harus dicari." Sin Liong lalu melukiskan beberapa macam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daun yang mudah dicari dan yang
mempunyai khasiat biasa saja, yaitu sekedar penambah kekuatan tubuh. Ouw Kong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ek lalu menyuruh seorang pembantunya untuk
mencari daun-daun yang dilukis itu di pulau sebelah Pulau Neraka di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana terdapat banyak tetumbuhan. Adapun
Sin Liong dan Swat Hong lalu diperlakukan sebagai tamu terhormat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan disediakan dua kamar yang bersih
untuk mereka, dilayani baik-baik dan tentu saja di samping pelayanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, para pelayan yang terdiri dari
pembantu-pembantu ketua, bertugas pula sebagai penjaga! "Kuperingatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada kalian agar menanti sampai
cucuku sembuh. Lari pun tidak akan ada gunanya bagi kalian karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu-perahu kalian telah kami simpan
dan di sekeliling Pulau Neraka tidak akan ada perahu sebuah pun. Tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perahu, bagaimana kalian akan dapat
meninggalkan pulau ini?" Demikinan pesan Ouw Kong Ek sebelum dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan dua orang itu sehingga
Swat Hong menjadi mendongkol sekali dan hampir saja dia memaki-maki ketua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu kalau tidak ditahan oleh Sin Liong
yang memegang lengannya. Setelah ketua itu meninggalkan mereka berdua di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam pondok di mana mereka untuk
sementara tinggal, Sin Liong menegur sumoinya , "Sumoi, mengapa kau
bersikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti itu?" "Suheng, aku
tidak nyangka sama sekali akan menyaksikan engkau yang terkenal alim kini
bermain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gila dengan gadis puteri ketua Pulau
Neraka. Huhh!" Sin Liong mengerutkan alisnya dan memandang tajam kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya,hatinya bertanya mengapa
sumoinya memperhatikan soal begitu, padahal sama sekali tidak ada sangkut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> paut dengan sumoinya. "Sumoi,
engkau tahu betul bahwa Nona Ouw Soan Cu melakukan hal itu demi menolong kita.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapakah yang main-main dengan
dia?" "Hemm, apa kaukira aku tidak tahu betapa dia suka kepadamu dan
sengaja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangi kamar tahananmu untuk
merayumu?" "Sumoi! jadi sudah selama ini kau berada di sini? Dan aku
diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja? Sumoi, mengapa kau menyangka yang
bukan-bukan? Kalau kau sudah tahu akan kunjungannya itu, tentu kau tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga bahwa dia datang untuk memberi
obat penolak binatang-binatang berbisa. Sumoi, kita semestinya berterima<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasih kepadanya, dia bermagsud baik
bahkan tidak segan-segan membohong kepada Kong-kongnya demi keselamatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita." "Ya, ya, memang dia
baik sekali dan cantik sekali. Siapa yang tidak tahu?" "Sumoi...,
harap jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah. Dia adalah seorang gadis yang
bernasib buruk sekali, ibunya meninggal ketika melahirkan dia, ayahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi entah kemana dan sampai kini
belum kembali..." "Memang, dia seorang gadis bernasib buruk yang
patut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikasihani, tidak seperti aku..."
dan Swat Hong lalu menelungkupkan muka di atas meja dan menangis! Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut, beberapa kali hendak memegang
lengan sumoinya akan tetapi ditahannya tangannya. "Aihh... Sumoi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau pun bernasib buruk, dan aku
merasa kasihan sekali kepadamu. Karena aku merasa kasihan aku menyusulmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi, diamlah jangan menangis. Apakah
Sumoi telah bertemu dengan Ibumu?" Swat Hong seketika berhenti menangis,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkat mukanya yang basah air mata
dan memandang kepada Sin Liong. Pemuda itu merasa kasihan sekali, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan saputangannya dan mengapus
air mata yang membasahi muka gadis itu. "Suheng...apa maksudmu? Apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang terjadi dengan dia? Bukankah ibu
berada di Pulau Es dan aku sudah mewakilinya?"Mendengar tentang ibunya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seketika lupalah Swat Hong akan
kemarahan dan kedukaan hatinya sendiri. "Ibumu juga telah pergi
meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es..." dengan singkat Sin
Liong lalu menceritakan apa yang terjadi setelah gadis itu lari pergi dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es, betapa ibunya juga pergi,
tidak mau disuruh tinggal di Pulau Es setelah puterinya membuang diri ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka. "Aku tadinya
mengharapkan engkau dapat bertemu dengan ibu maka aku tidak melihatmu di
sini,Sumoi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jadi engkau belum bertemu dengan
ibumu?" Gadis itu mengerutkan alisnya dan menggeleng kepala, kelihatan
muram<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajahnya mendengar akan kepergian
ibunya. "Ah, kalau begitu ke manakah perginya ibumu?" Sin Liong
termenung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diam-diam dia pun merasa prihatin
sekali akan nasib wanita itu. Tiba-tiba Swat Hong berdiri dan mengepal tinju,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mukanya agak pucat ketika dia berkata,
"Aku mau pergi dari sini sekarang juga! Aku harus mencari ibu sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketemu, dan aku tidak akan kembali ke Pulau
Es! Aku tidak akan sudi menggantikan ibu di Pulau Neraka ini pula.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bukankah ibu sudah meninggalkan Pulau
Es sehingga percuma saja aku mewakilinya?" "Nanti dulu, Sumoi, kau
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bisa pergi begitu saja. Tentu mereka
akan menghalangimu!" "Aku tidak takut! Yang menghalangi aku akan
kubunuh!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sabarlah, Sumoi. Perlu apa kita
mencari permusuhan dengan mereka yang berjumlah banyak? Bukan soal takut atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak takut, akan tetapi mereka adalah
manusia-manusia yang bernasib buruk sekali, dipaksa tinggal di tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti neraka ini. Bahkan mereka boleh
dibilang senasib dengan ibumu dan denganmu sendiri. Selain itu ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manakah kita harus mencari ibumu? Kalau
kita berbaik dengan mereka, bukankah kemudian mereka dapat membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita mencari? Dengan tenaga banyak
orang kukira akan lebih mudah mencari Ibumu yang tidak jelas ke mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perginya itu." Swat Hong dapat
dibujuk dan akhirnya dia duduk di atas bangku sambil mengerutkan alisnya dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah muram. Betapapun juga, setelah dia
sadar bahwa cemburunya terhadap suhengnya dan Soan Cu tidak berdasar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini terasalah olehnya betapa hatinya
sesungguhnya merasa lega dan senang karena dapat bertemu dan berkumpul<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan suhengnya, apalagi di tempat
yang berbahaya ini. Beberapa hari telah lewat dan Soan Cu setiap hari minum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Obat" yang terbuat dair
daun-daun seperti yang dilukiskan oleh Sin Liong. Setiap hari kakenya bertanya
dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjawab bahwa penyakitnya yang
dideritanya, rasa nyeri seperti yang dinyatakan Sin Liong itu berangsur-angsur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sembuh! Girang bukan main hati kakek
itu, akan tetapi hati Swat Hong yang mendongkol melihat betapa Soan Cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seolah-olah mengulur waktu
"penyembuhannya"! Pada hari ke tujuh, Ouw Kong Ek dan Soan Cu
mendatangi pondok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat tinggal Sin Liong dan Swat Hong.
Dua orang muda dari Pulau Es ini memang sudah menunggu di depan pondok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan hati tidak sabar, menanti berita
kesembuhan total Soan Cu. Maka mereka menyambut ketua Pulau Neraka dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cucunya itu dengan penuh harapan itu,
melihat betapa wajah kedua orang pendatang itu berseri. Setelah tiba di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan mereka, Soan Cu segera berkata,
"Sin Liong, Kakek merasa berterima kasih sekali kepadamu dan menyetujui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau melanjutkan pengobatan dengan
menggunakan sinkang!" "Apa...?" Akan tetapi kata-kata Sin Liong
yang bingung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tidak mengerti itu segera diputus
oleh Soan Cu, "Bukankah dulu kaukatakan setelah beberapa hari minum obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penawar racun, kau akan melenyapkan
sama sekali hawa beracun itu dengan menggunakan sinkang menyedot keluar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hawa itu dari punggungku?" Ouw
Kong Ek tertawa. "Orang muda she Kwa. Kalau bukan engkau yang sudah
kupercaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh, tentu aku tidak mengijinkan
pengobatan ini. Akan tetapi aku sudah percaya kepadamu, maka silahkan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mudahmudahan saja dalam waktu singkat
cucuku akan sembuh sama sekali." Setelah berkata demikian, kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membungkuk ke arah Sin liong dan Swat
Hong, lalu meninggalkan cucunya. "Soan Cu, apa maksudmu?" Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segera berbisik menegur. "Huh,
tentu ingin berduaan denganmu di dalam kamar, apa lagi?" Swat Hong
mengejek.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Husshhh, harap kalian jangan
ribut-ribut, "bisik Soan Cu. "Mari kita masuk ke kamar dan bicara.
"Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggandeng tangan Sin Liong dan
diajaknya masuk. Melihat Swat Hong cemberut, Sin Liong berkata, "Sumoi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marilah." "Aku tidak sudi
menggangu kalian!" "Aih Enci Hong, mengapa begitu? Yang hendak
kubicarakan adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepentingan kalian berdua.
Marilah." Soan Cu berkata dan agaknya memang dara Pulau Neraka ini tidak
pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerti apa yang diejekan oleh Swat
Hong. Agaknya cara hidup di Pulau Neraka membuat dia kurang mengerti akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tata susila sehingga tak pernah merasa
melanggar sesuatu biarpun dia memasuki kamar berdua dengan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda. Sambil bersungut-sunggut
menyembunyikan rasa malunya bahwa dia telah menduga yang bukan-bukan, Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong ikut masuk. "Aku memang
berpura-pura, mengulur panjang waktu penyembuhan. Semua ini karena aku
mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa Kong-kong dan para pembantunya
tidak membebaskan kalian setelah aku sembuh." "Keparat! Kong-kongmu
memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan manusia baik-baik! pantas menjadi
ketua di Pulau Neraka! Aku akan menemuinya!" "Hushhh, Sumoi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bersabarlah, dan mari kita dengar
kata-kata Soan Cu." Dengan muka muram Swat Hong duduk lagi dan memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah Soan Cu. Wajah yang manis sekali,
pikirnya, manis dan polos. Pantaslah kalau andaikata Sin Liong jatuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cinta kepada gadis ini, pikirnya lagi
dan hatinya merasa berdebar penuh khawatir. "Kong-kong telah berjaga-jaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan mempersiapkan anak buahnya, menjaga
kalau-kalau kalian melarikan diri. Berbahaya sekali." "Habis
bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baiknya,Soan Cu?" "Ada
jalan," kata dara yang lincah dan cerdik itu. "Menurut pendengaranku
ketika Kong-kong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merundingkan di kamar rahasia bersama
para pembantunya yang paling dipercaya, Kong-kong tidak berniat buruk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada kalian. Setelah kau dapat
menyembuhkan aku, maka Kong-kong membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau ini. Dia hendak menahanmu agar
kau dapat mengobati setiap penghuni yang terserang penyakit. Adapun Enci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong ditahan di sini sebagai sandera,
untuk menahan kekuasaan Pulau Es." "Keparat....!" "Jangan
marah, Enci<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong. kurasa kita harus menghadapi
Kong-kong yang berwatak kasar dengan sikap dan akal halus. Kalau aku sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sembuh, yaitu kalau kunyatakan bahwa
aku sudah sembuh sama sekali, sedikit banyak Kong-kong tentu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berterima kasih. Kemudian
Liong-ko...heh, Sin Liong mengajarkan Kong-kong mengenal daun obat-obatan
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> janji akan membebaskan kalian. Kurasa Kong-kong
akan mau menerimanya karena sebenarnya yang dibutuhkan adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengetahuan tentang ilmu pengobatan
itu. Dengan demikian, kalau kalian meninggalkan pulau ini, kalian akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dianggap sebagai sahabat dan penolong.
Bagaimana?" "Kurasa baik juga akal ini," kata Sin Liong.
"Hemm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terserahlah,. Akan tetapi jangan ada
akal bulus di balik semua ini!" Swat Hong mengancam. Soan Cu menarik napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> panjang. "Enci Hong, harap jangan
mencurigai aku. Aku sudah menyesal sekali menjadi seorang yang terlahir di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat ini, dan aku ingin melanjutkan
cita-cita Ayah bundaku yang kabarnya dahulu juga selalu berusaha agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni Pulau Neraka tidak menjadi
orang liar yang tidak mengenal prikemanusiaan." Setelah berkata demikian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Soan Cu pergi meninggalkan pondok itu
dengan muka tunduk. "Seorang anak yang baik...." Sin Liong memuji
sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang tubuh dara itu yang melangkah
pergi meninggalkan pondok. "Maksudmu, seorang dara yang cantik dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbudi!" Tanpa menoleh Sin Liong
mengangguk. "Memang, dia cantik dan berbudi." Huh! Sudah kusangka
demikian!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong menoleh kaget dan memandang
wajah sumoinya, "Sumoi, apa maksudmu?" Swat Hong membuang muka.
"Hemm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak apa-ap. "Begitulah!"
lalu dia lari memasuki kamarnya, membanting daun pintu keras-keras. Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeleng kepalanya, makin tidak
mengerti dia akan sikap wanita pada umumnya dan saat itu, sikap Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> khususnya, juga sikap Soan Cu yang amat
aneh kalau diingat bahwa dia adalah cucu ketua Pulau Neraka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berwatak aneh dan kejam. Semua terjadi
seperti direncanakan oleh Soan Cu. Setelah dara itu mengaku sembuh sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dan Sin Liong bersama Swat Hong
menghadap ketua untuk minta pembebasan, Ouw Kong Ek menggeleng kepalanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan berkata, "Kwa Sin Liong, kami
berterima kasih sekali atas penyembuhan penyakit cucuku, dan untuk jasamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, kami tidak akan menggangu kalian,
bahkan menganggap kalian sebagai orang-orang berjasa. Akan tetapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpaksa kami tidak dapat membebaskan
kalian karena kami amat membutuhkan engkau sebagai ahli pengobatan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau ini. Maka, harap kalian suka
mengerti akan kebutuhan kami ini. Tinggallah di sini dan menjadi orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhormat menjadi pembantuku yang
paling baik." "Tocu, aku mengerti akan kebutuhan Tocu dan para
penghuni Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka. Akan tetapi sungguh tidak adil
kalau menyuruh kami tinggal di sini selamanya, apa lagi amat tidak adil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagi Sumoi. Betapapun juga, karena aku
mengerti akan kebutuhan kalian semua, biarlah sekarang diatur begini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja. Aku akan sementara waktu tinggal
di sini mengajarkan ilmu pengobatan kepada Tocu, akan tetapi kuminta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agar Sumoi sekarang juga dibebaskan,
diberi sebuah perahu agar sumoi dapat pergi lebih dahulu meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka. Adapun aku sendiri, kalau
Tocu sudah mengenal semua daun dan bahan pengobatan, baru aku akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi dari sini. Bagaimana?" Ketua
Pulau Neraka itu mengerutkan alisnya, lalu melirik kearah cucunya yang duduk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di sebelahnya dan menundukan kepala
saja. "Hemmm, boleh juga sumoimu pergi. Biarpun dia puteri Han Ti Ong,
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi mengingat akan jasamu, biarlah
dia kami bebaskan. Akan tetapi kau....ah, aku sangat mengharapkan agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau menjadi.... keluarga kami, orang
muda." Kembali dia mengerling ke arah Soan Cu dan gadis itu makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menundukan mukanya yang menjadi merah
sekali. "Benar sekali, dia amat cocok menjadi jodoh Nona Ouw!"
beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang membantu berkata sambil
tertawa-tawa, sikap mereka bebas terbuka. "Aku tidak mau pergi!"
tiba-tiba Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong berkata lantang. "Kalau
Suheng tinggal di sini mengajarkan ilmu pengobatan, aku akan tinggal di sini juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai pelajaran itu selesai. Dan
kalau....kalau ada pengantian di sini, kalau suheng diambil mantu, aku pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus menjadi saksinya!" Ucapan
itu sebetulnya dikeluarkan dengan gejolak kemarahan dan kepanasan hatinya, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi para pembantu Ouw Kong Ek
menyambutnya dengan suara ketawa. Tentu saja Sin Liong kaget sekali mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ucapan Sumoinya itu. Ada kesempatan
yang amat baik terbuka bagi Swat Hong untuk membebaskan diri dari pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbahaya itu, dan kesempatan itu
dibuang begitu saja oleh Swat Hong! Dia telah mengenal watak Swat Hong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sekali bilang tidak mau, dipaksa pun
sampai mati tidak akan mau tunduk! Maka dia menjadi bingung sekali. "Tocu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena Sumoi tidak mau pergi sendiri
lebih dulu, maka biarlah perjanjian kita diubah. Akan memberi pelajaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu pengebatan kepada Tocu, setelah
Tocu mengenal bahan obat untuk melindungi penghuni pulau ini, aku dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sumoi boleh pergi dengan bebas."
Ketua Pulau Neraka itu mengelus-elus dagunya dan alisnya berkerut,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkali-kali dia melirik ke arah
cucunya. Dia adalah seorang yang sudah tua, biarpun tidak pernah terjun ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dunia ramai, namun dia tahu bahwa
cucunya jatuh hati kepada pemuda yang hebat ini. Dan dia tidak melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pemuda lain di Pulau Neraka
yang kiranya patut menjadi suami cucunya! Tentu saja hatinya tidak rela<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau pemuda itu pergi meninggalkan
pulau karena dia tahu bahwa hal itu tentu akan mengecewakan hati cucunya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maka dia hanya menggeleng-geleng
kepala, tanpa dapat menjawab. Melihat keraguan ketuanya, seorang kakek berusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lima puluh tahun lebih melaju maju.
Orang ini kepalanya gundul botak akan tetapi mukanya penuh brewok, tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kurus kecil dan di lehernya ada seekor
ular merah melingkar. Dia adalah pembantu utam dari Ouw Kong Ek, seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang lihai ilmu kepandaiannya dan
bernama Lo Thong. Berbeda dengan Majikan Pulau Neraka itu yang merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keturunan orang buangan, maka Lo Thong
sendiri adalah seorang buangan dari Pulau Es, tiga puluh tahun yang lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia dibuang dariPulau Es karena sebagai
seorang pemuda dia banyak melakukan kejahatan. Setelah berada di Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka dia memperdalam ilmi-ilmunya dan
menjadi orang ke dua yang terkuat setelah Ouw Kong Ek, yaitu sesudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> putera Ouw Kong Ek yang bernama Ouw
Sian Kok, ayah Soan Cu menjadi gila dan meninggalkan pulau. Maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diangkat sebagai pembantu utama oleh
Ouw Kong Ek. "Twako(Kakak)," Lo Thong berkata dan tidak seperti lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni Pulau Neraka yang menyebut
ketua mereka tocu (majikan pulau), dia menyebutnya kakak, "mengapa Twako<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bingung menghadapi urusan dua orang
anak-anak ini? Betapapun juga, mereka berada di pulau ini dan seharusnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka tunduk kepada semua perintah
Twako yang menjadi hukum di sini. Kalau mereka hendak mengambil keputusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri, boleh saja akan tetapi mereka
harus lebih dulu dapat mengalahkan kita!" Ouw Kong Ek memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantunya dengan muka berseri,
seolah-olah dia terlepas dari keadaan yang ruwet. "Kalau begitu, bagaimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baiknya, Lo-tee?" "Menurut
saya, lebih baik diadakan pertandingan antara orang pemuda She Kwa ini dan
Twako.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalau dalam pertandingan itu dia kalah,
maka dia dan Sumoinya harus selamanya tinggal di sini dan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni pulau ini seperti kita
semua." "He, Botak! Enak saja kau bicara! Siapa bilang Suhengku kalah
oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua kalian? Habis, kalau kemudian
ketua kalian yang kalah, bagaimana?" Swat Hong berteriak nyaring.
"Twako<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalah? Ha-ha, mana mungkin?" Lo
Thong menjawab. "Akan tetapi kalau Twako kalah, biarlah pemuda She Kwa ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengajarkan ilmu pengobatan sampai
Twako pandai, baru kalian berdua boleh pergi meninggalkan pulau ini dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bebas." "Usul yang bagus
sekali!" Ouw Kong Ek berseru gembira. "Kwa Sin Liong, aku mendengar
bahwa di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ramai, di daratan sana, orang-orang
gagah menggunakan kepandaian untuk memutuskan sebuah perkara yang ruwet.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku percaya bahwa engkau tentu seorang
gagah pula, maka biarlah kita membereskan urusan ini dengan mengukur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian masing-masing seperti yang
diusulkan oleh pembantuku Lo Thong." Sin Liong menggeleng kepalanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Tocu, aku tidak suka menggunakan ilmu
yang kupelajari untuk kekerasan. Mengapa Tocu hendak menggunakan cara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekerasan untuk menahan kami berdua
selamanya di pulau ini? Aku sudah besedia mengajarkan ilmu pengobatan, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah sepatutnya kalau Tocu membalasnya
dengan membebaskan kami. "Tidak kita harus saling mengukur kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dulu!" ketua itu berkeras.
Tiba-tiba Swat Hong melompat ketengah lapangan dan membusungkan dada menegakkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepalanya. "Hayolah! Kalau Suheng tidak
mau, biarlah aku yang melayanimu! Siapa sih takut kepada orang Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka? Aku yang memasuki pertandingan
itu, dan kalau kalah, boleh kalian berbuat apa saja sesuka kalain!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Sumoi...!!" Sin Liong
menegur. "Suheng, aku tidak takut!" Swat Hong membantah. Ouw Kong Ek
mengerutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> alisnya. "Soan Cu, kau layani
bocah liar yang sombong ini!" katanya. "Baik Kong-kong." Soan Cu
bangkit berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melangkah maju, akan tetapi segera
berhenti ketika mendengar suara Sin Liong, "Soan Cu harap jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanding. Di antara kita tidak ada
permusuhan, bukan?" Soan Cu meragu, memandang kepada Kong-kongnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian kepada Sin Liong, dan akhirnya
dia kembali duduk di tempatnya yang tadi. "Soan Cu...." Kakeknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menegur. "Kong-kong, aku tidak mau
bertanding. Mereka bukan musuhku." Mata kakek itu terbelalak, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia tidak marah bahkan lalu tertawa
bergelak. "Kau...kau lebih taat kepadanya? Ha-ha-ha-ha!" Dia tertawa
karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sikap cucunya itu jelas membuktikan
betapa cucunya benarbenar telah jatuh cinta kepada Sin Liong! Sampai-sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani membangkang terhadap perintahnya
hanya karena Sin Liong menghendaki demikian. Makin panaslah hati Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong. Tadinya dia sudah siap-siap untuk
menjatuhkan cucu ketua Pulau Neraka itu, selain agar menang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertandingan juga hendak memperlihatkan
kepada Suhengnya bahwa dia lebih pandai dari pada Soan Cu. Akan tetapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ternyata Suhengnya melarang Soan Cu dan
dan putri Pulau Neraka itu begitu taat! "Ouw Kong Ek, kalau cucumu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berani maju, biarlah kau sendiri
yang maju! Hayo tandingilah aku, puteri Raja Pulau Es!" Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menantang-nantang dengan suara penuh
kemarahan. Sin Liong hanya menggeleng kepalanya dan bingung sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagaimana harus mencegah sumoinya.
Kembali kakek itu menjadi marah. Tantangan yang keluar dari mulut Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membuat mukanya merah dan telinganya
panas. Akan tetapi betapa memalukan kalau dia harus menandingi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bocah perempuan yang usianya sebaya
dengan cucunya sendiri! "Twako, perkenankanlah saya menghajar bocah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bermulut lancang ini" Lo Thong
berkata dan Ouw Kong Ek mengangguk, akan tetapi masih ingat dan memesan.
"Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi cukup beri hajaran saja, jangan
sampai dia terbunuh." "Baik saya mengerti, Twako." Lo Thong
menjawab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu sekali kakinya bergerak, tubuhnya
sudah mencelat ke depan Swat Hong. Menyaksikan ginkang yang hebat ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diam-diam Sin Liong khawatir sekali, akan
tetapi dia pun tidak dapat mencegahnya karena maklum kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melarang, Sumoinya tentu akan menjadi
makin nekat saja. Maka dia hanya bangkit berdiri dan memandang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jantung berdebar tegang. Swat Hong
memandang kakek botak yang berdiri di depannya, lalu berkata, suaranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejek. "Apakah pertandingan ini
akan memutuskan perjanjian tadi, bahwa kalau aku menang kami berdua boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi dari sini?"
"Tidak", jawab Lo Thong. "Pertandingan ini hanya mengenai
dirimu, kalau kau menang kau boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi, kalau kau kalah, kau harus
tinggal di sini selamanya dan menjadi muridku." "Setan alas! Siapa
takut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> padamu?" Swat Hong yang sudah kena
dibakar hantinya itu membentak. "Sumoi, tanpa pertandingan pun kau boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi sekarang juga!" Sin Liong
berteriak. "Tidak, Suheng. Aku merasa kurang terhormat kalau pergi begitu
saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku tidak sudi menerima kebaikan
orang-orang Pulau Neraka. Kalau aku pergi berarti aku pergi mengandalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian aku sendiri, bukan karena
kebaikan hati mereka. Hayo, kakek botak, boleh kaukeluarkan segala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmumu!" "Bocah sombong,
sambutlah ini!" Lo Thong merasa panas juga perutnya melihat sikap dara
remaja yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang redah kepadanya itu. Akan
tetapi dia pun maklum bahwa dara ini tentu memiliki kepandaian tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai puteri Raja Pulau Es, maka
sekali menyerang, dia telah mengeluarkan kepandaiannya, mengeluarkan jurus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang ampuh dan mengerahkan tenaga
sinkangnya. "Wuuuuuttt... sirrr...desss!" Mula-mula Lo Thong
menggerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya rendah kebawah, seolah-olah
lengan kirinya yang bergerak itu hendak menangkap kaki Swat Hong, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi tiba-tiba saja tubuhnya
meninggi, tangan kanannya meluncur dan mencengkram ke arah pinggang dara itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Namun Swat Hong yang usianya masih muda
sekali itu belum lima belas tahun, telah mewarisi inti kepandaian dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu-ilmu kesaktian Pulau Es. Dengan
tenang dia melihat bahwa bukan tangan kiri lawan yang berbahaya melainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kanannya, maka dia cepat menarik
kaki kiri dan menangkis dengan sabetan tangan miring dari samping yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengenai lengan lawan. LoThong mencelat
ke belakang dan inilah kehebatan ginkangnya. Gerakannya bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langkah kaki, melainkan loncatan yang membuat
tubuhnya mencelat ke sana-sini dengan amat cepatnya dan sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali tidak terduga-duga lawan.
"Sumoi awasilah gerakannya. Ginkangnya lihai!" Sin Liong berseru dan
diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lo Thong mendongkol juga. Ternyata
pemuda itu lihai sekali, baru segebrakan saja sudah mengenal dimana letak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keampuhannya. Maka dia lalu menggereng
dan menubruk maju, menghujani Swat Hong dengan serangan bertubi-tubi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong diam-diam terkejut juga. Ternyata
bahwa pembantu utama dari ketua Pulau Neraka ini hebat bukan main.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setiap gerakan tangannya mendatangkan
angin keras menyambar dan kecepatannya membuat dia pening karena harus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggerakan kekuatan matanya untuk
mengikuti terus gerakan lawan. namun, tentu saja dia tidak menjadi gentar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sejak kecil dara remaja ini tidak
pernah mengenal artinya takut, dan dia pun mengeluarkan kepandaiannya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalas dengan serangan yang tidak
kalah dahsyatnya. Semua mata memandang pertandingan itu dengan penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhatian. Diam-diam Soan Cu merasa
kagum sekali kepada Swat Hong dan dia harus mengaku dalam hatinya bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andaikata tadi dia yang maju, dia akan
kalah menghadapi kelihaian dara Pulau Es itu, maka dia merasa makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersyukur kepada Sin Liong yang tadi
mencegahnya maju melawan Swat Hong. Apakah pemuda itu sudah tahu bahwa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan kalah kalau melawan Swat Hong?
Soan Cu melirik ke arah Sin Liong dan melihat betapa wajah pemuda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan itu diliputi kekhawatiran, maka
dia kembali menyaksikan pertandingan yang hebat itu. Tubuh mereka berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang bertanding itu sudah tidak dapat
kelihatan jelas, yang tampak hanya dua bayangan berkelebatan ke kanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiri dengan cepat sekali. Ginkang yang
dikuasai oleh Lo Thong memang hebat sekali, akan tetapi sekarang dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhadapan dengan puteri Raja Han Ti
Ong dari Pulau Es! Biarpun masih kalah sedikit namun Swat Hong dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengimbangi kecepatan lawan, bahkan
dapat mendesak dengan ilmu silatnya yang luar biasa dan tenaga sinkangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berdasarkan hawa murni dari
im-kang yang dingin. Ilmu silat yang dimainkan oleh Swat Hong adalah ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silat tangan kosong Jit-cap-jiseng
(Jutuh Puluh Dua Bintang ) yang mempunyai tuluh puluh dua jurus-jurus ampuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebagai bekas penghuni Pulau Es sebelum
Swat Hong terlahir, tentu Lo Thong mengenal ilmu ini, bahkan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silatnya sediri pun bersumber pada ilmu
silat Pulau Es. Akan tetapi setelah dua puluh tahun lebih berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka dan mempelajari ilmu-ilmu
dari Pulau Neraka, maka ilmu silatnya menjadi campur aduk dan tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalah murni oleh ilmu silat yang
dimainkan oleh Swat Hong.Pula, Lo Thong dahulu belum mempelajari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Jit-cap-ji-seng sampai habis, hal yang
jarang dilakukan penghuni Pulau Es kecuali keluarga raja. Mulailah Lo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Thong terdesak oleh serangan
bertubi-tubi yang dilancarkan oleh Swat Hong. Ingin sekali Lo Thong menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senjatanya, yaitu ular hidup yang
melingkar di lehernya, namun dia takut akan pesan ketuanya tadi. Kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan senjata itu dan sekali
lawan tergigit mati tentu dia akan mendapat marah besar. Maka dia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak keras dan mengerahkan seluruh
ilmunya meringankan tubuh. "Aihhh...!" Swat Hong terkejut ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat betapa tubuh lawan dapat
bergerak lebih cepat lagi dan dalam serangkaian serangan yang tak terduga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saking cepatnya, hampir saja pundaknya
kena dicengkeram. Dia berseru sambil meloncat keatas, tinggi sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian bagaikan seekor burung walet,
tubuhnya sudah membalik di udara, menukik kebawah dan dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melancarkan serangan dengan jurus
Kak-seng-jip-hai (Bintang Terompet Memasuki Laut), jurus terakhir yang paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ampuh dan yang dulu dilatihnya dengan
ibu dan ayahnya sehingga dia mahir sekali mainkan jurus ini. Hebat bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> main daya serang jurus ini karena
selagi tubuh meluncur turun dengan menukik kebawah, kedua tangannya sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bergerak mencengkram kearah ubun-ubun
kepala lawan yang botak itu! "Hayaaa...!" kini Lo Thong yang kaget
ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa ada hawa dingin menyentuh
ubun-ubun kepalanya dari atas. Maklum bahwa serangan itu merupakan ancaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> maut bagi dirinya, dia tidak berani
lengah, cepat membuang diri kebelakang sehingga dia terjengkang, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan ginkangnya untuk berguling
di atas lantai. Dengan gerakan ini, biarpun pakainnya kotor terkena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> debu, namun dia selamat dan dapat
menghindarkan diri dari serangan jurus Kak-seng-jip-hai tadi. Akan tetapi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa terkejutnya melihat dara itu
sudah meloncat ke depan dan baru saja dia bangkit berdiri, Swat Hong sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghantamnya dengan kedua tangan
didorongkan ke depan. "Haiiiiiiittt!!" Swat Hong berseru nyaring dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengerahkan tenaga sinkangnya.
"Sumoi, jangan....!" Sin Hong berteriak, kaget ketika melihat betapa
sumoinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu menggunakan tenaga
Swat-im-sin-ciang (Tenaga Pukulan Inti Salju) yang merupakan sinkang paling
ampuh dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es! Untuk melatih diri agar bisa
menguasai tenaga im-kang yang amat kuat ini, orang harus bersamadhi di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas salju, tanpa pakaian, dan melewati
malam-malam yang dinginya menyusup tulang! Dan sebagai puteri Raja Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ti Ong, tentu saja Swat Hong telah
menguasai sinkang itu yang kini dipergunakan untuk menyerang selagi lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terdesak. "Ciaaaattt...!!" Lo
Thong juga berteriak keras dan cepat dia menolak hawa serangan itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dorongan kedua tangannya. Dua tenaga sinkang
bertemu tanpa kedua pasang telapak tangan itu bersentuhan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akibatnya, Lo Thong terhuyung
kebelakang dan dari ujung bibirnya mengucur darah! Sambil menggereng keras, Lo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Thong yang merasa penasaran itu
melompat ke depan menerkam, akan tetapi Swat Hong yang sudah siap menyambutnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sebuah tendangan dari samping
yang tepat mengenai pantat Lo Thong dan membuat tubuhnya terlempar jauh ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> arah tempat duduk Ouw Kong Ek! Ketua
Pulau Neraka ini marah sekali, tangannya bergerak menyambut tubuh itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu-tahu tubuh Lo Thong sudah melayang
lagi ke arah Swat Hong. Akan tetapi ternyata bahwa ketika menyambut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi, Ouw Kong Ek yang lihai telah
menotok dua jalan darah di pungung pembantunya yang seketika merasa dadanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lega kembali, begitu dia dilontarkan ke
arah Swat Hong, dengan nekat dia sudah menyerang dengan kedua lengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikembangkan, kedua tangan hendak
mencengkram tubuh gadis itu. Swat Hong terkejut sekali, tidak nyangka bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh lawan akan secepat itu melayang
kembali ke arahnya, maka dia berteriak dan maklum akan bahaya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengancam karena dia tidak sempat
mengelak lagi! Akan tetapi tiba-tiba ada bayangan berkelebat dan tahu-tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong telah berada di dekat
sumoinya. dengan tangan kiri dia menarik tubuh sumoinya dan dengan tangan kanan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menyapok ke atas dan kedua tangan
Lo Thong tertangkis, bahkan tubuh orang botak ini terdorong miring dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
cepat dia meloncat ke atas lantai dengan mata terbelalak heran dan kagum
akan kehebatan tenaga pemuda itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Maklum bahwa dia tak mampu menang, dia
lalu mengundurkan diri di dekat ketuanya dengan muka penuh keringat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bagus! Puteri Han Ti Ong lumayan
juga kepandaiannya, boleh coba-coba dengan aku sendiri!" Ouw Kong Ek turun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari kursinya dan melangkah ke tengah
lapangan. "Baik, majulah! Aku tidak takut menghadapimu!" Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menantang. "Sumoi, mundurlah! Biar
aku menghadapi Ouw Tocu." Sin Liong mencegah sumoinya. "Tidak, aku
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi sendiri!" Sin Liong
melangkah menghampiri Ouw Kong Ek dan berkata, "Ouw-tocu, benarkah Tocu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menantang sumoiku ini? Harap Tocu suka
melihat baik-baik. Sumoiku adalah seorang anak perempuan yang usianya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebaya dengan cucumu, sehingga kalau
Tocu menantangnya sama artinya dengan Tocu menantang seorang cucu! Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tocu tidak malu bertanding dengan
seorang anak perempuan yang sepatutnya menjadi cucumu, silahkan. Kalau Tocu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cukup gagah biarlah aku menerima
tantanganmu tadi. mari kita bertanding mengukur kepandaian. Kalau aku kalah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terserah kepada Tocu. kalau aku menang,
setelah aku mengajarkan ilmu pengobatan, Tocu akan membiarkan kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdua pergi dari pulau ini dengan
aman. Bagaimana?" "Aku tidak takut! Suheng, biar aku melawan dia, aku
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut!" Swat Hong
berteriak-teriak. Ouw Kong Ek memandang kepada dara muda dan mukanya berubah
merah. Memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak keliru omongan Sin Liong tadi.
Bocah itu masih amat muda, masih kanak-kanak sebaya Soan Cu. Seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak-anak dan perempuan lagi! Tentu
saja akan amat merendahkan dirinya kalau sampai dia menantang seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perempuan kecil! "Baiklah, mari
kita mengadu kepandaian Kwa Sin Liong," katanya. Sin Liong menoleh kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumoinya. "Nah, kau dengar. Yang
ditantang adalah aku, buka kau, Sumoi. Mundurlah." Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membanting-banting kaki, terpaksa dia
mundur akan tetapi lebih dulu dia berkata kepada Ouw Kong Ek, "Aku selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih siap untuk melayani jago Pulau
Neraka yang manapun juga." Ouw Kong Ek dan Sin Liong sidah saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhadapan dan keduanya saling pandang
tanpa bergerak, seolaholah hendak mengukur dan menilai keadaan lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan pandangan matanya. Melihat sikap
pemuda yang amat tenang itu, juga pancaran sinar matanya lembut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bebas dari rasa takut maupun kebencian
dan kemarahan, hati Ouw Kong Ek menjadi makin suka. Melihat sikap pemuda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, sukar untuk dipercaya bahwa pemuda
ini adalah murid Han Ti Ong, Raja Pulau Es yang sakti. Kelihatannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya seperti seorang pemuda yang
lemah, pantasnya seorang sastrawan yang biasanya hanya membaca sajak dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menulis huruf indah atau meniup suling.
"Orang muda, mulailah!" Ouw Kong Ek berkata ragu-ragu untuk
menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaiannya menyerang orang yang
kelihatannya lemah ini. "Ouw-tocu, bukan aku yang menghendaki adu
kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, maka biarlah aku hanya menjaga
diri saja." Jawaban yang keluar dengan suara lembut dan sejujurnya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setidaknya memanaskan hati Ouw Kong Ek
karena kedengarannya seolah-olah pemuda itu memandang rendah kepadanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pemuda ini sama sekali tidak gentar
menghadapinya, hal itu sama saja memandang rendah! "Kwa Sin Liong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambutlah seranganku!" bentaknya
dan tubuhnya sudah menerjang ke depan, gerakannya perlahan saja namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> didahului sambaran angin pukulan dari
kedua telapak tangannya. "Wuuuuuttt... wuuuuttt!!" hawa pukulan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dahsyat dua kali menyambar ke arah
leher dan pusar Sin Liong ketika kakek itu menggerakan kedua tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memukul. Dengan tubuh ringan sekali Sin
Liong menggeser kaki dan berhasil mengelah sampai berturut-turut enam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kali karena ternyata bahwa pukulan
kakek itu begitu luput dari sasaran terus dilanjutkan dengan serangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berikutnya tanpa berhenti sedikit pun,
sehingga enam kali berturut-turut kedua tangannya menyambar dahsyat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> segala jurusan! barulah Sin Liong dapat
membebaskan diri dari kepungan kedua tangan itu ketika dia meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jauh ke belakang, dan siap lagi
menghadapi serangan berikutnya. "Bagus!" Ouw Kong Ek berseru kagum
melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> betapa pemuda itu dengan enak saja
sudah berasil menghindarkan diri dari serangan pukulan yang dinamakan Jurus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pukulan Badai Mengamuk. Kemudian dia
menerjang lagi, kini dia tidak bergerak lambat lagi, melainkan cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. Kaki tangannya bergerak dengan
cepatnya, gerakan yang aneh namun setiap gerakan mengandung daya serang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat berbahaya. Kembali Sin Liong
menyambut serangan-serangannya itu dengan tenang dan hati-hati, mengelak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke sanansini dan hanya kalau terpaksa
dia menggunakan kedua tangannya untuk menangkis atau menyampok. Perlahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja pemuda itu menangkis, namun selalu
tangkisannya yang membawa hawa pukulan Im-kang itu berhasil menghalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan lawan! Sampai tiga puluh jurus
lebih Sin Liong selalu mengelak dan menangkis tanpa satu kalipun membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangan lawan! Tentu saja hal ini
membuat Ouw Kong Ek kagum sekali. Pemuda ini sudah diserangnya dengan hebat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> didesaknya sampai keadaannya berbahaya,
namun tetap tidak mau membalas. "Eh, Suheng, kau tidak membalas, apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau merasa phai-seng-gi (sungkan)
kepada orang yang hendak memunggut mantu kepadamu?" Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berteriak-teriak penuh penasaran ketika
melihat suhengnya bertempur seperti orang mengalah saja. Merah muka Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong. Memang dia tidak mau membalas
karena dia selamanya belum pernah memukul orang! Dia memang mempelajari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silat yang tinggi sekali tingkatannya,
bahkan dari kitab-kitab lama yang rahasia dan tak pernah dibaca orang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam perpustakaan Pulau Es, dia
menemukan ilmu-ilmu mujijat, di antaranya ilmu mengenal inti gerakan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu silat. Akan tetapi dia merasa
sungkan dan ngeri kalau harus memukul orang lain, apalagi kepada kakek yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali tidak ada permusuhan apaapa
dengannya itu. Kini mendengar ejekan Swar Hong, dia merasa tidak enak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan hatinya terguncang. Guncangan ini
memperlambat gerakan tangannya, maka ketika dia menangkis sebuah pukulan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangkisannya meleset dan pukulan tangan
kiri Ouw Kong Ek menyerempet pundaknya. Tubuhnya tergetar hebat dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhuyung ke belakang. Ouw Kong Ek yang
merasa penasaran sekali kini maklum bahwa kalau pemuda itu membalas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> serangannya, mungkin dia akan kalah!
maka melihat hasil pukulannya yang membuat Sin Liong terhuyung dia cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendesak maju. Dia harus mengalahkan
pemuda ini karena dia ingin sekali pemuda ini menjadi penghuni Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka, dan kalau mungkin menjadi suami
Soan Cu. Dan untuk itu, dia harus lebih dulu merobohkannya. Maka dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cepat mendesak selagi tubuh Sin Liong
terhuyung ke belakang itu. "Wuuut-plak-plak! Wuuu-plak-plak!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pukulan-pukulan tangan Ouw Kong Ek
hebat sekali dan setiap kali Sin Liong yang masih terhuyung itu mengelak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukulan itu berubah menjadi cengkraman
yang amat lihai namun selalu tangan Sin Liong masih dapat menyapoknya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bahkan pemuda itu berseru keras,
tubuhnya melayang keatas, berjungkir balik dua kali dan sudah turun lagi ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas lantai dengan tubuh tegak dan
sudah siap lagi! Ouw Kong Ek makin penasaran. Cepat dia menerjang maju,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua kakinya bergerak cepat dengan
tendangan berantai yang cepat dan kuat sekali. Kedua kaki itu seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kitiran saja sehingga kelihatannya
kakek ini berkaki lebih dari dua yang bergerak susul menyusul melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tendangan ke arah bagian-bagian
berbahaya dari tubuh Sin Liong. "Siuut-siutt...dess!!" Setelah
berhasil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengelak ke kanan kiri, Sin Liong
terdesak ke sudut dan terpaksa dia menggunakan kedua lengannya menangkis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil mengerahkan tenaga inti salju.
Tubuh Ouw Kong Ek menggigil, terasa dingin sekali tubuhnya, rasa dingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang menjalar melalui kaki yang
tertangkis. Dia menggoyang tubuhnya beberapa kali dan ras dingin sudah terusir.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia memandang lawannya dengan mata
terbelalak lebar, kemudian kakek ini mengeluarkan suara melengking nyaring<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan tubuhnya sudah melayang ke atas
kemudian menukik kearah Sin Liong. Sin Liong terkejut sekali, dia maklum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa serangan terakhir ini bukan main
hebatnya, maka dia pun lalu berteriak keras dan tubuhnya juga mencelat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke atas menyambut tubuh lawannya, kedua
lengannya digerakkan di depan tubuhnya. "Plak-plak... bruukkk!!"
tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Kong Ek terbanting ke atas lantai,
dan hanya setelah dia bergulingan beberapa kali saja dia dapat bangun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan agak pening. Bukan main,
pikirnya. Dia tadi melakukan serangan dahsyat, serangan maut yang akan sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disambut oleh lawan yang sakti, akan
tetapi pemuda itu menyambutnya di udara, memapaki pukulan dengan pukulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga kedua telapak tangan mereka
bertemu di udara dan akibatnya dia sendiri yang terbanting keras! "Belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cukupkah, Tocu?" Sin Liong
bertanya dengan suara penuh penyesalan karena dia dipaksa untuk bertempur , hal
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama sekali tidak disukainya.
"Hmm, aku belum mengaku kalah, orang muda!" Dan kini kakek itu
menyerang lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan ilmu silat yang gerakannya cepat
sekali, akan tetapi juga aneh. Swat Hong yang menonton di pinggir,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang penuh perhatian dengan alis
berkerut. Dia merasa heran sekali. Ilmu silat yang dimainkan oleh kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu seperti pernah dilihatnya, seperti
bukan gerakan asing, namun mengapa begitu aneh dan sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikenalnya? Memang tidak mengherankan
hal ini terjadi pada Swat Hong karena ilmu silat yang dimainkan kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang bersumber pada ilmu silat Pulau
Es, hanya sudah diubah banyak sekali menjadi ilmu silat ciptaan nenek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
moyang Pulau Neraka! Bahkan kini dari kedua telapak tangan kakek itu
mengepul uap hitam, dari mulutnya juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyembur uap hitam yang kadang-kadang
menyambar ke arah muka Sin Liong. Sebagai seorang hali pengobatan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong segera mengenal hawa beracun
keluar dari uap hitam itu, maka dia bersikap hati-hati, setiap kali ada uap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hitam menyambar. Sementara itu, sambil
mengelak dan menangkis dia mencurahkan seluruh perhatiannya dan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu mujijat yang didapatnya dari
kitab, yaitu mengenal rahasia inti gerakan ilmu silat, dia sudah dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencatat dan hafal akan jurus-jurus
yang dimainkan oleh lawannya. "Suheng, balaslah lawanmu! Apa kau
takut?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong berteriak lagi. Ouw Kong Ek
yang sudah merah mukanya saking penasaran dan malu karena merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dipandang rendah dan dipermainkan,
membentak, "Orang muda, berani engkau memandang rendah kepadaku sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mau balas menyerang?" Sin
Liong terkejut bukan main. Sama sekali tidak mengira bahwa sikapnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalah dan tidak mau balas menyerang
itu malah dianggap memandang rendah oleh kakek itu dan dianggap takut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Swat Hon! Tadinya dia hanya
mengharapkan kakek itu akan tahu diri dan mundur sendiri. Siapa kira, kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu keras kepala dan tidak akan mengaku
kalah kalau tidak dirobohkan! Dalam keadaan seperti itu, tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pilihan lain bagi Sin Liong. Dia
menggigit bibirnya menguatkan hati karena menyerang orang merupakan hal yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlawanan dengan hatinya, lalu kaki
tangannya bergerak cepat sekali. Terdengarlah seruan-seruan kaget dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mulut para pembantu Ouw Kong Ek, bahkan
belasan jurus kemudian, setelah dengan susah payah Ouw Kong Ek mengelak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan menangis, kakek ini berseru keras
dan tubuhnya terguling. "Heiiii... dari mana engkau mendapatkan ilmuku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini ?" Kakek yang sudah terguling
karena kedua lututnya tercium ujung sepatu Sin Liong itu meloncat bangun lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil bertanya dengan mata terbelalak
dan penuh keheranan. Selama belasan jurus tadi, dia telah diserang oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong dengan ilmu silatnya sendiri
dan pada jurus ke lima belas, dia tidak mampu menghindar sehingga kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lututnya tertendang, membuat dia
terguling dan kalau pemuda itu menghendaki, ketika ia terguling tadi tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pemuda itu dapat menyusulkan serangan
maut yang dapat menewaskannya! Sin Liong menjura dan melangkah mundur.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aku hanya meniru-niru dari Tocu
sendiri...." Ouw Kong Ek makin terheran dan sejenak dia melongo, kemudian
dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melangkah maju dan memegang kedua
tangan pemuda itu. "Kwa Sin Liong ...engkau hebat sekali! Aku mengaku
kalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap Kwa-taihiap (Pendekar Besar
Kwa)! Aku telah dirobohkan secara mutlak, bahkan dengan jurus-jurus ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> silatku sendiri! Dia ini adalah seorang
pendekar besar yang memiliki kesaktian seperti dewa!" Semua penghuni<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka membungkuk dan memberi
hormat kepada Sin Liong! Tentu saja pemuda itu cepat membalas penghormatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka dengan memutar-mutar tubuhnya sambil
berkata tersipu-sipu, "Aahhh, harap Cuwi (Anda sekalian) jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlebihan..." "Kwa-taihiap,
aku Ouw Kong Ek sudah mengaku kalah. Harap Taihiap suka mengajarkan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengobatan itu agar kami dapat terbebas
dari hawa beracun yang banyak terdapat di pulau ini. Setelah aku paham,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kami akan mempersilahkan Taihiap dan
Han-lihiap (Pendekar Wanita Han) meninggalkan pulau ini dengan aman."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Baik, Ouw-tocu. Aku akan
melakukan penyelidikan tentang racun-racun di pulau ini dan berusaha mencarikan
obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penawanya." Soan Cu berlari
menghampiri Sin Liong dan berkata, "Sin Liong, kau hebat sekali! Aku
sungguh kagum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadamu ." Sambil berkata
demikian, Soan Cu memegang kedua tangan Sin Liong dan mengangkat muka memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah Sin Liong penuh kekaguman.
"Ahhh, engkau terlalu memuji, Soan Cu. Sebetulnya adalah Kong-kongmu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengaja mengalah kepadaku," kata
Sin Liong, dan mukanya menjadi merah. Dia maklum bahwa Soan Cu seorang dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> remaja yang berhati polos dan wajar,
maka di depan semua orang tanpa segan-segan menyatakan kekagumannya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memegang kedua tangannya begitu saja.
Akan tetapi hal ini tentu saja menimbulkan anggapan salah dan dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat betapa Swat Hong membuang muka
dengan wajah diselubungi kemarahan, bahkan akhirnya dara itu lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membalikan tubuh dan berlari pergi!
Sampai tiga bulan lamanya Sin Liong dan Swat Hong di Pulau Neraka. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teliti dan hati-hati Sin Liong
melakukan penyelidikan tentang segala macam racun yang terdapat di pulau itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian dia mencarikan obat penawarnya
dan menulis serta melukiskan nama dan bentuk daun, akar, bunga, atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> buah yang berkhasiat sebagai penawar
racun-racun itu. Sibuklah ketua Pulau Neraka, dan para pembantunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencarikan bahan-bahan obat itu dan
setelah tiga bulan, barulah lengkap catatan Sin Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ouw Kong Ek dan semua penghuni Pulau
Neraka merasa berterima kasih sekali kepada Sin Liong, apalagi setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbukti banyak penghuni yang sembuh
dari penderitaan penyakit akibat keracunan setelah menggunakan obat-obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti yang ditunjuk oleh pemuda itu.
Dia dianggap sebagai seorang dewa penolong mereka dan diperlakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sikap penuh hormat. Setelah
"terpaksa" tinggal di Pulau Neraka selama tiga bulan, akhirnya Swat
Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendapatkan kenyataan bahwa Soan Cu
adalah seorang remaja yang benar-benar tulus, jujur dan wajar sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mudah saja di antara mereka terjalin
persahabatan yang akrab. bahkan karena dara Pulau Neraka itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terangterangan tanpa dibuat-buat dan
tanpa usaha menarik hati Sin Liong menyatakan suka dan cintanya kepada Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong, Swat Hong menyambut pernyataan itu
dengan hati terharu. Diam-diam menaruh hati kasihan kepada dara Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka ini karena dia tahu bahwa hati
suhengnya itu jauh daripada cinta! Suhengnya belum pernah mengacuhkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentang hubungan di antara mereka, juga
suhengnya sama sekali tidak kelihatan menaruh hati kepada Soan Cu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dianggapnya suhengnya itu terlalu
"dingin" dan sudah seringkali dia sendiri merasa kecewa melihat
suhengnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebagai seorang pemuda yang tidak ada semangat!
Padahal dia sendiri belum yakin apakah dia mencintai suhengnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguhpun dia merasa suka sekali
kepada pemuda itu namun sebagai seorang dara remaja, tentu saja dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak puas menyaksikan sikap pemuda
yang "dingin" saja terhadapnya. Sebagai seorang wanita muda yang
sehat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> normal, tentu saja Swat Hong juga ingin
agar semua orang, terutama kaum pria, memandangnya dengan kagum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suka, bahkan dia pun seperti semua
wanita di dunia ini agaknya, akan merasa bangga kalau semua orang laki-laki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jatuh cinta kepadanya! Hari
keberangkatan mereka meninggalkan Pulau Neraka pun tibalah. Sin Liong dan Swat
Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diantar oleh semua penghuni Pulau
Neraka sampai ke pantai, dimana telah tersedia sebuah perahu yang lengkap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan layar, dayung,dan bekal makanan.
Soan Cu mengantar dengan mata berlinang air mata. Semenjak tadi dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini menangis, bahkan rewel kepada
kakeknya hendak ikut pergi bersama Sin Liong dan Swat Hong. "Hushhh,
apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau gila?" demikian kakeknya
menjawab. "Kau hendak ikut ke Pulau Es? tidak tahukah kau bahwa semua
penghuni<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka dilarang menginjakan kaki
ke Pulau Es? Begitu kau tiba di sana, kau akan dijatuhi hukuman sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pelanggar hukum!" Juga Sin
Liong dan Swat Hong melarang dengan alasan bahwa Swat Hong sendiri sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghadapi malapetaka, bahkan dia
bersama suhengnya sedang berusaha mencari ibunya. Selama tiga bulan ini, Ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kong Ek sudah mengerahkan pembantunya
untuk mencari Liu Bwee, bekas istri Raja Han Ti Ong, ke pulau-pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kosong di sekitar Pulau Neraka, namun
hasilnya sia-sia belaka. Tentu saja para penghuni Pulau Neraka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari itu tidak berani terlalu
mendekat Pulau Es. Setelah perahu yang ditumpanginya Sin Liong dan Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pergi Jauh, Soan Cu menjatuhkan dirinya
menangis. "Kong-kong, akupun mau pergi dari sini. Aku tidak tahan lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tinggal lebih lama di Pulau Neraka
tanpa adanya mereka berdua! Aku harus pergi, aku harus pergi mencari ayahku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti Swat Hong yang pergi mencari
ibunya!" Kong-kongnya hanya menggeleng kepala, menghela napas dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggandeng cucunya yang tercinta itu
kembali ke tengah pulau. Hati orang tua ini khawatir sekali karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahu bahwa cucunya telah mulai dewasa
dan telah tergoda oleh cinta sehingga merasa tidak tahan lagi tinggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih lama di Pulau Neraka. Dia maklum
bahwa agaknya takan lama lagi cucunya itu tentu akan nekat meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau dan kalau hal yang dikhawatirkan itu
terjadi, apalagi artinya hidup baginya di pulau itu? Puteranya telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lenyap dan satu-satunya orang yang
selamanya ini membuat hidupnya berarti hanyalah Soan Cu. Ketika perahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka mendarat di Pulau Es, Sin Liong
dan Swat Hong saling pandang dengan hati yang berdebar. Mereka sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjelajahi seluruh pulau di sekitar
Pulau Es untuk mencari ibu Swat Hong, namun sia-sia belaka. Akhirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka mengambil keputusan untuk kembali
ke Pulau Es, dengan harapan mudah-mudahan ibu dara itu sudah kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke Pulau Es. "Bagaimana kalau ibu
tidak berada di sana? Bukankah berarti bahwa aku telah melanggar janjiku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk mewakili ibu yang dibuang ke
Pulau Neraka?" Swat Hong bertanya ketika perahu mereka tadi sudah
mendekati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es. "Jangan khawatir, Sumoi.
Suhu adalah ayahmu sendiri, dan betapapun marahnya, aku percaya bahwa suhu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan dapat memaafkanmu. Aku percaya
akan kebijaksanan Suhu, dia bukanlah seorang yang berbudi rendah...."
"Tapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia telah terkena racun yang hebat,
racun yang seratus kali lebih kejam daripada racun yang paling jahat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau Neraka! Dia telah terkena hasutan
mulut wanita jahat itu..." "Ssttt, Sumoi, jangan mempersulit keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan menyangka yang bukan-bukan.
Sudalah, kekhawatiranmu itu hanyalah permainan pikiran yang membayangkan hal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang belum terjadi. Singkirkan saja
kekhawatiran kosong itu dan mari kita hadapi kenyataan. Percayalah, apa pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang akan terjadi, aku tidak akan
membiarkan engkau terancam bencana. Mari kita hadapi apa saja yang menimpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita berdua." "Suheng...
betulkah? Betulkah kau akan membela dan melindungi aku?" "Tentu saja,
Sumoi."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Menghadapi Ayah sekalipun?"
"Menghadapi siapa saja karena aku yakin bahwa engkau tidak mempunyai
kesalahan apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pun." "Kalau begitu, aku
menjadi besar hati, Suheng. mari kita mendarat." Makin tegang hatinya dan
juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terheran-heran ketika dia melihat betapa
beberapa orang penghuni Pulau Es kebetulan berada di situ, segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlari pergi menuju ke tengah pulau,
bahkan tidak berhenti ketika dia dan suhengnya memanggil mereka. Makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak enak mereka, namun dengan tenang
Sin Liong mengajak sumoinya untuk menuju ke Istana Pulau Es di tengah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau itu, menemui Raja Han Ti Ong dan
bertanya tentang Liu Bwee. Tak lama kemudian, keduanya berhenti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba-tiba ketika melihat raja itu
sendiri berlari-laridatang bersama permaisuri dan pembantu-pembantu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terpercaya. Tadinya Swat Hong merasa
girang, wajahnya berseri karena dia mengira bahwa ayahnya datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambutnya dengan girang melihat di
pulang. Akan tetapi betapa kagetnya ketika ayahnya sudah tiba di depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka, langsung raja Han Ti Ong menudingkan
telujuknya ke arah mereka sambil membentak, "Manusia-manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rendah! kalian masih berani menginjakan
kaki di Pulau Es? Membikin kotor pulau ini? keparat!"
"Ayah...!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Suhu...!!" "Plak! Plak!!"
Tubuh Sin Liong dan Swat Hong terguling ketika tangan Raja itu dengan kecepatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kilat telah menampar mereka. Dengan
alis berdiri Raja Han Ti Ong menudingkan telunjuknya bergantian ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka dua orang muda yang menjadi kaget
setengah mati dan merangkak bangun itu. "Jangan sebut aku Ayah dan Suhu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kalian berdua telah minggat dengan
diam-diam, perbuatan yang tak tahu malu dan mengotorkan nama keluarga Han!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Masih berani datang dan menyebut Ayah
dan Suhu kepadaku? Huh!!" "Ayahhhh....apa...apa yang terjadi....?
Mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ibuku...?" "Ibumu seorang
yang hina, dan engkau anaknya pun tidak berbeda banyak!"
"Ayah...!" "Diam! Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> minggat engkau dari sini sebelum
kubunuh!" "Ayah, kalau begitu bunuh saja aku! Aku tidak
berdosa...!" Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang berlutut itu menangis
sesungguhnya. "Bagus! Kau minta mati?" "Suhu...!" Suara Sin
Liong ini mengandung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wibawa sedemikian hebatnya sehingga Han
Ti Ong sendiri sampai terkejut menghentikan langkahnya yang hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghampiri puterinya. Sepasang mata
Sin Liong mengeluarkan sinar yang luar biasa dan sejenak Ha Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ragu-ragu. Teringatlah dia akan keadaan
dahulu ketika anak ajaib ini menyuruhnya menolong The Kwat lin,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyuruhnya berhenti untuk menguburkan
mayat-mayat. Seperti itu pula kekuatan mujijat yang keluar dari sepasang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata itu. Sepasang mata yang sedikitpun
tidak membayangkan takut, atau marah, atau kekerasan, hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayangkan kelembutan yang
mengharukan. "Suhu, harap suhu bersabar dulu. Menjatuhkan hukuman tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberitahu kesalahan orang, sungguh
tidak adil sekali, sungguhpun Sumoi adalah puteri Suhu sendiri." Bangkit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kembali marah Han Ti Ong. "Sin
Liong, bagus perbuatanmu, ya? Kau masih berpura-pura lagi? Dia pergi tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pamit, hal itu masih belum apa-apa,
akan tetapi dia pergi lalu kau susul, bersamamu pergi sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berbulan-bulan, pantaskah itu? Kalian
tidak tahu malu, dan menodakan nama baik keluarga KerajaanHan!" Diam-diam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong terheran. mengapa suhunya
berubah seperti ini? Tentu saja dia tidak tahu betapa para keluarga yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membenci Liu Bwee telah menggunakan
kesempatan selagi terjadi peristiwa penghukuman atas diri Liu Bwee itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk membakar hati raja ini, terutama
sekali melalui mulut permaisuri! "Ayah, jangan menuduh yang bukan-bukan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Aku memang pergi dan bertemu dengan
suheng, akan tetapi apakah salahnya dengan itu?" "Hemm, apa,
salahnya, ya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tidak salahkah kalau seorang pemuda dan
seorang dara berdua saja sampai hampir setengah tahun lamanya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mingkinkah tidak akan terjadi apa-apa
antara kalian, di tempat sunyi, hanya berdua saja! Hem...hemmm... siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> percaya tidak akan terjadi apa-apa yang
kotor?" ucapan ini keluar dari mulut permaisuri, The Kwat Lin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum mengejek. "Ibu, kalau
Enci Hong dan Suheng melakukan hubungan gelap, kawinkan saja mereka, mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ributribut?" Tiba-tiba Bu Ong,
putera raja yang baru berusia kurang lebih delapan tahun itu, berkata dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara nyaring. "Hussshhh! Tutup
mulutmu!" Kwat Lin membentak puteranya yang segera cemberut, tapi
memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada Swat Hong dan Sin Liong dengan
pandang mata mengejek. Hampit saja Swat Hong tak dapat percaya akan apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang didengarnya. Ayah dan ibu tirinya
menuduh dia berjinah dengan Sin Liong! Dengan dada sesak dan kemarahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang meluap-luap, Swat Hong lupa diri
dan meloncat bangun, menjerit dengan kata-kata yang seperti dilontarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada ayahnya, "Ayah! Mengapa ada
fitnah sekeji ini? Ayah, insyaflah, Ayah telah dikelabui, Ayah telah mabuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh rayuan..." "Plak!
Desss!!" Tubuh Swat Hong terlempar dan terguling-guling ketika terkena
tamparan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pukulan tangan ayahnya sendiri.
"Suhu, ini tidak adil sama sekali!" "Plak! Desss!!!" Tubuh
Sin Liong juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjungkal, Akan teapi pemuda ini sudah
meloncat bangun kembali. Sedikit pun tidak merasa takut, bahkan kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia memandang tajam kepada Han Ti Ong.
"Suhu, andaikata Suhu memukul tee-cu sampai mati sekalipun, suah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepatutnya karena karena tee-cu
hanyalah seorang murid yang telah menerima banyak kebaikan dari Suhu dan tee-cu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rela membalasnya dengan nyawa. Akan
tetap, Sumoi adalah puteri Suhu sendiri, darah daging suhu sendiri! Mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhu begitu tega? Di manakah rasa kasih
di hati Suhu?" "Keparat!" Han Ti Ong memaki dengan suara gemetar
saking<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marahnya. Melihat betapa Sin Liong
berani menantangnya untuk membela Swat Hong makin besar kepercayaannya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> desas-desus bahwa puterinya main gila
dengan muridnya ini. "Kau mau memberi kuliah kepadaku? Kalau dia orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain, aku tidak akan perduli apa yang
dilakukannya. Justru karena dia anaku dan aku cinta kepada anakku, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku perlu mengajarnya!"
"Hemmm, begitulah cinta di hati Suhu? Cinta suhu siap untuk berubah
menjadi kemarahan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebencian yang meluap karena Suhu
merasa bahwa puteri Suhu tidak menyenangkan hati suhu? itu bukan cinta, Suhu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhu hanya mementingkan diri sendiri,
kalau disenangkan hati Suhu, biar orang lain sekalipun akan Suhu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perlakukan dengan baik, akan tetapi
kalau hati Suhu dikecewakan, biar anak sendiri akan dibunuh!"
"Plak-plak!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dess...!" Kembali tubuh Sin Liong
terjungkal dan kini darah mengucur dari mulut dan hidungnya. "Suheng...!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ahhh, Ayah... Jangan...!" Swat
Hong sudah meloncat ke depan dan menubruk suhengnya. "Anak durhaka, murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murtad! Dess!" kini Swat Hong yang
mengeluh dan terjungkal terkena tendangan ayahnya yang sedang marah itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Masih untung bagi mereka berdua bahwa
Han Ti Ong hanya berniat mengajar dan menghukum, kalau berniat membunuh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tentu mereka sudah tak benyawa lagi.
Saking marahnya, biarpun melihat murid dan puterinya sudah beberapa kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihantam dan ditendangnya sampai mulut
dan hidung mengeluarkan darah dan muka mereka bengkak-bengkak, Han Ti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ong masih saja menghajar mereka.
"Ongya, harap ampunkan mereka...." Tiba-tiba beberapa orang pembantu
utama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlutut di depan Raja yang marah ini
dan menyabarkan hatinya. Han Ti Ong berdiri dengan napas terengah-engah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata terbelalak dan muka merah sekali.
dia menjadi hampir putus napasnya saking marahnya. "Hemmm, mereka ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bocah-bocah kurang ajar yang layak
dibunuh!" katanya. "Ongya, sejak dahulu belum pernah ada hukuman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilaksanakan tanpa diadili lebih dulu,
harap Ongya ingat akan keadilan Kerajaan Pulau Es yang sudah terkenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semenjak ratusan tahun," kata
seorang pembantu yang sudah berusia lanjut. Han Ti Ong menghela napas panjang
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia teringat. Sebetulnya, dia sedang
berada dalam keadaan duka dan kecewa. duka mengingat akan istrinya, Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee, yang kini menimbulkan penyesalan
di dalam hatinya karena dia pun mulai meragukan kesalahan istrinya itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kecewa karena serangkaian peristiwa
yang tidak menyenangkan hatinya, mengganggu ketentraman hidupnya di Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es. "Anak durhaka, untung engkau
belum kubunuh! Kau boleh membela diri, kalau memang masih ada yang akan kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> katakan!" Dengan tubuh sakit-sakit
dan hampir pingsan, Sin Liong masih dapat membantu Sumoinya, bangkit duduk,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahkan tidak memperdulikan keadaan
dirinya sendiri, dia menyusuti peluh, air mata dan darah dari muka sumoinya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian menarik sumoinya untuk
berlutut di depan raja yang sedang marah itu. "Sumoi, laporkanlah semuanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada Suhu..." bisiknya.
"Apa gunanya? Biarlah aku dibunuh! Biarlah, Ibu lenyap tak berbekas dan
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dibunuhnya... tentu akan puas
hatinya...hu-hi-huuuuukkk...." Swat Hong menangis terisak-isak. Melihat
keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puterinya ini, tersentuh juga rasa hati
Raja Han Ti Ong. "Sin Liong, hayo ceritakan apa yang terjadi! kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua menuduh kalian berdua selama
berbulan-bulan dan tentu kalain telah melakukan perbuatan yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senonoh. Mengakulah! Awas, kalau kau
membohonng, akan kubunuh kau sekarang juga!" "Suhu boleh membunuh
teecu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kalau teecu berbohong. Bahkan kalau
teecu tidak membohong sekalipun, teecu menyerahkan nyawa teecu kepada suhu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebetulnya, ketika melihat sumoi pergi
membuang diri ke Pulau Neraka dan melihat Subo juga pergi, teecu merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasihan dan berkhawatir sekali. Maka
teecu diam-diam lalu mengejar dan menyusul ke Pulau Neraka." kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan panjang lebar dan jelas Sin
Liong menceritakan semua pengalaman mereka di Pulau Neraka dan mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mereka sampai berbulan-bulan berada di
pulau itu. Berkerut Raja Han Ti Ong. Di lubuk hatinya, dia percaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada muridnya ini. Tidak ada seorang
pun di dunia ini yang dapat membohong dengan sikap seperti yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diperlihatkan muridnya. Tidak, tentu
muridnya tidak berbohong. Akan tetapi hatinya masih marah dan ia makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> marah ketika mendengar betapa Pulau
Neraka telah berani menahan puterinya sebagai sandera! "Swat Hong!
Benarkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> cerita Sin Liong?" bentaknya
kepada dara yang masih menangis sesenggukan itu. "Apa gunanya Ayah bertanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadaku? Lebih baik Ayah menyelidiki
sendiri ke Pulau Neraka. Kalau aku dan suheng berbohong, boleh bunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seribu kali juga tidak apa."
Memang sejak dahulu Swat Hong bersikap manja kepada ayah bundanya, pula dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memiliki watak keras, tidak takut mati,
maka dalam keadaan seperti itu pun dia bersikap berani dan menantang!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Siapkan pasukan, tiga puluh orang
untuk ikut bersamaku ke Pulau Neraka!" Raja itu memerintah kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembantunya dengan suara marah dan pada
hari itu juga dia berangkat bersama tiga puluh orang pasukan menuju ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka! Dapat dibayangkan betapa
gagetnya para penghuni Pulau Neraka ketika diserbu oleh pasukan Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dipimpin Oleh Raja Han Ti Ong
sendiri! Ouw Kong Ek sendiri yang maju dan berusaha melawan, dalam belasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurus saja telah dirobohkan dan dipaksa
menceritakan apa yang terjadi ketika puteri Raja Pulau Es itu berada di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka. Dengan kebencian dan
dendam yang makin mendalam, Ouw Kong Ek menceritakaan keadaan sebenarnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tepat seperti yang telah didengar oleh
Han Ti Ong dari mulut Sin Liong. Maka mulailah raja ini merasa menyesal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa dia telah terburu nafsu
menghajar, bahkan hampir saja membunuh Sin Liong dan Swat Hong yang sebetulnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak berdosa. Mulailah dia teringat
bahwa kemarahanya itu timbul karena bujukan dan kata-kata yang membakar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari permaisurinya. Dia menjadi marah
sekali dan kemarahannya itu dilampiaskannya di Pulau Neraka. Pulau itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diobrak-abrik, sebagai hukuman telah
berani menahan puterinya. Bahkan kitab catatan Sin Liong tentang racun dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengobatanya, dihancurkan dan
dibakarnya! Setelah puas melampiaskan kemarahanya, Han Ti Ong memimpin
pasukannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meninggalkan Pulau Neraka, meninggalkan para
penghuni yang banyak menderita luka lahir batin itu dan Raja ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah menanamkan dendam yang makin
menghebat di dalam hati para penghuni Pulau Neraka. Sepekan kemudian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> barulah rombongan Han Ti Ong tiba
kembali di Pulau Es dan wajah Raja ini seketika pucat setelah dia mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berita yang lebih hebat dan mengejutkan
lagi, yaitu bahwa sehari setelah dia dan pasukanya berangkat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permaisuri dan pangeran telah pergi
meninggalkan Pulau Es! Dan belum pulang . Makin terpukul lagi bathin Raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Ti Ong ketika dia mendapat
kenyataan bahwa kitab-kitab pusaka Pulau Es telah lenyap, berikut banyak harta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> benda berupa mas dan permata yang
disimpan didalam kamarnya! Hampir saja dia roboh pingsan mendapat kenyataan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa permaisurinya, The Kwat Lin,
gadis yang ditolongnya itu, ternyata telah berkhianat! "Mengapa tidak
kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> larang mereka pergi? Mengapa? Sin
Liong, engkau muridku, mengapa engkau mendiamkan saja pergi membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pusaka-pusaka kita?" dalam bingung
dan marahnya dia menegur Sin Liong. "Suhu, Subo pergi hanya memberi tahu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa Subo bersama Sute hendak menyusul
ke Pulau Neraka. Siapa yang berani menghalangi Subo? Kami semua tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada yang mengira bahwa Subo tak kan
kembali, dan tidak ada yang tahu bahwa Subo membawa sesuatu, harap maafkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu." Han Ti Ong
membanting-banting kakinya, lalu berlari memasuki kembali istana setelah tadi
dia memeriksa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Kelima - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-keempat.html" target="_blank">Lanjutan Seri Keempat</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melihat kehilangan pusaka Pulau Es.
Ketika dia memanggil dua orang muda menghadap, Sin Liong dan Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat perubahan hebat terjadi pada
diri raja sakti ini. wajahnya menjadi suram dan gelap, sepasang mata yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biasanya bersinar dan berpengaruh itu,
menjadi redup seperti lampu kekurangan minyak. Dan rambut yang tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya sedikit putihnya, mendadak
berubah hampir seluruhnya, dan suaranya tidak bersemangat ketika berkata,
"Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Long..., Swat Hong..., kalian ampunkan
aku..." "Suhu...!" Sin Liong berlutut dan menundukan muka.
"Ayah...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jangan berkata begitu Ayah...!"
Swat Hong meloncat menubruknya. Ayah dan anak itu saling rangkulan dan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong makin menundukan mukanya ketika
mendengar suhunya menangis mengguguk seperti anak kecil ! Setelah Han Ti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ong dapat menguasai kembali hatinya dia
mencium dahi puterinya dan menyuruhnya duduk kembali. Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyusuti air matanya dan berlutut di
dekat Sin Liong. "Aku telah bedosa. Sekarang baru aku tahu...aku telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdosa. Mungkin sekali... tidak, aku
yakin sekarang, bahwa ibu Swat Hong tidak bersalah apa-apa, hanya terkena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> fitnah... aih, apa yang telah
kulakukan? Dan aku hampir saja membunuhmu, Sin Liong, dan kau Swat Hong anaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Orang macam apa aku ini? Dan aku
mengaku cinta kepada anakku? Huh, huh, engkau benar, Sin Liong. Tidak ada<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-56641046188278830962012-07-27T04:10:00.003+08:002012-07-27T04:10:14.510+08:00BUKEK SIANSU : Seri Keempat<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Keempat - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-ketiga_3667.html" target="_blank">Lanjutan Seri Ketiga</a></span></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: "Courier New";"> puterinya itu adalah seorang anak yang
amat cerdik, maka tentu saja tidak dapat dibohonginya semudah itu. "Ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada apakah? Harap Ibu beritahu
kepadaku, siapa yang menyusahkan hati Ibu? Akan kuhajar dia!" Swat Hong
mengepal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedua tinjunya yang kecil seolah-olah
orang yang menyusahkan hati ibunya sudah berada disitu dan akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dihantamnya. Melihat sikap anaknya ini,
hati Liu Bwee </span></div>
<a name='more'></a>terharu sekali dan ingin dia menangis lagi, akan tetapi<o:p></o:p><br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ditekannya perasaan harunya dan dia
tertawa. "Aih, Hong-ji, kalau ada yang kurang ajar kepada ibumu, apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ibumu tidak dapat menghajarnya
sendiri?" Swat Hong tertawa. "Memang aku tahu bahwa kepandaian Ibu
juga hebat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> biarpun tidak sehebat Ayah, akan tetapi
tidak puas kalau aku tidak menghajar dengan kedua tanganku sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada orang yang menyusahkan hati
Ibu." "Anakku yang baik...!" Untuk menekan harunya, LIu Bwee
mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuh anaknya, dipeluk, diciuminya
kemudian dia membentak, "Terbanglah!" dan melempar tubuh anak itu ke
atas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong bersorak gembira. Itulah
sebuah diantara permainan mereka. Dia senang sekali kalau dilempar ke udara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Ibunya, terutama kalau ayahnya
yang melakukannya karena lemparan ayahnya membuat tubuhnya "terbang"
tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. Namun kini lemparan ibunya
cukup menggembirakan hatinya karena biarpun Ibunya tidak sekuat ayahnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lemparannya cukup membuat tubuhnya
melambung tinggi melewati puncak pohon! Ketika tubuhnya melayang turun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ibunya sudah siap menyambutnya, akan
tetapi dasar anak nakal, dia menggunakan kesempatan ini untuk berlatih!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia cepat membalikkan tubuh sehingga
kedua kakinya diatas dan cepat dia menggunakan kedua tangannya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang ibunya, mencengkram ke arah
ubun-ubun. Itulah jurus terakhir yang dilatihnya dari ayahnya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seharusnya dilakukan dengan loncatan ke
atas dan menyerang ubun-ubun kepala lawan, akan tetapi kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dilakukannya ketika dia melayang turun!
"Haaiiiit...!!" Untuk memperingatkan ibunya, Swat Hong menjerit
sebelum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang. Tentu saja Liu Bwee tidak perlu
diperingatkannya lagi. Semenjak menjadi isteri Pangeran Han Ti Ong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita puteri nelayan yang tentu saja
seperti semua penghuni Pulau Es telah memiliki dasar ilmu silat tinggi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah digembleng oleh suaminya dengan
ilmu-ilmu simpanan yang tinggi sehingga dia menjadi seorang yang sakti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti semua keluarga kerajaan itu.
Melihat kegembiraan puterinya, dia pun cepat mengelak, dari samping dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar kedua lengan anaknya dan
dengan bentakan nyaring kembali tubuh anaknya dilemparkan ke atas! Tubuh itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melayang tinggi dan tiba-tiba dari atas
Swat Hong berteriak girang, "Heiii, Ibu... itu Ayah datang....!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mendengar ini, Liu Bwee cepat lari
kepinggir tebing tinggi dan memandang ke laut. Wajahnya berseri-seri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jantungnya berdebar karena penuh rindu
kepada suaminya. Benar saja. Tampak sebuah perahu dan dia mudah mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suaminya yang mendayung perahu itu
dengan kekuatan dahsyat sehingga perahu kecil meluncur seperti seekor ikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hiu yang marah. Akan tetapi alis wanita ini
berkerut ketika dia melihat dua orang lain di dalam perahu. Seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wanita muda yang cantik! Hatinya terasa
tidak enak. Dia tidak akan mengikat suaminya, dan sebagai seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> isteri pangeran calon raja tentu saja
dia maklum bahwa suaminya berhak mengambil selir-selir sebanyaknya. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi entah mengapa, kedatangan
suaminya dengan dua orang itu, terutama seorang wanita cantik, mendatangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rasa gelisah yang aneh didalam hatinya.
"Ibuuuu.....tolong dulu aku...........!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Teriakan Swat Hong ini mengejutkan
hatinya. Dia menengok dan melihat tubuh anaknya meluncur turun. Dia kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan baru sadar bahwa ketegangan
mendengar suaminya pulang membuat dia lupa kepada puterinya. Sungguhpun Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong telah memiliki ginkang yang cukup
baik akan tetapi meluncur turun dari tempat tinggi seperti itu ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahayanya patah atau setidaknya salah
urat. Untuk meloncat sudah tidak ada waktu lagi, maka cepat dia menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah ranting kayu di dekat kakinya,
melontarkan kayu itu dengan tepat melayang di bawah kaki Swat Hong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak ini juga idak menyianyiakan
pertolongan ibunya. Dia menginjak kayu itu dan tenaga luncuran kayu itu dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menahan dan mengurangi tenaga luncuran
tubuhnya sendiri dari atas sehingga dia dapat meloncat kebawah dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aman. Seperti tidak pernah mengalami
bahaya apa-apa, anak itu lalu lari ke arah ibunya dan berteriak girang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ayah datang, Ibu?" Ibunya hanya
mengangguk tanpa menoleh, tetapi memandang ke arah perahu yang makin mendekat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pantai. "Heii, Ayah bukan datang
sendiri! Ada seorang wanita dan anak laki-laki bersama ayah di dalam
perahu!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwe tetap tidak menjawab akan
tetapi memandang tajam penuh selidiki ke arah perahu. "Wah, jangan-jangan
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir dan putera..ayah!" Swat Hong
yang memang berwatak terbuka itu berkata mengomel. Dia pun sudah tahu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebiasaan para pangeran untuk mengambil
selir, maka dia tidak akan merasa heran pula kalau ayahnya juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mempunyai selir di luar pulau Es, biar
pun hatinya merasa tidak senang dan penuh iri memandang kepada anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki di dalam perahu itu.
Mendengar ucapan yang tanpa disengaja oleh Swat Hong merupakan benda tajam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menusuk hatinya itu, Liu Bwee menjawab,
Perempuan itu masih terlalu muda untuk menjadi ibu anak laki-laki itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sungguhpun bukan tidak mungkin dia
adalah selir Ayahmu karena dia memang cantik." Jawaban ini keluar dari
lubuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati Liu Bwee sehingga keluar melalui
mulutnya seperti tidak disadarinya. Barulah dia kaget ketika kalimat itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah terucapkan. Cepat dia menoleh ke
arah puterinya dan merasa menyesal telah mengeluarkan katakata yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh cemburu tadi. Segera digandengnya
tangan anaknya dan untuk mengapus kata-katanya dari hati anaknya dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata riang, "Ehh, kenapa kita
disini saja? Hayo kita sambut Ayahmu!" Berlarilarianlah mereka menuruni
tebing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menyambut kedatangan Pangeran Han Ti
Ong di pantai pasir. Sikap wanita yang penuh kegembiraan ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyembunyikan semua perasaanya
sehingga Swat Hong sudah lupa lagi akan kedukaan ibunya tadi. Sebenarnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang amat giranglah hati Liu Bwee
melihat kembalinya suaminya sungguhpun kegembiraanya itu akan lebih besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andai kata suaminya pulang sendirian
saja. Semenjak suaminya pergi beberapa bulan yang lalu dia mengalami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penderitaan batin yang hebat. Memang
dia maklum bahwa dirinya tidak disukai oleh keluarga kerajaan, karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dianggap seorang wanita berdarah
rendah. Kebencian keluarga itu menjadi-jadi ketika mendapat kenyataan betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Han Ti Ong tidak mau mengambil
selir.Hal ini dianggap oleh mereka Bahwa Liu Bwee menggunakan daya upaya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengikat suaminya!. Apalagi karena Liu
Bwee tidak mempunya anak laki-laki, maka kebencian mereka makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertambah. Sudah tentu saja, yang
merasa paling benci adalah mereka yang mengharap agar Han Tiong pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> calon raja itu memperistrikan puteri
mereka! Pada waktu itu, raja yang sudah tua menderita sakit dan sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi dugaan umum bahwa usianya takan
bertahan lama lagi. Agaknya raja itu hanya menantikan kembalinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> puteranya yang menjadi putera mahkota,
yaitu pangeran Han Ti Ong untuk mewariskan singasana kepada puteranya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini. Akan tetapi, karena keadaan Han Ti
Ong yang lain daripada para pangeran lain, suka merantau, isterinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang rendah dan hanya satu, tidak
punya selir, tidak punya putera, maka Liu Bwee maklum bahwa di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarga raja terdapat persekutuan yang
menentang diangkatnya suaminya menjadi calon raja! Hal inilah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendukakan hatinya. Dia menganggap
bahwa dirinya menjadi penghalang Bagi suaminya dan hal inilah yang paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merusak hatinya. Maka dapat dibayangkan
betapa gembira hatinya melihat suaminya pulang! Ketika ibu dan anak ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiba dipantai, ternyata pasukan
kehormatan telah berbaris dan siap menyambut pulangnya pangeran yang dihormati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Tentu saja Liu Bwee dan Swat Hong
mendapat tempat kehormatan paling depan dan ketika akhirnya perahu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menempel dipantai dan Han Ti Ong
melompat keluar sambil tersenyum lebar, Swat Hong menjadi orang pertama yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berlari menyambut.
"Ayah....!!" "Ha-ha, Hong-ji, kau makin cantik saja!" Han
Ti Ong menerima puterinya itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangkatnya tinggitinggi, lalu
melemparkan tubuh anaknya keudara. Sambil tertawa-tawa Swat Hong melayang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun dan langsung menyerang ayahnya
dengan jurus Kek-seng-jip-hai (Bintang Terompet Meluncur ke Laut ) seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dilakukanya kepada ibuya tadi.
"Ha-ha-ha, bagus juga!"Ayahnya tertawa, menyambar kedua lengan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencengkram ubun-ubunnya, lalu
memondong puterinya, dan mencium dahinya. Sambil memondong puterinya Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghampiri istrinya yang sudah maju
menyambutnya, memandang penuh kemesraan dan berkata halus, Harap kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik-baik saja selama aku pergi."
Liu Bwee memandang suaminya, tersenyum akan tetapi di balik senyum itu tampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Han Ti Ong ada sesuatu yang
menggelisahkan hati istrinya, apalagi ketika mendengar suara istrinya lirih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ayahanda raja sedang menderita
sakit parah." Han Ti Ong mengangguk. Ucapan yang pendek itu sudah mencakup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua isi hati istrinya. Dia sudah
mengenal hati istrinya yang tercinta itu dan tahu dia bahwa menjelang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kematian ayahnya, ada hal-hal yang
menggelisahkan istrinya. Tentu saja tentang warisan tahta kerajaan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istrinya yang datang dari keluarga
berdarah "rendah" itu tentu saja mengkhawatirkan bahwa keturunan
istrinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu akan menjadikan persoalan bagi
pengangkatan raja! Maka dia memandang isterinya dengan sinar mata menghibur,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian seperti teringat dia berkata,
"Ahh, hampir aku lupa. Aku datang bersama seorang muridku, namanya Sing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong akan tetapi di daratan besar sana
dia dikenal sebagai Sin-tong." "Hai, seorang sin-tong (anak ajaib)?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hemm, ingin aku tahu sampai di mana
keajaibannya!" "Hong-ji, jangan!" ibunya menegur, akan tetapi
anak itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> meloncat ke depan dan pada saat itu,
Sin Liong sudah turun dari atas perahu. Baru saja dia berjalan menghampiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gurunya, tiba-tiba ada bayangan
berkelebat dan tahu-tahu seorang gadis cilik dengan gerakan seperti seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> burung garuda menyambar telah
menyerangnya dari depan, sebuah kaki kecil telah menghantam dadanya.
"Bukk!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tanpa dapat ditanyakan lagi, Sin Liong
roboh terjengkang, dadanya terasa nyeri dan napasnya sesak. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia bangkit berdiri, mengebutkan
pakaianya yang menjadi kotor, memandang anak perempuan yang lebih muda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daripada dia itu, menggeleng kepala dan
berkata tenang, "Sungguh sayang sekali, seorang anak-anak yang masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersih dikotori kebiasaan buruk
mempergunakan kekerasan untuk memukul orang tanpa sebab."
"Aihhh..." Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertegun, lalu menoleh kepada ayahnya
yang terdengar tertawa keras, "Ayah, dia tidak bisa apa-apa, mengapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disebut Sin-tong? Serangan biasa saja
membuatnya roboh terjengkang!" "Ha-ha-ha, kaulihat dia roboh, akan
tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> apakah kau tidak lihat sesuatu yang
ajaib? Dia tidak marah malah menyayangkan dirimu, bukankah itu ajaib?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Anak yang luar biasa dia..."
terdengar Liu Bwee berkata lirih dan kini Swan Hong juga memandang Sin Liong .<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi dia masih merasa tidak puas
dan berkata, "Dia tidak marah karena takut dan pengecut, Ayah!"
"He,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong, apakah engkau takut kepada Swat
Hong ini?" Han Ti Ong berteriak kepada Sin Liong. Anak ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggeleng kepala. "Suhu mengerti
bahwa teecu tidak takut terhadap apa pun dan siapa pun." Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membusungkan dadanya yang masih gepeng
itu, menegakan kepalanya dan menantang, "Bocah sombong ,kalau kau tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> takut, hayo kaulawan aku!" Dia
sudah siap memasang kuda-kuda. Sin Liong menggeleng kepalanya. "Adik yang
baik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku tidak akan menggunakan kepandaian
apapun juga untuk melakukan kekerasan terhadap orang lain, apalagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap seorang anak-anak seperti
engkau." Gadis cilik itu sudah menerjang maju, dipandang oleh Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sikap tenang saja, berkedip pun
tidak menghadapi serangan anak perempuan itu. Tiba-tiba tubuh Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhuyung ke belakang dan ternyata
lengannya sudah ditangkap oleh ibunya dan ditarik ke belakang. "Swat Hong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau terlalu sekali! Seharusnya kau
minta maaf kepada Suhengmu itu!" Swat Hong menoleh, melihat ayahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tersenyum, melihat pandang mata semua
orang dari prajurit sampai perwira penuh kagum terhadap Sin Liong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Barulah dia ingat bahwa dia telah
melanggar pelajaran pertama dari ayahnya, bahkan dari semua penghuni pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa ilmu silat pulau Es tidak boleh
sembarangan dikeluarkan untuk menyerang orang tanpa alasan! Dan dia telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyerang Sin Liong tanpa sebab
apa-apa, padahal Sin Lion adalah murid ayahnya atau suhengnya (kakak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperguruan). Biarpun dia berwatak
keras dan tidak mengenal takut, akan tetapi sifatnya yang gembira dan mudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berubah membuat Swat Hong dapat
mengusir semua rasa penasaran dan sambil tersenyum dan muka ramah dia menjura<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ke arah Sin Liong sambil berkata,
"Suheng, harap maafkan aku yang kurang ajar tehadap murid Ayah." Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terkejut. Kiranya bocah ini puteri
suhunya! Dia pun menjura dan berkata, Tidak ada yang perlu dimaafkan, Sumoi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kepandaianmu memang hebat, tentu saja
aku bukan tandinganmu." "Hi-hik, wah, dia baik sekali, Ayah!"
Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lalu meloncat menghampiri Sin Liong,
menggandeng tangannya dan diajak lari ke pinggir di mana dia menghujani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong dengan pertanyaan-pertanyaan.
"Siapakah nama lengkapmu, Suheng? Dari mana kau datang? Bagaimana kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat menjadi murid Ayah? Apa saja yang
sudah diajarkannya kepadamu? Mengapa pula kau disebut Sin-tong?"
"Payah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga Sin Liong menghadapi hujan
pertanyaan dari anak perempuan yang baru saja menyerangnya seperti seekor<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> burung garuda akan tetapi yang kini
sudah bersikap demikian ramah dan baik terhadapnya ini. Akan tetapi baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja dia memperkenalkan namanya, yaitu
Kwan Sin Liong dan belum sempat menjawab pertanyaan yang lain,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perhatiannya, juga Swat Hong dan semua
orang yang berada disitu tertarik oleh keributan yang terjadi ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin turun dari atas perahu. Begitu
Kwat Lin turun dari perahu, wanita yang masih belum sadar betul dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gangguan ingatannya karena malapetaka
hebat yang menimpa dirinya, menjadi perhatian semua orang. Wanita ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memang berwajah manis dan gagah,
apalagi ketika turun dari perahu itu rambutnya yang awut-awutan berkibar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tertuip angin, pakaiannya yang terlalu
longgar itu membuat dia kelihatan makin aneh dan penuh rahasia. Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> turun dengan sikap tenang, akan tetapi
matanya bergerak liar menyapu semua orang yang memandangnya, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mata itu berhenti memandang kepada Liu
Bwee yang telah melangkah menghampirinya. "Dia ini siapakah?" Liu
Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya tanpa mengalihkan pandang
matanya dari wajah pucat itu sambil didalam hatinya menduga-duga dan menanti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jawaban yang diharapkan dari suaminya
karena pertanyaan itu sesungguhnya diajukan kepada suaminya. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebelum Han Ti Ong menjawab, tiba-tiba
Kwat Lin, wanita itu membentak, "Manusia-manusia busuk! Kubunuh
engkau!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan dia sudah meloncat ke depan dan
menyerang Liu Bwee dengan pukulan yang dahsyat. "He, Twanio! jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitu...!!" Sin Liong berteriak
mencegah, namun terlambat karena Kwat Lin sudah menyerang dengan cepatnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sedangkan para penghuni Pulau Es,
termasuk Swat Hong dan Pangeran Han Ti Ong sendiri, hanya memandang dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang-tenang saja! "Wuuuutttt...
plak-plak...!" Tubuh Kwat Lin terplanting ketika pukulannya tertangkis
oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwee dan wanita ini sudah menampar
pundaknya sebagai serangan balasan. Hal ini membuat Kwat Lin yang memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belum sadar benar itu makin marah.
Dengan nekat dia melompat bangun dan menerjang lagi, Pangeran Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah mendahuluinya menotok pundaknya
sambil berkata, "Tenanglah, Nona," Kwat Lin kembali roboh, akan
tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya disambar oleh Han Ti Ong.
Ternyata dia telah ditotok lemas. Dengan lambaian tangan, Pangeran itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memanggil empat orang wanita pelayan
yang kelihatan tangkas-tangkas. "Dia sedang sakit ingatannya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sewajarnya." Ucapan ini ditujukan
kepada istrinya yang memandang marah. mendengar ini, Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengangguk-angguk dan kemarahannya di
wajahnya berubah menjadi iba. "Bawa dia ke kamar tamu dan rawat dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baik-baik," kata Liu Bwee kepada
empat orang pelayan itu yang segera menggotong tubuh Kwat Lin pergi dari situ.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Barulah Pangeran Han Ti Ong kini
mempedulikan sambutan resmi dari para pangeran dan pasukan penghormatan. Tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia seolah-olah menganggap mereka semua
itu seperti patung belaka. Dengan megah Pangeran itu lalu langsung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diantar ke kamar ayahnya Sang Raja yang
sedang sakit dan yang telah lama menanti kedatangan puteranya ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sedangkan Sin Liong langsung diajak
oleh Swat Hong ke bagian istana di mana dia dan ibunya tinggal, yaitu di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bagian kiri istana besar. Tepat seperti
telah diduga oleh semua penghuni Pulau Es, tiga hari kemudian setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulangnya Pangeran Han Ti Ong, raja tua
meninggal dunia setelah sempat menyaksikan Han Ti Ong dinobatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi penggantinya, merajai Pulau Es
dalam upacara yang amat sederhana. Dapat dibayangkan betapa tidak puas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan penasaran rasa hati para pangeran
yang membenci Han Ti Ong karena usaha mereka memanaskan hati mendiang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ayah mereka tentang keadaan Han Ti Ong
tidak dipedulikan oleh raja tua itu. Dan untuk memberontak secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terang-terangan, tentu saja mereka
tidak berani karena di dalam pulau itu, pada waktu itu Han Ti Ong merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang yang paling sakti. Maka, mereka
itu hanya diam saja biarpun tidak pernah lengah barang seharipun untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencari peluang dan kesempatan yang
baik untuk menjatuhkan Han Ti Ong, atau lebih tepat lagi, menjatuhkan Lui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee yang mereka anggap sebagai biang
keladi dari "penyelewengan" Han Ti Ong dari kebiasaan keluarga raja
di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Es! Setengah bulan kemudian, berkat
perawatan yang baik dari Liu Bwee dan para pelayan, juga dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pengobatan tusuk jarum oleh Raja Han Ti
Ong sendiri, ditambah obat-obatan berupa daun-daun yang dicari para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak buah Pulau Es atas petunjuk Sin
Liong, gangguan ingatan yang diderita oleh The Kwat Lin menjadi sembuh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pada suatu pagi, wanita yang bernasib
malang ini duduk seorang diri di dalam taman istana, taman yang bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berisi bunga bungan hidup, melainkan
terisi ukir-ukiran bunga dari batu-batu beraneka warna, dihias salju dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> patung patung kayu. Sudah berhari-hari,
dia duduk di taman ini dan didiamkan saja karena menurut Raja Han Ti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ong, wanita malang ini harus dibiarkan
pulih kembali ingatannya dan tidak boleh diganggu. Namun, diam-diam dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri melakukan pengawasan karena
entah bagaimana, makin lama dia menjadi tertarik dan tahu bahwa dia jatuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hati kepada gadis ini!" Tiba-tiba
Kwat Lin melompat bangun karena mendengar gerakan di belakangnya. Sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang hali silat kelas tinggi,
sedikit suara saja cukup membuat dia siap waspada . Ketika dia membalik, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat Han Ti Ong yang berdiri di situ
sambil memandangnya dengan senyum ramah. The Kwat Lin yang kini sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sembuh sama sekali, memandang penuh
keheranan lalu menegur, "Siapakah engkau? Dan mengapa engkau bisa berada
di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat aneh ini?" Melihat sikap
gadis ini dan mendengar pertanyaan-pertanyaan itu, legalah hati Raja Han Ti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ong. Sikap dan kata-kata itu sudah cukup
membuktikan bahwa Kwat Lin telah sembuh sama sekali, telah kembali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada keadaan sebelum mengalami
tekanan batin hebat, maka tentu saja tidak mengenalnya dan tidak mengerti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengapa dan bagaimana bisa berada di
pulau itu. "Nona, girang hatiku mendapat kenyataan bahwa Nona telah sembuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari lupa ingatan yang Nona derita
belasan hari ini." "Lupa ingatan? Sekaranglah aku kehilangan ingatan
karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> aku tidak mengenal engkau dan tidak
tahu mengapa dan bagaimana aku bisa berada di tempat ini." "Memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> begitulah. Tadinya Nona lupa ingatan,
dan baru sekarang Nona sadar sehingga Nona lupa lagi apa yang Nona telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> alami selama belasan hari ini. Sungguh
aku ikut merasa berduka dan terharu akan nasib Ca-sha Sin-siap yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> malang...." Tba-tiba wajah itu
menjadi merah sekali dan kemudian berubah pucat, "Kau... kau tahu apa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terjadi kepada kami...?" Raja Han
Ti Ong tersenyum dan memandang wajah yang mengguncangkan hatinya itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> senyum mesra. Tentu saja, Nona. Aku dan
muridkulah yang mengubur jenazah dua belas orang suhengmu, dan aku dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muridku pula yang menolongmu membawa
kesini kemudian mengobatimu sehingga sembuh hari ini. Aku adalah Raja Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ti Ong, raja pulau ini dan kau berada
di Pulau Es." Mata yang indah ini terbelalak. "Apa...? Di... di Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es... dan aku telah mendengar nama
besar Pangeran Han Ti Ong..." "Sekarang telah menjadi Raja Han Ti
Ong, raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sebuah pulau kecil tak berarti, Nona, dan
aku belum mengetahui namamu karena selama ini kau tidak menyebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> namamu." Kwat Lin menjatuhkan diri
berlutut dan menahan isaknya. Saya menghaturkan banyak terima kasih atas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertolongan Paduka, dan maafkan kalau
saya tidak mengenal penolong saya. Saya bernama The Kwat Lin, orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> termuda Cap-sha Sin-hiap, dan...kalau
paduka menaruh kasihan kepada saya, saya ingin segera pergi dari sini ...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang juga...." "Nona The,
aku adalah seorang yang tidak bisa menyimpan rahasia hati. ketahuilah, semenjak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pertama kali melihatmu dan melihat
penderitaanmu, timbul rasa iba dan sayang di dalam hatiku. Karena itu, kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kiranya engkau suka aku akan merasa
berbahagia sekali kalau Nona mau tinggal didalam istanaku ini, sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang istriku, istri ke dua."
Kwat Lin terkejut sekali. Dia telah berhutang budi kepada raja ini, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang raja ini secara demikian terus
terang menyatakan cintanya dan ingin mengambil dia sebagai isteri! Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi isteri raja? Dia yang telah
dinodai oleh Pat-jiu Kai-ong? "Tidak! Maaf... saya... saya harus pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekarang juga. Hanya satu tujuan hidup
saya, dan Paduka tentu tahu... yaitu untuk membunuh iblis Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong." Han Ti Ong
mengangguk-angguk. "Aku mengerti dan aku sudah menduga bahwa seorang dara
perkasa seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau tentu saja tidak akan mau
menerima tawaranku dan tidak mungkin aku mengharapkan seorang dara seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Nona akan jatuh cinta begitu saja
kepadaku. Akan tetapi aku pun tidak terlalu mengharapkan yang ajaib. Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jatuh cinta kepadamu, Nona, dan adanya
aku berani meminangnya secara terang-terangan, karena aku yakin Nona<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan menerimanya berdasarkan cita-cita
tunggal Nona itulah. Bagaimana mungkin Nona akan membalas dendam kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-jiu Kai-ong, sedangkan Cap-sha
Sin-hiap saja tidak mampu mengalahkannya. Akan tetapi kalau engkau menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istriku, hemmm...soal membalas dendam
kepada Pat-jiu Kai-ong sama mudahnya dengan membalikan telapak tangan."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ucapan ini berkesan mendalam, memang
buat Kwat Lin termangu-mangu. Dia bukan gadis lagi dan tidak mungkin dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi istri orang, dan baginya
setelah berhasil membalas dendam, hanya kematianlah yang akan mengakhiri noda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dideritanya. Akan tetapi, menjadi
istri kedua Raja Han Ti Ong yang sakti, lain lagi halnya, apa pula kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang sakti itu sendiri sudah tahu akan
keadaanya. "Apakah... apakah Paduka akan mengajarkan ilmu kesaktian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada saya? tanyanya dan kini dia
mengangkat muka, memandang raja itu, diam-diam harus mengakui bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki ini gagah dan tampan,
sungguhpun usianya tentu tidak kurang dari empat puluh tahun. "Terserah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
kepadamu. kalau engkau suka memenuhi hasrat hatiku yang ingin
memperistrimu. Kalau kau menghendaki, dalam waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pendek saja aku dapat menangkap musuhmu
itu dan menyeretnya kedepan kakimu. Atau, engkau boleh mempelajari ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan aku berani tanggung bahwa selama
setahun saja engkau akan mengalahkan musuhmu itu." "Be...benarkah
itu?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Nona The Kwat Lin. Han Ti Ong
bukan orang biasa membohong, pula aku tidak ingin mendapatkan dirimu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jalan membohong. Aku telah bicara terus
terang dan andaikata engkau menolak sekalipun, aku tidak akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memaksamu. Sekarang juga, kalau engkau
menolak, akan kusediakan perahu untukmu. Nah, engkau yang memutuskan."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tentu saja timbul keraguan hebat
didalam hati Kwat Lin. Dia mengerti betapa lihainya Pat-jiu Kai-ong. Tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saja dapat pergi ke Bu-tong-pai dan
melaporkan malapetaka yang menimpa Cap-sha Sinhiap itu kepada gurunya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketua Bu-tong-pai, Kui Bhok Sianjin.
Akan tetapi, gurunya sudah tua sekali, dan belum tentu gurunya mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencampuri urusan dunia, biarpun
murid-muridnya terbunuh. Mengandalkan para saudara seperguruan, agaknya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sukar mengalahkan Pat-jiu Kai-ong, dan
terrutama sekali yang memperberat hatinya, kalau dia pergi ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai, tentu semua orang akan
tahu tentang malapetaka yang menimpa dirinya, bahwa dia telah diperkosa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh Pat-jiu Kai-ong. ke mana dia akan
menaruh mukanya kalau semua orang mengetahuinya akan hal itu?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sebaliknya, kalau dia berada di Pulau
Es, selain tak seorang pun akan tahu tentang hal yang memalukan itu, juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia akan mempunyai kesempatan besar
untuk melakukan balas dendam itu! Akan tetapi, benarkah pria di depannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini akan mampu mengajarnya sehingga dalam
waktu setahun dia akan lebih pandai dari Pat-jiu Kai-ong? Dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan puas kalau tidak dapat membunuh
jembel iblis itu dengan tangannya sediri. Biarpun dia sudah banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar nama besar Pangeran dari
Pulau Es yang kini menjadi raja itu, namun bagaimana dia dapat membuktikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesaktianya? Apakah orang ini lebih
lihai dari gurunya dan terutama sekali, lebih lihai dari Pat-jiu Kai-ong?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Perlahan-lahan Kwat Lin bangkit berdiri
dan sejenak memandang kepada Han Ti Ong yang juga sedang memandangnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Keduanya berpandangan dan akhirnya Kwat
Lin berkata, "Saya ingin sekali dapat membalas dendam dengan tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saya sendiri. Akan tetapi, bagaimanakah
saya dapat yakin bahwa dalam setahun saya dapat belajar di sini dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangkan iblis itu?" Han Ti Ong
tersenyum dan mengeluarkan sebatang pedang dari balik jubahnya. "Inilah
pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kutemukan ketika aku dan muridku
menolongmu." Kwat Lin menerima pedang itu dan air matanya turun bertitik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akan tetapi segera dihapusnya. Itulah
Angbwe- kiam pedang dari twa-suhengnya! "Engkau meragu, baiklah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kaupergunakan pedangmu dan kauserang
aku untuk menguji apakah aku dapat melatihmu selama setahun sehingga kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lebih lihai daripada Pat-jiu
Kai-ong." Kwat Lin menimang-nimang pedang Ang-bwe-kiam di tangannya.
Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong telah dikeroyok oleh dia dan
dua belas orang suhengnya. Mereka telah mainkan Ngo-heng-kiam, bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah membentuk barisan Sin-kiam-tin
ketika mengeroyok kakek iblis itu namun akhirnya mereka semua kalah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sungguhpun sejenak kakek itu terdesak.
kini, kalau hanya dia seorang diri menyerang raja ini, mana bisa dipakai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ukuran apakah dia lebih lihai dari
Pat-jiu Kai-ong? "Nona, jangan ragu-ragu. Percayalah, kalau engkau benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rajin belajar, dalam waktu setahun
engkau pasti akan dapat mengalahkan dia. Hiat-ciang Hoat-sut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pat-mo-tung-hoat dari kakek itu
sebetulnya kosong saja," kata raja itu, seolah-olah dapat membaca isi hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat-lin. Dara itu terkejut, kemudian
mengambil keputusan untuk menguji orang ini sebelum dia menyerahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dirinya yang sudah ternoda itu menjadi
istrinya sebagai penebus latihan ilmu untuk membalas dendam. "Baiklah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> saya akan menguji kepandaian Paduka,
harap Paduka bersiap dan mengeluarkan senjata." "Ha-ha-ha, Pat-jiu
Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membutuhkan tongkatnya dan pukulan
beracunya untuk mengalahkan Cap-sha Sin-hiap, akan tetapi aku cukup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggunakan ini." Dia meraih
kebawah dan tanganya sudah membentuk batu karang sedemikian rupa sehingga batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karang itu berbentuk panjang seperti
pedang! "Harap Paduka siap!" Kwan Lin berseru dan tiba-tiba pedangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyambar dengan cepat, melakukan
tusukan ke arah leher sedang tangan kirinya sudah memukul ke arah dada.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Serangan berganda dengan pedang dan
pukulan tangan kiri ini merupakan jurus hampuh dari Ngo-heng-kiam-sut.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tiba-tiba tubuh raja itu bergerak,
serangan Kwat Lin telah dapat dielakkan dan pada detik berikutnya, leher<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu tersentuh ujung batu karang
dan dadanya juga tersentuh kepalan tangan kiri Han Ti Ong. Kwat Lin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjerit lirih karena maklum bahwa
kalau tusukan batu dan pukulan tadi dilanjutkan oleh Han Ti Ong tentu dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah roboh dan tewas seketika. Akan
tetapi yang lebih mengejutkan hatinya adalah gerakan raja itu. "Paduka...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Paduka mengunakan jurus Hui-po-liu-hong
(Air Tumpah Muncrat Pelangi Melengkung) dari Ngo-heng-kiam-sut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bu-tong-pai!" Han Ti Ong
tersenyum, "Persis sekali dengan seranganmu tadi, akan tetapi jauh lebih
lihai karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali serang berhasil, bukan? Nah,
kalau engkau memiliki kesempurnaan dalam jurus ini tadi, bukankah mudah kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengalahkan musuhmu? Kwat Lin tertegun,
akan tetapi dia masih belum puas. "Saya ingin mencoba lagi!"
"Boleh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> boleh. kauseranglah aku sepuluh jurus
yang paling lihai dan aku tanggung bahwa engkau akan kukalahkan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurusmu yang sama." Dengan
pengerahan tenaga dan memilih jurus-jurus terampuh, Kwat Lin menyerang lagi,
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi setiap kali menyerang satu
jurus, dia menjerit lirih karena benar saja, dia selalu dikalahkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jurusnya sendiri. Jurus itu digerakan
oleh Han Ti Ong sedemikian aneh dan sempurnanya, demikian cepat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengandung tenaga mujijat sehingga
biarpun dia mengenal jurusnya sendiri, dia tidak sempat lagi mengelak atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menangis! Setelah sepuluh kali dia
terkena sentuhan ujung batu atau usapan tangan kiri lawan yang lihai ini dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi yakin, lalu menjatuhkan diri
berlutut. "Saya menerima penawaran Paduka!" Ha Ti Ong memegang kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pundaknya dan mengangkatnya bangun
berdiri. Mereka berdiri berhadapan, saling pandang dan wajah raja itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berseri melihat betapa wajah Kwat Lin
menjadi merah sekali dan ada kedukaan hebat tersembunyi dibalik kemerahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> wajah karena malu itu. dengan mesra Han
Ti Ong mengusap pipi halus kemerahan itu dan berkata lirih, "Aku tahu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwat Lin. Peristiwa terkutuk menimpa
dirimu membuat kau jijik terhadap pria dan muak terhadap hubungan antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pria dan wanita. Akan tetapi, aku
bukanlah pria yang mengutamakan hubungan badani saja, Kwat Lin. Aku akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghapus kejijikan dan kemuakan itu.
Percayalah, aku cinta dan iba kepadamu. Keputusan yang kauambil ini tepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali dan tidak akan mendatangkan
sesal di kemudian hari. Mari,mari kita mengumumkan pernikahan kita. Semoga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau berbahagia." Han Ti Ong
mencium dan mengecup mesra dan halus pinggir mata Kwat Lin, kemudian
menggandeng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangannya dan mengajaknya berjalan
memasuki istana dari pintu belakang yang menembus ke "Taman" itu.
Tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada kehebohan terjadi ketika Han
Ti Ong mengumumkan keputusanya mengambil The Kwat Lin, sebagai istri ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua, sunguhpun hal ini mendatangkan
bermacam-macam tanggapan dalam hati para penghuni Pulau Es. Pesta diadakan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pesta yang sederhana saja tetapi cukup
meriah. Sebagian besar penghuni Pulau Es bersuka cita dan mengharapkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dari pernikahan ini, raja akan
dikurniai seorang putera. Juga terjadi bermacam tanggapan di kalangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluarga raja. Ada kekecewaan akan
tetapi ada pula harapan. Kecewa karena sekali lagi Raja Han Ti Ong mengambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "orang luar" sebagai selir,
akan tetapi timbul harapan karena mungkin melalui istri ke dua ini mereka dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "memukul" Liu Bwee yang
mereka benci. Ternyata kemudian oleh Kwat Lin Bahwa semua ucapan yang
dikeluarkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Raja Pulau Es itu ketika meminangnya
bukan hanya bujukan kosong belaka. Raja itu benar-benar jatuh cinta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya dan hal ini terasa olehnya
setelah dia menyerahkan dirinya menjadi selir Raja Han Ti Ong. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sepenuh jiwa raganya, Han Ti Ong
mencurahkan kasih sayang kepadanya sedemikian besarnya sehingga lambat laun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia pun jatuh cinta kepada suaminya
ini. Dan dia yang tadinya hendak belajar ilmu silat sebagai dorongan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terutama dengan mengorbankan dan
menyerahkan diri sebagai selir, setelah menerima pencurahan cinta kasih yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> amat mesra dan mendalam, mulailah
berbalik pikir. Apalagi setelah sembilan bulan kemudian semenjak dia menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selir, dia melahirkan seorang anak
laki-laki. Kwat Lin merasa betapa hidupnya berubah sama sekali, kalau dulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia hanya seorang pendekar wanita yang
seringkali menghadapi banyak kesengsaraan hidup, kini menjadi seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang mulia dan terhormat, bahkan dia
mendapat kenyataan bahwa suaminya benar-benar memiliki ilmu kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang luar biasa tingginya! Timbullah
keinginan hatinya untuk mengangkat diri menjadi permaisuri, dan dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berhak karena bukankah dia yang
mempunyai keturunan laki-laki, dan selain menjadi permaisuri, juga menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pewaris semua ilmu kesaktian dari Pulau
Es. Kalau sudah demikian, baru dia akan mencari dan membunuh Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kai-ong. Kebenciannya terhadap kakek
iblis jembel itu kini menjadi tipis sekali. Memang kalau dipikir betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selama tiga hari tiga malam kakek itu
mempermainkanya, merengut kehormatan dengan memperkosa secara amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghina akan tetapi ada segi lain yang
membuat dia diam-diam berterima kasih kepada kakek itu. Kalau tidak ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peristiwa hebat itu, agaknya selama
hidupnya dia tidak akan dapat bertemu dengan Han Ti Ong, apalagi menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> istrinya dan sekaligus pewaris
ilmu-ilmunya! Sin Liong belajar ilmu silat dengan tekun bersama suhengnya, Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong yang lincah jenaka.Dan mulai tampaklah
bakatnya yang luar biasa. Tidak mengherankan kalau para tokoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kang-ouw ingin memiliki bocah ini dan
menjadikan Sin Liong sebagai bahan perebutan, karena dia pantas disebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin-tong. Han Ti Ong sendiri yang
merupakan manusia luar biasa dan memiliki kecerdasan yang disebut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kwee-bak-put-bong (sekali melihat tidak
bisa lupa lagi), diam-daim menjadi kagum sekali karena dia harus akui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bahwa dalam hal kecerdasan dan kekuatan
pikiran, dia masih kalah oleh muridnya ini! Yang amat mengagumkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hatinya adalah betapa di balik semua
bakat yang luar biasa ini terpendam watak yang amat luar biasa, watak yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh kehalusan, kelembutan dan kasih
sayang dan iba terhadap orang lain yang amat mendalam, di samping watak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang wajar seadanya. Benar-benar
seorang bocah yang ajaib! Diam-diam Sin Liong mengerti bahwa diangkatnya Kwat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Lin menjadi istri Han Ti Ong, biarpun
hal ini merupakan hal yang lumrah bagi seorang raja, namun akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan banyak ketidak baikan,
terutama di pihak ibu sumoinya. Apalagi ketika dia melihat sikap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perubahan pada diri bekas pendekar
wanita Bu-tong-pai itu Akan tetapi karena dia hanyalah seorang anak kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tidak tahu apa-apa dan yang sama sekali
tidak berhak mencampuri "Urusan dalam" suhunya, maka tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia hanya berdiam diri, hanya mengikuti
perkembangan keadaan dengan hati tidak enak. Yang dikhawatirkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> anak yang belum tahu apa-apa memang
sungguh terjadi. Semenjak mengambil Kwat Lin sebagai isteri kedua, Liu Bwee<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menderita tekanan batin yang amat
hebat. Mula-mula tidak terasa olehnya ketika suaminya makin jarang bermalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di dalam kamarnya karena hal ini
dianggapnya limrah setelah suaminya memiliki isteri lain yang baru. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi perasaan kewanitaannya yang
halus segera dapat menangkap kehambaran cinta kasih yang dicurahkan suaminya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadanya. Dan terutama sekali setelah
The Kwat Lin mengandung, suaminya tidak pernah datang lagi menginap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikamarnya, dan kalau sekali-sekali
datang, tidak ada cumbu rayu dan kemesraan sama sekali, hanya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menanyakan kesehatan dan agaknya
suaminya datang hanya demi kesopanan belaka! Hati seorang wanita amatlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halusnya, mudah tersinggung, mudah
gembira, mudah marah, mudah berduka, mudah jatuh cinta dan mudah pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membenci! Setelah Kwat Lin melahirkan
seorang anak lakilaki, mulailah hati Liu Bwee digerogoti iri dan hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendatangkan kebencian hebat. Dia mulai
merasa tersiksa batinya, merasa kesepian, rasa rindu yang makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghimpit terhadap belaian kasih
sayang suaminya membuat Liu Bwee makin tersiksa, menambah kebenciannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terhadap Kwan Lin yang makin dipuja
suaminya itu. Liu Bwee bukan seorang wanita yang gila akan kedudukan. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak mengejar kedudukan dan dia sama
sekali tidak khawatir akan menurunya derajatnya apabila madunya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diangkat menjadi permaisuri karena
mempunyai seorang putera. Akan tetapi Liu Bwee adalah seorang wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> haus akan kasih sayang, maka dapat
dibayangkan betapa hebat penderitaan batinnya setelah cintanya disiasiakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh suaminya yang telah jatuh di bawah
telapak kaki Kwat Lin. Melihat penderitaan batin yang dialami oleh Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee ini, diam-diam bersoraklah para
keluarga raja. Bagi mereka, biarpun putera raja bukan keturunan dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang ibu yang masih berdarah
"agung" seperti mereka, namun masih lebih baik dari pada kalau
dilahirkan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang iu seperti Liu Bwee, hanya anak
seorang nelayan Pulau Es rendah! Pula kebencian mereka yang terdorong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> oleh iri hati terhadap Liu Bwee membuat
mereka condong kepada Kwan Lin sehingga kelahiran Han Bu Ong, nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> putera itu, disambut dengan penuh
kegembiraan oleh keluarga raja dan juga oleh semua penghuni Pulau Es sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyambutan terhadap lahirnya seorang
putera raja yang akan menjadi pangeran mahkota! Tujuh tahun telah lewat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semenjak Sin Liong berada di Pulau Es.
Dipandang begitu saja, agaknya keadaan Pulau Es dan kerajaan kecilnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selam tujuh tahun itu tidak terjadi
perubahan sesuatu, para penghuninya masih hidup dengan tenang dan tentram<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh kedamaian seperti puluhan, bahkan
ratusan tahun yang lalu. Raja Han Ti Ong tidak kalah bijaksana dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengendalikan pemerintahan kecilnya
sehingga para penghuni Pulau Es hidup bahagia, sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelanggaran-pelanggaran yang terjadi
hanya sedikit sekali. Namun sesungguhnya terjadi perubahan yang amat besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan banyak! The Kwat Lin yang kini
menjadi permaisuri, diangkat secara resmi oleh Han Ti Ong sehingga kedudukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwee tergeser menjadi istri selir,
bukan hanya menjadi wanita pertama yang paling tinggi tingkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kedudukanya, namun juga telah menjadi
seorang wanita yang memiliki kesaktian hebat, hanya kalah oleh suaminya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan beberapa tokoh lain di Pulau Es.
Namun, hasratnya untuk membalas dendam terhadap Pat-jiu Kai-ong agaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah lenyap sama sekali! Dia kelihatan
hidup bahagia tenggelam dalam belaian penuh kasih sayang dari suaminya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melihat puteranya yang kini telah
berusia enam tahun dan menjadi seorang anak laki-laki yang tampan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehat biarpun tubuhnya agak kecil,
sebagai pangeran, tentu saja Bu Ong digembleng oleh ayahnya sendiri sejak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kanak-kanak. Sin Liong telah memperoleh
kemajuan yang mentakjubkan dan mengagumkan Han Ti Ong sendiri. Semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmuyang diajarkan oleh raja itu,
sekali dilatih dapat dilakukan dengan hampir sempurna! Tentu saja dalam waktu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> beberapa tahun dia telah jauh melampaui
tingkat kepandaian sumoinya, dan setelah dia berusia empat belas tahun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sin Liong telah jauh meninggalkan
tingkat sumoinya. Bukan hanya dalam hal ilmu silat, akan tetapi juga dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu sinkang dia maju pesat karena
tanpa diperintah oleh suhunya, dengan tekun Sin Liong berlatih seorang diri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di bawah hujan salju yang amat dingin
sehingga dia dapat menampung inti sari tenaga im-kang yang amat hebat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Selain tekun mempelajari ilmu silat
yang diturunkan oleh suhunya tanpa ada yang disembunyikan itu, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> juga rajin sekali membaca kitab-kitab
yang banyak terdapat didalam kamar perpustakaan istana. Dia dikenal oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua ahli sastra di Pulau Es dan
mereka ini amat kagum dan suka kepada Sin Liong melihat ketekunan bocah ajaib<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini. Tidak ada bosannya Sin Liong
membaca kitab-kitab kuno dan setiap bertemu hurup baru yang tidak dikenalnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mencatatnya untuk kemudian
ditanyakan kepada para ahli itu. Dengan cara demikian, biarpun tidak dibimbing<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> langsung, namun Sin Liong telah dapat
memperkaya perbendaharaan kata-kata sehingga dia mampu membaca<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kitab-kitab yang paling kuno di dalam
perpustakaan itu. Kitab kuno tidaklah seperti kitab biasa, karena selain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> huruf-hurufnya kuno, juga huruf-huruf
itu mengandung arti yang amat mendalam. Karena inilah, maka kitab-kitab<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang amat kuno di pulau itu jarang atau
hampir tidak pernah dibaca orang. Han Ti Ong sendiri segan membaca<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kitab-kitab itu, karena selain sukar,
juga isinya hanyalah sajak-sajak kuno yang dianggapnya tidak ada gunanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melelahkan otaknya. Namun semua
kitab itu "dilalap" semua oleh Sin Liong! Bukan ini saja, namun anak
ajaib<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini dapat menemukan sesuatu yang
tersembunyi didalam sajak-sajak itu! Dia menemukan rangkaian ilmu silat sakti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang masih merupakan "rangka"
terselubung di dalam huruf-huruf kuno yang sukar dimengerti itu, bahkan
menemukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pula ilmu yang masih dirahasiakan oleh
Han Ti Ong, ilmu yang selama ratusan tahun mengangkat nama Pulau Es,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yaitu ilmu inti sari dasar gerakan
semua ilmu silat. Dengan ilmu ini yang sudah dikuasainya, maka Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dapat mengalahkan tujuh orang tokoh
sakti dengan jurus-jurus, jurus ilmu silat mereka sendiri ketika Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menolong Sin Long di jeng-hoa-sian.
Kini, secara tidak disengaja, bahkan di luar kesadaran Sin Liong sendiri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bocah ajaib ini telah menemukan ilmu itu
"terselip" dan terselubung di antara sajak-sajak kuno yang
kelihatanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak ada gunanya itu. Selain
memperoleh kemajuan hebat dalam ilmu silat, juga selama berada di Pulau Es, Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong memperoleh kesempatan memperdalam
ilmunya mengenal daun dan tumbuhan obat dengan jalan menyelidikinya di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pulau-pulau kosong di sekitar Pulau Es.
Dia memang mendapat tugas untuk mencari bahan-bahan obat di pulau-pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu untuk kepentingan para penghuni
Pulau Es, Dan dalam kesempatan melaksanakan tugasnya ini, Sin Liong tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyia-nyiakan waktu untuk menyelidiki
lebih banyak lagi tetumbuhan dan khasiatnya untuk kesehatan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia. Dengan adanya Sin Liong di
Pulau Es, banyaklah sudah penghuni yang terhidar dari bahaya penyakit, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk ini, Han Ti Ong merasa berterima
kasih sekali sehingga dia tidak segan-segan menurunkan ilmu pengobatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tusuk jarum kepada muridnya itu. Selain
Sin Liong, tentu saja Swat Hong sebagai puteri raja, juga memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemajuan pesat dan dalam usia tiga
belas tahun itu dia telah memilik ilmu kepandaian yang sukar dicari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tandinganya. Dengan demikian, hampir
semua orang di Pulau Es memperoleh kemajuan masing-masing. Raja Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memperoleh kebahagiaan cinta kasih
dalam diri Kwat Lin yang telah menjadi permaisurinya. The Kwat Lin sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang tadinya mengalami malapetaka yang
dianggapnya lebih hebat daripada kematian sendiri, telah memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";">
banyak keuntungan, memperoleh cinta kasih yang mesra, kedudukan tinggi
sekali, dan ilmu kepandaian yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hebat pula. Hanya seorang saja yang
sama sekali tidak memperoleh kemajuan lahir maupun batin yaitu Liu Bwee!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dia menderita makin hebat, terutama
batinnya karena semenjak beberapa tahun ini, suaminya sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pernah lagi mendekatinya! Lenyaplah
wataknya yang periang dan kini Liu Bwee lebih banyak mengurung dirinya di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dalam kamar, menyulam atau membaca
kitab. Dia seolah-olah menjadi seorang pertapa dan biarpun wajahnya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membayangkan sesuatu, masih tetap
cantik manis dan pakaiannya selalu bersih, namun sesungguhnya hatinya terluka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan selalu meneteskan darah, batinnya
terhimpit dan terbakar oleh rindu yang tak kunjung henti, kehausan akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belaian kasih sayang seorang pria yang
tak pernah terpuaskan. Keadaan di dalam istana dengan adanya penderitaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liu Bwee, dengan adanya para anggauta
keluarga istana yang masih menaruh benci kepadanya dan tidak melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kesempatan untuk menjatuhkan wanita ini
karena Liu Bwee selalu bersikap diam dan tidak memperlihatkan sesuatu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merupakan api dalam sekam yang setiap
saat tentu akan berkobar atau meledak. Hal ini tidak saja dirasakan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua angauta keluarga raja, bahkan
dirasakan pula oleh Sin Liong dan Swat Hong. Sering kali Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kehilangan kejenakaan Swan Hong yang
merupakan ciri khas dara ini. Kalau dia melihat dara itu termenung seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> diri, dia menarik nafas panjang dan
sekali waktu dia menegus, "Eh, Sumoi. Kenapa kau termenung dan wajahmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suram? lihat, hari tidak sesuram
wajahmu, sinar matahari mencairkan salju dengan cahaya yang keemasan!"
Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong memandang pemuda itu dan menarik
nafas panjang. "Betapa aku tidak tidak akan muram menyaksikan keadaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang begini dingin di dalam istana,
Su-heng? Ayah memang masih biasa dan baik kepadaku, juga ibu baik kepadaku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Akan tetapi antara Ayah dan Ibu
seolah-olah terdapat jurang pemisah yang amat dalam. Tidak pernah lagi aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menyaksikan keduanya beramah tamah dan
bersendau gurau seperti dahulu lagi. Apakah karena Ibu Permaisuri...?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ssst, Sumoi. Kita tidak mempunayi
hak untuk bicara mengenai orang-orang tua itu. Hal itu adalah urusan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri." "Aku mengerti,
Suheng. Akan tetapi aku melihat kedukaan hebat bersembunyi di balik senyum Ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepadaku. Aku tahu betapa dia rindu
kepada Ayah, rindu yang membuatnya seperti gila...." "Hushh...."
"Aku tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membohong, Suheng. Seringkali aku
mendengar Ibuku mengigau memanggil nama Ayah dan menangis dalam tidur. Ibu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> selalu gelisah kalau tidur dan biarpun
dia hendak menyembunyikannya dariku, namun aku tahu betapa Ibu menderita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sengsara batin yang hebat, menderita
rindu yang menghancurkan batinnya...." Dara itu kelihatan berduka sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian berkata lagi, "Suheng,
apa sih perlunya orang saling mencinta kalau akibatnya hanya mendatangkan rindu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kecewa?" "Itu bukan
cinta, Sumoi, Ahh, kau takan mengerti dan semua orang takan mengerti karena
sudah lajim<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menganggap hawa nafsu sama dengan
cinta. Hawa nafsu menuntut pemuasan, menuntuk kesenangan dan ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memilikinya untuk diri sendiri. Dan
semua inilah yang menimbulkan kecewa dan duka, Sumoi." Sumoinya
terbelalak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Aihh, kau bicara seperti
kakek-kakek saja! Dari mana memperoleh filsafat macam itu, Suheng?" Karena
tertarik,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara yang mudah ini sudah melupakan
kedukaanya dan menjadi riang gembira lagi, matanya memandang suhengnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan berseri penuh godaan.
"Dari... hemm, kukira dari kesadaran, Sumoi. Bukan filsafat. Aku sudah
kenyang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membaca filsafat, dan apa artinya
filsafat kalau hanya untuk diafal? Tidak ada bedanya dengan benda mati yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hanya diulang-ulang, dipakai perhiasan,
dijadikan alat untuk terbang melayang diawang-awang yang kosong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Terlalu banyak kitab kubaca sudah, dan
mungkin juga karena memperhatikan keadaan mendatangkan kesadaran." Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menarik napas panjang. "Suheng,
kau tadi mencela aku yang kaukatakan murung. Akan tetapi aku juga seringkali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat engkau seperti orang berduka.
Apakah kau tidak senang tinggal di Pulau Es?" "Aku suka sekali
tinggal di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sini, Sumoi. Kurasa jarang terdapat
tempat seindah ini, masyarakat setenteram ini. Akan tetapi, kalau aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melihat hukuman-hukuman yang dibuang ke
Pulau Neraka..." "Aih, hal itu bukan urusan kita, Suheng. Bukankah kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tadi juga mengatakan bahwa urusan
antara Ayah dan Ibu bukan urusanku? Maka urusan hukuman itu pun sama sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bukan urusan kita." Kau keliru,
Sumoi. Urusan Ayah Bundamu memang merupakan urusan pribadi mereka. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> urusan orangorang terhukum adalah
urusan umum, urusan kita juga. Aku merasa tidak senang sekali dengan adanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> peraturan itu. Aku akan berusaha untuk
mengingatkan Suhu...." "Tapi Ayah seorang Raja, Suheng!"
"Raja pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> manusia juga." "Tapi Raja hanyalah
menjalankan hukum yang berlaku, Suheng." "Hukum pun buatan manusia.
Benda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Mati!" Tiba-tiba terdengar suara
tambur dipukul. Sejenak dua orang muda-mudi itu memperhatikan dan wajah Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong menjadi muram. "Nah, ada
lagi sidang pengadilan yang akan menjatuhkan hukuman. Entah siapa lagi sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang melakukan pelanggaran. Mari kita
lihat, Suheng!" Sin Liong digandeng tangannya oleh Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menariknya ke arah bangunan di samping
istana, bangunan yang dijadikan ruang sidang pengadilan di mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dijatuhkan hukuman terhadap mereka yang
melakukan pelanggaran-pelanggaran. Ketika mereka tiba di situ, banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sudah penghuni Pulau Es yang menonton
diluar ruangan, dan tentu saja dua orang muda-mudi itu mudah untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memasuki ruang sidang dan duduk di atas
kursi yang berderet di pinggiran. Ruangan itu luas sekali, lantainya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> halus dan bersih. Isi ruang hanyalah
sebuah meja panjang dan di belakang meja panjang ini terdapat lima buah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kursi dan di kanan kiri, di pinggir
juga terdapat kursi-kursi, sedangkan di depan meja, di bagian tengah tetap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kosong. Pada saat Sin Liong dan Swat
Hong tiba di ruangan itu, di belakang meja telah duduk hakim, yaitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang kakek tua keluarga kerajaan
yang biasa bertugas sebagai hakim, sedangkan di sebelah kanannya, di kursi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kebesaran, tampak duduk Han Ti Ong
sendiri bersama permaisurinya. Hal ini merupakan keanehan karena biasanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> raja hanya datang tanpa permaisurinya
dan duduk bersama dengan para pangeran lain. Agaknya permaisuri Raja Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ti Ong sekarang ini ingin pula melihat
pengadilan dilakukan di Pulau Es. Para pesakitan yang sudah berlutut di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> depan meja, di atas lantai, hanya tiga
orang. Seorang lakilaki tinggi besar penuh brewok yang matanya lebar dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> gerak-geriknya kasar, seorang laki-laki
muda yang tampan dan seorang wanita yang usianya empat puluhan, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> masih cantik dan wanita ini berlutut di
samping laki-laki muda yang kelihatan ketakutan, tidak seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> laki-laki tinggi besar dan Si Wanita
yang kelihatan tenang-tenang saja. Dengan suara lantang jaksa penuntut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membacakan tuntutan kepada laki-laki
tinggi besar yang sudah berlutut ke depan setelah namanya dipanggil, yaitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw Tang Kui. Bouw Tang Kui telah
berkali-kali diperingatkan karena sikapnya yang kasar, suka menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepandaian menghina yang lemah dan suka
mencuri. Terakhir ditangkap karena melakukan pencurian,mengambil batu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hijau mustika penyedot racun ular milik
orang lain. Karena kejahatanya membahayakan Pulau Es, dapat menimbulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekacauan dan permusuhan, maka hukuman
yang paling berat patut dijatuhkan atas dirinya, selain untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memberantas kejahatan dari permukaan
pulau juga sebagai contoh kepada semua penghuni pulau." Hening sejenak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian terdengar suara hakim tua yang
lemah dan agak gemetar, "Bouw Tang Kui, kau sudah mendengar tuduhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atas dirimu. Kau diperkenankan membela
diri." Bouw Tang Kui yang berlutut itu memberi hormat kepada raja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kemudian dengan suaranya yang kasar dan
nyaring berkata,"Hamba mengaku telah melakukan perbuatan itu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba ingin memiliki mustika batu
hijau. Hamba telah menerima banyak budi dari Sri baginda, kalau sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dianggap berdosa, hamba siap menerima
segala macam hukuman yang dijatuhkan kepada hamba." Hakim berfikir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sejenak, kemudian sambil mengetok meja
dia berkata, "Pengadilan memutuskan hukuman buang ke Pulau Neraka kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bouw Tang Kui." Suasana menjadi
hening. Keputusan hukuman ini merupakan yang lebih hebat dari pada penggal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepala. Banyak di antara mereka yang
mendengarkan, menahan nafas dengan muka pucat, ada yang menaruh hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kasihan kepada Bouw Tang Kui. Akan
tetapi pesakitan itu sendiri setelah memandang kepada raja, lalu berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suaranya penuh pahit getir,
"Hukuman apa pun bagi hamba tidak terasa berat, yang terasa berat adalah
bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba dipaksa untuk memusuhi Pulau Es
yang hamba cintai!" "Jadi engkau menerima keputusan hukuman?"
hakim<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bertanya. "Hamba mene...."
"Nanti dulu!!" tiba-tiba terdengar suara nyaring dan Han Ti Ong
sendiri mengangkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muka memandang tajam ketika melihat Sin
Liong telah berdiri dari kursinya dan mengeluarkan seruan itu. "Harap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suhu dan para Cu-wi sekalian maafkan
saya. Akan tetapi pesakitan berhak untuk dibela dan saya hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> membelanya. Saudara Bouw Tang Kui ini
dianggap berdosa dan memang dia telah melakukan pelanggaran. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> patutkah kalau kesalahannya itu lalu
dijadikan tanda bahwa dia seorang jahat yang tidak bisa diampuni lagi?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Saya hendak bertanya, siapakah di
antara Cu-wi sekalian yang tidak pernah melakukan kesalahan?" "Semua
manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pasti pernah melakukan kesalahan dan
karena kita semua manusia, maka kita pun tentu pernah melakukan kesalahan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapakah yang mau kalau kesalahan yang
dilakukannya itu lalu dijadikan tanda bahwa selamanya dia akan bersalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> atau berdosa, dan patut dihukum tanpa
ampun lagi? Kesalahan yang dilakukan oleh Bouw Tang Kui adalah sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyelewengan biasa yang dilakukan oleh
manusia yang berbatin lemah. Manusia yang berbatin lemah dan melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penyelewengan sama saja dengan seorang
yang sedang menderita semacam penyakit, hanya bedanya, yang sakit bukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tubuhnya melainkan hatinya. Akan
tetapi, setiap orang sakit bisa sembuh! Maka, menghukumnya dengan hukuman keji<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu sama dengan membunuhnya!"
Hening sekali keadaan di situ setelah pemuda tanggung ini mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembelaanya. "Akan tetapi di sini
sudah diadakan hukum sejak ratusan tahun dan kita semua harus tunduk kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hukum!" kata Han Ti Ong ketika
melihat betapa hakim ragu-ragu untuk menjawab. Dia maklum bahwa Sin Liong
disuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> banyak orang di situ, dan selain ini,
agaknya para pejabat itu juga sungkan mendebat karena pemuda itu adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> murid raja. Karena inilah maka Han Ti
Ong sendiri yang mengeluarkan suara membantah. "Harap Suhu memaafkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teecu kalau teecu terpaksa mendebat.
Saudara Bouw melanggar hukum yang dianggap berdosa, lalu menurut hukum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> harus dibuang ke Pulau Neraka. Dari
manakah timbulnya pelanggaran yang disebut dosa? Kalau tidak ada hukum,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana mungkin ada dosa? Kalau tidak ada
larangan, mana mungkin ada pelanggaran? Hukumlah yang menciptakan dosa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan pelanggaran, hukum adalah keji
karena hukuman yang dijatuhkan sebetulnya lebih kotor daripada dosa itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sendiri! Kalau dia dianggap bersalah
lalu dibuang ke Pulau Neraka, bukankah hal itu membuat dia menjadi makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jahat dan mendendam? Andaikata seorang
penderita sakit, penyakitnya menjadi makin parah! Apakah hukuman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pembuangan ke Pulau Neraka itu akan
menginsafkannya? Suhu, sudah berkali-kali teecu menyatakan bahwa hukuman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seperti ini tidak patutu dilakuakan di
Lebih baik menuntut mereka yang tersesat agar kembali ke jalan benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dari pada menghukum mereka dengan kekerasan
yang akan membuat meraka menjadi lebih jahat lagi." Kwat Sin Liong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kau tak berhak untuk mencela hukum yang
sudah menjadi tradisi kami! Hakim, lanjutkan persidangan dan pembelaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang dilakukan atas diri Bouw Tang Kui
tidak dapat diterima!" bentak Han Ti Ong yang merasa tersinggung juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendengar betapa peraturan yang
dijunjung tinggi selam ratusan tahun oleh nenek moyangnya itu kini disangkal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan dicela oleh seorang bocah yang
menjadi muridnya! Sin Liong menghela nafas dan terpaksa dia duduk kembali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Ssttt, kau terlampau
berani...." Swat Hong berbisik. "Hemmm... tiada gunanya...." Sin
Liong balas berbisik.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suara jaksa yang lantang sudah
memanggil nama dua orang pesakitan yang lain, laki-laki tampan dan wanita
cantik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu. Mereka maju dan berlutut di depan
pengadilan. "Sia Gin Hwa dan Lu Kiat telah ditangkap karena melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perjinaan. Karena Sin Gin Hwa telah
menjadi istri syah dari Ji Hoat, maka perbuatan itu merupakan perbuatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hina yang hamat berdosa, melanggar
larangan keras yang telah disyahkan hukum. Karena itu, tidak ada pengampunan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> baginya dan mohon pengadilan
menjatuhkan hukuman terberat kepadanya. Adapun Lu Kiat, biarpun masih muda dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> belum beristri, namun dia telah
berjinah dengan istri orang, maka dia pun harus dijatuhi hukuman yang layak.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kemudian terserah kepada hakim."
Wanita itu menundukan mukanya yang menjadi merah sekali ketika mendengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejek dari mereka yang menonton di
luar ruangan sidang, akan tetapi sikapnya masih tenang-tenang saja.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Adapun Lu Kiat, pemuda itu menjadi
pucat wajahnya, akan tetapi dia juga menundukan mukanya, kelihatan gelisah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali. "Pengadilan memutuskan
hukuman buang ke Pulau Neraka kepada Sia Gin Hwa dan hukuman rangket seratus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kali kepada Lu Kiat!" "Hamba
tidak menerima!" Tiba-tiba Sia Gin Hwa berteriak. "Yang melakukan
perjinaan adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba berdua, maka kalau dibuang pun
harus hamba berdua!" "Tidak, hamba menerima hukuman rangket seratus
kali!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teriak pula Lu kiat. "Laki-laki
apa kau ini? Ketika merayuku, kau berjanji akan bersama-sama menderita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> andaikata dibuang ke Pulau
Neraka!" Sia Gin Hwa memaki dan terjadilah ribut mulut antara mereka.
"Diam!!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Teriakan menggetarkan dari Han Ti Ong
membuat mereka berdiri menjatuhkan diri mohon pengampunan. "Karena kalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> melakukan perbuatan yang memalukan
sekali, menodakan nama baik Pulau Es, maka sepatutnya kalian berdua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sama-sama dibuang ke Pulau Neraka!"
kata Raja itu dengan suara tenang namun penuh wibawa. Sia Gin Hwa memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tangan kekasihnya dan menangis sambil
menciumi tangan itu, akan tetapi wajah Lu Kiat menjadi makin pucat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kembali Sin Liong bangkit berdiri.
"Maaf, Suhu. Teecu terpaksa membantah lagi! Mereka memang telah melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> perbuatan yang melanggar hukum yang
ada, akan tetapi apakah perbuatan mereka itu sudah demikian jahatnya maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sampai mereka dihukum buang? Teecu kira
di balik perbuatan mereka itu tentu ada sebab dan alasannya. Mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi korban nafsu, akan tetapi kalau
seoarang istri sampai melakukan penyelewengan, tentu pihak suami juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ada kesalahannya. Tidak perlukah
diselidiki mengapa wanita ini yang telah bersuami sampai berjina dengan pria<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lain? Mengapa dia sampai tidak dapat
menahan dorongan nafsu berahi? Tentu ada sebab-sebabnya." " Sin
Liong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau seorang bocah belum dewasa, tahu
apa tentang nafsu berahi?" bentak gurunya, agak tertegun juga karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia mendapatkan kebenaran tersembunyi
di balik bantahan muridnya itu. Terdengar suara ketawa ditahan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sana-sini, bahkan permaisuri sendiri
menahan senyumnya. "Teecu...teecu...mengerti dari kitab...." "Pembelaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang anak yang belum dewasa terhadap
perjinaan yang dilakukan orang dewasa tidak dapat diterima. Laksanakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hukumannya dan buang mereka bertiga
sekarang juga ke Pulau Neraka!" kata Han Ti Ong. Persidangan dibubarkan
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tiga orang pesakitan itu lalu digiring
keluar untuk dilaksanakan hukuman atas diri mereka, yaitu dibuang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pulau Neraka, hukuman yang paling
mengerikan dan paling di takuti oleh semua penghuni Pulau Es karena mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> semua tahu bahwa di buang ke Pulau
Neraka berarti hidup tersiksa dan sengsara, lebih hebat dari kematian!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Peristiwa seperti inilah yang membuat
hati Sin Liong memberontak. Dia amat cinta dan kagum kepada suhunya, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi peraturan hukum di Pulau Es ini
dianggapnya terlalu kejam. Sebaliknya, Han Ti Ong yang maklum akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kekecewaan hati muridnya yang dia
kagumi dan cinta, berusaha menyenangkan hati muridnya itu dengan menurunkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ilmu-ilmu simpanannya sehingga dalam
waktu setahun lagi saja ilmu kepandaian pemuda yang berusia lima belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tahun itu menjadi makin hebat. Boleh
dibilang dialah orang satu-satunya yang menjadi pewaris ilmu-ilmu Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Es. Biarpun Permaisuri juga mewarisi
banyak ilmu dahsyat namun dibandingkan dengan Sin Liong dia kalah bakat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sehingga kalah sempurna gerakannya, apa
lagi dalam hal tenaga sinkang dia kalah jauh. Hal ini adalah karena Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong adalah seorang yang pada dasarnya
memiliki batin kuat dan tidak pernah terseret oleh nafsu, sebaliknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> The Kwat Lin adalah seorang wanita yang
dibangkitkan nafsunya semenjak dia diperkosa oleh Pat-jiu Kai-ong.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dan pada suatu hari terjadilah suatu
hal yang sudah lama diduga-duga akan terjadi hal yang menjadi akibat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> daripada keadaan yang ditekan-tekan di
dalam istana yang dimulai dengan masuknya The Kwat Lin yang kini telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjadi permaisuri itu ke Pulau Es.
Pagi hari itu, Sin Liong tengah duduk seorang diri di tempat yang menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tempat kesukaannya bersama Swat Hong,
yaitu di tepi pantai yang paling sunyi, pantai yang tak pernah tertutup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> salju karena pasir berwana putih yang
terjadi dari pecahan batu karang dan segala macam kulit kerang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepompong itu seolah-olah selalu
mengeluarkan hawa hangat. Selagi dia duduk termenung itu terdengarlah olehnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara tabur dipukul gencar, tanda bahwa
pagi hari itu diadakan persidangan pengadilan yang amat penting, sidang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang diadakan kurang lebih tiga bulan semenjak
tiga orang pesakitan terakhir itu di buang ke Pulau Neraka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Suara tambur itu seolah-olah
menghantami isi dada Sin Liong, karena suara itu suara yang paling tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disukainya, suara yang menandakan bahwa
akan ada orang lagi yang dihukum! Maka dia tidak bergerak, mengambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keputusan tidak akan menonton karena
menonton berarti hanya akan menghadapi hal yang menyakitkan hatinya. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi dia meloncat bangun ketika
mendengar suara panggilan Swat Hong, suara panggilan yang lain dari biasanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> karena suara dara itu mengandung isak
tangis yang mengejutkan. "Kwa-suheng...!!" Sin liong terkejut melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dara itu berlari-lari kepadanya sambil
menangis dan dengan wajah yang pucat sekali. "Ada apakah, Sumoi?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tegurnya sebelum dara itu tiba di
depannya. "Suheng..., celaka... Ibuku..."Biarpun hatinya berdebar
penuh kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan kejut, Sin Liong bersikap tenang
ketika di memegang kedua pundak Sumoinya dan bertanya, "Ada apakah dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ibumu? Tenanglah, Sumoi."
"Swat Hong menahan isaknya. "Mereka... mereka menangkap Ibuku dan
membawanya ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sidang pengadilan..." Sin Liong
mengerutkan alisnya. Sudah keterlaluan ini, pikirnya. Rasa penasaran membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia berlaku agak kasar. Digandengnya
tangan Sumoinya, ditariknya dara itu dan dia berkata , "Mari kita
lihat!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Ketika dua orang itu tiba di ruangan
pengadilan, mereka mendapat kenyataan bahwa keadaan berlainan sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sidang pengadilan yang
sudah-sudah karena suasana amat sunyi. Tidak ada seorang pun diperbolehkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mendekati ruangan pengadilan, bahkan
ketika Sin liong dan Swat Hong tiba disitu, mereka dihadang oleh beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> orang penjaga, "Maaf, atas
perintah Sribaginda, tidak ada yang boleh memasuki ruang sidang pengadilan hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini." Kata mereka. Dengan kedua
tangan di kepal, Swat Hong melompat maju, matanya melotot dan mukanya merah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sekali, "Apa kalian bilang? Kalian
berani melarang aku memasuki ruangan? Apakah kalian sudah bosan hidup?"
Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Liong cepat memegang lengan sumoinya
karena dia maklum bahwa kalau sumoinya ini sudah marah, tentu akan hebat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akibatnya. Juga para penjaga itu mundur
ketakutan karena mereka mengerti betapa lihainya Sang Puteri ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Harap Saudara sekalian melaporkan
kepada atasan Saudara bahwa kami akan memasuki ruang sidang," kata Sin
Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan tenang kepada para penjaga.
"Akan tetapi kami hanya mentaati perintah. Bagaimana kami berani
melanggar?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> jawab kepala penjaga dengan muka
bingung. "Aku tahu. Ibuku yang diadili, Bukan? Nah, dengar kalian! Apa pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang akan terjadi dengan ibuku, aku
harus hadir, kalau perlu aku akan bunuh kalian semua agar dapat masuk!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kembali Swat Hong membentak. "Saudara
sekalian harap mundur dan biarkan kami masuk. Akibatnya biarkan kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berdua yang menanggungnya,"kembali
Sin Liong berkata dan keduanya memaksa masuk. Para penjaga tidak ada yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berani melarang akan tetapi mereka
cepat-cepat lari untuk melapor kedalam. Han Ti Ong mengerutkan alisnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ketika melihat Sin Liong dan Swat Hong
memasuki ruang sidang, akan tetapi dia hanya mengangguk kepada para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penjaga yang kebingungan. Hal ini
melegakan hati para penjaga dan mereka cepat-cepat meninggalkan ruangan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> untuk menjaga di luar, karena mereka
pun tidak boleh mendengarkan sidang yang sedang mengadili isteri raja!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Dapat dibayangkan betapa hancur hati
Swat Hong melihat ibunya dengan tenang berlutut di depan meja pengadilan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bersama seorang laki-laki muda yang
berpakaian sebagai pelayan dalam istana. Hatinya menduga dan dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ngeri karena melihat ibunya dan pemuda
itu berlutut di situ, dia seolah-olah melihat Sia Gin Hwa dan Lu Kiat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dua orang pesakitan yang saling
berjinah itu! Akan tetapi dia tidak percaya! Tak mungkin ibunya...! Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dia menjadi lemas dan menurut saja
ketika Sin Liong menariknya dan mengajaknya duduk dideretan kursi pinggiran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang sekali ini sama sekali kosong. Di
belakang meja panjang hanya duduk jaksa, hakim, Raja Han Ti Ong ,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permaisurinya, dan Han Bu Ong, bocah
berusia delapan tahun yang mengenakan pakaian indah dan duduk dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> agungnya di dekat ibunya, matanya
memandang kearah Sin Liong dan Swat Hong dengan angkuh. Kemudian terdengarlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> suara nyaring Sang Jaksa, suara yang
bagi telinga Swat Hong terdengar seperti sambaran pedang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menusuk-nusuk hatinya dan bagi Sin
Liong seperti guntur di tengah hari! "Liu Bwee, sebagai bekas istri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Sribaginda, dari seorang anak nelayan
biasa menjadi seorang mulia terhormat, ternyata membalas budi Sribaginda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan aib dan noda yang hina, telah
ditangkap karena melakukan perjinahan dengan seorang pelayan muda. Dosa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini amat besar karena selain
menimbulkan aib dan malu kepada Sribaginda, juga kalau diketahui dunia luar
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mencemarkan nama Kerajaan Pulau Es.
Oleh karena itu, sepatutnya dia dijatuhi hukuman yang seberat mungkin."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Bohong...! Ibu tidak
mungkin...." Swat Hong menjerit dan hendak melompat maju menyerang jaksa
yang berani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengeluarkan ucapan menuduh ibunya
seperti itu akan tetapi Sin Liong menangkap lengannya untuk mencegah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sumionya bergerak. "Swat Hong!
Berani engkau kurang ajar di depan Ayah?" Terdengar Han Ti Ong membentak
dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penuh wibawa. "Ayah, tuduhan itu
fitnah belaka! Tidak mungkin ibu melakukan hal yang kotor itu. Mana buktinya?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Siapa saksinya?" kembali Swat Hong
menjerit-jerit. "Hong-ji, jangan begitu. Ibumu tidak berdosa, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kita harus. tunduk kepada peraturan dan
hukum, anakku.Tenanglah." Ucapan ini keluar dari mulut Liu Bwee yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menoleh kearah Swat Hong, suaranya
lirih dan jelas, namun mengandung kedukaan yang merobek hati. "Liu Bwee,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau telah mendengar tuduhan atas
dirimu. Apakah pembelaanmu?" terdengar suara hakim tua itu dengan halus
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> lirih seperti biasanya, namun penuh
wibawa karena dalam sidang ini, dialah orang yang paling kuasa. "Saya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidakakan membela diri, hanya seperti
dikatakan anakku tadi, agar tidak mendatangkan penasaran, harap suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> disebutkan siapa saksinya dan apa
buktinya yang memperkuat tuduhan terhadap diriku," kata Liu Bwee dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang dan suara halus. Jaksa yang
termasuk orang di antara anggauta keluarga raja yang tidak senang kepada Liu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Bwee karena dia dahulupun mengharapkan
agar Han Ti Ong memilih anak perempuannya, segera berkata lantang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Buktinya? Engkau ditangkap ketika
berada di dalam kamar dengan A Kiu, padahal dia bukanlah pelayanmu. Apalagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> yang kalian kerjakan kalau bukan
berjinah? Seorang wanita dan seorang laki-laki yang tidak ada hubungan apa-apa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berada di dalam kamar berdua saja!
selain itu, perjinahan kalian juga telah ada yang menyaksikan." Wajah Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong sebentar pucat dan sebentar merah.
Tak dapat dia menahan kemarahanya. Ibunya dituduh berjinah dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pelayan! "Bohong! itu
bukan bukti!! Kalau memang ada yang menyaksikan, hayo siapa yang
menyaksikan?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> teriaknya, tidak memperdulikan cegahan
Sin Liong yang masih memegang lengannya karena khawatir kalau-kalau dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini mengamuk. "Akulah
saksinya!" tiba-tiba terdengar suara kecil merdu dan Han Bu Hong telah
bangkit berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan sikap menantang. Mulut anak ini
tersenyum mengejek dan matanya bersinar-sinar. "Enci Hong, akulah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah melihat ibumu dan pelayan itu di
atas ranjang...." "Ssssttt, diam...!" Permaesuri menarik
puteranya. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tetapi hakim telah berkata lagi,
"Sudah terbukti kesalahan besar yang dilakukan Liu Bwee. Kesalahan paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> besar yang dapat dilakukan oleh seorang
wanita..." "Nanti dulu!" Dengan muka pucat sekali Swat Hong
memotong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kata-kata hakim. "Tidak adil kalau
begini! kita belum mendengar keterangan A Kiu. Hai, A Kiu, aku percaya bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> engkau seorang manusia yang menjujur
kegagahan, tidak mungkin seorang pria penghuni Pulau Es Seperti engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menjatuhkan fitnah sebagai seorang pengecut
hina dina. Hayo ceritakan sesungguhnya apa yang terjadi!" Suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Swat Hong ini nyaring sekali dan muka A
Kiu menjadi pucat, kepalanya makin menunduk. Suasana menjadi hening dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> akhirnya terpecah oleh suara Raja,
"A Kiu, kau diperkenankan untuk bicara!" Tubuh itu menggigil, muka
yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tampan itu pucat sekali ketika diangkat
memandang Raja, kemudian melirik ke arah Liu Bwee yang masih bersikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tenang dan agung berlutut di sebelahnya.
Ketika dia melirik ke arah Swat Hong yang berdiri dengan sikap angkuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> memandang kepadanya, A Kiu mengeluh
lirih, kemudian menelungkup dan berkata dengan suara mengandung isak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hamba tidak berdaya... hamba
memang berada di kamar itu... tapi... tidak seperti kesaksian Pangeran kecil...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hamba terpaksa karena..."
"Berani kau mengatakan puteraku bohong?" Jeritan ini keluar dari
mulut permaisuri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hawa pukulan yang dahsyat sekali
menyambar ketika permaisuri menggerakan tangan kirinya ke arah A Kiu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Dess...! Aungghh...!" Tubuh
A Kiu terlempar bergulingan dan rebah tak bernyawa lagi, dari mulut, hidung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telinganya mengalir darah. Hebat sekali
pukulan jarak jauh yang di lakukan permaesuri itu, mengenai kepala A<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Kiu yang tentu saja tidak kuat
menahannya. Hakim dan jaksa saling pandang, sedangkan Raja menegur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Permaesurinya, "Kau terlalu
lancang...." "Apakah aku harus diam saja kalau seorang rendah macam
dia menghina<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> putera kita?" Permaesuri membantah
dengan suara agak ketus. Raja diam saja dan menarik nafas panjang. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> merasa bingung dan berduka sekali harus
menghadapi perkara ini, lalu memberi isyarat kepada hakim sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berkata, "Lanjutkan." Hakim
menelan ludah beberapa kali, kemudian berkata lantang, " Saksi utama yang
mejadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> pelaku perjinahan telah terbunuh karena
berani menghina Pangeran. Akan tetapi dia mengaku telah berada di kamar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> itu, maka sudah jelas dosa yang
dilakukan oleh Liu Bwee. Karena itu sudah adil kalau dia harus dijatuhi hukuman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> berat. Liu Bwee, pengadilan memutuskan
hukuman buang ke Pulau Neraka kepadamu!" "Ibuuuu..!!" Swat Hong
meronta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melepaskan diri dari Sin Liong,
meloncat dan menubruk ibunya. "Sssst, tenanglah, Hong-ji...." ibunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> terbisik dengan sikap masih tenang
saja, sungguhpun wajahnya kelihatan makin berduka. "Tenang? Tidak! ibu
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> boleh dihina sampai begini!" Swat
Hong lalu bangkit berdiri, menghadapi ayahnya dan berkata lantang, "ibuku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah dijatuhi hukuman tanpa bukti dan
saksi yang jelas. Akan tetapi keputusan telah dijatuhkan dan saya tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> rela melihat ibu dibuang ke Pulau
Neraka. Saya sebagai anak tunggalnya, yang takkan mampu membalas budinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dengan nyawa, saya yang akan mewakilinya,
memikul hukuman itu. Saya yang akan mejadi penggantinya ke Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka, maka harap Sribaginda bersikap
bijaksana, membiarkan ibu yang sudah mulai tua ini menghabiskan usianya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> di Pulau Es. Ibu, selamat
tinggal!" "Hong-ji...!" ibunya memekik, akan tetapi Swat Hong
sudah meloncat dan lari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> keluar dari tempat itu dengan cepat.
Sin Liong memandang dengan alis berkerut. Tak disangkanya hal yang sudak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dikhawatirkannya akan terjadi, sesuatu
yang tidak menyenangkan, suatu yang akan meledak, ternyata sehebat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> "Hong-ji... ah, Hong-ji,
Anakku...!" Liu Bwee tak dapat menahan lagi tanggisnya. Dia maklum bahwa
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mengejar anaknya dia tidak mungkin
dapat karena kepandaian puterinya itu sudah tinggi sekali, juga dia sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seorang pesakitan, tentu saja tidak
berani melanggar hukum dan lari dari tempat itu. "Aduh, anakku... Swat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Hong... Swat Hong... apa yang mereka
lakukan atas dirimu...?" ibu yang hancur hati ini meratap. Hakim menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bingung dan beberapa kali menoleh
kearah Raja seolah-olah hedak minta keputusan Han Ti Ong. Raja ini menggigit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> bibir, jengkel dan marah karena tak
disangkanya bahwa urusan akan berlarut-larut seperti ini. Ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menerima laporan tentang istri
pertamanya, Liu Bwee, yang berjinah dengan seorang pelayan muda, hatinya panas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan marah sekali. Akan tetapi dia masih
hendak membawa perkara ini kepengadilan agar diambil keputusan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> seadil-adilnya. Siapa mengira terjadi hal-hal
yang tidak menyenangkan hatinya. Permaisurinya membunuh pelayan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> muda, kemudian kini Swat Hong membela
ibunya, bahkan menggantikan ibunya "membuang diri" ke Pulau Neraka.
maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini,melihat betapa hakim menjadi
bingung dan minta keputusannya, dia memukulkan kepalan kanan ke telapak kiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sambil berkata, " Sudahlah,
sudahlah! Biar kupenuhi permintaan Swat Hong. Anak yang keras kepala itu sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menggantikan ibunya ke Pulau Neraka.
Sudah saja! Aku perkenankan Liu Bwe tinggal terus disini!" Setelah berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> demikian, dia menggandeng tanggan Bu
Ong dan permaisurinya, bangkit berdiri dan hendak meninggalkan tempat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> tidak menyenangkan itu. Akan tetapi Liu
Bwee juga bangkit berdiri dan wanita ini berkata lantang, sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menatap wajah suaminya dengan mata
tajam. "Biarpun anakku telah menebus dosa yang tidak kulakukan, dan aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> telah diperbolehkan tinggal di sini,
akan tetapi apa artinya hidup disini bagiku setelah anakku pergi ke Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Neraka? Tidak, aku tidak akan sudi
tinggal di sini lagi. Aku mulai saat ini tidak menganggap diriku sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> penghuni Pulau Es. Aku juga mau pergi
dari sini!" Setelah berkata demikian, Liu Bwee lalu meloncat dan pergi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Setelah dia bukan pesakitan lagi,
setalah dia bukan terhukum, dia berani pergi, bahkan dengan sikap tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> menghormat lagi kepada Raja yang pernah
menjadi suami dan pujaan hatinya selama bertahun-tahun itu. "Hmm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> sesukamulah!' kata Han Ti Ong perlahan
dan dengan wajah muram raja ini memasuki istana bersama permaisuri dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Pangeran Bu Ong. Sampai ruangan
persidangan itu kosong dan mayat A Kiu dibawa pergi, Sin Liong masih duduk di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> situ. Di dalam hatinya, dia merasa
menyesal melihat sikap Raja Han Ti Ong, gurunya yang di cintainya itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> Tahulah dia bahwa perubahan pada diri
gurunya itu terutama sekali terjadi karena hadirnya The Kwat Lin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kini telah menjadi permaisurinya.
Diam-diam dia merasa menyesal sekali. Bukankah dia sendiri yang dahulu minta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> kepada gurunya membawa pendekar wanita
Bu-tong-pai itu ke Pulau Es? Kini, wanita itu menjadi selir gurunya, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> setelah The Kwat Lin menjadi
permaisuri, kebahagiaan ibu Swat Hong menjadi musna! Bahkan kini berekor
seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> ini, dengan larinya Swat Hong
menggantikan ibunya ke Pulau Neraka sedang ibu dara itu sendiri pergi entah ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> mana! Dialah, langsung atau tidak
bertanggung jawab. Akan tetapi, tidak mungkin dia menegur gurunya, Juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> permaisuri tidak dapat dipersalahkan.
Betapapun juga, dia harus memperlihatkan tanggung jawabnya atas kerusakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup Swat Hong dan ibunya. Kalau dia
mendiamkan saja, seolah-olah dia ikut pula persekutuan untuk merusak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> hidup ibu dan anak itu. "Pulau
Neraka kabarnya merupakan tempat berbahaya sekali. Aku harus menyusul Swat Hong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: "Courier New";"> dan melindunginya." Demikian dia
mangambil keputusan dalam hatinya dan dia tidak lagi berpamit kepada gurunya<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-12668991048687112102012-07-27T03:32:00.007+08:002012-07-27T04:03:33.949+08:00BUKEK SIANSU : Seri Ketiga<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Ketiga - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kedua.html" target="_blank">Lanjutan Seri Kedua</a></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: 'Courier New';">dengan tombak di tangan Thian-he Te-it dan
tongkat Thian-tok, sehingga seolah-olah dua orang ini melindungi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kaiong. Pertandingan kacau
balau dan hanya Kiam-mo Cai-li yang benar-benar amat cerdiknya. Dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melayani seorang tertentu, melainkan
berlarian berputar-putar, selalu menghindarkan serangan lawan yang manapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> juga dan dia pun itdak menyerang
siapa-siapa, hanya menggerakkan pedang payungnya dan rambutnya untuk membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: 'Courier New';"> kacau dan kadang-kadang juga menekan
lawan apabila melihat ada seorang diantara mereka yang terdesak. Siasatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> adalah untuk merobohkan seorang demi
seorang dengan jalan "mengeroyok" tanpa membantu siapa-siapa agar
jumlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lawannya berkurang. Namun, mereka itu
rata-rata adalah orang-orang yang memiliki kepandaian tinggi, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidaklah mudah dibokong oleh Kiam-mo
Cai-li, bahkan lama-lama akalnya ini ketahuan dan mulailah mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menujukan senjata kepada wanita ini
sehingga mau tidak mau wanita itu terseret ke dalam pertandingan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kacau-balau itu! Terpaksa dia
mempertahankan diri dengan pedang payungnya, dan membalas serangan lawan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> paling dekat dengan kemarahan
meluap-luap. Sin Liong menjadi bengong. Entah kapan datangnya, tahu-tahu dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melihat seorang laki-laki duduk
ongkang-ongkang di atas cabang pohon besar yang tumbuh dekat medan pertandingan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu. Laki-laki itu memandang ke arah
pertempuran dengan mata terbelalak penuh perhatian, tangan kiri memegang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sehelai kain putih lebar, dan tangan
kanan yang memegang sebatang alat tulis tiada hentinya mencoratcoret di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> atas kain putih itu, seolah-olah dia
tidak sedang menonton pertandingan, melainkan sedang menonton pemandangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> indah dan dilukisnya pemandangan itu!
Sin Liong yang terheran-heran itu memperhatikan. Orang laki-laki itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kurang lebih empat puluh tahun usianya,
pakaiannya seperti seorang pelajar akan tetapi di bagian dada bajunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang kuning muda itu ada lukisan seekor
Naga Emas dan seekor Burung Hong Merah. Indah sekali lukisan baju itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Wajahnya tampan dan gagah, dengan kumis
dan jenggot terpelihara baik-baik, pakaiannya juga bersih dan terbuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dari sutera halus, sepatu yang dipakai
kedua kakinya masih baru atau setidaknya amat terpelihara sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengkilap. Rambutnya memakai kopyah
sasterawan dan sepasang matanya bersinar-sinar penuh kegembiraan ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mencorat-coret melukis pertandingan
antara tujuh orang sakti itu. Sin Liong makin bingung. Betapa mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melukis tujuh orang yang sedang
berkelebatan hampir tak tampak itu? Sin Liong tidak lagi memperhatikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pertandingan, hanya memandang ke arah
orang itu. Dia mendengar bentakan-bentakan nyaring dan tidak tahu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tujuh orang itu telah ada yang terluka.
Thian-he Te-it telah terkena hantaman tongkat Thian-tok di pahanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sehingga terasa nyeri sekali. Pat-jiu
Kai-ong juga kena serempet pundaknya sehingga berdarah oleh sebatang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> antara Siang-kiam di tangan Tee-tok,
sedangkan Lam-hai Seng-jin dan Gin-siauw Siucai juga telah mengadu tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan keduanya tergetar samapi muntahkan
darah namun berkat sinkang mereka, kedua orang ini tidak sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengalami luka dalam yang parah. Sin
Liong melihat betapa laki-laki di atas pohon itu tersenyum, menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> coretannya, menyimpan pensil dan
menyambar jubah luar yang tadi tergantung di ranting pohon, memakainya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemudian mengantongi gambar yang telah
digulungnya dan tubuhnya melayang turun. "Tontonan tidak bagus!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Terdengar dia berseru. "Tujuh
orang tua bangka gila memperlihatkan tontonan di depan seorang anak kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> benar-benar tak tahu malu sama
sekali!" Tujuh orang itu terkejut ketika mendengar suara yang langsung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggetarkan jantung mereka itu.
Mengertilah mereka bahwa yang datang ini memiliki khikang dan singkang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> amat kuat, sehingga dapat mengatur
suaranya, langsung dipergunakan untuk menyerang mereka dan sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mempengaruhi Sin-tong yang masih duduk
bersila. Dengan hati tegang mereka lalu meloncat mundur dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masing-masing melintangkan senjata di
depan dada, memandang ke arah laki-laki gagah yang baru muncul itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Namun, tidak ada seorangpun diantara
mereka yang mengenalnya, maka ketujuh orang itu menjadi marah sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Bangsat kecil, engkau siapakah
berani mencampuri urusan kami dan memaki kami?" bentak Patjiu Kai-ong
sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengusap pundaknya yang berdarah. Apa
kau memiliki kepandaian maka berani mencela kami, tikus kecil?" bentak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pula Thian-he Te-it yang masih ngilu
rasa pahanya, dan untung bahwa pahanya itu tidak patah tulangnya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Laki-laki itu melangkah maju
menghampiri mereka dengan langkah tegap dan sikap sama sekali tidak takut,
bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wajahnya itu berseri-seri memandang
mereka seorang demi seorang. kemudian, setelah berada di tengah-tengah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sehingga terkurung, dia berkata, "
Tadinya aku hanya mendengar bahwa ada seorang anak baik terancam oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perebutan orang-orang pandai di dunia
kang-ouw. Ketika tiba disini dan melihat lagak kalian, mau tidak mau aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masuk dan hatiku memang penasaran
menyaksikan gerakan kalian yang sungguh-sungguh masih mentah. Ilmu tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia itu tentu Pat-mo-tung-hoat yang
berdasarkan Ilmu Pedang Pat-mo-kiam-hoat," katanya sambil menuding ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kai-ong. Raja pengemis itu
terkejut sekali melihat orang mengenal ilmu tongkatnya, padahal tadi mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bertujuh bertanding dengan kecepatan
luar biasa, bagaimana orang ini dapat mengenal ilmu tongkatnya? "Dan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> otngkat dia itu lebih lucu dan kacau
lagi. Meniru gerakan Kauw Cee Thian Si Raja Monyet, akan tetapi kaku dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mentah, tidak pantas menjadi gerakan
Raja Monyet, pantasnya menjadi gerakan Raja Tikus! Dia menuding arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Thian-tok. "Brakkk!!" Batu
besar yang berada di samping Thian-tok hancur berantakan karena dipukul oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tongkatnya. Dia marah sekali mendengar
ucapan yang dianggapnya menghina itu. "Manusia lancang, berani kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghina Thian-tok?" bentaknya dan
tongkatnya sudah diputar hendak menyerang. Akan tetapi orang itu membentak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Berhenti!" Dan aneh,
suaranya demikian berwibawa sehingga Thian-tok sendiri sampai tergetar dan
menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gerakan tongkatnya. "Aku melihat
kalian masing-masing memiliki kepandaian khusus namun masih mentah semua. Aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak membohong dan kalau tidak
percaya, marilah kalian maju seorang demi seorang, akan kuperlihatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kementahan ilmu silat kalian yang
kalian pergunakna dalam pertandingna kacau balau tadi. Hayo siapa yang maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lebih dulu, akan kulayani dengan ilmu
silat kalian sendiri!" Ucapan ini lebih mendatangkan rasa heran dan tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> percaya daripada kemarahan, maka
Pat-jiu Kai-ong melupakan pundaknya yang terluka, cepat dia sudah meloncat ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> depan, melintangkan tongkatnya di depan
dada sambil berseru, "Nah, coba kaubuktikan kementahan ilmu
tongkatku!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Setelah berkata demikian, Raja Pengemis
ini menyerang, menggunakan tongkatnya untuk menusuk, kemudian gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini dilanjutkan dengan memutar tongkat
ke atas menghantam kepala. Memang gerakan tongkatnya adalah gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pedang, dia ambil dari Ilmu Pedang
Pa-mo-kiam-hoat. Hal ini adalah rahasianya, maka dia heran sekali mendengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang tampan gagah itu mengenal ilmu
tongkatnya dan sekaligus membuka rahasianya. Enam orang tokoh yang lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> adalah orang-orang yang telah terkenal,
maka mereka menahan kemarahan dan menonton untuk melihat apakah orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang tidak terkenal ini benar-benar
memiliki kepandaian aneh dan apakah benar-benar selihai mulutnya yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sombong itu. Serangan Pat-jiu Kiam-ong
itu tidak ditangkis, akan tetapi tubuh orang itu tiba-tiba saja lenyap!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Semua orang kaget dan bengong melihat
betapa tubuh orang itu tahu-tahu telah melayang turun dari atas pohon, di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangannya terdapat sebatang cabang
pohon, yang daunnya telah dibersihkan. Demikian cepatnya dia tadi meloncat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sehingga tidak tampak, dan entah
bagaimana cepatnya tahu-tahu dia telah membikin sebatang tongkat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ukurannya sama dengan tongkat yang
dipegang Pat-jiu Kai-ong. Begitu dia turun, Pat-jiu Kaiong telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyerangnya dengan kemarahan meluap.
"Nah, lihatlah. Bukankah ini Pat-mo-kiam-hoat (Ilmu Pedang Delapan Iblis)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang kau rubah menjadi Patmo-
tung-hoat?" Dan orang itu pun kini mengimbangi permainan ilmu tongkat
Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kai-ong dengan gerakan yang sama! Jurus
demi jurus dimainkan orang itu untuk menangkis dan balas menyerang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> namun bedanya, serangannya jauh lebih
cepat dan lebih kuat tenaga sinkang yang menggerakkan tongkat itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tokoh-tokoh lain hanya menduga-duga,
mengira orang baru itu meniru gerakan Pat-jiu Kai-ong, akan tetapi Raja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pengemis ini sendiri mengenal gerakan
orang itu yang bukan lain adalah ilmu tongkatnya sendiri yang digubahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri! Dia menjadi bingung dan heran,
apalagi serangan orang itu cepatnya melebihi kilat dan dalam belasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jurus saja, tiba-tiba terdengar suara
keras, tongkat di tangan Pat-jiu Kaiong patah dan si Raja Pengemis ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri terpelanting dan mukanya pucat
sekali karena tadi ujung tongkat lawannya telah menyambar dahinya tepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diantara mata dan kalau dikehendakinya,
tentu dia telah tewas, akan tetapi orang aneh itu hanya mengguratnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saja sehingga kulit di bagian itu robek
dan berdarah. Tahulah dia bahwa sia telah berhadapan dengan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang memiliki ilmu kepandaian yang jauh
melampuinya, tahu pula bahwa nyawanya diampuni maka tanpa banyak cakap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia lalu mundur dan berdiri dengan muka
pucat dan mulut berbisik, "Aku mengaku kalah!" Tentu saja hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengejutkan enam orang tokoh yang lain!
Mereka tadi, dalam pertandingan kacau balau, telah beradu senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan Si Raja Pengemis, dan mereka
maklum bahwa selain ilmu tongkatnya amat lihai, juga tongkat itu sendiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merupakan senjata pusaka yang kuat
menangkis senjata tajam, di samping tenaga sinkang si Kakek Jembel yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kuat. Namun, dalam belasan jurus saja
kakek jembel itu mengaku kalah, tongkatnya patah dan diantara alisnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terluka, sedangkan tadinya mereka
mengira bahwa orang yang baru datang itu hanya meniru-niru ilmu silat Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kai-ong! "Si Jembel tua bangka
memang tolol!" Tiba-tiba Thian-he Te-it Ciang Ham meloncat ke depan,
tombaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melintang di tangannya, sedangkan
tangan kirinya dikepal, tangan kiri yang mengandung tenaga mukjijat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkenal dengan sebutan Kang-jiu(Lengan
Baja) yang kuat menangkis senjata tajam! Orang itu tersenyum sabar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hemm, jadi tadi adalah Pat-jiu Kai-ong,
ketua Pat-jiu Kai-pang yang terkenal? Heran ilmunya masih serendah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudah berani malang melintang di
Heng-san. Dan kau ini siapakah? Ginkangmu cukup lumayan akan tetapi permainan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tombakmu belum patut disebut
Sin-jio(Tombak Sakti), dan pukulan itu, tentu yang dinamakan Lengan Baja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sayangnya tidak cocok dengan sebutannya
karena terlalu lemah, hemm, terlalu lemah...!" Muka Ciang Ham menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merah sekali saking marahnya. Sudah
menjadi kebiasaannya kalau dia lagi marah, matanya mendelik dan kumisnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang jarang itu bergoyang-goyang
menurutkan bibir atasnya yang tergetar! "Si keparat sombong! Tahukah
engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan siapa engkau berhadapan? Aku
adalah Thianhe Te-it (Nomor Satu Sedunia) ketua dari Kang-jiu-pang di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Secuan! Bersiaplah untuk mampus di
tanganku!" Kembali orang itu meloncat ke atas, kini semua orang yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memperhatikan seluruh gerak-geriknya
melihat bahwa orang itu benar-benar memiliki ginkang yang sukar dipercaya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hanya dengan mengenjot ujung kaki,
tubuhnya melesat dengan kecepatan yang luar biasa sekali, lenyap ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pohon besar dan tak lama kemudian sudah
melayang turun membawa sebatang cabang yang panjangnya sama dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tombak di tangan Ciang Ham, bahkan
ujungnya juga sudah diruncingkan, entah bagaimana caranya! "Nah, coba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mainkan ilmu tombakmu dan pukulan
Lengan Bajumu yang masih mentah itu." Thian-he Te-it Ciang Ham bukan main<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> marahnya. Sambil mengeluarkan gerengan
keras dia menerjang, tombaknya bergerak dahsyat sehingga mata tombak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berubah menjadai belasan banyaknya,
semua mata tombak itu seolah-olah menyerang bagian-bagian tertentu dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lawannya! Namun orang itu pun
menggerakkan tombak cabang pohon dengan gerakan yang sama, bahakan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "tombaknya" berubah menjadi
dua puluh lebih, membentuk bayangan tombak yang menyilaukan mata dan terjadilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pertandingan tombak yang amat aneh
karena gerakan mereka sama. Dapat dibayangkan betapa kagetnya hati Thian-he<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Te-it Ciang Ham. Ilmu tombak itu adalah
ciptaannya sendiri dan selama ini belum pernah diajarkan kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> siapapun juga, merupakan kepandaian
khasnya yang ampuh. Akan tetapi sekarang dia melihat orang ini mainkan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tombaknya dengan gerakan yang lebih
cepat dan lebih kuat! Marahlah dia. "Setan kau!" dia memaki dan kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tombaknya membuat lingkaran besar,
menyambarnyambar diatas kepala sedangkan lengan kirinya melakukan pukulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maut karena lengan itu seolah-olah
merupakan sebuah senjata baja yang kuat sekali. "Bagus," orang itu
berseru,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tombaknya bergerak pula menyambut
tombak lawan dan terdengar suara "krekkk" ketika ujung tombak
Thian-he Te-it<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> patah disusul bertemunya dua buah
lengan. "Desss...!" Thian-he Te-it Ciang Ham mengaduh, melemparkan
tombaknya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang patah, menggunakan tangan kanan
mengurut-urut lengan kirinya. Lengan kiri yang terkenal dengan sebutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Lengan Baja itu, yang berani menangkis
senjata tajam lawan, begitu bertemu dengan lengan lawan, berubah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti bambu bertemu besi. Tulangnya
retak dan sakitnya bukan main! Dia pun bukan anak kecil, seketika tahulah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia bahwa dia berhadapan dengan seorang
yang tingkat kepadaiannya jauh lebih tinggi, membuat dia seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berhadapan dengan gurunya, maka dia
meloncat ke belakang, meringis dan berkata nyaring, "Aku kalah!"
Hening<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sejenak. Lima orang tokoh lain
terheran-heran, hampir tidak dapat percaya akan peristiwa yang telah terjadi.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Biarpun mereka mulai merasa heran dan
gentar, namun rasa penasaran membuat mereka lupa akan kenyataan bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang itu benar-benar lihai. Mereka
hendak membuktikan sendiri apakah benar orang aneh ini dapat memainkan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> istimewa mereka yang selama ini
mengangkat nama mereka di tempat tinggi di dunia kang-ouw. "Hayo, siapa
lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang ingin memamerkan ilmunya yang
masih mentah?" Orang itu sengaja menantang sambil melemparkan tombak
cabang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pohon yang telah berhasil mematahkan ujung
tombak pusaka di tangan Ciang Ham tadi. "Aku ingin mencoba!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Thian-tok sudah melompat ke depan
dengan gerakan seperti seekor kera dan tangan kirinya menggaruk-garuk pantat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangan kanan memegang tongkat
Kim-kauw-pang itu memutar-mutar tongkatnya. "Nanti dulu," kata orang
itu. "Yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bertombak tadi, bukankah dia yang
terkenal sekali sebagai ketua Kangjiu- pang di Secuan? harap Pangcu (Ketua)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjaga agar anak buahmu tidak
merendahkan nama Kang-jiupang dengan melakukan perbuatan melanggar hukum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memperbaiki ilmu silatnya." Ciang
Ham tidak menjawab, hanya kumisnya bergoyang-goyang karena marahnya. "Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Anda ini, apakah mempunyai kudis di
pantat, ataukah memang hendak meniru lagak seekor monyet? Kalau begitu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tentulah Anda yang berjuluk Thian-tok,
yang kabarnya menjadi pemuja Kauw Cee Thian, terkenal dengan Ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tongkat Kim-kauw-pang dan Ilmu Silat
Sin-kauw-kun." "Dugaanmu benar, akulah Thian-tok! Siapakah namamu,
manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sombong?" Thian-tok Bhong Sek Bin
membentak marah. "ataukah kau tidak berani mengakui namamu dan bersikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebagai seorang pengecut tukang mencuri
ilmu orang lain?" Biarpun diserang dengan kata-kata yang menghina itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang ini tersenyum saja dan menjawab,
"Namaku tidak ada perlunya kauketahui. Kalau aku tidak mampu mengalahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> engkau dengan ilmumu sendiri, barulah
aku akan memperkenalkan diri dan boleh kau perbuat sesukamu terhadap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diriku." Thian-tok lalu
mengeluarkan suara memekik nyaring seperti seekor kera marah, akan tetapi
sebelum dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyerang laki-laki aneh itu telah
menyambar tombak cabang pohon yang tadi dilemparnya ke atas tanah. Tombak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu panjang dan sekali dia menggerakkan
jari tangannya, ujung tombak cabang yang runcing itu telah patah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berubahlah tombak itu menjadi sebatang
tongkat yang panjangnya sama dengan Kim-kauwpang di tangan Thian-tok!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Thian-tok sudah menerjang dengan
gerakan lincah sekali. Kim-kauw-pang ditangannya diputar-putar sedemikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rupa, mulutnya menggeluarkan
pekik-pekik dahsyat dan tubuhnya sampai lenyap terbungkus gulungan sinar
tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri. Namun dengan enaknya orang itu
pun memutar tongkatnya, serupa benar dengan gerakan Thian-tok bahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mulutnya juga mengeluarkan pekik
seperti monyet itu dan terjadilah pertandingan yang aneh dan lucu, seolah-olah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bukan sedang bertanding, melainkan
Thian-tok sedang berlatih silat dengan gurunya. Gerakan mereka sama, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetapi gerakan orang itu lebih cepat
dan lebih mantap. Kembali belum sampai dua puluh jurus terdengar suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keras, Kim-kauw-pang di tangan
Thian-tok patah-patah menjadi tiga potong dan Si Racun Langit itu terhuyung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mundur dengan muka pucat karena tulang
pundaknya hampir patah terpukul tongkat lawan! Melihat betapa bekas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> suhengnya kalah, Tee-tok marah sekali.
Siang-kiam di punggungnya telah dicabutnya dan tanpa banyak cakap lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia telah meloncat maju.
"Keluarkan senjatamu, manusia licik! Akulah Tee-tok, hayo lawan
siang-kiam-ku ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalau kau memang gagah!" Orang itu
menjura, "Aha, kiranya Tee-tok Siangkoan Houw yang terkenal. Kulhat tadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ilmu pedangmu adalah pecahan dari
Hui-liong-kiamsut, dan kau pandai pula menggunakan Ilmu Silat Pek-lui-kun.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Akan tetapi seperti yang lain,
gerakanmu masih mentah." "Tak usah banyak cakap! Lawanlah
ilmuku!" Bentak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tee-tok dengan marah dan dia sudah
menerjang maju. Laki-laki iut mematahkan tongkatnya menjadi dua potong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tongkat yang sama dengan pedang-pedang
di kedua tangan Tee-tok, dan begitu dia menggerakkan kedua tangannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tampaklah sinar-sinar bergulung dengan
gerakan yang persis seperti gerakan Tee-tok yang memutar sepasang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pedangnya. Kembali terjadi pertandingan
yang hebat, seru dan aneh. Berkali-kali terdengar suara nyaring<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bertemunya pedang dengan tongkat, namun
anehnya, tongkat dari cabang pohon itu sama sekali tidak dapat terbabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> putus, bahkan kedua tangan Tee-tok
selalu terasa panas dan perih setiap kali pedangnya bertemu tongkat! Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> teliti Tee-tok memperhatikan gerakan
orang dan dia terkejut. Memang benar bahwa orang itu mainkan jurus-jurus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ilmu pedangnya! Dan bukan hanya mainkan
jurus ilmu pedangnya, bahkan telah mendesaknya dengan tekanan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hebat karena orang itu jauh lebih
lincah dan lebih kuat daripada dia. Lewat lima belas jurus, Tee-tok berseru,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Aku mengaku kalah!" Dia
meloncat mundur, menyimpan pedangnya dan mengangkat tangan menjura ke arah
orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sambil berkata, "Harap kau
menerima penghormatanku dengan Pek-lui-kun!" Kelihatannya saja dia memberi
hormat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan mengangkat kedua tangan ke depan
dada, namun dari kedua telapak tangannya itu menyambar hawa pukulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maut yang mendatangkan hawa panas dan
yang dapat membunuh lawan dari jarak tiga empat meter tanpa tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyentuh tubuh lawan! Itulah pukulan
Pek-lui-kun(Kepalan Kilat) yang mengandung tenaga sakti yang amat kuat!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Orang itu sudah melempar sepasang
tongkat pendeknya, sambil tersenyum dia pun mejura dengan gerakan yang sama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Terjadilah adu tenaga yang tidak tampak
oleh mata. Di tengah udara, diantara kedua orang itu terjadi benturan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tenaga dahsyat dan akibatnya membuat
Tee-tok terpental ke belakang, terhuyung dan dari mulutnya muntah darah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> segar! Dia tidak terluka hebat karena
tenaganya Pek-lui-kun membalik, hanya tergetar hebat dan mukanya makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pucat. "Engkau hebat! Aku bukan
tandinganmu!" kata Tee-tok dengan jujur, dan memandang dengan mata
terbelalak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> penuh kagum dan juga penasaran.
"Engkau luar biasa sekali dan aku amat kagum kepadamu, sahabat!"
Gin-siauw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Siucai berkata sambil melangkah maju.
"Aku tahu bahwa agaknya aku pun bukan tandinganmu, akan tetapi hatiku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> penasaran sebelum melihat engkau
mainkan ilmu-ilmuku yang tentu kauanggap masih mentah pula. Aku adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Gin-siauw Siucai dari Beng-san,
senjataku adalah suling dan pensil bulu entah kau bisa mainkannya atau
tidak."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Gin-siauw Siucai, sudah lama aku
mendengar namamu yang terkenal. Jangan khawatir, aku tentu saja dapat mainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ilmumu. Dengan ranting pendek ini aku
meniru sulingmu, dan aku pun memiliki sebatang pensil bulu." Orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memungut sebatang ranting yang
panjangnya sama dengan suling perak di tangan Gin-siauw Siucai, juga dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mencabut keluar pensil bulu yang tadi
dia pergunakan untuk mencoretcoret ketika tujuh orang tokoh sakti itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sedang saling bertempur. Akan tetapi
kalau pensil bulu di tangan Gin-siauw Siucai adalah pensil yang dibuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> khas, bukan hanya untuk menulis akan
tetapi juga dipergunakan sebagai senjata sehingga gagangnya terbuat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> baja tulen, adalah pensil di tangan
orang itu hanyalah sebatang pensil biasa saja. Berkerut alis Gin-siauw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Siucai. Orang itu dianggapnya terlalu
memandang rendah kepadanya. Akan tetapi karena orang itu tersenyum-senyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan meniru menggerak-gerakkan pensil
dan "suling" di tangannya, dia lalu berkata, "Apa boleh buat,
engkau sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memperoleh kemenangan. Kalau kau kalah,
orang akan menyalahkan aku yang menggunakan senjata lebih kuat. Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aku yang kalah, engkau akan menjadi
makin terkenal, sungguhpun kami belum tahu siapa kau. Nah, mulailah!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Siucai ini cerdik dan dia sengaja
menantang agar lawannya bergerak lebih dulu. Akan tetapi orang itu tersenyum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan sambil menggerakkan kedua senjata
istimewa itu berkata, "Lihat baik-baik, Siucai. Bukankah ini jurus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terampuh dari suling dan
pensilmu?" Kedua tangan orang itu bergerak dan Gin-siauw Siucai terkejut
mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jurus-jurus maut dari kedua senjatanya
dimainkan oleh orang itu untuk menyerangnya! Tentu saja dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memecahkan jurus ilmunya sendiri dan
berhasil menangkis kedua senjata lawan, akan tetapi seperti juga yang lain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tadi, dia merasa betapa kedua lengannya
tergetar hebat, tanda bahwa dalam hal sinkang, dia masih kalah jauh.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Namun, Siucai ini merasa penasaran sekali.
Puluhan tahun dia bertapa di Beng-san menciptakan ilmu-ilmu silat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tinggi yang dirahasiakan dan belum
pernah diajarkan kepada siapapun juga. Bagaimana sekarang telah dicuri oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang ini tanpa dia mengetahuinya? Dia
melawan mati-matian, mengeluarkan jurus-jurus paling ampuh dari kedua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> senjatanya, namun karena kalah tenaga,
setiap kali tertangkis dia terhuyung. Seperti juga yang lain dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mampu bertahan lebih dari dua puluh
jurus. Terdengar suara keras dan kedua senjatanya itu, suling dan pensil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> patah-patah bertemu dengan senjata
lawan yang sederhana itu. Dia meloncat ke belakang, menjura dan berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Kepandaian Taihiap(Pendekar
Besar) memang amat hebat, aku yang bodoh mengaku kalah." Orang itu
tersenyum dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memuji "Tidak percuma julukan
Gin-siauw Siucai karena memang hebat kepandaianmu." Ucapan itu dengan
jelas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menunjukkan kekaguman, bukan ejekan,
maka Gin-siauw Siucai menjadi makin kagum dan terheran-heran. "Sekarang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiba giliran pinto untuk kau kalahkan,
sahabat yang gagah. Akan tetapi karena sepasang senjata pinto adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hudtim dan kipas, yang tentu saja tidak
dapat kautiru, bagaimana kalau kita bertanding dengan tangan kosong?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hendak kulihat apakah kau mampu
mengalahkan pinto dengan ilmu silat tangan kosong pinto sendiri?" Orang
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masih tersenyum, akan tetapi diam-diam
ia terkejut. Tak disangkanya tosu ini amat cerdik. Dia belum pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melihat tosu ni mainkan ilmu silat
tangan kosong, bagaimana dia akan dapat menirunya? Akan tetapi dengan tenang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia menjawab, "Tentu saja saya
akan melayani kehendak Totiang, akan tetapi sebelum bertanding, saya harap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Totiang tidak keberatan untuk
memperkenalkan nama." "Siancai...! Anda licik, sobat. Semua orang
hendak dikenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> namanya, akan tetapi engkau sendiri
menyembunyikan nama. Baiklah, pinto adalah Lam-hai Seng-jin yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkepandaian rendah..."
"Aihh, kiranya Tocu (Majikan Pulau) dari pulau kura-kura? Telah lama
mendengar nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Totiang, girang hati saya dapat bertemu
dan bermain-main sebentar dengan Totiang." "Nah, siaplah!"
Lam-hai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Seng-jin sudah memasang kuda-kuda
sambil memandang tajam ke arah lawan karena dia ingin sekali tahu apakah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> benar lawan ini akan dapat menjatuhkan
dia dengan ilmu silatnya sendiri! Diam-diam orang itu memperhatikan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tersenyum, lalu dia pun memasang
kuda-kuda yang sama, kuda-kuda dari Ilmu Silat Tangan Kosong Bian-sin-kun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> (Tangan Kipas Sakti), semacam ilmu
silat yang berdasarkan sinkang tinggi sekali tingkatnya sehingga telapak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangan menjadi halus seperti kapas,
namun mengandung daya pukulan maut yang dahsyat sekali.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Hiiaaatttttt....!!" Tosu itu
sudah menerjang dengan pukulan mautnya. Tampak olehnya lawannya mengelak cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan gerakan aneh, sama sekali bukan
gerakan ilmu silatnya, akan tetapi betapa kagetnya melihat bahwa begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengelak lawan itu dalam detik berikutnya
sudah menerjangnya dengan jurus yang sama, jurus yang baru saja dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pergunakan! Maklum akan hebatnya jurus
ini, dia pun cepat mengelak untuk memecahkan ilmunya sendiri, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harus diakui bahwa elakan orang tadi
dengan gerakan aneh jauh lebih cepat dan bahkan sambil mengelak orang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dapat balas menyerang! Kembali Lam-hai
Seng-jin menyerang dengan jurus lain yang lebih dahsyat, dan seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> juga tadi lawannya meloncat dan
tahu-tahu telah membalasnya dengan serangan dari jurus yang sama! Tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia dapat pula menghindarkan diri dan
makin lama dia menjadi makin penasaran. Dikeluarkan semua ilmu simpanan,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jurus-jurus maut dari Bian-sin-kun
sampai delapan jurus banyaknya. Semua jurus dapat dihindarkan orang itu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiba-tiba orang itu berseru,
"Totiang, jagalah serangan Ilmu Silat Bian-sin-kun!" Dan dengan
gencar kini orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu menyerangnya dengan jurus-jurus
yang tadi sudah dikeluarkannya, delapan jurus paling ampuh dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bian-sin-kun. Karena gerakan orang itu
cepat bukan main, Lam-hai Sengjin sama sekali tidak mendapatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kesempatan untuk balas menyerang
sehingga dia terancam dan terdesak hebat oleh ilmu silatnya sendiri. Biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia tahu bagaimana utnuk memecahkan
jurus-jurus serangan dari Bian-sin-kun, namun karena kalah tenaga dan kalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cepat, akhirnya punggungnya kena
ditampar dan dia terpelanting, mukanya pucat dan dia harus cepat-cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengatur pernafasannya agar isi dadanya
tidak terluka. "Siancai...engkau benar-benar seorang manusia
ajaib..."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akhirnya dia berkata sambil bangkit
perlahanlahan. "Lepaskan aku...!" tiba-tiba terdengar seruan halus
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semua orang menengok ke arah Sin-tong
dan melihat betapa anak ajaib itu telah dipondong oleh lengan kiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kiam-mo Cai-li. "Hei, lepaskan
dia!" Enam orang kakek sakti maju berbareng. "Mundur!" Kiam-mo
Cai-li membentak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan menempelkan ujung payung pedang di
tangan kanan itu ke leher Sin Liong. "Mundur kalian, kalau tidak dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan mati!" Melihat ancaman ini,
enam orang itu terpaksa melangkah mundur semua. Laki-laki aneh itu memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan sinar mata berkilat, kemudian
dia melangkah maju dan suaranya halus namun penuh wibawa ketika dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkata, "Kiam-mo Cai-li, lepaskan
bocah yang tidak berdosa itu!" "Hi-hik, enak saja kau. Mundur atau
dia akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mampus di ujung payungku!" Dia
menempelkan ujung payung yang runcing itu ke leher Sin Liong yang tak mampu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bergerak dalam pelukan lengan kiri yang
kuat itu. Akan tetapi, tidak seperti enam orang kakek yang lain,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> laki-laki itu masih tersenyum dan masih
melangkah maju, membuat Kiam-mo Cai-li mundur-mundur dan dia berkata,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Bocah itu tidak ada hubungan apa-apa
dengan aku. Kalau kau bunuh dia, bunuhlah. Akan tetapi demi Tuhan, aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan menangkapmu dan akan memberikan
tubuhmu kepada Beruang Es untuk menjadi makanannya!" Berkata demikian,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> laki-laki itu menanggalkan jubah
luarnya. "Kau...kau..Pangeran Han Ti Ong...." "Pangeran Han Ti
Ong...!" Para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tokoh kang-ouw itu berteriak.
"Pangeran Pulau Es....!" Kiam-mo Cai-li yang tadinya sudah merasa
bahwa bocah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ajaib itu tentu dapat dibawanya,
menjadi marah sekali. Dia menjerit dengan lengking panjang rambutnya menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ke depan, ke arah leher Pangeran Han Ti
Ong, dan pedang payungnya juga meluncur dengan serangan yang dahsyat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Laki-laki itu, yang disebut Pangeran
Han Ti Ong, tenang-tenang saja, tidak mengelak ketika ujung rambut yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tebal itu seperti seekor ular membelit
lehernya, akan tetapi ketika pedang payung berkelebat menusuk, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menangkap payung itu dan sekali
menggeakkan tangan pedang payung itu dan sekali menggerakkan tangan pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> payung itu membabat putus rambut yang melibat
lehernya. Tangannya tidak berhenti sampai di situ saja. Selagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kiam-mo Cai-li menjerit melihat rambut
yang dibanggakan dan andalkan itu putus setengahnya, kedua tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pangeran Han Ti Ong bergerak, dan
tahu-tahu tubuh Sin Liong dapat dirampasnya setelah lebih dulu dia menampar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> punggung wanita iblis itu sehingga
tubuh Kiam-mo Cai-li menjadi lemas dan seperti lumpuh! Dengan Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam pondongan lengan kirinya, kini
Pangeran Han Ti Ong membalik dan menghadapi tujuh orang itu, tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mempedulikan Kiam-mo Cai-li yang
mangeluh dan merangkak bangun. "Apakah masih ada diantara kalian yang
hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengganggu anak ini? Sekali ini aku
tentu tidak akan bersikap halus lagi!" "Siancai....!" Lam-hai
Sian-jin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjura, "Harap Ong-ya maafkan
pinto yang tidak mengenal Ong-ya sehingga bersikap kurang ajar."
"Maafkan aku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pangeran." "Maafkan
saya..." Enam orang kakek itu menggumam maaf, hanya Kiam-mo Cai-li saja
yang tidak minta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maaf, bahkan wanita ini berkata,
"Pangeran Han Ti Ong, kau tunggu saja, Kiam-mo Cai-li tidak biasa
membiarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang menghina tanpa membalas
dendam!" "Hemmm, terserah kepadamu. Aku selalu berada di Pulau Es.
Nah, pergilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalian, orang-orang tua yang tak tahu
diri, tega mengganggu seorang bocah." Dengan kepala menunduk, tujuh orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tokoh kang-ouw yang namanya terkenal
itu meninggalkan Hutan Seribu Bunga. Karena mereka mempergunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepandaiannya, maka hanya nampak
bayangan-bayangan mereka berkelebat dan sebentar saja sudah lenyap dari tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu. "Hemmm...berbahaya..."
Han Ti Ong melepaskan Sin Liong dan menghela napas panjang sambil memandang
bocah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu yang sudah berlutut di depannya.
"Locianpwe selain sakti dan budiman juga cerdik sekali..." Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkata memuji sambil memandang wajah
Pangeran itu dengan kagum. Han Ti Ong mengerutkan alisnya. "Hemmm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengapa kau mengatakan demikian,
terutama apa artinya kau mengatakan aku cerdik?" "Locianpwe
mengalahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka, berarti Locianpwe sakti sekali,
Locianpwe mengampuni dan membiarkan mereka lolos, berarti Locianpwe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> budiman, dan Locianpwe tadi mencatat
gerakan-gerakan mereka dan kemudian mengalahkan mereka dengan ilmu mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri yang sudah Locianpwe catat
berarti Locianpwe cerdik sekali." Wajah yang gagah itu berubah, mata yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tajam itu memandang heran dan kagum,
kemudian dia berkata, "Wah, dalam kecerdikan, belum tentu kelak aku dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melawanmu! Akal dan kecerdikan memang
amat perlu untuk mempertahankan hidup di dunia yang penuh bahaya ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tahukah engkau bahwa tanpa menggunakan
akal budi, memanaskan hati mereka dengan mengalahkan mereka dengan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka sendiri, kalau mereka maju bersama
mengeroyokku, belum tentu aku dapat menang! Sekarang kau sudah bebas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dari bahaya, nah, aku pergi...!"
Melihat orang itu membalikkan tubuh dan melangkah pergi dari situ, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memandang ke arah mayat sebelas orang
dusun yang masih menggeletak di situ maka dia berseru,
"Locianpwe....".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pangeran Han Ti Ong berhenti melangkah
dan menoleh. Dia merasa heran sendiri. Tidak biasa baginya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mentaati perintah orang kecuali suara
ayahnya, raja ketiga dari Pulau Es. Akan tetapi, ada sesuatu dalam suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bocah itu yang membuat dia mau tidak
mau menghentikan langkahnya, lalu menoleh dan bertanya, "Ada apa
lagi?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Dengan masih berlutut Sin lIong
berkata, "Locianpwe, sudilah kiranya Locianpwe menerima teecu sebagai
murid."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Han Ti Ong kini memutar tubuh dan
menghampiri anak yang masih berlutut itu. "Bocah, siapa namamu?"
"Teecu She<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kwa, bernama Sin Liong. Dengan ringkas
Sin Liong lalu menuturkan tentang kematian ayah bundanya dan mengapa dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melarikan diri dan bersembunyi di hutan
itu karena dia ngeri dan muak menyaksikan kekejaman manusia dan merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendapatkan tempat yang tentram dan
damai di tempat itu. "Hemm, kau ingin menjadi muridku hendak mempelajari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> apakah?" "Mempelajari
kebijaksanaan yang dimiliki Locianpwe dan tentu saja mempelajari ilmu
kesaktian." "Kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kau hanya ingin belajar silat mengapa
tadi kau menolak ketika para tokoh menawarkan kepadamu agar menjadi murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka? Mereka itu adalah tokoh-tokoh
yang memiliki kesaktian hebat." "Namun teecu masih melihat kekerasan
di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> balik kepandaian mereka. Teecu kagum
kepada Locianpwe bukan hanya karena ilmu kesaktian, terutama sekali karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sifat welas asih pada diri
Locianpwe." "Tapi kau hendak belajar silat, mau kaupakai untuk apa?
Bukankah kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lebih dibutuhkan dan berguna berada
disini bagi penduduk sekitar Jeng-hoa-san?" "Maaf Locianpwe. Tidak
ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seujung rambut pun hati teecu untuk
mempergunakan ilmu kesaktian dalam tindakan kekerasan. Dan tidak tepat pula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalau kepandaian teecu disini berguna
bagi para penduduk. Buktinya, teecu hanya bisa mengobati orang sakit, itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pun kalau kebetulan jodoh, sedangkan sebelas
orang ini, tertimpa bahaya maut sampai mati tanpa teecu dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mencegahnya sama sekali. Andaikata
teecu memiliki kepandaian seperti Locianpwe, apakah sebelas orang ini akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tewas secara demikian menyedihkan?
Teecu kini melihat bahwa menolong orang tidak hanya mengandalkan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pengobatan, juga untuk menyelamatkan
sesama manusia dari tindasan orang kuat yang jahat, diperlukan kepandaian.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Mohon Locianpwe sudi memenuhi
permintaan teecu." "Aku adalah seorang penghuni Pulau Es. Hidup
disana tidaklah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mudah dan enak, tidak seperti disini.
Kau akan mengalami kesukaran, bahkan menderita ditempat yang dingin itu."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Kesukaran apa pun akan teecu
terima dengan hati rela, karena tiada hasil dapat dicapai tanpa jerih payah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Locianpwe." Han Ti Ong tersenyum.
Memang dia sudah tertarik sekali melihat bocah yang dijuluki Sin-tong ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bocah ini sama sekali tidak
mengkhawatirkan dirinya sendiri, melainkan untuk keselamatan orang lain yang
lemah.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Selain itu, pandang matanya yang tajam dapat
melihat bahwa bocah ini memang benar-benar bocah ajaib, memiliki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketajaman otak dan pandangan yang luar
biasa, juga memiliki darah dan tulang bersih, bakatnya malah jauh lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> besar daripada dia sendiri! Kalau
tadinya dia tidak mau menerima bocah ini sebagai murid adalah karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merasa malu terhadap diri sendiri,
karena kalau dia mengambil anak ini sebagai murid lalu apa bedanya antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia dengan tujuh orang yang dihalaunya
pergi tadi. Akan tetapi, memang ada bedanya sekarang setelah Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri yang mengajukan permohonan agar
diterima menjadi muridnya. "Kalau memang sudah bulat kehendakmu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> muridku, baiklah, Sin-Liong. Mari
kauikut bersamaku, akan tetapi jangan menyesal kelak. Hayo!" Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kembali membalikkan tubuhnya dan hendak
melangkah pergi. "Suhu, nanti dulu...!" Pangeran itu mengerutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> alisnya. Lagi-lagi dia mendengar
pengaruh yang luar biasa di balik suara anak itu yang memaksanya menoleh!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Dengan suara kesal dia berkata,
"Mau apa lagi?" "Maaf, Suhu. Teecu mana bisa meninggalkan
sebelas buah mayat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu disini begini saja?"
"Habis, apa maumu?" "Teecu harus mengubur mereka lebih dulu
sebelum pergi." "Kalau aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melarangmu?" Teecu tidak percaya
bahwa Suhu akan sekejam itu, teecu yakin akan kebaikan budi Suhu. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> andaikata Suhu benar melarang teecu,
terpaksa teecu akan membangkang dan tetap akan mengubur mayatmayat ini."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sepasang mata pangeran itu terbelalak penuh
keheranan. Anak berusia tujuh tahun sudah berani memiliki pendirian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti batu karang kokohnya.
"Murid macam apa kau ini? Belum apa-apa sudah siap membangkang terhadap
Guru!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Teecu menjadi murid bukan
membuta, dan teecu ingin mempelajari ilmu yang baik. Kalau teecu mentaati saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perintah Suhu yang tidak benar, sama
saja dengan teecu menyeret Suhu ke dalam kesesatan." Mata Han Ti Ong makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terbelalak. Hampir dia marah, akan
tetapi dia dapat melihat apa yang tersembunyi di balik ucapan yang kelihatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kurang ajar ini dan dia
mengangguk-angguk. "Lakukanlah kehendakmu, aku menunggu."
"Terima kasih! Teecu memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tahu bahwa Suhu seorang sakti yang
budiman!" Dengan wajah berseri Sin LIong lalu menggali lubang. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena dia hanya seorang anak kecil dan
yang dipergunakan menggali hanyalah sebatang cangkul biasa yang kecil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pemberian orang-orang dusun dan yang
biasa dia pergunakan untuk menggali dan mencari akar obat, maka tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggali sebuah lubang untuk mengubur
sebelas buah mayat bukan merupakan pekerjaan ringan dan mudah! Mula-mula<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Han Ti Ong duduk di bawah pohon dan
melirik ke arah muridnya itu yang bekerja keras. Disangkanya bahwa tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bocah itu akan kelelahan dan akan
beristirahat. Akan tetapi dia kecele. Sin Liong bekerja terus biarpun kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangannya sudah pegal-pegal semua, dan
keringat membasahi seluruh tubuh, menetes dari dahinya dan kadang-kadang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diusapnya dengan lengan baju. Akan
tetapi dia tidak pernah berhenti bekerja. Sudah setengah hari mencangkul,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> baru dapat membuat lubang yang hanya
cukup untuk dua buah mayat saja. Kalau dilanjutkan, agaknya untuk dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggali lubang yang cukup untuk semua
mayat, ia harus bekerja selama dua hari dua malam atau lebih! "Hemm,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hatinya lembut tapi kemauannya keras.
Benar-benar bocah ajaib." Han Ti Ong mengomel sendiri dan dia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bangkit, dirampasnya cangkul dari
tangan muridnya dan tanpa berkata apa-apa lagi dia lalu mencangkul.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Gerakannya amat cepat sekali sehingga
Sin Liong yang mundur dan menonton menjadi kabur pandangan matanya karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seolah-olah tubuh gurunya berubah
menjadi banyak, semuanya mencangkul dan sebentar saja telah terbuat sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lobang yang amat besar dan yang cukup
untuk megubur sebelas buah mayat itu. Tentu saja hati Sin lIong girang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bukan main dan satu demi satu diangkat,
atau lebih tepat diseeretnya mayat-mayat itu, dimasukkan ke dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lubang dan air matanya bercucuran! Han
Ti ong membantu muridnya mengguruk atau menutup lubang itu sehingga di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tempat itu, di depan gua tempat tinggal
Sin Liong, terdapat sebuah kuburan yang besar sekali. "Sudahlah, sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mati ditangisipun tidak ada gunanya.
Mari kita pergi!" Sin Liong merasa lengannya dipegang oleh gurunya dan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lain saat dia harus memejamkan matanya
karena tubuhnya telah "terbang" dengan amat cepatnya meninggalkan
Gunung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Jeng-hoa-san, entah kemana! Akan tetapi
setelah merasa terbiasa, Sin Liong berani juga membuka matanya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan penuh kagum dia melihat bahwa
dia dikempit oleh suhunya yang berlari cepat seperti angin saja. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengenal pula tempat dimana suhunya
melarikan diri yaitu ke sebelah timur Pegunungan Jeng-hoa-san. Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia melihat sesuatu, juga hidungnya
mencium sesuatu, maka dia cepat berseru, "Suhu, harap berhenti dulu!"
Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Ti Ong berhenti. "Ada apa?"
"Suhu, disana itu..." Suara Sin Liong tergetar dan ketika Han Ti Ong
menoleh, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pun merasa jijik sekali. Yang ditunjuk
oleh muridnya itu adalah sekumpulan mayat orang yang sudah menjadi mayat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rusak dan bekasnya menunjukkan bahwa
mayat-mayat itu tentu diganggu oleh binatang-binatang buas sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berserakan kesana-sini. "Mau apa
kau?" Han Ti Ong membentak. "Suhu apakah kita harus mendiamkan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mayat-mayat itu? Mereka adalah
bekas-bekas manusia seperti kita juga. Kasihan kalau tidak diurus..."
"Wah, kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memang gatal-gatal tangan ! Nah, hendak
kulihat apa yang akan kau lakukan terhadap mereka?" Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menurunkan Sin Liong dan dia sendiri
lalu duduk diatas sebuah batu dari tempat agak jauh. Dia sungguh ingin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tahu apa yang akan dilakukan muridnya
itu terhadap mayat-mayat yang sudah demikian membusuk, bahkan dari tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia duduk pun tercium baunya yang
hampir membuatnya muntah. Dengan langkah lebar Sin Liong menghampiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mayat-mayat itu, sedikit pun tidak
kelihatan jijik atau segan. Kemudian, diikuti pandang mata Han Ti Ong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terheran-heran bocah itu mulai menggali
tanah dengan hanya menggunakan sebatang pisau kecil, pisau yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> biasanya dipergunakan untuk memotong-motong
daun dan akar dan yang agaknya tak pernah terpisah dari saku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bajunya. Anak itu hendak menggali
lubang untuk mengubur dua belas buah mayat busuk itu hanya dengan menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebatang pisau kecil! Hampir saja Han
Ti Ong tertawa tergelak saking geli hatinya, juga saking girangnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendapat kenyataan bahwa muridnya ini
benar-benar seorang bocah ajaib yang mempunyai pribadi luhur dan wajar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tanpa dibuat-buat! Dengan kagum dia
meloncat bangun, lari menghampiri yang telah menggali lubang beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sentimeter dalamnya. "Cukup Sin
Liong. Lubang itu sudah cukup lebih dari cukup untuk mengubur mereka."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Ehhh...? Mana mungkin, Suhu...?
"Ha, kau masih meragukan kelihaian suhumu? Lihat baik-baik!" Han Ti
Ong lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengeluarkan sebuah botol dari saku
jubahnya, menggunakan ujung sepatunya mencongkel mayat-mayat itu menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> setumpukan barang busuk, dan dia
menuangkan benda cair berwarna kuning dari dalam botol ke atas tumpukan mayat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tampak uap mengepul dan tumpukan mayat
itu mencair, dalam sekejap mata saja lenyaplah tumpukan mayat itu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semua, berikut tulang-tulangnya, telah
mencair dan cairan itu mengalir ke dalam lubang yang tadi digali Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Liong. Benar saja, cairan itu memasuki
lubang dan meresap ke tanah, tentu saja lubang itu sudah lebih dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cukup untuk menampung cairan itu.
Dengan mata terbelalak penuh kagum, Sin Liong lalu menguruk lagi lubang itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan berlutut di depan kaki suhunya,
"Suhu, terima kasih atas bantuan Suhu. Suhu sungguh sakti dan
budiman."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Aahhh....!" Muka Han Ti Ong
menjadi merah dan dia mengeluarkan seruan itu untuk menutupi rasa malunya. Mana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bisa dia disebut budiman kalau mengubur
mayat-mayat itu bukan terjadi atas kehendaknya, melainkan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "terpaksa" oleh muridnya?
"Kalau aku tidak salah lihat, mereka ini adalah pendekar-pendekar gagah.
Sungguh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kematian yang menyedihkan dan entah
siapa yang dapat membunuh mereka. Mereka kelihatan bukan orang-orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sembarangan yang mudah dibunuh. Mari
kita pergi, Sin Liong!" Kembali murid itu dikempitnya dan Pangeran Sakti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu menggunakan ilmu berlari cepat
seperti tadi, melanjutkan perjalanan ke timur menuruni Pegunungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Jeng-hoa-san. Tak lama kemudian,
kembali Sin Liong yang dikempit(dijepit di bawah lengan) berseru, "Haiii
Suhu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harap berhenti dulu...!" Han Ti
Ong menjadi gemas. Akan tetapi dia berhenti juga menurunkan bocah itu dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kempitan di bawah ketiaknya. "Mau
apa lagi kau? Awas, kalau tidak penting sekali, aku akan marah!"
"Lihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> disana itu, Suhu. Tidak patutkah kita
menolong orang yang sengsara itu? Siapa tahu dia juga sudah mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> disana..." Tanpa menanti jawaban
suhunya, Sin Liong sudah lari menghampiri sesosok tubuh yang menggeletak di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bawah pohon tak jauh dari situ. Tubuh
itu tidak bergerak-gerak, akan tetapi dari tempat ia berdiri, Han Ti Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengerti bahwa orang itu belum tewas,
agaknya pingsan atau tertidur saja. Dia tersenyum dan melihat muridnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudha menjatuhkan diri berlutut di
depan orang itu. Betapa kagetnya ketika dia mendengar teriakan muridnya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Eihh, Suhu! Dia seeorang
wanita!" Han Ti Ong terheran. Dia lalu meloncat ke arah muridnya dan melihat
betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiba-tiba orang yang disangkanya
pingsan itu sudha meloncat bangun dan langsung memukul kepala Sin Liong dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kekuatan dahsyat.
"Wuuuttt........... plakkk! Augghhh....!!" Wanita yang mukanya kotor
matanya merah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rambutnya awutawutan itu menjerit ketika
pukulannya tertangkis oleh lengan Han Ti Ong yang amat kuat. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terhuyung ke belakang, sejenak
memandang Han Ti Ong dan Sin Liong, kemudian menangis tersedu-sedu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bergulingan diatas tanah menangis
seperti seorang anak kecil. "Jangan....aughhh, jangan....lepaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aku....lepaskan ...! Jangan bunuh
mereka...!" Sin Liong tertegun dan memandang penuh kasihan. Juga Han Ti
Ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memandang penuh kasihan. Juga Han Ti
Ong memandang dengan terharu, maklum bahwa dia berhadapan dengan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita yang berotak miring!
"Toanio(Nyonya), kau kenapakah...? Sin Liong melangkah ke depan. Tiba-tiba
wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu meloncat bangun dan Han Ti Ong
sudah siap melindungi muridnya yang sama sekali tidak kelihatan takut itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Akan tetapi wanita itu lalu tiba-tiba
tertawa terkekeh. "Hi-hi-hi-hikk!" Aneh sekali, ketika wanita itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertawa, Han Ti Ong melihat wajah yang
amat cantik manis! Wanita itu adalah seorang gadis muda yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cantik, akan tetapi yang entah mengapa
telah menjadi gila. Pakaian yang dipakainya adalah pakaian pria yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terlalu besar, rambutnya yang hitam
panjang itu riap-riapan tidak diurus, mukanya kotor terkena debu dan air<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mata, matanya merah dan membengkak.
"Hi-hi-hik, kubunuh engkau, Pat-jiu Kai-ong, aku bersumpah akan membunuhmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> untuk membalas kematian dua belas orang
Suhengku!" Kemudian dia menangis lagi. " Hu-hu-huuuuuh.... Cap-sha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-hiap dari Bu-tong-pai habis
terbasmi...." Han Ti Ong terkejut dan teringatlah dia akan nama Tiga Belas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Orang Pendekar Bu-tong-pai yang amat
terkenal sebagai tiga belas orang pendekar gagah perkasa pembela keadilan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kebenaran, teringat pula bahwa
mereka terdiri dari dua belas pria dan seorang wanita, kalau tidak salah,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saudara termuda. "Nona, apakah
engkau orang termuda dari Cap-sha Sin-hiap dari Bu-tong-pai?" tanyanya
sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melangkah maju menghampiri wanita gila
itu. "Jangan sentuh aku! Manusia terkutuk, jangan sentuh aku lagi!"
Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiba-tiba wanita itu menyerang dengan
hebatnya. Han Ti Ong menangkis dan menotok. Robohlah wanita itu, roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam keadaan lemas tak dapat bergerak
lagi. "Suhu, mengapa....?" Sin Liong bertanya penasaran. "Bodoh,
kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak kutotok, tentu dia akan mengamuk
terus. Coba kauperiksa dia, apakah kau bisa mengobatinya?" Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berlutut dan melihat wanita itu hanya
melotot tanpa mampu bergerak. Setelah memerikasa sebentar, dia menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> napas panjang. "Suhu, dia terkena
pukulan batin yang amat berat, membuat dia menjadi begini, berubah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ingatannya. Kalau kita berada di
Jeng-hoa-san, kiranya dapat teecu mencarikan daun penenang utnuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengobatinya." "Hemm, kau
lihatlah Gurumu mencoba untuk mengobatinya." Han Ti Ong megeluarkan
sebatang jarum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> emas dari sakunya, setelah membersihkan
ujungnya dia lalu mengahampiri wanita itu dan menusukkan jarum emasnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di tiga tempat, di tengkuk kanan kiri
dan ubun-ubun! Sin Liong memandang dengan mata terbelalak. Dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendengar dari ayahnya tentang
kepandaian orang mengobati dengan tusukan jarum, akan tetapi sekarang dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyaksikannya. Dan wanita itu baru
mengeluh lalu tertidur dengan pernapasan yang panjang dan tenang. Ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gurunya mencabut jarum dan
menyimpannya, gurunya berkata, "Coba kau periksa lagi matanya, apakah
sudah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perubahan?" Sin Liong membuka
pelupuk mata dan meihat bahwa mata wanita itu yang tadinya mengeluarkan sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aneh yang liar, kini telah normal
kembali. Dia cepat menjatuhkan dirinya berlutut di depan Suhunya. "Suhu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> teecu seperti buta, tidak tahu bahwa
Suhu adalah seorang ahli pengobatan pula." "Hemm, dalam hal mengenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetumbuhan obat, mana aku mampu
menandingimu? Akan tetapi aku mempunyai kepandaian menusuk jarum, kepandaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> turunan yang tentu kelak akan kuajarkan
kepadamu." "Suhu, teecu mengajukan sebuah permohonan, harap Suhu
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keberatan." "Hemm, apa
lagi?" "Harap Suhu suka menolong wanita malang ini, dan membiarkan
dia ikut dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kita." "Kau..............kau
gila.......?" "Suhu, dia belum sembuh benar. Kalau dia dibiarkan
disini, lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> datang orang jahat, bagaimana?"
"Ha, kau tidak usah khawatir. Dia adalah orang termuda dari Cap-sha
Sin-hiap,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ilmu kepandaiannya tinggi. Siapa berani
mengganggunya?" "Buktinya, dua belas orang suhengnya tewas dan tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka itu adalah mayat-mayat yang tadi
kita kubur. Agaknya yang membunuh adalah Pat-jiu Kai-ong. Selain itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalau dia teringat akan peristiwa itu
sebelum sembuh benar, tentu dia akan kumat gilanya dan apakah Suhu tega<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membiarkan dia seperti itu?" Han
Ti ong memandang wajah wanita yang bukan lain adalah The Kwat Lin itu. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terheran sendiri mengapa wajah yang
kotor dan rambut yang kusut itu mendatangkan rasa iba yang luar biasa di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hatinya? Mengapa dia merasa tertarik
dan ingin sekali menolong wanita muda ini? Apakah dia sudah "Ketularan"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> watak muridnya, ataukah... ataukah...?
Dia tidak berani membayangkan. Selama ini hanya isterinya seoranglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita yang menarik hatinya, yang
membangkitkan gairahnya, akan tetapi perempuan gila ini.. entah mengapa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> telah membuat dia tertarik dan kasihan
sekali. "Sudahlah, kau memang cerewet, dan kalau tidak kuturuti, tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kau rewel terus. Biar kita membawa
bersama ke Pulau Es, kita lihat saja nanti bagaimana perkembangannya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Ucapan terakhir ini seperti ditujukan
kepada hatinya sendiri! "Teecu tahu, Suhu adalah seorang yang
budiman."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Dengan hati mengkel karena ucapan
muridnya itu seperti ejekan kepadanya karena dia mau menolong dara ini sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekali bukan karena dia budiman,
melainkan karena dia kasihan dan terutama sekali... tertarik hatinya, dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kasar dia lalu mengempit tubuh wanita
itu di bawah ketiak kanannya, dan menyambar tubuh Sin Liong di bawah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketiak kirinya dan larinya Pangeran
yang sakti ini secepat terbang menuju ke pantai lautan. Siapakah sebetulnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> manusia sakti yang ditakuti oleh tujuh
orang tokoh kang-ouw itu? Siapakah Pangeran Han Ti Ong yang pada bagiaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dada bajunya terdapat lukisan burung
Hong dan seekor Naga emas itu? Dia adalah pangeran dari Pulau Es. Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini merupakan pulau rahasai yang hanya
dikenal orang kang-ouw seperti dalam dongeng karena tidak pernah ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang yang berhasil menemukan pulau itu
kecuali beberapa orang nelayan yang perahunya diserang badai dan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini ditolong oleh manusia-manusia
sakti, manusia yang menjadi penghuni Pulau Es, sebuah pulau dari es dimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terdapat istana indah dan merupakan
sebuah kerajaan kecil penuh dengan orang sakti. Setelah ditolong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diselamatkan, dan berhasil kembali ke
daratan, para nelayan inilah yang membuat cerita seperti dongeng itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sehingga nama sebutan Pulau Es terkenal
di dunia kang-ouw. Kerajaan di Pulau Es itu dibangun oleh seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pangeran, ratusan tahun yang lalu.
Seorang pangeran yang amat sakti, seorang pangeran yang dianggap pemberontak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena berani menentang kehendak
kaisar, dan pangeran ini bersama keluaraganya menjadi pelariaan. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kesaktiannya, dia berhasil melarikan
keluarganya ke pantai timur dan menggunakan sebuah perahu utnuk mencari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tempat baru. Tujuannya adalah ke pulau
di timur di mana dahulu sudah banyak orang-orang pandai dari daratan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang melarikan diri dan menjadi buronan
karena berani menentang pemerintah, yaitu Kepulauan Jepang! Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia tersesat jalan, perahunya dilanda
badai hebat dan perahunya dibawa jauh ke utara sampai kemudian perahu itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendarat di sebuah pulau. Pulau Es!
Melihat pulau itu tersembunyi, baik sekali dijadikan tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> persembunyiannya, dan di sekitar situ
terdapat pulau-pulau lain yang tanahnya cukup subur, maka pangeran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pelarian ini mengambi keputusan untuk
menjadikan Pulau Es sebagai tempat tinggalnya. Dia lalu mengumpulkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang-orang yang setia kepadanya,
membawa mereka ke Pulau Es menjadi pengikut-pengikutnya. Dibangunnya sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> istana yang kecil namun indah di Pulau
itu dan berdirilah sebuah kerajaan kecil di tempat terasing ini! Berkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kebijaksanaan Raja Pulau Es ini, para
pengikutnya dan keluarga raja hidup aman tentram dan penuh kebahagiaan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pulau Es. Para keluarganya hidup rukun
dan para pengikutnya membentuk keluarga-keluarga sehingga penghuni pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu berkembang biak. Karena kesaktian
rajanya, dan karena letak pulau itu yang sukar dikunjungi orang luar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maka kerajaan kecil ini tidak pernah
terganggu. Raja itu mewariskan kepandaiannya kepada keturunannya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merupakan ilmu-ilmu warisan yang hebat,
dan tentu saja para pengikut mereka mendapat pula pelajaran ilmu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tinggi. Pangeran Han Ti Ong adalah
keturunan ke empat dari raja pertama di Pulau Es. Pangeran ini berbeda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan keturunan raja yang sudah-sudah.
Kalau semua keturunan raja hidup di Pulau Es dan hanya meninggalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pulau kalau mereka ada keperluan di
pulau-pulau kosong sekitar daerah itu untuk mengambil daun obat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sayur-sayuran atau berburu binatang,
maka Pangeran Han Ti Ong tidak betah tinggal di tempat sunyi itu. Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sering kali pergi dari pulau dan diam-diam
dia melakukan perantauan di daratan! Dia adalah orang yang paling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> banyak mewarisi ilmu nenek moyangnya
sehingga dia adalah orang terpandai diantara para keluarga raja di Pulau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Es. Apalagi karena dengan kesukaannya
merantau di daratan, dia dapat mengambil banyak ilmu-ilmu silat tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang lain dari daratan sehingga
kepandaiannya bertambah. Dan gara-gara perantauan Pangeran inilah maka Pulau Es<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjadi makin terkenal dan nama Pangeran
Han Ti Ong sendiri juga menggemparkan dunia kang-ouw sungguhpun dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jarang sekali memperkenalkan diri.
Melihat bajunya yang terhias gambaran naga dan burung Hong itu saja sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cukup bagi para tokoh kang-ouw untuk
mengenal manusia sakti dari Pulau Es ini, seperti peristiwa yang terjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di Hutan Seribu Bunga ketika Pangeran
ini menghadapi tujuh orang tokoh besar dunia kang-ouw. Para Pangeran yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudah-sudah, selalu mengambil isteri
dari keluarga kerajaan sendiri, yaitu saudara-saudara misan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri. Hal ini adalah untuk menjaga
agar "darah" kerajaan tetap "asli". Akan tetapi, berbeda
dengan semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kebiasaan para pangeran, Han Ti Ong
yang jatuh cinta kepada seorang dara puteri penghuni Pulau Es biasa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkeras mengambil dara itu sebagai
isterinya! Padahal biasanya, dara-dara yang berdarah "biasa" ini
hanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diambil sebagai selir-selir oleh para
pangeran dan raja. Akan tetapi, Pangeran Han Ti Ong tidak mau mengambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> selir dan hanya mempunyai seorang
isteri, yaitu anak nelayan yang menjadi pengikut keluarga raja, seorang dara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> biasa saja, namun yang sesungguhnya
memiliki kecantikan yang mengatasi kecantikan para puteri raja! Dari isteri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tercinta ini, Pangeran Han Ti Ong
mempunyai seorang puteri yang pada waktu itu berusia enam tahun, seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perempuan yang mungil, cantik, keras
hati seperti ayahnya dan gembira seperti ibunya. Anak ini diberi nama Han<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Swat Hong(Angin Salju) ini diambil oleh
Pangeran Han Ti Ong untuk menamakan puterinya karena ketika puterinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terlahir, Pulau Es dilanda angin dan
salju yang amat kuat! Pada pagi hari itu Swat Hong, nak perempuan berusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> enam tahun lebih itu, duduk bengong di
tepi pantai Pulau Es. Dia sengaja memilih tempat sunyi yang agak tinggi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini untuk melihat jauh ke selatan, dan
hatinya penuh rindu terhadap ayahnya yang sudah pergi selama tiga bulan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu. "Hong-ji (Anak Hong)..."
Swat Hong menoleh dan melihat bahwa yang memanggil tadi adalah ibunya, dia lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> meloncat bangun, lari menghampiri
ibunya, meloncat dan merangkul leher ibunya dan menangis. Ibunya tertawa.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> :Aih-aihhh... anakku yang biasanya
periang tertawa mengapa menangis? Mengapa bulan yang berseri gembira menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> suram? Awan hitam apakah yang
menghalanginya?" "Ibu, kau...kau kejam!" "Ihh! Ibumu kejam?
Mungkin kalau sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyembelih ikan atau ayam. Akan tetapi
ibumu tidak kejam terhadap manusia." Memang watak Liu Bwee, ibu anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu, atau isteri Pangeran Han Ti Ong
adalah lincah gembira yang menurun pula kepada Swat Hong. "Ibu kejam,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengapa Ibu tidak berduka? Apakah Ibu
tidak rindu kepada Ayah?" Tiba-tiba muka wanita itu menjadi merah sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan terasa lagi dua titik air mata
meloncat turun ke atas pipinya. Melihat ini, Swat Hong melorot turun dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bertepuk-tepuk tangan, "Hi-hi, Ibu
menangis! Ibu juga rindu kepada Ayah? Hayoh, Ibu sangkal kalau berani!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Memang watak anak-anak, begitu melihat
orang lain berduka, dia sendiri lupa akan kedukaanya dan merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terhibur! Ibunya berlutut, memeluk dan
menciuminya, akan tetapi masih bercucuran air mata. Swat Hong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tadinya berbalik menggoda ibunya yang
dianggapnya rindu kepada ayahnya seperti juga dia tadi, kini menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terheran dan berkhawatir. "Ibu,
mengapa ibu berduka? Apa yang terjadi? Apakah diam-diam ibu begitu merindukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Ayah dan menyembunyikannya saja?"
Liu Bwee memaksa diri tersenyum dan menghapus air matanya, mengangguk-angguk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebagai jawaban karena masih sukar
baginya untuk mengeluarkan suara tanpa terisak menangis. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-42398099288105930972012-07-26T06:03:00.001+08:002012-07-27T04:04:22.598+08:00BUKEK SIANSU : Seri Kedua<br />
<div class="MsoPlainText">
<span style="background-color: white;"><span style="font-family: 'Courier New';">BUKEK SIANSU : Seri Kedua - <a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-pertama_9739.html" target="_blank">lanjutan seri pertama</a></span></span><span style="font-family: 'Courier New';"> </span></div>
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: 'Courier New';">pekik dan tertawa itu membuat tiga
belas orang pendekar itu seketika seperti berubah menjadi arca, gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka terhenti dan untuk beberapa
detik mereka hanya bengong memandang kakek itu dan jantung mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seolah-olah berhenti berdenyut.
Twa-suheng mereka yang bermuka gagah perkasa itu segera berseru, "Awas.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Saicu-hokang (Ilmu menggereng seperti
singa berdasarkan khikang)!" Seruan ini menyadarkan para sutenya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: 'Courier New';"> sumoinya. Mereka cepat mengerahkan
sinking sehingga pengaruh Saicu-hokang itu membuyar. Pedang mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melanjutkan gerakannya.
"Sing-sing.... siuuuut.... trang-trang-trang..Heh-heh-heh!" Gulungan
sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pedang-pedang yang menyambar ke arah
tubuh kakek dari berbagai jurusan, dapat ditangkis oleh gulungan sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tongkat hitam yang telah diputar dengan
cepatnya oleh Pat-jiu kai-ong. Para pendekar Bu-tong-pai itu terkejut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketika merasakan betapa telapak tangan
mereka menjadi panas dan nyeri setiap kali pedang mereka tertangkis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tongkat. Hal ini menandakan bahwa Si
kakek benar-benar amat lihai dan memiliki tenaga sakti yang amat kuat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Juga tongkatnya yang kelihatan butut
dan hitam itu ternyata terbuat dari logam pilihan sehingga mampu menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketajaman pedang di tangan mereka,
padahal semua pedang di tangan Cap-sha Sin-hiap adalah pedang-pedang pusaka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang ampuh. "Ha..ha..ha, inikah
Ngo-heng-kiam (Ilmu Pedang Lima Unsur) dari Bu-tong-pai yang terkenal? Ha..ha,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak seberapa!" Sambil menggerakan
tongkatnya menangkis setiap sinar pedang yang meluncur datang, kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertawa dan mengejek. "Bentuk
Sin-kiam-tin (Barisan Pedang Sakti)!" Teriak si Twa-suheng melihat betapa
kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu benar-benar amat tangguh sehingga
semua serangan pedang mereka dapat ditangkis dengan mudahnya. Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiga belas orang pendekar itu merobah
gerakan mereka, kini mereka tidak lagi menyerang dari kedudukan tertentu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melainkan mereka bergerak mengurung dan
mengelilingi kakek itu, sambil bergerak berkeliling mereka menyusun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> serangan berantai yang susul menyusul
dan yang datangnya dari arah yang tidak tertentu. Diam-diam kakek itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkejut. Sejenak dia menjadi bingung.
Kalau tadi mereka itu menyerangnya dari kedudukan tertentu, biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gerakan mereka tadi berdasarkan
Ngo-heng-kiam, namun dia sudah dapat mengenal dasar Ngo-heng-kiam dan dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggerakan tongkat secara otomatis
untuk menangkis semua pedang yang dating menyambar. Akan tetapi sekarang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sukar sekali menentukan dari mana
serangan akan dating, dan gerakan mengelilinginya itu benar-benar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendatangkan rasa pusing. Marahlah
Pat-jiu Kai-ong. Tadi dia ingin mempelajari ilmu pedang Bu-tong-pai dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memperhatikan para pengeroyoknya
sebelum membunuh mereka. Akan tetapi setelah mereka menggunakan Sin-kiam-tin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia tahu behwa mereka kalau dia tidak
cepat mendahului mereka, dia bisa terancam bahaya. Tidak disangkanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahwa Si Tua Bangka Kui Bhok San-jin, ketua
dari Bu-tong-pai dapat menciptakan barisan pedang yang demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lihainya. Tiba-tiba terjadi perubahan
pada diri kakek ini. Tangan kirinya berubah menjadi merah sekali, merah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> darah! "Hati-hati terhadap
Hiat-ciang Hoat-sut!" Si Twa-suheng berseru keras ketika melihat perubahan
warna<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangan kiri kakek itu. Pat-jiu Kai-ong
tiba-tiba mengeluarkan pekik yang amat dahsyat, lebih dahsyat daripada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tadi dan tubuhnya mendadak membalik,
tongkatnya menyambar dibarengi tangan kiri merah itu mendorong ke depan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Prak-prak...dessss!" Tiga
orang pengeroyok menjerit dan roboh, dua orang dengan kepala pecah oleh
tongkat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sedangkan seorang lagi terkena pukulan
jarak jauh Hiat-ciang Hoat-sut, roboh dan tewas seketika dengan dadanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tampak ada bekas lima jari merah
seperti terbakar, bahkan bajunya robek dan hangus. Itulah Hiat-ciang Hoat-sut,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pukulan maut yang mengerikan. Padahal
ilmu itu masih belum sempurna, dapat dibayangkan betapa hebatnya kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kakek ini berhasil menghisap darah, otak
dan sumsum seorang bocah ajaib seperti Sin-tong!. Sepuluh orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pendekar Bu-tong-pai terkejut dan marah
sekali. Mereka melanjutkan serangan dengan penuh semangat dan penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dendam. Namun kembali Pat-jiu Kai-ong
memekik dahsyat sambil bergerak menyerang, dan kembali tiga orang lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> roboh dan tewas. Serangan ini
diulanginya terus, tidak memberi kesempatan kepada para pengeroyoknya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membebaskan diri. Empat kali terdengar
dia memekik dahsyat seperti itu dan akibatnya, dua belas orang diantara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Cap-sha Sin-hiap dari Bu-tong-pai itu
tewas semua, tewas dalam keadaan masih menggurungnya dan yang masih hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tinggal The Kwat Lin seorang! Hal ini
memang disengaja oleh Pat-jiu Kai-ong dan kini sambil tersenyum mengejek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia menghadapi Kwat Lin. Dapat
dibayangkan betapa perasaan dara itu melihat dua belas orang suhengnya telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tewas semua! Dua belas orang suhengnya
yang selama ini berjuang sehidup semati dengannya, kini telah menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mayat yang bergelimpangan di
sekelilingnya, seolah-olah mayat dua belas orang itu mengurung dia dan Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kai-ong yang berdiri tersenyum di
depannya. "Iblis busuk, aku akan mengadu nyawa denganmu!" Kwat Lin
berseru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengandung isak tertahan.
"Haiiiit.....!" tubuhnya melayang ke depan, pedangnya ditusukkan ke
arah dada lawan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan kebencian meluap-luap. Namun
dengan gerakan seenaknya kakek itu memukulkan tongkatnya dari samping<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghantam pedang yang menusuknya.
"Krekkk!" Pedang itu patah dan gagangnya terlepas dari pegangan Kwat
Lin!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Dara itu membelalakan matanya dan
melihat pandang mata kakek itu kepadanya, melihat senyum yang baginya amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengerikan itu, tiba-tiba dia
membalikan tubuhnya dan melayang ke arah sebatang pohon besar, dengan niat
untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membenturkan kepalanya pecah pada
batang pohon itu! Kwat Lin melihat ancaman bahaya yang lebih mengerikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> daripada maut sendiri, maka setelah
yakin bahwa dia tidak akan mampu mengalahkan lawannya, dia mengambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keputusan nekat untuk membunuh diri
dengan membenturkan kepalanya pada batang pohon. "Bukkkkkk!" Bukan
batang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pohon yang dibentur kepalanya,
melainkan perut lunak dan tubuhnya berada dalam pelukan Pat-jiu Kai-ong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> entah kapan telah berada di situ
menghadangnya di depan pohon! "Lepaskan aku!!" Kwat Lin berteriak dan
tubuhnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiba-tiba dilontarkan oleh kakek itu,
jauh kembali ke dalam lingkaran mayat-mayat suhengnya. Dengan langkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gontai, kakek itu tersenyum-senyum
memasuki lingkaran dan melangkahi mayat bekas para penggeroyoknya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghampiri Kwat Lin yang sudah bangkit
duduk dengan muka pucat dan mata terbelalak. Dia telah tersudut seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seekor kelinci muda ketakutan
menghadapi seekor harimau yang siap menerkamnya. Perasaan ngeri yang luar biasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membuat Kwat Lin cepat menggerakan
tangan kanannya, dengan dua buah jari tangan dia menusuk ke arah ubun-ubun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepalanya sendiri sambil mengerahkan
sinking. Batu karang saja akan berlubang terkena tusukan jari tangannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti itu apa lagi ubun-ubun
kepalanya. "Plakkk!" "Aihhh....!" Kwat Lin menjerit ketika
tangannya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertangkis dan setengah lumpuh. Ternyata
kakek itu telah berdiri di depannya dan telah mencegah dia membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diri!
"Bretttt...bretttt....!" Tongkat kakek itu bergerak beberapa kali dan
seperti disulap saja seluruh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pakaian yang membungkus tubuh Kwat Lin
cabik-cabik dan cerai-berai, membuatnya menjadi telanjang bulat sama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekali! Kwat Lin menjerit akan tetapi
tiba-tiba, seperti seekor kucing menerkam tikus, sambil mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> suara ketawa menyeramkan, kakek itu
telah menubruk dan memeluknya sehingga mereka berdua bergulingan diatas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rumput yang bernoda darah para korban
keganasan kakek itu! Kwat Lin melawan sekuat tenaga, namun sia-sia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> belaka. Untuk membunuh diri tidak ada
jalan baginya, untuk melawan pun percuma, bahkan semua jeritan tangis dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> permohonan, semua usahanya
meronta-ronta tiada gunanya sama sekali. Bahkan semua usaha ini malah
menyenangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hati si Kakek. Seolah-olah seekor
kucing yang menjadi gembira dapat mempermankan seekor tikus yang telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tersudut dan tidak berdaya,
mempermainkannya dan melihatnya tersiksa dan meronta sebelum menjadi mangsanya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Selama tiga hari tiga malam Kwat Lin
menderita siksaan yang amat hebat. Diperkosa, dihina, diejek. Pada hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketiga,pagi-pagi sekali dalam keadaan
lebih banyak yang mati daripada yang hidup, dalam keadaan setengah sadar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rebah terlentang tak mampu bergerak,
hanya matanya saja yang mendelik memandang kakek itu. Kwat Lin melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kakek itu mengenakan pakaian, menyambar
tongkatnya dan tertawa memandang kepadanya yang masih rebah terlentang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam keadaan telanjang bulat di atas
rumput berdarah. "Ha-ha-ha, sekarang aku pergi, manis. Aku telah puas,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kalau kau mau membunuh diri,
silahkan. Ha-haha!" Biarpun Kwat lin berada dalam keadaan menderita hebat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kehabisan tenaga, hampir mati karena
lelah, muak, jijik, malu, marah dan dendam tercampur aduk menjadi satu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam benaknya, namun kebencian yang
meluap-luap masih memberinya tenaga untuk berseru, "Jahanam, sekarang aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harus hidup! Aku harus hidup untuk
melihat engkau mampus di tanganku!" "Ha..ha..ha..ha! Kalau
sewaktu-waktu kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merasa rindu kepadaku, manis, datang
saja ke Hong-san, sampai jumpa!" Kakek itu lalu melangkah pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> meninggalkan tempat itu meninggalkan
Kwat-Lin yang masih rebah dan kini wanita yang bernasib malang ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menangis sesenggukan dia antara
mayat-mayat dua belas suhengnya yang sudah mulai membusuk dan berbau! Dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dibayangkan betapa tersiksa rasa badan
wanita muda ini. Dia dipaksa, diperkosa, dihina di antara mayat-mayat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dua belas suhengnya, bahkan sewaktu
keadaan mayat-mayat itu mulai membusuk dan menyiarkan bau yang hampir tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertahankan, kakek itu masih saja enak-enak
mempermainkannya. Benar-benar seorang manusia yang kejam melebihi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> iblis sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> JILID 2<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </CENTER><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tiba-tiba Kwat lin bangkit serentak,
seolah-olah ada tenaga baru memasuki tubuhnya yang menderita nyeri, lelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kelaparan karena selama tiga hari
tiga malam dia dipermainkan tanpa diberi makan atau minum oleh kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> iblis itu. Dia berdiri tegak, telanjang
bulat, lalu memandang ke arah semua mayat suhengnya, dan matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjadi liar, keluar suara parau dari
mulutnya yang pecah-pecah bibirnya oleh gigitan kakek iblis. "Suheng<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekalian, dengarlah! Aku The Kwat Lin,
bersumpah untuk membalaskan kematian suheng sekalian. Satu-satunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tujuan hidupku sekarang hanyalah untuk
membalas dendam dan membunuh iblis busuk Pat-jiu Kai-ong!" Tiba-tiba dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terhuyung mundur memandang wajah
twasuhengnya. Pria inilah sebetulnya yang sudah sejak dahulu mencuri hatinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Twa Suheng......!" Dia
menubruk dan berlutut di dekat mayat yang sudah mulai membusuk itu.
"Jangan berduka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Twa-suheng....jangan
menangis......" Dia berdiri sesunggukan. "Apa.....? Aku
telanjang.....? Pakaianmu......?<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Seperti orang gila yang bicara dengan
sesosok mayat, Kwat Lin bertanya, kemudian dia membuka baju dan celana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> luar dari mayat yang sudah kaku kejang
itu dengan agak susah, dan mengenakan pada tubuhnya sendiri. Tentu saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> agak kebesaran. "Hi-hi-hik,
pakaianmu kebesaran, Suheng......." Dia memandang wajah mayat
twa-suhengnya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertawa lagi. "Hi-hik,nah,begitu,
tertawalah Twa-suheng, tertawalah para suheng sekalian......, tertawa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bergembiralah karena dendam kalian
pasti akan kubalaskan...! Hi-hi-hik... hu-hu-huuuhhh..." Dia menangis lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terisak-isak dan dengan
terhuyung-huyung dia meninggalkan tempat mengerikan itu setelah mengambil
pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> twa-suhengnya. Pedang itu adalah pedang
pusaka terbaik di antara pedang ketiga belas orang pendekar Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu, sebatang pedang pemberian Ketua
Bu-tong pai sendiri, pedang yang di dekat gagangnya ada gambar setangkai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bunga Bwee merah, maka pedang itu
diberi nama Ang-bwe-kiam (Pedang Bunga Bwee Merah). Dia terhuyung-huyung,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pergi tak tentu tujuan, asal
menggerakkan kedua kaki melangkah saja, langkah yang kecil-kecil dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terhuyung-huyung karena tubuhnya masih
terasa lelah, lapar dan sakit semua. Kadang-kadang terdengar dia terisak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menangis, kemudian terkekeh geli
sehingga kalau ada orang yang bertemu dengan wanita yang bibirnya pecah-pecah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mukanya penuh debu dan air mata,
matanya membengkak dan merah, rambutnya riap-riapan dan pakaiannya terlalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> besar, ini tentu orang itu akan merasa
seram, mengira bahwa setidaknya dia adalah seorang wanita gila. Dugaan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini memang tidak meleset terlalu jauh.
Penderitaan lahir batin yang melanda diri Kwat Lin membuat wanita malang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini tidak kuat menahan sehingga terjadi
perubahan pada ingatannya. Pada hari yang sama ketika Cap-sha Sin-hiap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> roboh di tangan kakek iblis Pat-jiu
Kai-ong di kaki Pegunungan Jeng-hoa-san, terjadi pula peristiwa hebat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bagian lain dari Pegunungan itu. Kalau
Cap-sha Sin-hiap roboh di daerah timur pegunungan, maka di daerah barat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terjadi pula peristiwa yang hampir sama
sungguhpun sifatnya berbeda. Pada pagi hari itu, seorang wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berjalan seorang diri mendaki lereng
pertama dari pegunungan Jeng-hoasan sebelah barat. Wanita itu memasuki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hutan dengan wajah berseri dan harus
diakui bahwa wajah wanita cantik manis sekali, mempunyai daya tarik yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kuat sungguhpun usianya sudah empat
puluh tahun. Tidak ada keriput mengganggu kulit mukanya yang putih halus,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mulutnya yang agak lebar itu mempunyai
bibir yang senantiasa menantang dan seolah-olah buah masak yang sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pecah, akan tetapi kalau orang
memperhatikan matanya, mata yang jernih dan bersinar tajam, maka hati yang
kagum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan kecantikannya tentu akan berubah
menjadi ragu-ragu, curiga dan ngeri karena sepasang mata itu tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pernah, atau jarang sekali berkedip.
Mata itu terbuka terus seperti mata boneka! Dengan langkah-langkah gontai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan lemas, membuat buah pinggulnya
menonjol dan bergoyang ke kanan kiri, wanita itu berjalan seorang diri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memutar-mutarsebuah payung yang
dipanggulnya. Sebuah payung hitam yang tertutup, gagangnya melengkung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ujungnya meruncing. Pakaiannya serba
mewah dan indah, rambutnya panjang sekali, digelung ke atas seperti sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menara hitam yang indah, terhias tusuk
sanggul dari mutiara dan emas. Yang menarik adalah kuku-kuku jari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangannya. Kuku yang panjang
terpelihara, diberi warna merah, panjang meruncing dan agak melengkung seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kuku kucing atau harimau. Pakaiannya
yang mewah itu dibuat terlalu pas dengan tubuhnya sehingga membungkus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketat tubuh itu, membayangkan lekuk
lengkung yang menggairahkan dari dada sampai ke kaki karena celananya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terbuat dari sutera merah muda itu pun ketat
sekali! Biarpun kelihatannya seperti seorang wanita cantik dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> genit (tante girang), namun
sesungguhnya dia bukanlah manusia biasa saja! Inilah dia yang terkenal sekali
di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dunia hitam kaum penjahat, karena
wanita ini bukan lain adalah Kiam-mo Cai-li (Wanita Pandai Berpayung Pedang),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebuah julukan yang membuat bulu
tengkuk orang yang sudah mengenalnya berdiri sangking ngerinya karena wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang sebenarnya hanya bernama Liok Si
ini memiliki ilmu kepandaian yang tinggi mengerikan dan kekejaman yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sukar dicari bandingnya! Bahkan ia
disamakan dengan wanita cantik penjelmaan siluman rase yang biasa mengganggu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pria, dan setiap orang pria yang
terjebak dalam pelukannya tentu akan mati kehabisan darah, disedot habis oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> siluman ini! Tentu saja bagi mereka
yang belum pernah berjumpa dengannya, sama sekali tidak akan mengira bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita yang berlenggak-lenggok dengan
payung di pundak itulah iblis wanita yang menggeggerkan dunia kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan perbuatannya yang luar biasa.
Dan mudah saja diduga mengapa pada hari itu Kiam-mo Cai-li ini mendaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lereng Jeng-hoa-san! Tentu saja dia pun
mendengar berita menggeggerkan dunia kang-ouw akan adanya Sin-tong, Si<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bocah ajaib dan mendengar ini, kontan
keras hatinya berdebar-debar penuh ketegangandan penuh birahi! Dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membayangkan betapa tenaga mukjijat
yang dihimpunnya secara ilmu hitam dengan jalan menghisap sari tenaga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ratusan orang pria, akan meningkat
dengan hebat sekali kalau dia bisa menghisap kejantanan si Bocah Ajaib itu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Maka begitu mendengar akan bocah ajaib
di puncak Pegunungan Jeng-hoasan di dalam Hutan Seribu Bunga, dia segera<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menempuh perjalanan jauh mengunjungi
pegunungan itu. Perjalananyang jauh karena biarpun sering kali Liok Si ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pergi merantau namun dia memiliki
sebuah pondok kecil seperti istana mewahnya terletak di tempat yang tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lumrah dikunjungi manusia, yaitu di
daerah Rawa Bangkai. Rawa-rawa yang liar ini terdapat di kaki Pegunungan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Luliang-san, merupakan daerah maut
karena banyak lumpur dan pasir yang berputar, merupakan perangkap maut bagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> manusia dan hewan. Namun di
tengah-tengah rawa-rawa itu, yang tidak dapat dikunjungi oleh manusia lain,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terdapat sebuah tanah datar, tanah
keras semacam pulau dan diatas pulau inilah letaknya istana kecil milik Liok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Si yang berjuluk Kiam-mo Cai-li,
bersama belasan orang pembantu-pembantuyang sudah menjadi orangorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepercayaannya. Dia disebut
Cai-li(Wanita Pandai) karena sebetulnya wanita ini dulunya adalah puteri
seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sasterawan kenamaan dan semenjak kecil
Liok Si telah mempelajari kesusasteraan sehingga dia mahir sekali akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sastra, bahkan dia pernah menyamar
sebagai pria menempuh ujian pemerintah sehingga dia lulus dan mendapat gelar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> siucai! Akan tetapi, penyamarannya
keetahuan dan seorang pembesar tinggi istana yang kagum kepadanya lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengambilnya sebagai seorang selir.
Selain ilmu sastra, juga Liok Si ini semenjak kecil digembleng ilmu oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> para sahabat ayahnya, apalagi setelah
menjadi selir pembesar tinggi di istana, dia mengadakan hubungan dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepala-kepala pengawal, dengan
pengawal-pengawal kaisar yang berilmu tinggi, menyerahkan tubuhnya sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pengganti ilmu silat-ilmu silat tinggi
yang diperolehnya sebagai "bayaran". Akhirnya, pembesar itu
mengetahui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan tabiat selirnya ini yang ternyata
adalah seorang wanita yang gila pria maka dia diusir dari istana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pembesar itu. Akan tetapi, apa yang
dilakukan oleh wanita ini? Dia membunuh Si Pembesar, membawa banyak harta<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> benda yang dicurinya dari istana itu,
kemudian minggat! Belasan tahun kemudian, muncullah nama julukan Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Cai-li, namun tidak ada yang menduga
bahwa dia adalah Liok Si yang dahulu menjadi selir bangsawan dan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membunuh bangsawanitu sehingga menjadi
orang buruan pemerintah. Liok Si berjalan sambil tersenyum-senyum,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kadang-kadang senyumnya melebar dan
tampak giginya yang putih mengkilat dan di kedua ujungnya terdapat sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gigi yang agak meruncing sehingga
sekelebatan mirip gigi caling sihung. Hatinya gembira sekali kalau dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membayangkan betapa akan sedapnya kalau
dia dapat memperoleh bocah ajaib itu. "Hemmm, aku harus bersikap halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan hati-hati terhadapnya, menikmatinya
selama mungkin. Hemmm..." Tiba-tiba dia terkejut dan menghentikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> langkahnya, akan tetapi kembali dia
tersenyum manis matanya mengerling tajam penuh kegairahan ketika melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lima orang laki-laki berdiri di
depannya dengan sikap gagah. Pandang matanya menyambar-nyambar dan terbayang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepuasan dan kekaguman. Memang, hati
seorang wanita gila pria seperti Liok Si tentu saja menjadi berdebar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tegang ketika melihat lima orang pria
yang usianya rata-rata tiga puluh tahun lebih bertubuh tegap-tegap dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rata-rata berwajah tampan dan gagah!
Seperti melihat lima butir buah yang ranum dan matang hati! "Aih-aihh...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Siapakah Ngo-wi (Anda berlima) yang
gagah perkasa ini? Dan apakah Ngo-wi sengaja hendak bertemu dan bicara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan aku?" Seorang di antara
mereka, yang usianya tiga puluh tahun, mukanya bulat dan alisnya seperti golok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hitam dan tebal, berkata, "Apakah
kami berhadapan dengan Kiam-mo Cai-li dari Rawa Bangkai?" Wanita itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memainkan bola matanya memandangi wajah
merka berganti-ganti dengan berseri, mulunya tersenyum ketika menjawab,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "kalau benar mengapa? Kalian ini
siapakah?" "Kami adalah Kee-san Ngo-hohan(Lima Pendekar dari Gunung
Ayam)".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Kiam-mo Cai-li mengeluarkan bunyi
"tsk-tsk-tsk" dengan lidahnya tanda kagum. Segera dia menjura dan
berkata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> manis. "Aih, kiranya lima pendekar
yang namanya sudah terkenal di seluruh dunia kang-ouw sebagai murid-murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> utama Hoa-san-pai? Aih, terimalah
hormatnya seorang wanita bodoh seperti aku." "Harap Toanio(Nyonya)
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengejek dan bersikap merendah. Kami
sudah tahu siapa adanya Kiam-mo Cai-li, dan karena melihat engkau mendaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Jeng-hoa-san, maka terpaksa kami
memberanikan diri untuk menghadang." "Ehm...! Maksud kalian?"
Senyumnya makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> manis dan kerling matanya makin
memikat. "Kami telah mendengar akan berita bahwa tokoh-tokoh kang-ouw
sedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berusaha untuk memperebutkan Sin-tong
yang berada di Hutan Seribu Bunga dan kami mendengar pula bahwa Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Cai-li merupakan seorang di antara
mereka yang hendak menculik Sin-tong. Karena kami telah berhutang budi,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diberi obat oleh Sin-tong maka kami
hanya dapat membalas budinya dengan melindunginya terutama dari tangan...<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maaf, para tokoh kaum sesat yang tentu
tidak mempunyai itikad baik terhadap dirinya. Andaikata kami tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berhutang budi sekalipun, mengingat
bahwa Sin-tong adalah seorang anak ajaib yang telah banyak menolong orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tanpa pandang bulu, sudah menjadi
kewajiban orang-orang gagah untuk melindunginya." Kembali Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tersenyum. "Terus terang saja,
memang aku mendengar tentang Sin-tong dan aku ingin mendapatkannya, maka hari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini aku mendaki Jeng-hoa-san. Habis
kalian mau apa?" Kalau begitu, kami minta dengan hormat agar kau suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membatalkan niatmu itu, Toanio. Kalau kau
memaksa hendak menganggu Sin-tong, terpaksa kami akan merintangimu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan tidak membolehkan kau melanjutkan
perjalanan!" "Hi-hi-hik, galak amat! Lima orang laki-laki muda tampan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gagah bertemu dengan seorang wanita
cantik penuh gairah, sungguh tidak semestinya kalu bermain senjata mengadu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> nyawa!" "Hemm, habis
semestinya bagaimana?" tanya orang pertama dari Kee-san Ngo-hohan yang
betapapun juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merasa jerih mendengar nama besar
wanita ini dan mengharapkan wanita itu akan mengalah dan pergi dari situ,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak mengganggu Sin-tong. Mata itu
tajam mengerling dan senyumnya penuh arti, bibirnya penuh tantangan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Mestinya? Mestinya kita bermain
cinta memadu kasih!" "Perempuan hina!" "Jalang!"
"Siluman betina" Lima orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu telah mencabut senjata
masing-masing yaitu senjata golok besar yang selama ini telah mengangkat nama
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di dunia kang-ouw. Kelima orang
pendekar ini memang merupakan ahli-ahli bermain golok dengan Ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hoa-san-to-hoat yang terkenal, dan
selain itu juga mereka semua mahir akan ilmu menotok jalan darah yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bernama Sam-ci-tiam-hoat, yaitu ilmu
menotok menggunakan tiga buah jari tangan.
"Siaaaattt...singg...siang..."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Ha-ha, bagus! kalian memang gagah
sekali bermain golok, tentu lebih gagah kalau bermain cinta, hi-hik!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kiam-mo Cai-li mengelak dan tiba-tiba
payung hiatmnya berkembang terbuka. Payung itu merupakan senjata isimewa,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terbuat dari baja yang kuat dan kainnya
terbuat dari kulit badak yang kering dan sudah dimasak lemas, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kuatnya luar biasa dapat menahan
bacokan senjata tajam. Adapun ujung payung itu meruncing, merupakan ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pedang, dan gagangnya yang melengkung
itu pun dapat digunakan sebagai senjata kaitan yang lihai.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Trang-trang-trang...!!"
Bunga api berpijar ketika golok-golok itu tertangkis oleh payung dan karena
kini tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita itu tertutup payung yang
berkembang dan berputar-putar, maka sukarlah bagi lima orang itu untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyerangnya dari depan. Mereka lalu
berloncatan dan mengurung wanita itu. "Hi-hik, hayo keroyoklah. Kalu baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalian lima orang ini saja, masih
terlampau sedikit bagiku. Hi-hik, hendak kulihat sampai dimana kekuatan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalian apakah patut untuk menjadi
lawan-lawanku untuk bermain cinta!" "Perempuan rendah!" Orang
pertama dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lima pendekar itu marah sekali,
goloknya menyambar dahsyat, tapi tiba-tiba golok itu terhenti di tengah udara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena telah terikat oleh sebuah benda hitam
panjang yang lembut. Kiranya wanita itu telah mengudar gelung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rambutnya dan ternyata rambut itu
panjangnya sampai ke bawah pinggulnya, rambut yang gemuk hitam, panjang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harum baunya, bahkan bukan itu saja
keistemewaannya, rambut itu dapat dipergunakan sebagai senjata ampuh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebagai cambuk yang kini berhasil
membelit golok orang pertama dari Kee-san ngo-hohan! Sebelum orang ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ssempat menarik goloknya, tangan kiri
Kiam-mo Cai-li bergerak menghantam tengkuk orang itu dengan tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> miring. "Krekk!" Laki-laki
itu mengeluh dan roboh tak dapat bangkit kembali karena dia telah terkena
totokan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> istimewa yang membuat tubuhnya lumpuh
sungguhpun dia masih dapat melihat dan mendengar. Empat orang lainnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkejut dan marah sekali. Mereka
memutar golok lebih gencar lagi, bahkan kini tangan kiri mereka membantu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan serangan totokan
Sam-ci-tiam-hoat yang ampuh! Namun orang yang mereka keroyok itu tertawa-tawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mempermainkan mereka. Setiap serangan
golok dapat dihalau dengan mudah oleh payung yang diputar-putar sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ujung rambut yang panjang itu
mengeluarkan suara ledakan-ledakan kecil dan menyambar-nyambar di atas kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka, tidak menyerang, hanya mendatangkan
kepanikan saja karena memang dipergunakan untuk mempermainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka. "Mampuslah!" Orang ke
dua yang menyerang dengan golok ketika goloknya ditangkis, cepat dia
"memasuki"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lowongan dan berhasil mengirim totokan.
Karena tempat terbuka yang dapat dimasuki jari tangannya di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> putaran payung itu hanya di bagian
dada, maka dia menotok dada kiri wanita itu. Dalam keadaan seperti itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghadapi lawan yang amat tangguh,
pendekar ini sudah tidak mau lagi mempergunakan sopan santun yang tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak akan dilanggarnya kalau keadaan
tidak mendesak seperti itu. "Cusss...!" tiga buah jari tangan itu
tepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengenai buah dada kiri yang besar,
tapi dia hanya merasakan sesuatu yang lunak hangat, sedangkan wanita itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sama sekali tidak terpengaruh, bahkan
mengerling dan berkata, "Ihh, kau bersemangat benar, tampan. Belum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> apa-apa sudah main colek dada,
hihik!" Tentu saja pendekar ini menjadi merah sekali mukanya. Dia merasa
malu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan tetapi juga penasaran. Ilmu totok
yang dimilikinya sudah terkenal dan belum pernah gagal. Tadi jelas dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> telah menotok jalan darah yang amat
berbahaya di dada wanita itu, mengapa wanita itu sama sekali tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merasakan apa-apa, bahkan menyindirnya dan
dianggap dia mencolek dada? Dengan marah dia menerjang lagi bersama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiga orang sutenya. "Sudah cukup,
sudah cukup, rebah dan beristirahatlah kalian!" Tiba-tiba payung itu
tertutup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kembali, berubah menjadi pedang yang
aneh dan segulung sinar hitam menyambar-nyambar mendesak empat orang itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemudian dari atas terdengar
ledakan-ledakan dan berturut-turut tiga orang lagi roboh terkena totokan ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rambut wanita sakti itu. Seperti orang
pertama, mereka ini pun roboh tertotok dan lumpuh, hanya dapat memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan mata terbelalak namun tidak
menggerakan kaki tangan mereka! Orang termuda dari mereka kaget setengah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mati melihat betapa empat orang
suhengnya telah roboh. Namun dia tidak menjadi gentar, bahkan dengan kemarahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kebencian meluap dia memaki,
"Perempuan hina, pelacur rendah, siluman betina, aku takkan mau sudah
sebelum<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dapat membunuhmu!" "Aihhh...
kau penuh semangat akan tetapi mulutmu penuh makian menyebalkan hatiku!"
Golok itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertangkis oleh payung sedemikian
kerasnya sehingga terpental dan sebelum laki-laki itu dapat mengelak, sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hitam menyambar dan ujung rambut telah
membelit lehernya! Pria itu berusaha sekuat tenaga untuk melepaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> libatan rambut dari lehernya dengan
kedua tangan, akan tetapi begitu wanita itu menggerakkan kepalanya,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rambutnya terpecah menjadi banyak
gumpalan dan tahu-tahu kedua pergelangan lengan orang itu pun sudah terbelit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rambut yang seolah-olah hidup seperti
ular-ular hitam yang kuat. "Nah, kesinilah, Tampan. Mendekatlah, kekasih.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kau perlu dihajar agar tidak suka
memaki lagi!" Laki-laki itu sudah membuka mulut hendak memaki lagi, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetapi libatan rambut pada lehernya
makin erat sehingga dia tidak dapat bernapas, kemudian rambut itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menariknya mendekat kepada wanita yang
tersenyum-senyum itu! Kini laki-laki itu sudah berada dekat sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahkan dada dan perutnya telah menempel
pada dada yang membusung dan perut yang mengempis dari wanita itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tercium olehnya bau wangi yang aneh dan
memabokkan, akan tetapi karena lehernya terbelit kuat-kuat, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> napasnya tak dapat lancar, maka dia
terpaksa menjulurkan lidahnya keluar. "Aihhh, kau perlu diberi sedikit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hajaran, Tampan!" Empat orang
pendekar yang tertotok melihat dengan mata terbelalak penuh kengerian betapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita iut kini mendekatkan muka sute
mereka yang termudda, kemudian membuka mulut dan mencium mulut sute<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka yang terbuka dan lidah yang
terjulur keluar itu.Mereka melihat tubuh sute mereka berkelojot sedikit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti menahan sakit, mata sute mereka
terbelalak, namun wanita itu terus mencium dan menutup mulut pria itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan mulutnya sendiri yang lebar. Tak
dapat terlihat oleh empat orang pendekar itu betapa wanita itu yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kejam dan keji seperti iblis, telah
menggunakan giginya untuk menggigit sampai terluka lidah sute mereka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terjulur keluar, kemudian menghisap
darah dari luka di lidah itu! Mereka berempat hanya melihat betapa wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu memejamkan mata, baru sekarang
mereka melihat wanita itu memejamkan mata, kelihatan penuh nikmat, akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetapi wajah sute mereka makin pucat
dan mata sute mereka yang terbelalak itu membayangkan kenyerian dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketakutan yang hebat. Agaknya wanita
itu tidak puas karena darah yang dihisapnya kurang banyak, maka kini dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melepaskan mulut pemuda itu dan
memindahkan ciuman mulutnya ke leher si Pemuda. Dapat dibayangkan betapa kaget<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> empat orang pendekar itu melihat bahwa
mulut sute mereka penuh warna merah darah! "Sute...!!!" Mereka
berseru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan tetapi tidak dapat menggerakkan
kaki tangan mereka. Sute mereka meronta-ronta seperti ayam disembelih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> matanya melotot memandang ke arah para
suhengnya seperti orang minta tolong, kemudian tubuhnya berkelojotan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketika wanita itu kelihatan jelas
menghisaphisap lehernya ternyata bahwa urat besar di lehernya telah ditembusi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gigi yang meruncing dan kini dengan
sepuasnya wanita itu menghisap darah yang membanjir keluar dari urat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> leher itu! Mata yang melotot itu makin
hilang sinarnya dan pudar, wajahnya makin pucat dan akhirnya tubuh yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';">
meregang-regang itu lemas. Orang termuda itu pingsan karena kehilangan
banyak darah, takut dan ngeri. Kiam-mo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Cai-li melepaskan libatan rambutnya dan
tubuh itu tergulig roboh, terlentang dengan muka pucat dan napas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terengah-engah. 'Sute...!" Kembali
mereka mengeluh dan dengan penuh kengerian mereka melihat betapa wanita itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggunakan lidahnya yang kecil merah
dan meruncing itu untuk menjilati darah yang masih belepotan di bibirnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang menjadi makin merah. Wajahnya
kemerahan, segar seperti kembang mendapat siraman, berseri-seri dan ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia mendekati empat orang itu, mereka
terbelalak penuh kengerian. Akan tetapi, wanita itu tidak menyerang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka, agaknya dia sudah puas
menghisap darah orang termuda tadi. Hanya kini kedua tangannya bergerak -gerak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan sekali renggut saja pakaian empat
orang itu telah koyak-koyak. Kemudian dia bangkit berdiri, dengan gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memikat seperti seorang penari
telanjang, dia membuka pakaiannya, menanggalkan satu demi satu sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menari-nari! Sampai dia bertelanjang
bulat sama sekali di depam empat orang itu yang membuang muka dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perasaan ngeri dan sebal! "Kalian
layanilah aku, puaskanlah aku, senangkan hatiku dan aku akan membebaskan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalian berlima. Lihat, bukankah tubuhku
menarik? Aku hanya ingin mendapatkan cinta kalian, aku tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menginginkan nyawa kalian."
"Cih, siluman betina! Kauanggap kami ini orang-orang apa? Kami adalah
murid<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hoa-san-pai yang tidak takut mati.
Seribu kali lebih baik mampus daripada memenuhi seleramu yang terkutuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melayani nafsu berahimu yang
menjijikan!" kata empat orang itu saling susul dan saling bantu. Kiam-mo
Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tersenyum. "Hi-hik, begitukah?
Kalau begitu, baiklah, kalian melayani aku sampai mampus!" Dia lalu
membungkuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan menarik lengan seorang di antara
mereka, kemudian menggunakan kuku jari kelingking kiri menggurat beberapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tempat di punggung dan tengkuk pria
ini. Orang itu menggigil, menggigit bibir menahan sakit, akan tetapi karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia tidak mampu mengerahkan sinkang,
dia tidak dapat melawan pengaruh hebat yang menggetarkan tubuhnya melalui<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> luka-luka goresan kuku beracun dari
kelingking itu. Mukanya menjadi merah, juga matanya menjadi merah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> napasnya terengah-engah. Tiga orang
pendekar yang lain memandang penuh kekhawatiran dan kengerian. Tiba-tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita itu terkekeh, menggunakan tangan
membebaskan totokan sehingga orang itu dapat menggerakkan kaki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangannya dan terjadilah hal yang
membuat tiga orang pendekar yang masih rebah lumpuh itu terbelalak penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kengerian. mereka melihat Sute mereka
itu seperti seorang gila menerkam dan mendekap tubuh wanita itu penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gairah nafsu! Dengan mata terbelalak
mereka melihat betapa wanita itu menyambutnya dengan kedua lengan terbuka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bergulingan di atas rumput dan tampak
betapa wanita itu membiarkan dirinya diciumi, kemudian mengalihkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mulutnya yang lebar ke leher Sute
mereka! Mereka bertiga terpaksa memjamkan mata agar tidak usah menyaksikan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> peristiwa yang memalukan dan terkutuk
itu. Mereka mengerti bahwa Sute mereka melakukan hal terkutuk itu karena<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terpengaruh oleh racun yang diguratkan
oleh kuku jari kelingking si iblis betina, dan mereka tahu pula bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sute mereka yang diamuk pengaruh
jahanam itu tidak tahu bahwa darahnya dihisap oleh wanita itu yang seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> telah dilakukan pada orang pertama tadi
kini juga menghisap darahnya sepuas hatinya. Dapat diduga lebih dahulu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahwa tiga orang yang lain juga
mengalami siksaan yang sama tanpa dapat berdaya apa-apa tanpa dapat melawan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hal ini dilakukan berturut-turut oleh
Kiam-mo Cai-li dan tiga hari tiga malam kemudian, dia meninggalkan tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu sambil menjilat-jilat bibirnya
penuh kepuasan. Setelah dia melempar kerling ke arah lima tubuh telanjang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang sudah menjadi mayat semua itu,
bergegas dia pergi mendaki Jeng-hoa-san untuk mencari Sin-tong yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diinginkan. Lima orang Kee-san
Ngo-hohan itu mengalami kematian yang amat mengerikan. Tubuh mereka kehabisan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> darah, kulit mengeriput. Mereka seperti
lima ekor lalat yang terjebak ke sarang laba-laba dan setelah semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> darah mereka disedot habis oleh
laba-laba, mayat mereka yang sudah kering dan habis sarinya itu dilemparkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> begitu saja. Kwa Sin Liong, atau yang
lebih terkenal dengan nama panggilan Sin-tong, pada pagi hari itu seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> biasa setelah mandi cahaya matahari,
lalu menjemur obat-obatan dan tidak lama kemudian berturut-turut datanglah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang-orang dusun yang membutuhkan
bahan obat untuk bermacam penyakit yang mereka derita. Sin tong mendengarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan sabar keluhan dan keterangan mereka
tentang sakit yang mereka derita, menyiapkan obat-obat untuk mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semua dengan hati penuh belas kasihan.
Semua ada sebelas orang dusun, tua muda laki perempuan yang memandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepada bocah itu dengan sinar mata
penuh kagum dan pemujaan. Baru bertemu dan memandang wajah Sin-tong itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saja, mereka sudah merasa banyak
berkurang penderitaan sakit mereka. Seolah-olah ada wibawa yang keluar dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wajah bocah penuh kasih sayang itu yang
meringankan rasa sakit yang mereka derita. Tentu saja hal ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebenarnya terjadi karena kepercayaan
mereka yang penuh bahwa bocah itu akan dapat menyembuhkan penyakit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka, sehingga keyakinan ini sendiri
sudah merupakan obat yang manjur. Dan bocah ajaib itu memang bukanlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seorang dukun yang menggunakan
kemujijatan dan sulap atau sihir untuk mengobati orang, melainkan berdasarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ilmu pengobatan yang wajar. Dia memilih
buah, daun, bunga atau akar obat yang memang tepat mengandung khasiat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> atau daya penyembuh terhadap
penyakit-penyakit tertentu itu. Tiba-tiba terdengar nyanyian yang makin lama
makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jelas terdengar oleh mereka semua. Juga
in Liong, bocah ajaib itu, berhenti sebentar mengumpulkan dan memilih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> obat yang akan dibagikan karena
mendengar suara nyanyian yang aneh itu. Akan tetapi begitu kata-kata nyanyian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu dimengertinya, dia mengerutkan
alisnya dan menggeleng-geleng kepala. "Aihh, kalau hidup hanya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengejar kesenangan, apapun juga tentu
tidak akan dipantangnya untuk dilakukan demi mencapai kesenangan!" kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin Liong. "Huh-ha-ha, benar
sekali, Sin-tong. Untuk mencapai kesenangan harus berani melakukan apapun juga,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> termasuk membunuh para tamu-tamu yang
tiada harganya ini!" Terdengar jawaban dan tahu-tahu disitu telah berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kai-ong! Sebagai lanjutan
kata-katanya, tongkatnya ditekankan kepada tanah di depan kaki lalu lima kali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ujung tongkat itu bergerak menerbangkan
tanah dan kerikil ke depan. Tampak sinar hitam berkelebat menyambar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lima kali, disusul jerit-jerit
kesakitan dan robohlah berturut-turut lima orang dusun yang berada di depan Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Liong, roboh dan berkelojotan kemudian
tewas seketika karena tanah dan kerikil itu masuk ke dalam kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka! "Hi-hi-hik, kepandaian
seperti itu saja dipamerkan di depan Sin-tong lihat ini!" Tiba-tiba
terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> suara ketawa merdu dan tau-tahu di situ
telah berdiri seorang wanita cantik yang bukan lain adalah Kiammo<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Cai-li! Dia menudingkan payung hitamnya
yang tertutup itu ke arah para penghuni dusun yang berwajah pucat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan mata terbelalak memandang lima
orang teman mereka yang telah tewas. "Cuat-cuat-cuat...!" Dari ujung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> payung itu meluncur sinar-sinar hitam
dan berturut-turut, enam orang dusun yang masih hidup menjerit dan roboh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tak bergerak lagi, leher mereka
ditembusi jarum-jarum hitam yang meluncur keluar dari ujung payung itu! Sejenak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin Liong terbelalak memandang kepada
kedua orang itu yang berdiri di sebelah kanan dan kirinya. Kemudian dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memandang ke bawah, ke arah tubuh
sebelas orang dusun yang telah menjadi mayat. Mukanya menjadi merah, air<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> matanya berderai dan dengan suara
nyaring dia berkata sambil menudingkan telunjuknya bergantian kepada Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kai-ong dan Kiam-mo Cai, "Kalian
ini manusia atau iblis? Kalian berdua amat kejam, perbuatan kalian amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkutuk. Membunuh orang-orang tak
berdosa seolah kalian pandai menghidupkan orang. Bocah itu memandang kepada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebelas mayat dan sesenggukan menangis.
"Hi-hi-hik, Sin-tong yang baik, apakah kau takut kubunuh? Jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> khawatir, aku datang bukan untuk
membunuhmu," kata Kiam-mo Cai-li, agak kecewa melihat betapa bocah ajaib
itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menangis dan membayangkannya ketakutan.
Sin Liong mengangkat muka memandang wanita itu, biarpun air matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masih berderai turun namun pandang
matanya sama sekali tidak membayangkan ketakutan, "Kau mau bunuh aku atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak, terserah. Aku tidak takut!"
"Ha-ha-ha! Benar hebat! Sin-tong, kalau kau tidak takut kenapa
menangis?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kai-ong menegur. "Apa kau
menangisi kematian orang-orang tak berharga itu?" Kiam-mo Cai-li
menyambung.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Mereka sudah mati mengapa ditangisi?
Aku menangis menyaksikan kekejaman yang kalian lakukan, kau menangis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena melihat kesesatan dan kekejaman
kalian." Dua orang tokoh sesat itu terbelalak heran saling pandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemudian mereka teringat kembali akan
niat mereka terhadap anak ajaib ini, maka keduanya seperti dikomando saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lalu tertawa, dan keduanya dengan
kecepatan kilat menyerbu ke depan hendak menubruk Sin-Liong yang berdiri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tegak dan memandang dengan sinar mata
sedikitpun tidak membayangkan rasa takut! "Desss......!" Karena
gerakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka berbarengan, disertai rasa
khawatir kalau-kalau keduluan oleh orang lain, maka melihat Pat-jiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudah lebih dekat dengan Sin-tong,
Kiam-mo Cai-li lalu merobah gerakannya, tidak hendak menangkap Sin-tong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena dia kalah dulu, melainkan
melakukan gerakan mendorong dengan kedua tangannya ke arah Pat-jiu Kai-ong!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pukulan jarak jauh yang dilakukan oleh
wanita iblis ini dahsyat sekali, membuat Pat-jiu Kai-ong terkejut ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';">
ada angin panas menyambar, maka dia cepat menunda niatnya menangkap
Sin-tong dan bergerak menangkis. Keduanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merasakan dahsyatnya tenaga lawan dan
terpental ke belakang! Sejenak mereka saling berpandangan dan Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kai-ong yang lebih dulu dapat menguasai
dirinya lalu tertawa, "Ha-ha-yha, lama tidak jumpa, Kiam-mo Cai-li<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjadi makin gagah saja!"
"Pat-jiu Kai-ong, selama ada aku disini, jangan harap kau akan dapat
merampas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-tong dari tanganku!" Wanita
itu berkata dan memandang tajam, siap menghadapi kakek yang dia tahu merupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lawan yang tangguh itu. "Aha,
Kiam-mo Cai-li, sekali ini kau mengalahlah kepadaku. Aku membutuhkannya untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyempurnakan ilmuku..."
"Hi-hik, Ilmu Hiat-ciang Hoat-sut, bukan? Kau sudah cukup tangguh,
Kai-ong, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> betapa mudahnya bagimu untuk mencari
seratus orang anak lagi untuk kau hisap darah, otak dan sumsumnya. Jangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sintong!" "Hemmmm, kau mau
menang sendiri. Apa kaukira aku tidak tahu mengapa kau menghendaki Sin-tong?
Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masih terlalu muda, Cai-li, tentu tidak
akan memuaskan hatimu. Apa sukarnya bagimu mencari orangorang muda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kuat dan menyenangkan?"
"Cukup! Kita mempunyai keinginan sama, dan jalan satu-satunya adalah untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memperebutkannya dengan
kepandaian!" "Ha-ha-ha, bagus sekali. Memang aku ingin mencoba
kepandaian Wanita Pandai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dari Rawa Bangkai!" Liok Si, Si
Wanita Pandai Berpayung Pedang dari Rawa Bangkai sudah tak dapan menahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemarahannya melihat ada orang berani
merintanginya, maka sambil berteriak keras dia sudah menerjang maju<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan senjatanya yang istimewa, yaitu
payung hitam yang tangkainya sebatang pedang runcing itu. "Trakkk!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kai-ong sudah menggerakkan tongkatnya
menangkis. Gempuran dua tenaga raksasa membuat keduanya terpental<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lagi ke belakang dan Pat-jiu Kai-ong
cepat meloncat ke depan, tongkatnya berubah menjadi segulungan sinar hitam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang menyambar ganas. "Trakk!
Trakkk!!" Dua kali senjata payung dan tongkat bertemu di udara dan
keduanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terhuyung ke belakang. Diam-diam mereka
berdua terkejut sekali dan maklum bahwa dalam hal tenaga sakti,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kekuatan mereka berimbang. Sebelum
mereka melanjutkan pertandingan mereka, tiba-tiba mereka melangkah mundur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan memandang tajam karena
berturut-turut ditempat itu telah muncul lima orang kakek yang melihat cara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> munculnya dapat diduga tentu memiliki
kepandaian tinggi. Mereka muncul seperti setan-setan, tidak dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> didengar atau dilihat lebih dahulu,
tahu-tahu sudah berdiri di situ sambil memandang ke arah Pat-jiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan Kiammo Cai-li dengan bermacam
sikap. Ketika dua orang datuk kaum sesat atau golongan hitam ini melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan penuh perhatian mereka terkejut
sekali. Biarpun diantara lima orang itu ada yang belum pernah mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jumpai, namun melihat ciri-ciri mereka,
kedua orang datuk golongan hitam ini dapat mengenal mereka yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kesemuanya adalah orang-orang aneh di dunia
kang-ouw yang masing-masing telah memiliki nama besar sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang-orang sakti. Sementara itu,
ketika melihat dua orang kakek dan nenek tadi bertanding memperebutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dirinya, Sin Liong menjadi makin
berduka. Tak disangkanya bahwa di tempat yang penuh damai ini di mana dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> selama hampir tiga tahun tinggal penuh
ketentraman dan kedamaian, yang membuat dia hampir melupakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kekejaman-kekejaman manusia ketika
terjadi pembunuhan ayah-bundanya, kini dia menyaksikan kekejaman yang lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hebat lagi di mana sebelas orang dusun
yang sama sekali tidak berdosa dibunuh begitu saja oleh dua orang itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Maka dia lalu duduk di atas batu,
bersila dan tak bergerak seperti arca, hatinya dilanda duka, dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memandang dengan sikap tidak
mengacuhkan. Bahkan ketika muncul lima orang aneh itu, dia pun tidak membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> reaksi apa-apa kecuali memandang dengan
penuh perhatian namun dengan sikap sama sekali tidak mengacuhkan. Orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pertama adalah seorang kakek berusia
enam puluh tahun, bertubuh tinggi besar dengan muka merah seperti tokoh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kwan Kong dalam cerita Sam-kok,
kelihatan gagah sekali, di punggungnya tampak dua batang pedang menyilang,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> matanya lebar alisnya tebal dan
suaranya nyaring ketika dia tertawa, "Ha-ha-ha, kiranya bukan hanya orang
gagah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saja yang tertarik kepada Sin-tong,
juga iblis-iblis berdatangan sungguhpun tentu mempunyai niat lain!" Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ucapan yang jelas ditujukan kepada
Kiammo Cai-li dan Pat-jiu Kai-ong ini, dia memandang dua orang itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terang-terangan. Orang ini bukanlah
orang sembarangan, namanya sendiri adalah Siang-koan Houw, akan tetapi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lebih terkenal dengan sebutan Tee-tok
(Racun Bumi) karena selain merupakan seorang ahli racun yang sukar dicari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tandingannya, juga dia amat ganas
menghadapi lawan tidak mengenal ampun dan selain itu, juga dia amat jujur dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> blak-blakan, bicara dan bertindak tanpa
pura-pura lagi. Ilmu silatnya tinggi sekali, dan yang paling terkenal<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sehingga menggegerkan dunia persilatan
adalah ilmu pukulannya yang disebut Pek-lui-kun (Ilmu Silat Tangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kilat) dan Ilmu Pedangnya Ban-tok
Siang-kiam (Sepasang Pedang Selaksa Racun)! Tidak ada orang yang tahu dimana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tempat tinggalnya karena memang dia
seorang perantau yang muncul dimana saja secara tak terduga-duga seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemunculannya sekarang ini di Hutan
Seribu Bunga. "Huhh, bekas Suteku yang tetap goblok!" kata orang
kedua.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Masa masih tidak mengerti apa
yang dikehendaki dua iblis ini. Jembel busuk itu tentu ingin menghisap darah
dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> otak Sin-tong untuk menyempurnakan Ilmu
Iblisnya Hiat-Ciang Hoat-sut. Sedangkan iblis betina genit ini apa lagi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang dicari kecuali sari kejantanan
Sin-tong? Hayo kalian menyangkal, hendak kulihat apakah kalian begitu tak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tahu malu untuk menyangkal!" Orang
yang kata-katanya amat menusuk ini adalah seorang kakek yang beberapa tahun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lebih tua daripada Tee-tok, bahkan
menyebut Tee-tok sebagai bekas sutenya karena memang demikian. Dia bertubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tinggi kurus dan mukanya seperti
tengkorak mengerikan, di ketiaknya terselip sebatang tongkat panjang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gerak-geriknya ketika bicara seperti
seekor monyet tidak mau diam, bahkan kadang-kadang menggaruk-garuk kepala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> atau pantatnya, matanya liar memandang
ke kanan-kiri. Inilah dia tokoh hebat yang berjuluk Thian-tok (Racun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Langit), bekas suheng Tee-tok yang
memiliki kepandaian khas. Selain lihai dalam hal racun sesuai dengan nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan julukannya, juga dia adalah seorang
pemuja Kauw Cee Thian atau Cee Thian Thaiseng, Si Raja Monyet itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yaitu sebatang tongkat yang dia beri
nama Kim-kauw-pang seperti tongkat Si Raja Monyet. Juga dia telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menciptakan ilmu silat tangan kosong yang
meniru gerak-gerik seekor monyet yang diberinya nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-kauw-kun(Ilmu Silat Monyet Sakti).
Seperti juga Tee-tok, dia tidak mempunyai tempat tinggal yang tetap, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak ada yang tahu lagi nama aslinya,
yaitu Bhong Sek Bin. "Hemmm, setelah ada aku disini jangan harap segala<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> macam iblis dapat berbuat sesuka hati
sendiri!" kata orang ke tiga, suaranya kasar dan keras, pandang matanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti ujung pedang menusuk. Orang ini
bernama Ciang Ham julukannya Thian-he Te-it, Sedunia Nomor satu!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Usianya kurang lebih 50 tahun, dan dia
adalah ketua dari Perkumpulan Kang-jiu-pang (Perkumpulan Lengan Baja)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang didirikannya di Secuan. Di tangan
kirinya tampak sebatang senjata tombak gagang panjang, dan selain<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkenal sebagai seorang ahli bermain
tombak, dia pun terkenal sebagai seorang ahli bermain tombak, dia pun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkenal memiliki lengan sekuat baja!
Pakaiannya ringkas seperti biasa dipakai oleh seorang ahli silat dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> setiap gerak-geriknya menunjukkan bahwa
dia telah mempunyai kepandaian silat yang sudah mendarah daging di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tubuhnya. Orang ke empat adalah seorang
berpakaian sastrawan, sikapnya halus, usianya 50 tahun tapi masih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tampak tampan, tubuhnya sedang dan dia
sudah menjura ke arah kedua orang datuk golongan hitam itu. Di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pinggangnya terselip sebatang mauwpit
alat tulis pena panjang. "Kami berlima dengan tujuan yang sama datang ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tempat ini, tidak sangka bertemu dengan
dua orang tokoh terkenal seperti Ji-wi (Anda berdua), Pat-jiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan Kiam-mo Cai-li, terutama sekali
kepada Cai-li, terimalah hormatku." Pat-jiu Kai-ong sudah segera dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengenal siapa orang ini, akan tetapi
Kiam-mo Cai-li tidak mengenalnya. Hati wanita ini yang tadinya panas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendengar kata-kata menentang dari tiga
orang pertama, merasa seperti dielus-elus oleh sikap dan kata-kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang berpakaian sastrawan yang tampan
ini. Maka dia pun membalas penghormatannya dan dengan lirikan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memikat dan senyum simpul manis sekali
dia bertanya, "Harap maafkan, kana tetapi siapakah saudara yang manis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> budi dan yang tentu memiliki ilmu
kepandaian bun dan bu(Sastra dan silat) yang tinggi ini?" Laki-laki itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tersenyum dan menjawab halus,
"Saya yang rendah dinamakan orang Gin-siauw Siucai (Pelajar Bersuling
Perak),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seorang yang suka bersunyi di
Beng-san." Kiam-mo Cai-li kembali menjura, tersenyum dan berkata,
"Aihhh, sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lama sekali saya telah mendengar nama besar
Cin-siauw Siucai, sebagai seorang ahli silat tinggi, terutama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekali sebagai seorang peniup suling
yang mahir dan sudah lama pula mendengar akan keindahan tamasya alam di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Beng-san. Mudah-mudahan saja saya akan
berumur panjang untuk mengunjungi Beng-san yang indah, menjadi tamu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Gin-siauw Siucai yang ramah dan sopan,
tidak seperti kebanyakan pria yang kasar tak tahu sopan santun!" Ucapan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkhir ini jelas ditujukannya kepada
tiga orang tokoh pertama yang kasar-kasar tadi. Orang ke lima dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rombongan itu adalah seorang tosu
berusia enam puluh tahun lebih, tubuhnya tinggi kurus dan mukanya pucat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tangan kiri memegang sebuah hudtim
(Kebutan Pendeta) dan tangan kanan memegang sebuah kipas yang tiada hentinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> digoyang-goyang menipasi lehernya
seolah-olah dia kepanasan, padahal hawa di Hutan Seribu Bunga itu sejuk! Kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia membuka mulut dan terdengarlah
suaranya yang merdu menyanyikan sajak dalam kitab To-tek-kheng, kitab utama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dari kaum tosu (Pemeluk Agama To)! Amat
sempurna, namun tampak tak sempurna, tampak tidak lengkap, sungguhpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kegunaannya tiada kurang Terisi penuh,
namun tampaknya meluap tumpah, tampaknya kosong, sungguhpun tak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kehabisan Yang paling lurus, kelihatan
bengkok, yang paling cerdas, kelihatan bodoh, yang paling fasih,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kelihatan gagu. Api panas dapat
mengatasi dingin, air sejuk dapat mengatasi panas, Sang Budiman, murni dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tenang dapat memberkati dunia!"
"Huah-ha-ha-ha! Anda tentulah lam-hai Seng-jin (Manusia Sakti Laut
Selatan),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bukan? Sajak-sajak To-tekkheng agaknya
telah menjadi semacam cap Anda, ha-ha-ha!" kata Pat-jiu Kai-ong sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertawa mengejek. Tosu itu berkata ,
"Siancai! Pat-jiu Kai-ong bermata tajam, dapat mengenal seorang tosu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> miskin dan bodoh." "Ah,
jangan merendah, Totiang," kata Kiam-mo Cai-li, "Siapa orangnya yang
tidak tahu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> biarpun Anda seorang yang berpakaian
tosu dan kelihatan miskin, namun memiliki sebuah istana dan menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> majikan dari Pulau Kura-kura. Ini
namanya menggunakan pakaian butut untuk menutupi pakaian indah di sebelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalamnya." "Siancai! Pujian
kosong...!" Tosu itu berkata dan mukanya menjadi merah. Tee-tok Siangkoan
Houw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mngeluarkan suara menggereng tidak
sabar. "Apa apaan semua kepura-puraan yang menjemukan ini? Patjiu Kai-ong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan Kiam-mo Cai-li, ketika kami berlima
datang tadi, kami melihat kalian sedang memperebutkan Sin-tong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tentu sebelas orang dusun ini kalian
berdua yang membunuhnya!" "Tee-tok, urusan itu adalah urusan kami
sendiri.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Perlu apa kau mencampuri?" Pat-jiu
Kai-ong menjawab dengan senyum dan suara halus seperti kebiasaannya namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jelas bahwa dia merasa tak senang.
"Bukan urusanku, memang! Akan tetapi ketahuilah, kami berlima mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maksud yang sama, yaitu masing-masing
menghendaki agar Sin-tong menjadi muridnya. Biarpun kami saling<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bertentangan dan berebutan, namun kami
memperebutkan Sin-tong untuk menjadi murid kami atau seorang di antara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kami. Sedangkan kalian berdua,
mempunyai niat buruk!" kata pula Tee-tok yang terkenal sebagai orang yang
tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pernah menyimpan perasaan dan
mengeluarkannya semua tanpa tedeng aling-aling lagi melalui suaranya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> nyaring. "Tee-tok, jangan sombong
kau! Mengenai kepentingan masing-masing memperebutkan Sin-tong, adalah urusan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pribadi yang tak perlu diketahui orang
lain. Yang jelas, kita bertujuh masing-masing hendak memiliki Sin-tong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Untuk kepentingan pribadi masing-masing
tentu saja sekarang bagaimana baiknya? Apakah kalian ini lima orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang mengaku sebagai tokoh-tokoh sakti
dan gagah dari dunia kang-ouw hendak mengandalkan banyak orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengeroyok kami berdua. Aku, Kiam-mo
Cai-li sama sekali tidak takut biarpun aku seorang kalian keroyok berlima,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan tetapi betapa curang dan hinanya
perbuatan itu. Terutama sekali Gin-siauw Siucai, tentu tidak begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rendah untuk melakukan
pengeroyokan!" kata Kiammo Cai-li yang cerdik. "Perempuan sombong
kau, Kiam-mo Cai-li!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tee-tok membentak marah dan melangkah
maju. "Siapa sudi mengeroyokmu? Aku sendiri pun cukup untuk mengenyahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seorang iblis betina seperti engkau
dari muka bumi!" "Tee-tok, buktikan omonganmu!" Kiam-mo Cai-li
membentak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan dia pun melangkah maju.
"Eh-eh, nanti dulu! Apa hanya kalian berdua saja yang menghendaki
Sin-tong? Kami<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pun tidak mau ketinggalan!" kata
Pat-jiu Kai-ong mencela. "Benar sekali! Perebutan ini tidak boleh
dimonopoli<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> oleh dua orang saja! Aku pun tidak
takut menghadapi siapa pun untuk memperoleh Sin-tong!" Thian-te Te-it
Ciang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Ham membentak menggoyang tombak
panjangnya melintang di depan dada. "Siancai, siancai...!" Lam-hai
Seng-jin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melangkah maju, menggoyang kebutannya.
"Harap Cuwi(Anda Sekalian) suka bersabar dan tidak turun tangan secara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kacau saling serang. Semua harus diatur
seadilnya dan sebaiknya. Kita bukanlah sekumpulan bocah yang biasanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hanya saling baku hantam memperebutkan
sesuatu. Sudah jelas bahwa kita bertujuan sama, yaitu ingin memperoleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-tong. Akan tetapi kita lupa bahwa
hal ini sepenuhnya terserah kepada pemilihan Sin-tong sendiri. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> marilah kita berjanji. Kita bertanya
kepada Sin-tong, kepada siapa ia hendak ikut dan kalau dia sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjatuhkan pilihannya, tidak
seorangpun boleh melarang atau mencampuri, Bagaimana?" "Hemm, tidak
buruk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keputusan itu. Aku setuju!" kata Tee-tok.
"Aku pun setuju!" kata Thian-tok dan yang lain pun tidak mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> alasan untuk tidak menyetujui keputusan
yang memang adil ini, kemudian melanjutkan dengan kata-kata sengaja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dibikin keras agar terdengar oleh
Sin-tong. "Tentu saja harus jujur tidak membohongi Sin-tong akan maksud
hati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebenarnya. Misalnya yang mau mengambil
murid, yang hendak menghisap darahnya atau hendak memperkosa dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghisap sari kejantanannya juga harus
berterus terang!" Tentu saja dua orang tokoh golongan hitam itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mendongkol sekali dan ingin menyerang
Thian-tok yang licik itu. "Isi hati orang siapa yang tahu? Boleh saja kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bilang hendak mengambil murid, akan
tetapi siapa tahu kalau kau menghendaki nyawanya?" Kiam-mo Cai-li mengejek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Thian-tok. "Kau...! Majulah,
rasakan Kim-kauw-pang pusakaku ini!" "Boleh! Siapa takut?"
Wanita itu balas<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membentak. "Siancai...!"
Lam-hai Seng-jin mencela dan melangkah maju. "Apakah kalian benar-benar
hendak menjadi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kanak-kanak? Katanya tadi sudah setuju,
nah marilah kita mendengar sendiri siapa yang menjadi pilihan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-tong." Tujuh orang itu lalu
menghampiri Sin-tong yang masih duduk bersila seperti sebuah arca, hatinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> penuh kengerian menyaksikan tingkah laku
tujuh orang itu. "Sin-tong yang baik. Lihatlah, kau satu-satunya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> wanita di antara kami bertujuh.
Lihatlah aku, seorang wanita yang hidup kesepian dan merana karena tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mempunyai anak, kau mendengar bahwa
engkau pun sebatangkara, tidak mempunyai ayah bunda lagi. Marilah anakku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> marilah ikut dengan aku, aku akan
menjadi pengganti ibumu yang mencintaimu dengan seluruh jiwaku. Mari hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebagai seorang Pangeran di istanaku,
di Rawa Bangkai, dan engkau akan menjadi seorang terhormat dan mulia.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Marilah Sin-tong, Anakku!" Sin
Liong mengangkat muka memandang sejenak wajah wanita itu, kemudian dia menunduk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan tidak menjawab, juga tidak
bergerak, hatinya makin sakit karena dia dengan jelas dapat melihat kepalsuan
di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> balik bujuk-rayu manis itu, apalagi
kalau dia mengingat betapa wanita ini dengan tersenyum-senyum dapat begitu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saja membunuh jiwa enam orang dusun
yang tidak berdosa! Dia merasa ngeri dan tidak dapat menjawab. "Sin-tong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aku adalah ketua dari Pat-jiu Kai-pang
di Pegunungan Hong-san. Sebagai seorang ketua perkumpulan pengemis,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tentu saja aku kasihan sekali melihat
engkau seorang anak yang hidup sebatangkara. Kau ikutlah bersamaku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-tong, dan kelak engaku akan menjadi
raja Pengemis. Bukankah kau suka sekali menolong orang? Orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> paling perlu ditolong olehmu adalah
golongan pengemis yang hidup sengsara, kau ikutlah dengan aku, dan Pat-jiu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kai-ong akan menjadikan engkau seorang
yang paling gagah di dunia ini!" Kembali Sin-tong memandang wajah itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan diam-diam bergidik. Orang yang
dapat membunuh lima orang dusun sambil tertawa-tawa seperti kakek ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekarang menawarkan kepadanya untuk
menjadi raja pengemis! Dia tidak menjawab juga, hanya kembali menundukkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mukanya. "Anak ajaib, anak baik,
Sin-tong, dengarlah aku. Aku adalah Gin-siauw Siucai, seorang sastrawan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengasingkan diri dan menjadi pertapa
di Beng-san. Selama hidupku aku tidak pernah melakukan perbuatan jahat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan selama puluhan tahun aku tekun
menghimpun ilmu silat, ilmu sastra dan ilmu meniup suling. Aku ingin sekali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengangkat engkau sebagai muridku,
Sin-tong." "Ha-ha-ha, kau turut aku saja, Sin-tong. Biarpun aku
seorang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kasar, namun hatiku lemah menghadapi
anak-anak. Aku sendiri memiliki seorang anak perempuan sebaya denganmu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Biarlah kau menjadi saudaranya, kau
menjadi muridku dan kau takkan kecewa menjadi murid Tee-tok. Pilihlah aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjadi gurumu, Sin-tong."
"Tidak, aku saja! Aku Bhong Sek Bin, namaku tidak pernah kukatakan kepada
siapapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan sekarang kukatakan di depanmu,
tanda bahwa aku percaya dan suka sekali kepadamu. Akulah keturunan dari Dewa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sakti Cee Thian Thai-seng, akulah yang
mewarisi ilmu Kim-kauw-pang. Kau jadilah murid Thian-tok dan kelak kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan merajai dunia kang-ouw,
Sin-tong." "Lebih baik menjadi muridku. Aku Thian-he Te-it Ciang Ham,
di kolong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';">
dunia nomor satu dan ketua dari Kang-jiu-pang di Secuan. Menjadi muridku
berarti menjadi calon manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terpandai di kolong langit!"
"Siancai...siancai..! Kaudengarlah mereka semua itu, Sin-tong. Semua
hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengajarkan ilmu silat dan memamerkan
kekayaan duniawi, tidak seorangpun yang hendak mengajarkan kebatinan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepadamu. Akan tetapi pinto (aku) ingin
sekali mengambil murid kepadamu, hendak pinto jadikan engkau seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> calon Guru Besar Kebatinan. Kau
berbakat untuk itu, siapa tahu, kelak engkau akan memiliki kebijaksanaan besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti Nabi Lo-cu sendiri, dan engkau
menjadi seorang nabi baru. Kau jadilah murid Lam-hai Sengjin, Sin-tong!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hening sejenak. Semua mata ditujukan
kepada bocah yang masih duduk bersila seperti arca dan yang tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjawab kecuali mengangkat muka
sebentar memandang orang yang membujuknya. Kemudian terdengar suaranya, halus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggetar dan penuh duka. "Terima
kasih kepada Cuwi Locianpwe. Akan tetapi saya tidak dapat ikut siapapun juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di antara Cuwi karena di balik semua
kebaikan Cuwi terdapat kekerasan dan nafsu membunuh sesama manusia. Tidak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saya tidak akan turut siapapun, saya
lebih senang tinggal disini, di tempat sunyi ini. Harap Cuwi sekalian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tinggalkan saya, saya akan mengubur
mayat-mayat yang patut dikasihani ini." "Wah, kepala batu! Kalau
begitu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aku akan memaksamu!" kata Tee-tok
yang berwatak berangasan dan kasar. "Eh, nanti dulu! Siapa pun tidak boleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengganggunya!" bentak Thian-tok.
"Siancai...sabar dulu semua! Jelas bahwa bocah ajaib ini tidak mau memilih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seorang diantara kita secara sukarela.
Karena itu, tentu kita semua ingin merampasnya secara kekerasan. Maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harus diatur sebaik dan seadil mungkin.
Kita bukan kanak-kanak, kita adalah orang-orang yang telah menghimpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> banyak ilmu, maka sebaiknya kalau kita
sekarang masing-masing mengeluarkan ilmu dan mengadu ilmu. Siapa yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keluar sebagai pemenang, tentu saja
berhak meimiliki Sin-tong," kata Lam-hai Seng-jin yang lebih sabar
daripada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang lain. "Mana bisa diatur
begitu?" bantah Pat-jiu kai-ong yang khawatir kalau-kalau lima orang itu
akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengeroyok dia dan Kiam-mo Cai-li.
"Lebih baik seorang lawan seorang, yang kalah masuk kotak dan yang menang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harus menghadapi yang lain setelah
beristirahat. Begitu baru adil!" "Tidak!" bantah Kiam-mo Cai-li,
wanita yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cerdik ini dapat melihat kesempatan
yang menguntungkannya kalau terjadi pertandingan bersama seperti yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diusulkan Lam-hai Seng-jin. Dalam
pertempuran seperti itu, siapa cerdik tentu akan keluar sebagai pemenang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Kalau diadakan satu lawan satu,
terlalu lama. Sebaiknya kita bertujuh mengeluarkan ilmu dan saling serang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tanpa memandang bulu. Dengan demikian,
satu-satunya orang yang kelaur sebagai pemenang, Jelas dia telah lihai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> daripada yang lain." Akhirnya
Pat-jiu kai-ong kalah suara dan ketujuh orang itu telah mengelurkan senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masing-masing, membentuk lingaran besar
dan bergerak perlahan-lahan saling lirik , siap untuk menghantam siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang dekat dan menangkis serangan dari
manapun juga! Benar-benar merupakan pertandingan hebat yang kacau balau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan aneh! Sin Liong yang masih duduk
bersila, memandang dengan mata terbelalak dan dia menjadi silau ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tujuh orang itu sudah mulai
menggerakkan senjata masing-masing untuk menyerang dan menangkis. Gerakan
mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> demikian cepatnya sehingga bagi Sin Liong,
yang kelihatan hanyalah gulungan-gulungan sinar senjata dan bayangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang berkelebatan tanpa dapat dilihat
jelas bayangan siapa. Memang hebat pertandingan ini karena dipandang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sepintas lalu, seolah-olah setiap orang
melawan enam orang musuh dan kadang-kadang terjadi hal yang lucu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Ketika Tee-tok menyerang Pat-jiu
Kai-ong dengan siang-kiamnya, sepasang pedangnya ini membabat dari kiri kanan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kai-ong terkejut karena pada
saat itu dia sedang menyerang Lam-hai Seng-jin yang di lain pihak juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sedang menyerang Gin-siauw Siucai! Akan
tetapi terdengar suara keras ketika sepasang pedang Tee-tok itu bertemu<o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-72942380377321763002012-07-26T05:44:00.005+08:002012-07-27T04:04:50.742+08:00BUKEK SIANSU : Seri Pertama<br />
<div class="MsoPlainText">
<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a><span style="font-family: 'Courier New';">Bukek Siansu : Seri Pertama - Selamat Membaca</span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pagi itu bukan main indahnya di dalam hutan di lereng Pegunungan Jeng Hoa San (Gunung Seribu Bunga). Matahari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> muda memuntahkan cahayanya yang kuning keemasan ke permukaan bumi, menghidupkan kembali rumput-rumput yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hampir lumpuh oleh embun, pohon-pohon yang lenyap ditelan kegelapan malam, bunga-bunga yang menderita semalaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"></span><br />
<a name='more'></a><span style="font-family: 'Courier New';"> oleh hawa dingin menusuk. Cahaya kuning emas membawa kehangatan, keindahan, penghidupan itu mengusir halimun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tebal, dan halimun lari pergi dari cahaya raja kehidupan itu, meninggalkan butiran-butiran embun yang kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjadi penghias ujung-ujung daun dan rumput membuat bunga-bunga yang beraneka warna itu seperti dara-dara muda<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jelita sehabis mandi, segar dan berseri-seri. Cahaya matahari yang lembut itu tertangkis oleh daun dan ranting<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pepohonan hutan yang rimbun, namun kelembutannya membuat cahaya itu dapat juga menerobos di antara celah-celah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> daun dan ranting sehingga sinar kecil memanjang yang tampak jelas di antara bayang-bayang pohon meluncur ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bawah, disana sini bertemu dengan pantulan air membentuk warna pelangi yang amat indahnya, warna yang dibentuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> oleh segala macam warna terutama oleh warna dasar merah, kuning dan biru. Indah! Bagi mata yang bebas dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> segala ikatan, keindahan itu makin terasa, keindahan yang baru dan yang senantiasa akan nampak baru biarpun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> andaikata dilihatnya setiap hari Sebelum cahaya pertama yang kemerahan dari matahari pagi tampak, keadaan sunyi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> senyap.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Yang mula-mula membangunkan hutan itu adalah kokok ayam hutan yang pendek dan nyaring sekali, kokok yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiba-tiba dan mengejutkan, susul menyusul dari beberapa penjuru. Kokok ayam jantan inilah yang menggugah para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> burung yang tadinya diselimuti kegelapan malam, menyembunyikan muka ke bawah selimut tebal dan hangat dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sayap mereka, kini terjadilah gerakan-gerakan hidup di setiap pohon besar dan terdengar kicau burung yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sahut-menyahut, bermacam-macam suaranya, bersaing indah dan ramai namun kesemuanya memiliki kemerduan yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> khas. Sukar bagi telinga untuk menentukan mana yang lebih indah, karena suara yang bersahut-sahutan itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> merupakan kesatuan seperangkat alat musik yang dibunyikan bersama. Yang ada pada telinga hanya indah! Sukar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dikatakan mana yang lebih indah, suara burung-burung itu sendiri ataukan keheningan kosong yang terdapat di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> antara jarak suara-suara itu. Anak laki-laki itu masih amat kecil. Tidak akan lebih dari tujuh tahun usianya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Dia berdiri seperti sebuah patung, berdiri di tempat datar yang agak tinggi di hutan Gunung Seribu Bunga itu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghadap ke timur dan sudah ada setengah jam lebih dia berdiri seperti itu, hanya matanya saja yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bergerak-gerak, mata yang lebar yang penuh sinar ketajaman dan kelembutan, seperti biasa mata kanak-kanak yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hidupnya masih bebas dan bersih, namun di antara kedua matanya, kulit di antara alis itu agak terganggu oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> garis-garis lurus. Aneh melihat seorang anak kecil seperti itu sudah ada keriput di antara kedua alisnya!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Anak itu pakaiannya sederhana sekali, biarpun amat bersih seperti bersihnya tubuhnya, dari rambut sampai ke<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kuku jari tangannya yang terpelihara dan bersih, wajahnya biasa saja, seperti anak-anak lain dengan bentuk muka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang tampan, hanya matanya dan keriput di antara matanya itulah yang jarang terdapat pada anak-anak dan membuat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia menjadi seorang anak yang mudah mendatangkan kesan pada hati pemandangnya sebagai seorang anak yang aneh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan tentu memiliki sesuatu yang luar biasa. Sepasang mata anak itu bersinar-sinar penuh seri kehidupan ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia tadi melihat munculnya bola merah besar di balik puncak gunung sebelah timur, bola merah yang amat besar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan yang mula-mula merupakan pemandangan yang amat menarik hati, akan tetapi lambat laun merupakan benda yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tak kuat lagi mata memandangnya karena cahaya yang makin menguning dan berkilauan. Maka dia mengalihkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pandangannya, kini menikmati betapa cahaya yang tiada terbatas luasnya itu menghidupkan segala sesuatu, dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> puncak pegunungan sampai jauh di sana, di bawah kaki gunung. Anak itu lalu menanggalkan pakaiannya, satu semi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> satu dengan gerakan sabar dan tidak tergesa-gesa, tanpa menengok ke kanan kiri karena selama ini dia tahu bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di pagi hari seperti itu tidak akan ada seorang pun manusia kecuali dirinya sendiri berada di situ. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> telanjang bulat dia lalu menghampiri sebuah batu dan duduk bersila, menghadap matahari. Duduknya tegak lurus,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kedua kakinya bersilang dan napasnya masuk keluar dengan halus tanpa diatur, tanpa paksaan seperti pernapasan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seorang bayi sedang tidur nyenyak. Sudah beberapa tahun dia melakukan ini setiap hari duduk sambil mandi cahaya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> matahari selama dua tiga jam sampai semua tubuhnya bermandi peluh dan terasa panas barulah dia berhenti. Juga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di waktu malam terang bulan, dia duduk pula di batu itu, telanjang bulat, mandi cahaya bulan purnama selama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tujuh malam, kadang-kadang sampai lupa diri dan duduk bersila sampai setengah tidur, dan barulah dia berhenti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalau tubuh sudah hampir membeku dan bulan sudah lenyap bersembunyi di balik pumcak barat. Anak yang luar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> biasa!<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Memang. Demikian pula penduduk di sekitar Pegunungan Jeng Hoa San menyebutnya Sin Tong (Anak Ajaib),<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> demikianlah nama anak ini yang diketahui orang. Anak ajaib, anak sakti dan lain-lain sebutan lagi. Karena semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang menyebutnya Sin Tong dan memang dia sendiri tidak pernah mau menyatakan siapa namanya, maka anak itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudah menjadi terbiasa dengan sebutan ini dan menganggap namanya Sin Tong! Mengapakah orang-orang dusun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> penghuni semua dusun di sekitar lereng dan kaki Pegunungan Jeng Hoa San menyebutnya anak ajaib? Hal ini ada<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sebabnya, yaitu karena anak berusia tujuh tahun itu pandai sekali mengobati penyakit dengan memberi daun-daun,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> buah-buah, dan akar-akar obat yang benarbenar manjur sekali! Hampir semua penduduk yang terkena penyakit datang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ke lereng Hutan Seribu Bunga, yaitu nama hutan di mana anak itu tinggal karena di antara sekalian hutan di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pegunungan Seribu Bunga, hutan inilah yang benar-benar tepat disebut Hutan Seribu Bunga denga tetumbuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> beraneka warna, penuh dengan bunga-bunga indah, terutama sekali pada musim semi. Dan anak ini memberi daun atau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akar obat dengan hati terbuka, dengan hati terbuka, dengan tulus ikhlas, suka rela dan selalu menolak kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> diberi uang! Maka berduyun-duyun orang dusun datang kepadanya dan diam-diam memujanya sebagai seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ajaib, sebagai dewa yang menjelma menjadi seorang anak-anak yang menolong dusun-dusun itu dari malapetaka.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bahkan ketika terjangkit penyakit menular, penyakit demam hebat yang menimbulkan banyak korban tahun lalu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bocah ajaib inilah yang membasminya dengan memberi akar-akar tertentu yang harus diminum airnya setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dimasak. Dengan akar itu, yang sakit banyak tertolong dan yang belum terkena penyakit tidak akan ketularan.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Ketika orang-orang dusun itu, terutama yang wanita, datang membawa pakaian baru yang sudah dijahit rapi, anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu tak dapat menolak, dan menyatakan terima kasihnya dengan butiran air mata menetes di kedua pipinya akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetapi tidak ada kata-kata yang keluar dari mulutnya. Karena jasa orang-orang dusun ini, maka anak itu selalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berpakaian sederhana sekali, potongan "dusun".<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Siapakah sebetulnya anak kecil ajaib yang menjadi penghuni Hutan Seribu Bunga seorang diri saja itu? Benarkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia seorang dewa yang turun dari kahyangan menjadi seorang anak-anak untuk menolong seorang manusia, seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kepercayaan para penduduk di Pegunungan Tibet sehingga banyak terdapat Lama yang dianggap sebagai Sang Budha<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri yang "menjelma" menjadi anak-anak dan menjadi calon Lama. Sebetulnya tentu saja tidak seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketahyulan yang dipercaya oleh orang-orang yang memang suka akan ketahyulan dan suka akan yang ajaib-ajaib itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Anak itu dahulunya adalah anak tunggal dari Keluarga Kwa di kota Kun-Leng, sebuah kota kecil di sebelah timur<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pegunungan Jeng-hoa-san. Dia bernama Kwa Sin Liong, dan nama Sin Liong (Naga Sakti) ini diberikan kepadanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena ketika mengandungnya, ibunya mimpi melihat seekor nama beterbangan di angkasa diantara awan-awan. Adapun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ayah Sin Liong adalah seorang pedagang obat yang cukup kaya di kota Kun-leng.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Akan tetapi malapetaka menimpa keluarga ini ketika malam hari tiga orang pencuri memasuki rumah mereka. Tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tiga orang penjahat ini hendak melakukan pencurian terhadap keluarga kaya ini, akan tetapi ketika mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memasuki kamar ayah dan ibu Sin Liong mempergoki mereka. Karena khawatir dikenal, tiga orang itu lalu membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ayah-bunda Sin Liong dengan bacokan-bacokan golok. Ketika itu Sin Liong baru berusia lima tahun dan di tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> remang-remang itu melihat betapa ayah-bundanya dihujani bacokan golok dan roboh mandi darah, tewas tanpa sempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berteriak. Saking ngeri dan takutnya, Sin Liong seperti berubah menjadi gagu, matanya melotot dan dia tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bisa mengeluarkan suara. Karena ini, tiga orang pencuri itu tidak melihat anak kecil di kamar yang gelap itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Mereka terutama sibuk mengumpulkan barang-barang berharga dan mereka itu juga panik, ingin lekas-lekas pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena mereka telah terpaksa membunuh tuan dan nyonya rumah. Setelah para penjahat itu keluar dari kamar,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> barulah Sin Liong dapat menjerit, menjerit sekuat tenaganya sehingga malam hari itu terkoyak oleh jeritan anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini. Para tetangga mereka terkejut dan semua pintu dibuka, semua laki-laki berlari keluar dan melihat tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang yang tidak dikenal keluar dari rumah keluarga Kwa membawa buntalan-buntalan besar, segera terdengar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> teriakan "maling...maling!" dan orang-orang itu mengurung tiga penjahat ini.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> </P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> <P><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Beberapa orang lari memasuki rumah keluarga Kwa yang dapat dibayangkan betapa kaget hati mereka melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> suami-isteri itu tewas dalam keadaan mandi darah, sedangkan Sin Liong menangisi kedua orang tuanya, memeluki<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka sehingga muka,tangan dan pakaian anak itu penuh dengan darah ayahbundanya. "Pembunuh! Mereka membunuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keluarga Kwa!" Orang yang menyaksikan mayat kedua orang itu segera lari keluar dan berteriak-teriak "Manusia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kejam! Tangkap mereka!" "Tidak! Bunuh saja mereka!" "Tubuh suami-istri Kwa hancur mereka cincang!" "Bunuh!"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Serbu...!" Dan terjadilah pergumulan atau pertandingan yang berat sebelah. Tiga orang itu terpaksa melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perlawanan untuk membela diri, akan tetapi mana mereka itu, maling-maling biassa, mampu menahan serbuan puluhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahkan ratusan orang yang marah dan haus darah?. Anak laki-laki itu, ketika pengeroyokan di luar rumahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sedang terjadi, keluar dari dalam, mukanya penuh darah, kedua tangannya dan pakaiannya juga. Dia melangkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keluar seperti dalam mimpi, mukanya pucat sekali dan matanya yang lebar itu terbelalak memandang penuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kengerian.Dia berdiri di depan pintu rumahnya, matanya makin terbelalak memandang apa yang terjadi di depan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rumahnya. Jelas tampak olehnya betapa para tetangganya itu, seperti sekumpulan serigala buas, menyerang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memukuli tiga orang pencuri tadi, para pembunuh ayah-bundanya. Terdengar olehnya betapa pencuri-pencuri itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengaduh-aduh merintih-rintih, minta-minta ampun dan terdengar pula suara bak-bik-buk ketika kaki tangan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> senjata menghantami mereka. Mereka bertiga itu roboh, dan terus digebuki, dibacok, dihantam dan darah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> muncrat-muncrat., tubuh tiga orang itu berkelojotan, suara yang aneh keluar dari tenggorokan mereka. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetapi orang-orang yang marah dan haus darah itu, yang menganggap bahwa apa yang mereka lakukan ini sudah baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan adil, terus saja menghantami tiga orang manusia sial itu sampai tubuh mereka remuk dan tidak tampak seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tubuh manusia lagi, patutnya hanya onggokan-onggokan daging hancur dan tulang-tulang patah!. Ketika semua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudah merasa puas, juga mulai ngeri melihat hasil perbuatan mereka, menghentikan pengeroyokan terhadap tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mayat itu dan mereka memasuki rumah keluarga Kwa, Sin Liong tidak berada disitu! Kiranya bocah ini, yang baru<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saja tergetar jiwanya, tergores penuh luka melihat ayah bundanya dibacoki dan dibunuh, ketika melihat tiga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang pembunuh itu dikeroyok dan disiksa, jiwanya makin terhimpit, luka-luka dihatinya makin banyak dan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak kuat menahan lagi. Dilihatnya wajah orang-orang itu semua seperti wajah iblis, dengan mata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bernyala-nyalapenuh kebencian dan dendam, penuh nafsu membunuh, dengan mulut terngangga seolah-olah tampak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> taring dan gigi meruncing, siap untuk menggigit lawan dan menghisap darahnya. Dia merasa ngeri, merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seolah-olah tampak taring dan gigi meruncing, siap untuk menggigit lawan dan menghisap darahnya. Dia merasa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ngeri, merasa seolah-olah berada di antara sekumpulan iblis, maka sambil menangis tersedu-sedu Sin liong lalu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lari meninggalkan tempat itu, meninggalkan rumahnya, meninggalkan kota Kun-leng, terus berlari ke arah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pegunungan yang tampak dari jauh seperti seorang manusia sedang rebahan, seorang manusia dewa yang sakti, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan melindunginya dari kejaran iblis itu! Seperti orang kehilangan ingatan, semalam itu Sin Liong terus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berlari sampai pada keesokan harinya, saking lelahnya, dia tersaruk-saruk di kaki Pegunungan Jeng-hoa-san,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kadang-kadang tersandung kakinya dan jatuh menelungkup, bangun lagi dan lari pagi, terhuyung-huyung dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akhirnya, pada keesokan harinya, pagi-pagi dia terguling roboh pingsan di dalam sebuah hutan di lereng bagian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bawah Pegunungan Jeng-hoa-san. Setelah siuman, anak kecil berusia lima tahun ini melanjutkan perjalanannya, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> beberapa hari kemudian tibalah dia di sebuah hutan penuh bunga karena kebetulan pada waktu itu adalah musim<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semi. Di sepanjang jalan mendaki pegunungan, kalau perutnya sudah mulai lapar, anak ini memetik buah-buahan dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> makan daun-daunan, memilih yang rasanya segar dan tidak pahit sehingga dia tidak sampai kelaparan. Di dalam<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hutan seribu bunga itu Sin Liong terpesona, merasa seperti hidup di alam lain, di dunia lain. Tempat yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hening dan bersih, tidak ada seorang pun manusia. Kalau dia teringat akan manusia, dia bergidik dan menangis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> saking takut dan ngerinya. Dia telah menyaksikan kekejaman-kekejaman yang amat hebat. Bukan hanya kekejaman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang-orang yang merenggut nyawa ayah bundanya, yang memaksa ayah bundanya berpisah darinya dan mati<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> meninggalkannya, akan tetapi juga melihat kekejaman puluhan orang tetangga yang menyiksa tiga orang itu sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mati dan hancur tubuhnya, Dia bergidik dan ketakutan kalau teringat akan hal itu. Di dalam Hutan Seribu Bunga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itulah dia merasakan keamanan, kebersihan, keheningan yang menyejukkan perasaan. Mula-mula Sin Liong tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mempunyai niat untuk kembali ke kotanya karena ia masih terasa ngeri, tidak ingin melihat ayah bundanya yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berlumuran darah, tak ingin melihat mayat tiga orang pencuri yang rusak hancur. Ketika dia tiba di hutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Jeng-hoa-san itu dan melihat betapa tubuh dan pakaiannya ternoda darah yang baunya amat busuk, dia cepat mandi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan mencuci pakaian di anak sungai yang terdapat di hutan itu, anak sungai yang airnya keluar dari sumber,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jernih dan sejuk sekali. Mula-mula memang dia tidak ingin pulang karena kengerian hatinya, akan tetapi setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dua tiga bulan "Bersembunyi" di tempat itu, timbul rasa cintanya terhadap Hutan Seribu Bunga dan dia kini tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ingin pulang sama sekali karena dia telah menganggap hutan itu sebagai tempat tinggalnya yang baru! Di dekat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pohon peak yang besar, terdapat bukit batu dan di situ ada guanya yang cukup besar untuk dijadikan tempat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tinggal, dijadikan tempat berlindung dari serangan hujan dan angin. Gua ini dibersihkannya dan menjadi sebuah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tempat yang amat menyenangkan. Demikianlah, anak ini tidak tahu sama sekali bahwa harta kekayaan orang tuanya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang tidak mempunyai keluarga dan sanak kadang lainnya, telah dijadikan perebutan antara para tetangga sampai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> habis ludes sama sekali! Dengan alas an "mengamankan" barang-barang berharga dari rumah kosong itu, para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetangga telah memperkaya diri sendiri. Mereka ini tetap tidak tahu, atau tidak mengerti bahwa mereka telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengulangi perbuatan tiga orang pencuri yang mereka keroyok dan bunuh bersama itu. Mereka juga melakukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pencurian, sungguhpun caranya tidak "sekasar" yang dilakukan para pencuri. Jika dinilai, pencurian yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dilakukan para tetangga dan "sahabat" ini jauh lebih kotor dan rendah daripada yang dilakukan oleh tiga orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pencuri dahulu itu, karena para pencuri itu melakukan pencurian dengan sengaja dan terang-terangan mereka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> adalah pencuri, tidak berselubung apa-apa, dan kejahatannya itu memang terbuka, sebagai orang-orang yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mengambil barang orang lain di waktu Si Pemilik sedang lengah atau tertidur. Namun, apa yang dilakukan oleh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> para tetangga itu adalah pencurian terselubung, dengan kedok "menolong" sehingga kalau dibuat takaran,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kejahatan mereka itu berganda, pertama jahat seperti Si Pencuri biasa karena mengambil dan menghaki milik orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lain, ke dua jahat karena telah bersikap munafik, melakukan kejahatan dengan selubung "kebaikan". Demikianlah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sampai dua tahun lamanya anak berusia lima tahun ini tinggal seorang diri di dalam Hutan Seribu Bunga. Sebagai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> putera seorang ahli pengobatan, biarpun ketika usianya baru lima tahun, sedikit banyak Sin Liong tahu akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> daun-daun dan akar obat, bahkan sering dia ikut ayahnya mencari daundaun obat di gunung-gunung. Setelah kini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia hidup seorang diri di dalam hutan, bakatnya akan ilmu pengobatan mendapat ujian dan pemupukan secara alam.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Dia harus makan setiap hari itu untuk keperluan ini, dia telah pandai memilih dari pengalaman, mana daun yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkhasiat dan mana yang enak, mana pula yang beracun dan sebagainya. Selama dua tahun itu, dengan pakaian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cabik-cabik tidak karuan, sering pula dia terserang sakit dan dari pengalaman ini pula dia terserang sakit dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dari pengalaman ini pula dia dapat memilih daun-daun dan akar-akar obat, bukan dari pengetahuan, melainkan dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pengalaman. Mungkin karena tidak ada sesuatu lainnya yang menjadikan bahan pemikiran, maka anak ini dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mencurahkan semua perhatiannya terhadap pengenalan akan daun dan akar serta buah dan kembang yang mangandung<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> obat ini sehingga penciumannya amat tajam terhadap khasiat daun dan akar obat. Dengan menciumnya saja dia dapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menentukan khasiat apakah yang terkandung dalam suatu daun, bunga, buah ataupun akar! Tidak kelirulah kata-kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang bahwa pengalaman adalah guru terpandai. Tentu saja kata-kata itu baru terbukti kebenarannya kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seseorang memiliki rasa kasih terhadap yang dilakukannya itu. Dan memang di lubuk hati Sin Liong, dia mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rasa kasih yang menimbulkan suka, dan suka ini menimbulkan kerajinan untuk mempelajari khasiat bunga-bunga dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> daun-daun yang banyak sekali macamnya dan tumbuh di dalam Hutan Seribu Bunga itu. Selain mempelajari khasiat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tumbuh-tumbuhan, bukan hanya untuk menjadi makanan sehari-hari akan tetapi juga untuk pengobatan, Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mempunyai kesukaan lain lagi yang timbul dari rasa kasihnya kepada alam, kasih yang sepenuhnya dan yang mungkin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekali timbul karena dia merasa hidup sebatangkara dan juga timbul karena melihat kekejaman yang menggores di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kalbunya akan perbuatan manusia ketika ayah ibunya dan tiga orang pencuri itu tewas. Di tempat itu dia melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kedamaian yang murni, kewajaran yang indah, dan tidak pernah melihat kepalsuan-kepalsuan, tidak melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kekejaman. Rasa kasih kepada alam ini membuat dia amat peka terhadap keadaan sekelilingnya, membuat perasaannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tajam sekali sehingga dia dapat merasakan betapa hangat dan nikmatnya sinar matahari pagi, betapa lembut dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sejuk segarnya sinar bulan purnama sehingga tanpa ada yang memberi tahu dan menyuruh hampir setiap pagi dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bertelanjang mandi cahaya matahari pagi dan setiap bulan purnama dia bertelanjang mandi sinar bulan purnama.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tanpa disadarinya, tubuhnya telah menerima dan menyerap inti tenaga mujijat dari bulan dan matahari, dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membuat darahnya bersih, tulangnya kuat dan tenaga dalam di tubuhnya makin terkumpul di luar kesadarannya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Setelah keringat membasahi seluruh tubuh dan beberapa kali memutar tubuhnya yang duduk bersila di atas batu,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kadang-kadang dadanya, Sin Liong turun dari batu itu, menghapus peluh dengan saputangan lebar, kemudian setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tubuhnya tidak berkeringat lagi, setelah dibelai bersilirnya angin pagi, dia mengenakan lagi pakaiannya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pergi mengeluarkan bunga, daun, buah dan akar obat dari dalam gua untuk dijemur dibawah sinar matahari. Inilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang menjadi pekerjaannya sehari-hari, selain mencangkok, memperbanyak dan menanam tanaman-tanaman yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkhasiat. Menjelang tengah hari, mulailah berdatangan penduduk yang membutuhkan obat. Di antara mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terdapat pula beberapa orang kang-ouw yang kasar dan menderita luka beracun dalam pertempuran. Untuk mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semua, tanpa pandang bulu, Sin Liong memberikan obatnya setelah memeriksa luka-luka dan penyakit yang mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> derita. Lebih dari lima belas orang datang berturut-turut minta obat dan yang datang terakhir adalah seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lakilaki setengah tua bertubuh tinggi besar, dipunggungnya tergantung golok dan dia datang terpincangpincang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena pahanya terluka hebat, luka yang membengkak dan menghitam. "Sin-tong, kau tolonglah aku..." Begitu tiba<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> di depan gua dimana Sin Liong duduk dan memotong-motong akar basah dengan sebuah pisau kecil, laki-laki bermuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hitam dan bertubuh tinggi besar itu menjatuhkan diri dan merintih kesakitan. Sin Liong mengerutkan alisnya. Di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> antara orang-orang yang minta pengobatan, dia paling tidak suka melihat orang kang-ouw yang dapat dikenal dari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sikap kasar dan senjata yang selalu mereka bawa. Namun , belum pernah dia menolak untuk mengobati mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahkan diam-diam dia menilai mereka itu sebagai orang-orang yang berwatak serigala, yang haus darah, yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> selalu saling bermusuhandan saling melukai, sehingga mereka ini merupakan manusia-manusia yang patut dikasihani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena tidak mengenai apa artinya ketentraman, kedamaian, dan kasih antar manusia yang mendatangkan ketenangan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kebahagiaan. "Orang tua gagah, bukankah dua bulan yang lalu kau pernah datang dan minta obat karena luka di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lengan kirimu yang keracunan?" tanyanya sambil menatap wajah berkulit hitam itu. "Benar, benar sekali,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-tong. Aku adalah Sin-hek-houw (Macan Hitam Sakti) yang dahulu terkena senjata jarum beracun di lenganku.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Akan tetapi sekarang, aku menderita luka lebih parah lagi. Pahaku terbacok pedang lawan dan celakanya, pedang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu mengandung racun yang hebat sekali. Kalau kau tidak segera menolongku, aku akan mati, Sin-tong." Sin Liong<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak berkata apa-apa lagi, menghampiri orang yang di atas tanah itu, memeriksa luka mengangga di balik celana<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang ikut terobek. Luka yang lebar dan dalam, luka yang tertutup oleh darah yang menghitam dan membengkak,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seluruh kaki terasa panas tanda keracunan hebat! Sin Liong menarik nafas panjang. "Lo-enghiong, mengapa engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masih saja bertempur dengan orang lain, saling melukai dan saling membunuh? Bukankah dahulu ketika kau dating<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kesini pertama kali, pernah kau berjanji tidak akan lagi bertanding dengan orang lain?" Mata yang lebar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melotot kemudian pandang matanya melembut. Tak mungkin dia dapat marah kepada anak ajaib ini. Seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kecil berusia tujuh tahun dapat bicara seperti itu kepadanya, seolah-olah anak itu adalah seorang kakek yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjadi pertapa dan hidup suci! "Sin-tong, aku adalah Sin-hek-houw, dan jangan kau menyebut Lo-enghiong (Orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Tua Gagah) kepadaku. Aku adalah seorang perampok, mengertikah kau? Seorang perampok tunggal yang mengandalkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hidup dari merampok orang lewat! Kalau aku tidak butuh barang, aku tentu tidak akan menganggu orang, dan kalau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang yang kumintai barangnya itu tidak melawan, aku tentu tidak akan menyerangnya. Akan tetapi, dua kali aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keliru menilai orang. Dahulu, aku menyerang seorang nenek yang kelihatan lemah, dan akibatnya lenganku terluka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hebat. Sekarang, aku merampok seorang kakek yang kelihatan lemah, yang membawa barang berharga, dan akibatnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pahaku hampir buntung dan kini keracunan hebat. Kau tolonglah, aku akan berterima kasih kepadamu, Sin-tong dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan mengabarkan sesuatu yang amat penting bagimu". "Lo-enghiong, aku tidk membutuhkan terima kasih dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> balasan. Aku mengenal khasiat tetumbuhan di sini, tetumbuhan itu tumbuh di sini begitu saja mempersilahkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> siapapun juga yang mengerti untuk memetik dan mempergunakannya, tanpa membeli, tanpa merampas dan tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggunakan kekerasan. Aku hanya memetik dan menyerahkan kepadamu, perlu apa aku minta terima kasih dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> balasan? Lukamu ini hebat seluruh kaki sudah panas, berarti darahmu telah keracunan, Untuk mengeluarkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> racunnya yang masih mengeram di sekitar luka, sebaiknya luka itu dibuka agar dapat diobati, tidak seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekarang ini ditutup oleh darah beracun yang mengering. Dapatkah kau membuka lukamu itu, Lo-enghiong?" Orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> setengah tua itu membelalakan mata dan kembali dia kagum mendengar cara bocah itu bicara, akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keheranannya lenyap ketika dia teringat bahwa bocah ini adalah Sin-tong, anak ajaib! Maka dia lalu menghunus<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> goloknya dan melihat berkelebatnya sinar golok, Sin Liong memejamkan matanya. Terbayan kembali tiga batang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> golok yang membacoki tubuh ayah bundanya, dan banyak golok yang kemudian membacoki tubuh tiga orang pencuri<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu. Sin-hek-houw menggunakan ujung goloknya untuk menusuk dan membuka kembali luka di pahanya. Dia mengeluh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keras, akan tetapi lukanya sudah terbuka dan darah hitam mengucur keluar. Dengan siksaan rasa nyeri yang hebat,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-hek-houw melemparkan goloknya dan menggunakan kedua tangannya memijit-mijit paha yang terasa nyeri itu. Sin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Liong berlutut, menggunakan jari tangannya yang halus untuk bantu memijat sehingga darah makin banyak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keluar.Darah hitam dan baunya membuat orang mau muntah! Akan tetapi Sin Liong yang melakukan hal itu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rasa kasih sayang di hati, dengan rasa iba yang mendalam dan tidak dibuat-buat dan tidak pula disengaja,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menerima bau itu dengan perasaan makin terharu. Betapa sengsara dan menderitanya orang ini, hanya demikian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bisikan hatinya. Dia lalu mengambil bubukan akar tertentu, menabur bubukan itu ke dalam luka yang mengangga.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Aduhhhhh..mati aku....!" Kakek itu berseru keras ketika merasa betapa obat itu mendatangkan rasa nyeri seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ada puluhan ekor lebah menyengat-nyengat bagian yang terluka itu. "Harap kaupertahankan, Lo-enghiong sebentar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> juga akan hilang rasa nyerinya. Jangan lawan ras nyeri itu, hadapilah sebagai kenyataan dan ketahuilah bahwa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bubuk itu adalah obat yang akan mengusir penyakit ini." Sambil berkata demikian, Sin Liong lalu menggunakan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> empat helai daun yang sudah diremas sehingga daun itu menjadi basah dan layu, kemudian ditutupnya luka itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan empat helai daun. Benar saja, rintihan orang itu makin perlahan tanda bahwa rasa nyerinya berkurang dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akhirnya orang itu menarik nafas panjang karena rasa nyerinya kini dapat ditahannya. "Harap Lo-enghiong membawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akar ini, dimasak dan airnya diminum. Khasiatnya untuk membersihkan racun yang masih berada di kakimu. Dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> demikian maka luka itu akan membusuk dan akan lekas sembuh. Obat bubuk dan daun-daun ini untuk mengganti obat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> setiap hari sekali, kiranya cukup untuk sepekan sampai luka itu sembuh sama sekali." Sin Liong berkata sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membungkus obat-obat itu dengan sehelai daun yang lebar dan menyerahkannya kepada Sin-hek-houw. Orang kasar itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menerima bungkusan obat dan kembali menghela napas panjang. "Kalau saja aku dapat mempunyai seorang sahabat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti engkau yang selalu berada di sampingku. Kalau saja aku dapat mempunyai seorang anak seperti engkau,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kiranya aku tidak akan tersesat sejauh ini. Terima kasih, Sin-tong dan aku tidak dapat membalas apa-apa kecuali<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> peringatan kepadamu bahwa engkau terancam bahaya besar". Sin Liong mengangkat muka memandang wajah berkulit<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hitam itu dengan heran. "Sin-tong, dunia kang-ouw telah geger dengan namamu. Orang-orang kang-ouw, termasuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aku, yang telah menerima pengobatanmu, membawa namamu di dunia kang-ouw dan terjadilah geger karena nama<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sin-tong menjadi kembang bibir setiap orang kang-ouw. Banyak partai besar tertarik hatinya, menganggap engkau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tentu penjelmaan dewa atau Sang Buddha dan kini telah banyak partai dan orang-orang gagah yang siap untuk<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dating kesini dan untuk membujukmu menjadi anggota mereka atau menjadi murid orang-orang kang-ouw yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terkenal. Celakanya, di antara mereka itu terdapat 2 orang manusia iblis yang lain lagi maksudnya, bukan maksud<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> baik seperti tokoh dan partai persilatan, melainkan maksud keji terhadap dirimu." Sin liong mengerutkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> alisnya, sedikitpun dia tidak merasa takut karena memang dia tidak mempunyai niat buruk terhadap siapa pun di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dunia ini. "Lo-eng-hiong, aku hanya seorang anak kecil yang tidak tahu apa-apa, tidak mempunyai permusuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dengan siapapun juga. Siapa orangnya yang akan menggangguku?" Kakek itu memandang terharu. "Ahh...kau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> benar-benar seorang yang aneh dan bersih hatimu. Kalau aku memiliki kepandaian, aku akan melindungimu dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seluruh tubuh dan nyawaku, bukan hanya karena dua kali kau menolongku, melainkan karena tidak rela aku melihat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> orang mau merusak seorang bocah ajaib seperti engkau ini. Akan tetapi 2 orang iblis itu..." Sin-hek-houw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggiggil dan kelihatan jerih sekali. "Siapakah mereka dan apa yang mereka kehendaki dari aku?" "Di dunia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kang-ouw, banyak terdapat golongan sesat, manusia-manusia iblis termasuk orang seperti aku. Akan tetapi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dibandingkan dua orang yang kumaksudkan itu, mereka adalah dua ekor harimau buas sedangkan orang seperti aku<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> hanyalah seekor tikus! Yang seorang adalah kakek berpakaian pengemis, kelihatan seperti orang miskin yang alim,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> namun dialah iblis nomor satu, ketua Pat-Jiu Kai-pang, seorang yang memiliki rumah seperti istana dan wajahnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang biasa dan alim menyembunyikan watak yang kejamnya melebihi iblis sendiri! Celakalah engkau kalu sudah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berada di tangan kakek ini Sin-tong." "Hemmm, kurasa seorang kakek seperti dia tidak membutuhkan seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kecil seperti aku. Aku tidak khawatir dia akan mengangguku, Lo-eng-hiong!" "Tidak aneh kalau kau berpendapat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> demikian, karena kau seorang anak ajaib yang berhati dan berpikiran polos dan murni. Akan tetapi aku khawatir<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sekali, apa lagi iblis kedua yang tidak kalah kejamnya. Dia seorang wanita, cantik dan tak ada yang tahu berapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> usianya. Kelihatannya cantik, rambutnya panjang harum dan selalu membawa sebuah payung, kelihatannya lemah dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> membutuhkan perlindungan. Akan tetapi, seperti iblis pertama, semua kecantikan dan kelemah-lembutannya itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyembunyikan watak yang sesungguhnya, watak yang lebih keji dan kejam daripada iblis sendiri." "Lo-enghiong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harap saja Lo-enghiong tidak memburuk-burukkan orang lain seperti itu. Aku tidak percaya." Kakek itu menarik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> napas panjang lalu bangkit berdiri. "Aku sudah memberi peringatan kepadamu Sin-tong. Dan kalau kau mau, marilah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kau ikut aku bersembunyi di tempat aman sehingga tidak ada seorang pun yang tahu. Setelah keadaan benar aman<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> barulah kau kembali kesini. Aku mendengar berita angin bahwa dua iblis itu sedang menuju ke Jeng-hoa-san<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mencarimu." Namun Sin Liong menggeleng kepala "Aku dibutuhkan oleh penduduk pedusunan si sini, aku tidak pergi<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemana-mana, Lo-enghiong." "Hemmm, sudahlah! Aku sudah berusaha memperingatkanmu. Mudah-mudahan saja<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> benar-benar tidak terjadi seperti yang kukhawatirkan. Dan lebih-lebih lagi mudah-mudahan aku tidak akan terluka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lagi seperti ini, sehingga kalau kau benar-benar sudah tidak berada lagi di sini, aku payah mencari obat.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Selamat tinggal,Sin-tong dan sekali lagi terima kasih." "Selamat jalan, Lo-enghiong, semoga lekas sembuh."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Orang itu berjalan menyeret kakinya yang terluka, baru belasan langkah menoleh lagi dan berkata, "Benarbenarkah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kau tidak mau ikut bersamaku untuk bersembunyi, Sin-tong?" Sin Liong tersenyum dan menggeleng kepala tanpa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjawab. "Sin-tong, siapakah namamu yang sesungguhnya?" "Aku disebut Sin-tong, biarpun aku merasa seorang anak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> biasa, aku tidak tega menolak sebutan itu. Kau mengenalku sebagai Sin-tong, itulah namaku." Sin-hek-houw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menggeleng kepala, melanjutkan perjalanannya dan masih bergeleng-geleng dan mulutnya mengomel, "Anak ajaib,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> anak ajaib..sayang..!" Dan dia mengepal tinju, seolah-olah hendak menyerang siapa pun yang akan menganggu bocah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang dikaguminya itu. Beberapa hari kemudian semenjak Sin-hek-houw datang minta obat kepada Sin Liong, makin<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> banyaklah orang yang datang membisikkan kepada anak itu tentang geger di dunia kang-ouw tentang dirinya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bermacam-macam berita aneh yang didengar oleh Sin Liong tentang ancaman dan lain-lain mengenai dirinya, namun<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia sama sekali tidak ambil peduli dan tetap saja bersikap tenang dan bekerja seperti biasa, tidak pernah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gelisah, bahkan sama sekali tidak pernah memikirkan tentang berita yang didengarnya itu. Beberapa pekan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kemudian, pagi hari dari arah timur kaki Pegunungan Jeng-hoa-san tampak berjalan eorang kakek seorang diri,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menoleh ke kanan dan kiri seolah-olah menikmati pemandangan alam di sekitar tempat itu, kakek ini usianya tentu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sudah enam puluhan tahun, tubuhnya kurus kecil, pakaiannya penuh tambalan, dan wajahnya membayangkan kesabaran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan mulut yang ompong itu bahkan selalu menyungging senyum simpul keramahan. Dia melangkah perlahan-lahan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memasuki hutan pertama di kaki Pegunungan Jeng-hoa-san, langkahnya dibantu dengan ayunan sebatang tongkat butut<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang berwarna hitam, agaknya terbuat dari semacam kayu yang sudah amat tua sehingga seperti besi saja rupanya.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Agaknya dia seorang pengemis tua yang hidupnya serba kekurangan namun yang dapat menyesuaikan diri sehingga<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak merasa kurang, bahkan kelihatannya gembira, menerima hidup apa adanya dan hatinya selalu senang. Buktinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketika dia mendengar kicau burung-burung, kakek ini membuka mulutnya dan bernyanyi pula! Akan tetapi kata-kata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam nyanyiannya itu tentu akan membuat setiap orang yang mendegarnya mengerutkan kening, karena selain aneh,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> juga menyimpang dari ajaran kebatinan umumnya! "Apa artinya hidup kalau hati tak senang? Apa artinya hidup<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kalau segala keinginan tak terpenuhi? Puluhan tahun mempelajari ilmu Bekal memenuhi segala kehendak Berenang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam lautan kesenangan Matipun tidak penasaran! Berkali-kali pengemis ini bernyanyi dengan kata-kata yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu-itu juga, suaranya halus dan cukup merdu dan sambil bernyanyi dia mengatur irama lagu dengan ketukan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tongkatnya di atas tanah lunak atau kebetulan mengenai batu yang keras, ujung tongkat itu tentu membuat lubang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kedua kakinya yang bersepatu butut itu sendiri tidak meninggalkan jejak seolah-olah dia tidak menginjak tanah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> akan tetapi tongkat itu membuat jejak jelas karena setiap kali melubangi tanah maupun batu. Adapun kaki itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> sendiri, biarpun menginjak tanah basah, sama sekali tidak meninggalkan bekas. Beberapa menit kemudian setelah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kakek aneh ini lewat, tampak berkelebat bayangan orang, juga datang dari arah timur melalui kaki bukit itu.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Mereka itu terdiri dari 12 orang laki-laki dari usia tiga puluh sampai empat puluh tahun, dan seorang wanita<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berusia dua puluh lima tahun, berwajah manis dan bertubuh bagus dengan pinggang ramping. 12 orang laki-laki itu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kesemuanya kelihatan gagah dan pakaian mereka jelas menunjukkan bahwa mereka adalah ahli-ahli silat, sedangkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gerakan mereka yang ringan cekatan membuktikan bahwa mereka bukanlah sembarangan orang kang-ouw melainkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> rombongan orang gagah yang berilmu. Hal ini memang tidak salah, karena mereka itulah yang terkenal dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> julukan Cap-sa-sinhiap (13 Pendekar Sakti) murid-murid utama dari Partai Besar Bu-tong-pai! "Tahan dulu, para<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> suheng!" Tiba-tiba wanita cantik itu mengangkat tangannya ke atas dan memperingatkan para suhengnya, kemudian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dia menuding ke bawah dan berkata, "Lihat ini....!" Tiga Belas orang ini memperhatikan bekas tusukan tongkat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pengemis tadi yang jaraknya teratur dan biarpun tiba di atas batu, tetap saja tampak batu itu berlubang. "Siapa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lagi kalau bukan dia?" kata gadis itu dengan alis berkerut. "Tenaga tusukan tongkat yang hebat" kata seorang.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Dan jejak kakinya tidak tampak, tak salah lagi, Pat-jiu Kai-ong (Raja Pengemis Berlengan Delapan), tentu telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> lewat disini, dan baru saja. Hayo cepat kita mengejarnya! Jangan sampai dia mendahului kita memasuki Hutan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Seribu Bunga!" kata orang tertua di antara mereka, seorang berusia empat puluh tahun yang bermuka seperti<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> harimau. Karena kini merasa yakin bahwa jejak lubang-lubang itu tentu terbuat oleh tongkat Pat-jiu kai-ong,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maka tiga belas orang tokoh Bu-tong-pai itu mencabut senjata masing-masing dan tampaklah berkilaunya senjata<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tajam itu meluncur ke depan ketika tiga belas orang itu mengerahkan ginkang mereka dan menggunakan ilmu berlari<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> cepat melakukan pengejaran ke depan, ke arah jejak berlubang itu. Tak lama kemudian terdengarlah oleh mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bunyi nyanyian kakek pengemis tadi. Tiga belas orang ini memperlambat larinya dan satu-satunya wanita diantara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka mengomel lirih, "Hemm, dasar manusia iblis. Selama hidupnya mengejar kesenangan dan demi kesenangan dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak segan melakukan hal-hal terkutuk yang kejamnya melebihi iblis sendiri! "Sssssttt, Sumoi, terhadap orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> seperti dia kita harus berhati-hati. Semenjak dahulu, Bu-tong-pai tidak pernah bermusuhan dengan tokoh kang-ouw<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang manapun juga, tidak pula mencampuri urusan mereka. Maka biarlah nanti kita bertanya dia secara baik-baik<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kalau tidak terpaksa sekali lebih baik kita menghindarkan pertempuran." Kata twa-su-heng (kakak seperguruan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tertua) mereka. Semua sutenya mengangguk, akan tetapi sumoinya mengomel, "Siapakah yang takut kepadanya?" Dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> melintangkan pedangnya. Memang nona yang bernama The Kwat Lin ini, terkenal berhati keras dan pemberani dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memang ilmu pedangnya hebat maka tidaklah mengherankan apabila diat terhitung seorang di antara Capsha Sin-hiap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang terkenal di dunia kang-ouw. "Sumoi, kita harus mentaati perintah Suhu, agar tidak membawa Bu-tong-pai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menanam bibit permusuhan dengan golongan lain, baik kaum bersih maupun kaum sesat. Karena itu, dalam pertemuan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ini, serahkan saja kepadaku untuk mewakili kalian semua!" Karena maklum bahwa dia tidak boleh melanggar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perintah gurunya dan bahwa twa-suheng ini selain paling lihai juga merupakan seorang yang mewakili Suhu mereka,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Kwat Lin mengangguk biarpun bibirnya yang merah tetap cemberut tidak puas. Dia merasa tidak puas melihat sikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> jerih yang diperlihatkan para suhengnya. Cap-sha Sin-hiap mempunyai nama besar di dunia kang-ouw, disegani<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kawan ditakuti lawan, masa sekarang berhadapan dengan seorang tokoh sesat saja kelihatan gentar? Suara nyanyian<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu makin keras, tanda bahwa jarak di antara mereka dengan kakek itu makin dekat. Dengan ilmu meringankan tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang hampir sempurna, tiga belas orang pendekar Bu-tong-pai itu dan dapat menyusul dan berkelebatlah tubuh<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> mereka, dari kanan kiri dan atas, tahu-tahu mereka telah berdiri menghadap di depan kakek pengemis dengan sikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keren dan gagah sekali. Kakek pengemis itu masih melanjutkan nyanyiannya sambil berdiri memandang, dan ketika<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pandang matanya bertemu dengan wajah Kwat Lin, dia tidak meyembunyikan kekagumannya. Setelah nyanyiannya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berhenti, barulah dia tersenyum dan berkata, "Eh-eh, apakah kalian ini serombongan pemain akrobat yang hendak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menjual kepandaian? Aku seorang pengemis tidak mempunyai uang untuk membayar upah kalian!" "Harap Locianpwe<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak berpura-pura lagi. Kami tahu bahwa Locianpwe adalah Pat-jiu-kai-pangcu (Ketua Perkumpulan Pengemis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Delapan Lengan) yang terhormat. Locianpwe adalah tokoh terkenal yang berjuluk Pat-jiu Kai-ong, bukan?" Kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang mukanya kelihatan sabar dan baik hati itu tersenyum, senyumnya juga simpatik dan ramah. Tiga belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pendekar Bu-tong-pai itu yang hanya baru mengenal nama kakek sakti kaum sesat ini, diam-diam merasa heran<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahkan sangsi apakah benar mereka berhadapan dengan Pat-jiu Kai-ong yang kabarnya kejamnya seperti iblis,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> karena kakek ini kelihatan halus tutur sapanya dan begitu ramah! "Ha..ha..ha, sungguh sukar jaman sekarang ini<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> untuk bersembunyi dan menyembunyikan diri. Orang-orang muda sekarang amat tajam penciumannya dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> penglihatannya, biarpun belum pernah jumpa sudah mengenal orang. Orang-orang muda yang gagah dan cantik, dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> memandang Kwat Lin lagi dengan kagum, "Tidak keliru dugaan kalian aku adalah Pat-jiu Kai-ong, seorang pengemis<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tua yang hanya memiliki sebatang tongkat butut ini. Tidak tahu siapakah kalian dan perlu apa kalian menghadang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> perjalananku?" "Kami adalah Cap-sha Sin-hiap dari Bu-tong-pai!" kata Kwat Lin dan karena sudah terlanjur, maka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> percuma saja twa-suhengnya mencegahnya dengan pandang matanya. "Benar, kami adalah murid-murid Bu-tong-pai,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Locianpwe," kata Twa-suheng itu dengan hati tidak enak karena sumoinya yang lancang itu ternyata telah membuka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> kartu dan mengaku bahwa mereka dari Bu-tongpai, berarti membawa-bawa nama perkumpulan mereka. "Ha..ha..ha,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bagus. Memang Bu-tong-pai mempunyai banyak murid pandai, gagah dan cantik sepanjang kabar yang kudengar. Akan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tetapi kalau tidak salah, aku tidak pernah berurusan dengan Bu-tong-pai." Melihat sikap kakek itu masih ramah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan kata-katanya juga halus dan tidak bermusuh, twa-suheng itu menjadi makin tidak enak. Akan tetapi karena dia<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> maklum orang macam apa adanya kakek di depannya ini, dan betapa Sin-tong yang mereka dengar merupakan seorang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> anak ajaib yang luar biasa dan sudah menolong manusia dengan pengetahuan yang tepat mengenai khasiat tetumbuhan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> yang mengandung obat, maka tetap saja dia merasa khawatir akan keselamatan Sin-tong itu kalau sampai kakek<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> datuk sesat ini bertemu dengan anak itu. "Apa yang Locianpwe katakan memang benar. Di antara Locianpwe dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bu-tong-pai, tidak pernah ada urusan. Dan sekali ini, kami orang-orang muda dari Bu-tong-pai juga tidak berniat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> untuk menganggu Locianpwe yang terhormat. Hanya kami mendengar berita bahwa diantara banyak tokoh kang-ouw,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Locianpwe juga berminat kepada anak kecil budiman yang terkenal dengan sebutan Sin-tong dan yang berdiam di<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dalam Hutan Seribu Bunga. Benarkah ini, dan apakah Locianpwe sekarang sedang menuju ke hutan itu?" Mulai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berubah wajah kakek itu mendengar ucapan ini, senyumnya masih ada akan tetapi sepasang matanya yang tadinya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berseri gembira itu kehilangan cahaya kegembiraannya dan berubah dengan sinar kilat yang mengejutkan mereka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semua. "Hemmm, orang-orang muda yang lancang. Kalau benar aku hendak pergi mengunjungi Sin-tong, kalian mau<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> apakah?" Tiga belas orang anak murid Bu-tong-pai itu sudah dapat "Mencium" keadaan yang membuat mereka semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> siap siaga. Mereka melihat bahwa kakek yang kelihatannya halus budi itu dan ramah ini mulai memperlihatkan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "tanduknya" atau watak sesungguhnya. "Locianpwe, kalau benar demikian, kami hanya mohon kepada Locianpwe agar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> tidak mengganggu Sintong." "Apamukah bocah itu?" "Bukan apa-apa, Locianpwe. Namun mendengar betapa anak ajaib<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> itu telah banyak menolong orang tanpa pandang bulu tanpa pamrih, maka sudahlah menjadi kewajiban semua orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> gagah di dunia kang-ouw untuk menjaga keselamatannya." Perubahan hebat pada diri kakek itu. Kini senyumnya<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bahkan lenyap dan mulutnya menyeringai penuh sikap mengejek, matanya berkilat-kilat dan suaranya berubah kaku,<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> ketus dan memandang rendah. "Anak-anak kurang ajar! Apakah Si Tua Bangka Kui Bho Sanjin yang mengutus kalian?"<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> "Guru kami tidak tahu-menahu tentang ini. Kami kebetulan berada di daerah ini dan mendengar akan Sintong yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terancam bahaya, maka kami melihat Locianpwe lalu sengaja hendak bertanya. Tentu saja kalau Locianpwe tidak<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menghendaki Sin-tong, kami pun sama sekali tidak kurang ajar dan kami mohon maaf sebanyaknya." "Aku memang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menuju ke Hutan Seribu Bunga. Mengapa kalian menyangka bahwa aku akan mencelakai Sin-tong?" Tiga belas pendekar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Bu-tong-pai itu makin tegang. Kakek ini sudah mulai berterus terang, maka tiada salahnya kalau mereka bersikap<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> waspada dan berterus terang pula. "Siapa yang tidak mendengar bahwa Pat-jiu Kai-ong sedang menyempurnakan ilmu<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> iblis yang disebut Hiat-ciang-hoat-sut (Ilmu Hitam Tangan Darah)?" Tiba-tiba Kwat Lin berseru sambil<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menudingkan telunjuk kirinya ke arah muka kakek itu. Para suhengnya terkejut, akan tetapi ucapan telah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> terlanjur dikeluarkan dan memang dalam hati mereka terkandung tuduhan ini. Ilmu Hiat-ciang hoat-sut adalah<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> semacam ilmu hitam yang hanya dapat dipelajari oleh kaum sesat karena ilmu ini membutuhkan syarat yang amat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> keji, yaitu menghimpun kekuatan hitam dengan jalan menghisap dan minum darah, otak dan sumsum anak-anak yang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> masih bersih darahnya! Tentu saja bagi seorang yang sedang menyempurnakan ilmu iblis ini, Sin-tong mempunyai<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> daya tarik yang luar biasa, karena darah, otak dan sumsum seorang bocah seperti Sin-tong yang ajaib, lebih<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berharga dari darah, otak dan sumsum puluhan orang bocah biasa lainnya!. Tiba-tiba kakek itu tertawa lebar.<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Hah-hah-hah-hah, memang benar! Dan satu-satunya bocah yang akan menyempurnakan ilmuku itu adalah Sin-tong! Dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> aku bukan hanya suka minum dan menghisap darah, otak dan sumsum bocah yang bersih, juga aku bukannya tidak suka<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> bersenang-senang dengan perawan cantik seperti engkau, Nona!" "Singggg! Singggg...!" Tampak sinar-sinar<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> berkilauan ketika pedang yang tiga belas buah banyaknya itu bergerak secara berbarengan dan tiga belas orang<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> pendekar itu telah mengurung si Kakek yang masih tertawa-tawa. "Heh-heh, kalian mau coba-coba main-main dengan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Pat-jiu Kai-ong? Sayang kalian masih muda-muda harus mati, kecuali Nona manis. Andaikata Si Tua Bangka Kui Bhok<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> Sanjin berada disini sekalipun, dia juga tentu akan mampus kalau berani menentang Pat-jiu Kai-ong!" "Serbu dan<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> basmi iblis ini!" Twa-suheng itu berteriak dan mereka sudah menerjang maju dengan bermacam gerakan yang cepat<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> dan dahsyat. Tiba-tiba kakek itu mengeluarkan suara pekik yang dahsyat, pekik yang disusul dengan suara tertawa<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> menyeramkan. Suara ketawa ini bergema di seluruh hutan, sehingga terdengar suara ketawa menjawabnya dari semua<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';"> penjuru, seolah-olah semua setan dan iblis penjaga hutan telah datang oleh panggilan kakek itu. Hebatnya, suara<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoPlainText">
<span style="font-family: 'Courier New';">Dilanjutkan Keseri Berikutnya..</span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com0tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-20474762422549385662012-07-26T05:26:00.000+08:002012-07-28T21:46:07.068+08:00Kho Ping Hoo : Serial Bukek Siansu<a href="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kho Ping Hoo" border="0" src="http://2.bp.blogspot.com/-cSvELWEdY-U/UBBg1QBFN8I/AAAAAAAAAgc/1S_onG-r8I8/s1600/Bks+1.jpg" /></a>Kho Ping Hoo : Serial Bukek Siansu - Cerita Silat Kho Ping Hoo serial Bukek Siansu merupakan postingan pertama saya untuk cerita silat Kho Ping Hoo saya peruntukkan untuk para sahabat utamanya para sahabat penggemar serial cerita silat Kho Ping Hoo. Cerita Silat Serial Bukek Siansu ini akan saya bagi dalam beberapa seri. Saya juga menyediakan link untuk download cerita silat Kho Ping Hoo serial Bukek Siansu dalam bentuk Format TXT. Baiklah tanpa berpanjang panjang kata cerita silat Kho Ping Hoo : Serial Bukek Siansu..Selamat Membaca.<br />
<br />
KHO PING HOO : Serial Bukek Siansu - Bukek Siansu :<br />
<blockquote class="tr_bq">
<br />
<a name='more'></a><br />
<br />
<ol>
<li><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-pertama_9739.html" style="background-color: white;"><span style="font-size: large;">Seri Pertama</span></a></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kedua.html" target="_blank">Seri Kedua</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-ketiga_3667.html" target="_blank">Seri Ketiga</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-keempat.html" target="_blank">Seri Keempat</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kelima_3255.html" target="_blank">Seri Kelima</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-keenam.html" target="_blank">Seri Keenam</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-ketujuh.html" target="_blank">Seri Ketujuh</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kedelapan_3797.html" target="_blank">Seri Kedelapan</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kesembilan.html" target="_blank">Seri Kesembilan</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;"><a href="http://reformasibaru.blogspot.com/2012/07/bukek-siansu-seri-kesepuluh.html" target="_blank">Seri Kesepuluh</a></span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kesebelas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Keempat Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kelima Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Keenam Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketujuh Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedelapan Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kesembilan Belas</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh satu</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh dua</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh Tiga</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh empat</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh lima</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh enam</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh tujuh</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh delapan</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Kedua Puluh sembilan</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Puluh</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Puluh satu</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Puluh dua</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Puluh tiga</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Puluh empat</span></li>
<li><span style="background-color: white; font-size: large;">Seri Ketiga Puluh lima</span></li>
</ol>
</blockquote>
<div>
LINK DOWNLOAD [tolong infokan apabila link ini rusak] :
</div>
<blockquote class="tr_bq">
<a href="http://adf.ly/B8TXb" target="_blank">KHO PING HOO : Serial Bukek Siansu - Bukek Siansu</a></blockquote>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-92199111570089708142012-07-26T04:59:00.001+08:002012-07-27T04:05:14.140+08:00PENGANTAR CERITA SILAT KHO PING HOO<a href="http://4.bp.blogspot.com/-IEar8jxAvAI/UBBd5281brI/AAAAAAAAAgM/mt-tRSUrfVY/s1600/khopingho.jpg" imageanchor="1" style="clear: left; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Kho Ping Hoo" border="0" height="150" src="http://4.bp.blogspot.com/-IEar8jxAvAI/UBBd5281brI/AAAAAAAAAgM/mt-tRSUrfVY/s1600/khopingho.jpg" width="150" /></a>Pengantar Cerita Silat Kho ping hoo - Asmaraman Sukowati Kho Ping Hoo seorang legenda pengarang cerita silat yang lebih dikenal dengan nama Kho Ping Hoo adalah seorang peranakan Cina kelahiran Sragen, Jawa Tengah, 17 Agustus 1926, yang kendati tak bisa membaca aksara Cina tapi imajinasi dan bakat menulisnya luar biasa. Selama 30 tahun lebih berkarya, dia telah menulis sekitar 400 judul serial berlatar Cina, dan 50 judul serial berlatar Jawa.Ceritanya asli dan khas. Dia pengarang yang memiliki ide-ide besar, yang tertuang dalam napas ceritanya yang panjang. Bahkan setelah dia meninggal dunia akibat serangan jantung pada 22 Juli 1994 dan dimakamkan di Solo, namanya tetap melegenda. Karya-karyanya masih dinikmati oleh banyak kalangan penggemarnya. Bahkan tak jarang penggemarnya tak <br />
<a name='more'></a>bosan membaca ulang karya-karyanya. Dia juga banyak mengajarkan filosofi tentang kehidupan, yang memang disisipkan dalam setiap karyanya. Salah satu tentang yang benar adalah benar, dan yang salah tetap salah, meski yang melakukannya kerabat sendiri. Kho Ping Hoo berasal dari keluarga miskin. Dia hanya dapat menyelesaikan pendidikan kelas 1 Hollandsche Inlandsche School (HIS). Namun, ia seorang otodidak yang amat gemar membaca sebagai awal kemahirannya menulis. Ia mulai menulis tahun 1952. Tahun 1958, cerita pendeknya dimuat oleh majalah Star Weekly. Inilah karya pertamanya yang dimuat majalah terkenal ketika itu. Sejak itu, semangatnya makin membara untuk mengembangkan bakat menulisnya. Banyaknya cerpenis yang sudah mapan, mendorongnya memilih peluang yang lebih terbuka dalam jalur cerita silat. Apalagi, silat bukanlah hal yang asing baginya. Sejak kecil, ayahnya telah mengajarkan seni beladiri itu kepadanya.<br />
Karya cerita silat pertamanya adalah Pedang Pusaka Naga Putih, dimuat secara bersambung di majalah Teratai. Majalah itu ia dirikan bersama beberapa pengarang lainnya. Saat itu, selain menulis, ia masih bekerja sebagai juru tulis dan kerja serabutan lainnya, untuk bisa memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.<br />
Namun, setelah cerbung silatnya menjadi populer, ia pun meninggalkan pekerjaanya sebagai juru tulis dan kerja serabutan itu, dan fokus menulis. Hebatnya, ia menerbitkan sendiri cerita silatnya dalam bentuk serial buku saku, yang ternyata sangat laris.<br />
Demikian Pengantar Cerita Silat Kho Ping Hoo yang akan saya postingkan buat para sahabat utamanya pecinta serial cerita silat Kho Ping Hoo.Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com2tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-92211700776468374222012-07-21T01:15:00.001+08:002012-07-22T03:12:06.251+08:009 Amal Ibadah Utama Di Bulan Ramadhan<br />
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<a href="http://1.bp.blogspot.com/-UyhP9853zVs/T_XhJu17W-I/AAAAAAAAAfI/0rr8V3zd5_0/s1600/rm3.jpg" imageanchor="1" style="background-color: white; clear: left; display: inline !important; float: left; margin-bottom: 1em; margin-right: 1em;"><img alt="Amal Utama DI Bulan Ramadhan" border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-UyhP9853zVs/T_XhJu17W-I/AAAAAAAAAfI/0rr8V3zd5_0/s1600/rm3.jpg" /></a><span style="background-color: white;"><span style="font-family: Arial, sans-serif;">9 Amal Ibadah Utama Di Bulan Ramadhan</span></span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> - Assalamualaikum Wr. Wb..salam jumpa sahabat blogger kali ini
saya akan share informasi tentang 9 amal ibadah utama di bulan Ramadhan,
informasi ini saya kutip dari </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"><a href="http://www.voa-islam.com/islamia/ibadah/2011/08/03/15713/9-amal-ibadah-utama-di-bulan-ramadhan/" target="_blank"><b><span style="color: blue;">www.voa-islam.com</span></b></a></span><b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><span style="background-color: white; font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Marilah
kita sama-sama tingkatkan amal ibadah dibulan ramadhan ini dengan memperbanyak
amalan ibadah-ibadah utama dengan tidak mengesampingkan ibadah-ibadah
lainnya..Baiklah..dengan tanpa berpanjang-panjang kata lagi langsung saja 9
Amal Ibadah Utama di Bulan Ramadhan..</span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">1. Puasa</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> bersabda,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">كُلُّ عَمَلِ ابْنِ آدَمَ
يُضَاعَفُ الْحَسَنَةُ عَشْرُ أَمْثَالِهَا إِلَى سَبْعمِائَة ضِعْفٍ قَالَ
اللَّهُ عَزَّ وَجَلَّ إِلَّا الصَّوْمَ فَإِنَّهُ لِي وَأَنَا أَجْزِي بِهِ
يَدَعُ شَهْوَتَهُ وَطَعَامَهُ مِنْ أَجْلِي لِلصَّائِمِ فَرْحَتَانِ فَرْحَةٌ
عِنْدَ فِطْرِهِ وَفَرْحَةٌ عِنْدَ لِقَاءِ رَبِّهِ وَلَخُلُوفُ فِيهِ أَطْيَبُ
عِنْدَ اللَّهِ مِنْ رِيحِ الْمِسْكِ</span></blockquote>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: center;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">
</span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"></span></div>
<a name='more'></a>"Setiap amalan anak Adam akan dilipatgandakan pahalanya, satu
kebaikan akan berlipat menjadi 10 kebaikan sampai 700 kali lipat. Allah <i>'Azza
wa Jalla </i>berfirman, ‘Kecuali puasa, sungguh dia bagianku dan Aku
sendiri yang akan membalasnya, karena (orang yang berpuasa) dia telah
meninggalkan syahwatnyadan makannya karena Aku’. Bagi orang yang berpuasa
mendapat dua kegembiraan; gembira ketika berbuka puasa dan gembria ketika
berjumpa Tuhannya dengan puasanya. Dan sesungguhnya bau tidak sedap mulutnya
lebih wangi di sisi Allah dari pada bau minyak kesturi.” (HR. Bukhari dan
Muslim, lafadz milik Muslim)<span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span><br />
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dari Abu Hurairah <i>Radhiyallahu 'Anhu</i>, Rasulullah <i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i> bersabda:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">مَنْ صَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"Siapa berpuasa Ramadhan <i>imanan wa ihtisaban (</i>dengan
keimanan dan mengharap pahala), diampuni dosa-dosanya yang telah lalu."
(HR. Bukhari dan Muslim)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Tidak diragukan lagi, pahala yang besar ini tidak diberikan kepada
orang yang sebatas meninggalkan makan dan minum semata. Ini sesuai dengan sabda
Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i>,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">مَنْ لَمْ يَدَعْ قَوْلَ
الزُّورِ وَالْعَمَلَ بِهِ فَلَيْسَ لِلَّهِ حَاجَةٌ فِي أَنْ يَدَعَ طَعَامَهُ
وَشَرَابَهُ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"Barang siapa yang tidak meninggalkan perkataan dusta dan
perbuatannya, maka Allah tidak butuh dengan ia meninggalkan makan dan
minumnya." (HR. Al-Bukhari dari Abu Hurairah <i>Radhiyallahu 'Anhu</i>)
ini merupakan kiasan bahwa Allah tidak menerima puasa tersebut.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dalam sabdanya yang lain, "Jika pada hari salah seorang
kalian berpuasa, maka janganlah ia mengucapkan kata-kata kotor, membaut
kegaduhan, dan juga tidak melakukan perbuatan orang-orang bodoh. Dan jika ada
orang mencacinya atau mengajaknya berkelahi, maka hendaklah ia mengatakan,
'Sesungguhnya aku sedang berpuasa'." (HR. Bukhari dan Muslim)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Maka jika Anda berpuasa, maka puasakan juga pendengaran,
penglihatan, lisan, dan seluruh anggota tubuh. Jangan jadikan sama antara hari
saat berpuasa dan tidak.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">2. shalat malam/Tarawih</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> bersabda,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">مَنْ قَامَ رَمَضَانَ
إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ ذَنْبِهِ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"Barangsiapa yang menunaikan shalat malam di bulan Ramadan
dengan keimanan dan mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah
lalu." (HR. Bukhari dan Muslim)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Allah Ta'ala berfirman,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">وَعِبَادُ الرَّحْمَنِ
الَّذِينَ يَمْشُونَ عَلَى الْأَرْضِ هَوْنًا وَإِذَا خَاطَبَهُمُ الْجَاهِلُونَ
قَالُوا سَلَامًا وَالَّذِينَ يَبِيتُونَ لِرَبِّهِمْ سُجَّدًا وَقِيَامًا</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Dan hamba-hamba Tuhan Yang Maha Penyayang itu (ialah)
orang-orang yang berjalan di atas bumi dengan rendah hati dan apabila
orang-orang jahil menyapa mereka, mereka mengucapkan kata-kata yang baik. Dan
orang yang melalui malam hari dengan bersujud dan berdiri untuk Tuhan mereka.</i>"
(QS. Al-Furqan: 63-64)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Qiyamul lail sudah menjadi rutinitas Nabi <i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i> dan para sahabatnya. 'Aisyah <i>Radhiyallahu
'Anha</i>berkata, "Jangan tinggalkan shalat malam, karena sesungguhnya
Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> tidak pernah
meninggalkannya. Apabila beliau sakit atau melemah maka beliau shalat dengan
duduk." (HR. Abu Dawud dan Ahmad)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Umar bin Khathab <i>Radhiyallahu 'Anhu</i> biasa
melaksanakan shalat malam sebanyak yang Allah kehendaki sehingga apabila sudah
masuk pertengahan malam, beliau bangunkan keluarganya untuk shalat, kemudian
berkata kepada mereka, "al-shalah, al-Shalah." Lalu beliau membaca:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">وَأْمُرْ أَهْلَكَ
بِالصَّلَاةِ وَاصْطَبِرْ عَلَيْهَا لَا نَسْأَلُكَ رِزْقًا نَحْنُ نَرْزُقُكَ
وَالْعَاقِبَةُ لِلتَّقْوَى</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan salat dan
bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezeki kepadamu, Kami
lah yang memberi rezeki kepadamu. Dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang
yang bertakwa.</i>" (QS. Thaahaa: 132)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dan Umar bin Khathab juga biasa membaca ayat berikut:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">أَمَّنْ
هُوَ قَانِتٌ آنَاءَ اللَّيْلِ سَاجِدًا وَقَائِمًا يَحْذَرُ الآخِرَةَ وَيَرْجُو
رَحْمَةَ رَبِّهِ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>(Apakah kamu hai orang musyrik yang lebih beruntung)
ataukah orang yang beribadah di waktu-waktu malam dengan sujud dan berdiri,
sedang ia takut kepada (azab) akhirat dan mengharapkan rahmat Tuhannya?</i>"
(QS. Al-Zumar: 9)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ibnu Umar <i>Radhiyallahu 'Anhuma </i>berkata,
"Luar biasa Utsman bin Affan <i>Radhiyallahu 'Anhu</i>" Ibnu Abi
Hatim berkata, "Sesungguhnya Ibnu Umar berkata seperti itu karena
banyaknya shalat malam dan membaca Al-Qur'an yang dikerjakan amirul Mukminin
Utsman bin Affan<i>Radhiyallahu 'Anhu</i> sehingga beliau membaca
Al-Qur'an dalam satu raka'at."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dan bagi siapa yang melaksanakan shalat Tarawih hendaknya
mengerjakannya bersama jama'ah sehingga akan dicatat dalam golongan <i>qaimin</i>,
karena Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> pernah bersabda,
"Siapa yang shalat bersama imamnya sehingga selesai, maka dicatat baginya
shalat sepanjang malam." (HR. Ahlus Sunan)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">3. Shadaqah</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> adalah
manusia paling dermawan. Dan beliau lebih demawan ketika di bulan Ramadhan.
Beliau menjadi lebih pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus
dengan lembut. Beliau bersabda, "Shadaqah yang paling utama adalah
shadaqah pada bulan Ramadhan." (HR. al-Tirmidzi dari Anas)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Sesungguhnya shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan
kelebihan, maka bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan.
Dan di antara bentuk shadaqah di bulan ini adalah:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">a. memberi makan</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Allah menerangkan tentang keutamaan memberi makan orang miskin dan
kurang mampu yang membutuhkan, dan balasan yang akan didapatkan dalam
firman-Nya:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">وَيُطْعِمُونَ
الطَّعَامَ عَلَى حُبِّهِ مِسْكِينًا وَيَتِيمًا وَأَسِيرًا إِنَّمَا نُطْعِمُكُمْ
لِوَجْهِ اللَّهِ لَا نُرِيدُ مِنْكُمْ جَزَاءً وَلَا شُكُورًا إِنَّا نَخَافُ
مِنْ رَبِّنَا يَوْمًا عَبُوسًا قَمْطَرِيرًا فَوَقَاهُمُ اللَّهُ شَرَّ
ذَلِكَ الْيَوْمِ وَلَقَّاهُمْ نَضْرَةً وَسُرُورًا وَجَزَاهُمْ بِمَا
صَبَرُوا جَنَّةً وَحَرِيرًا</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Dan mereka memberikan makanan yang disukainya kepada
orang miskin, anak yatim dan orang yang ditawan. Sesungguhnya Kami memberi
makanan kepadamu hanyalah untuk mengharapkan keridaan Allah, kami tidak
menghendaki balasan dari kamu dan tidak pula (ucapan) terima kasih.
Sesungguhnya Kami takut akan (azab) Tuhan kami pada suatu hari yang (di hari
itu) orang-orang bermuka masam penuh kesulitan. Maka Tuhan memelihara mereka
dari kesusahan hari itu, dan memberikan kepada mereka kejernihan (wajah) dan
kegembiraan hati. Dan Dia memberi balasan kepada mereka karena kesabaran mereka
(dengan) surga dan (pakaian) sutera</i>." (QS. Al-Nsan: 8-12)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Para ulama salaf sangat memperhatikan memberi makan dan
mendahulukannya atas banyak macam ibadah, baik dengan mengeyangkan orang lapar
atau memberi makan saudara muslim yang shalih. Dan tidak disyaratkan dalam
memberi makan ini kepada orang yang fakir. Rasullullah <i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i> bersabda, "Wahai manusia, tebarkan salam,
berilah makan, sambunglah silaturahim, dan shalatlah malam di saat manusia
tidur, niscaya engkau akan masuk surga dengan selamat." (HR. Ahmad,
Tirmidzi, dan dishahihkan oleh Al-Albani)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Sebagian ulama salaf ada yang mengatakan, "Aku mengundang
sepuluh sahabatku lalu aku beri mereka makan dengan makanan yang mereka suka
itu lebih aku senangi dari pada membebaskan sepuluh budak dari keturunan
Islmail."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ada beberapa ulama yang memberi makan orang lain padahal mereka
sedang berpuasa, seperti Abdullan bin Umar, Dawud al-Tha'i, Malik bin Dinar,
dan Ahmad bin Hambal <i>Radhiyallahu 'Anhum</i>. Dan adalah Ibnu Umar,
tidaklah berbuka kecuali dengan anak-anak yatim dan orang-orang miskin.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ada juga sebagian ulama salaf lain yang memberi makan
saudara-saudaranya sementara ia berpuasa, tapi ia tetap membantu mereka dan
melayani mereka, di antaranya adalah al-Hasan al-Bashri dan Abdullah bin
Mubarak.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Abu al-Saur al-Adawi berkata: Beberapa orang dari Bani Adi shalat
di masjid ini. Tidaklah salah seorang mereka makan satu makananpun dengan
sendirian. Jika ia dapatkan orang yang makan bersamanya maka ia makan, dan jika
tidak, maka ia keluarkan makanannya ke masjid dan ia memakannya bersama
orang-orang dan mereka makan bersamanya.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">b. Memberi hidangan berbukan bagi orang puasa</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> bersabda,
"Siapa yang memberi berbuka orang puasa, baginya pahala seperti pahala
orang berpuasa tadi tanpa dikurangi dari pahalanya sedikitpun." (HR.
Ahmad, Nasai, dan dishahihkan al-Albani)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dan dalam hadits Salman <i>Radhiyallahu 'Anhu</i>, "Siapa
yang memberi makan orang puasa di dalam bulan Ramadhan, maka diampuni dosanya,
dibebaskan dari neraka, dan baginya pahala seperti pahala orang berpuasa tadi
tanpa dikurangi sedikitpun dari pahalanya."<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 5.0pt; text-align: center;">
<b><span style="color: red; font-family: Arial, sans-serif;">. . . Sesungguhnya
shadaqah di bulan Ramadhan memiliki keistimewaan dan kelebihan, maka
bersegeralah dan semangat dalam menunaikannya sesuai kemampuan. . .<o:p></o:p></span></b></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 5.0pt;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">4. Membaca Al-Qur'an</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="margin-bottom: 0.0001pt;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> <span style="background-color: white;">Ramadhan adalah bulan yang penuh dengan keutamaan dan
keistimewaan. Salah satunya dengan Al-Qur'an. Karena pada bulan tersebut, kitab
suci umat Islam diturunkan. Kitab yang mengandung hidayah untuk kebaikan agama
dan dunia mereka. Kitab yang menjelasakan kebenaran dengan sangat terang. Kitab
yang menjadi furqan (pembeda) antara hak dan batil, petunjuk dan kesesatan, orang
beruntung dan orang celaka.</span></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 12pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">شَهْرُ رَمَضَانَ الَّذِي أُنْزِلَ فِيهِ الْقُرْآَنُ هُدًى
لِلنَّاسِ وَبَيِّنَاتٍ مِنَ الْهُدَى وَالْفُرْقَانِ</span></b></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Bulan Ramadan, bulan yang di dalamnya diturunkan
(permulaan) Al Qur'an sebagai petunjuk bagi manusia dan penjelasan-penjelasan
mengenai petunjuk itu dan pembeda (antara yang hak dan yang batil).</i>"
(QS. Al-Baqarah: 185)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Kita juga bisa lihat puasa Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi
Wasallam</i>diiringi dengan qira'ah Al-Qur'an dan mentadabburinya. Jibril<i>'alaihis
salam</i> selalu datang kepada beliau <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> setiap
bulan Ramadhan untuk memperdengarkan bacaan Al-Qur'annya. Diriwayatkan dari
Ibnu Abbas<i>Radhiyallahu 'Anhuma</i>, ia berkata: Adalah Nabi <i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i> orang yang paling pemurah dalam kebaikan. Beliau akan
semakin dermawan pada Ramadhan saat Jibril mendatanginya dan mengkaji Al-Qur'an
dengannya. Adalah Jibril mendatanginya setiap malam dari malam-malam bulan
Ramadhan dan memperdengarkan Al-Qur'an darinya. Maka pada saat ditemui Jibril
itu Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> menjadi lebih
pemurah dengan kebaikan daripada angin yang berhembus dengan lembut." (HR.
Bukhari dan Muslim)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ibnu Rajab berkata, "Hadits tersebut menunjukkan sunnahnya
mengkaji Al-Qur'an pada bulan Ramadhan, berkumpul untuk mengkajinya. Di
dalamnya juga terdapat dalil anjuran memperbanyak tilawah Al-Qur'an pada malam
Ramadhan, karena pada malam hari kesibukan telah habis, tekad menguat,
sementara hati dan lisan bersatu untuk merenungkan, sebagaimana firman
Allah <i>Subhanahu wa Ta'ala</i><u>,</u></span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 18pt;">إِنَّ نَاشِئَةَ اللَّيْلِ هِيَ أَشَدُّ وَطْئًا وَأَقْوَمُ قِيلًا</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Sesungguhnya bangun di waktu malam adalah lebih tepat
(untuk khusyuk) dan bacaan di waktu itu lebih berkesan.</i>" (QS.
Al-Muzzammil: 6)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Para ulama kita terdahulu juga telah memberi teladan dalam hal
ini. Mereka sangat memperhatikan kitabullah di Ramadhan. Misalnya Utsman bin
Affan <i>radliyallah 'anhu,</i>pada bulan Ramadlan menghatamkan Al-Qur'an
sehari sekali. Sebagian ulama salaf yang lain menghatamkannya pada shalat
malam/qiyam Ramadhan setiap tiga hari sekali. Sebagian lain menghatamkannya
semingu sekali. Dan yang lainnya sepuluh hari sekali. Mereka membaca Al-Qur'an
dalam shalat dan di luar shalat.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Imam Nawawi <i>rahimahullah</i> berkata, "Adapun
yang menghatamkan Al-Qur'an dalam satu raka'at, maka tidak dapat dihitung
karena banyaknya. Di antara ulama terdahulu: Utsman bin 'Affan, Tamim al-Daari,
Sa'id bin Jubair<i>Radhiyallahu 'Anhu</i>, beliau menghatamkan dalam satu
raka'at di dalam Ka'bah."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ibnul Hakam berkata, "Adalah Malik <i>-rahimahullah-</i>,
apabila sudah masuk Ramadhan beliau lari dari membaca hadits dan berkumpul
bersama ulama."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Imam al-Syafi'i <i>rahimahullah</i>, pada bulan Ramadhan
menghatamkan Al-Qur'an sampai 60 kali dan itu di luar shalat. Imam
Qatadah <i>rahimahullah </i>senantiasa menghatamkan setiap tujuh hari
sekali. Pada bulan Ramadhan setiap tiga hari sekali. Dan pada sepuluh hari
terakhir, menghatamkannya setiap malam.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Imam al-Zuhri <i>rahimahullah </i>jika sudah memasuki
Ramadhan tidak lagi membaca hadits dan tidak hadir di majelis ilmu, beliau
hanya membaca Al-Qur'an dari mushaf. Beliau mengatakan saat sudah masuk
Ramadhan, "<i>Sesungguhnya (pekerjaan itu) hanya membaca Al-Qur'an dan
memberi makan.</i>"</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Abdurazaq berkata, "Sufyan ats-Tsauri jika sudah masuk
Ramadhan meninggalkan segala bentuk ibadah dan hanya membaca Al-Qur'an"</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Imam al-Dzahabi berkata, "Telah diriwayatkan dari banyak
jalur bahwa Abu Bakar bin 'Ayyasy tinggal selama empat puluh tahun menghatamkan
Al-Qur'an sekali dalam sehari semalam."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ibnu Rajab <i>rahimahullah </i>berkata: "(Maksud)
adanya larangan membaca Al-Qur'an (menghatamkannya) kurang dari tiga hari yaitu
jika dirutinkan tiap hari. Namun, jika di kesempatan yang utama seperti bulan
Ramadhan dan tempat yang mulia seperti di Makkah bagi penduduk luar makkah,
dianjurkan memperbanyak tilawah Al-Qur'an di sana, untuk menghargai kemuliaan
tempat dan waktu tersebut. Ini adalah pendapat imam Ahmad, Ishaq, dan imam-imam
lainya. Hal ini didukung dengan amalan selain mereka."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Menangis ketika membaca al-Qur'an</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Kebiasaan para ulama terdahulu, mereka tidak membaca Al-Qur'an
sebagaimana membaca sair, yaitu tanpa diresapi dan difahami. Mereka sangat
terpengaruh dengan kalamullah dan hati mereka terenyuh. Dalam <i>shahih
al-Bukhari</i>, dari Abdullah bin Mas'ud <i>radliyallah 'anhu </i>berkata:
Rasulullah <i>shallallahu 'alaihi wasallam</i> bersabda,
"Bacakan untukku." Aku menjawab, "Apa aku pantas membacakan
Al-Qur'an kepada anda, sedangkan kepada andalah Al-Qur'an ini
diturunkan?". Beliau bersabda, "Sungguh aku senang mendengarkan
Al-Qur;an dari selainku." Dia berkata, "Aku membaca surah al-Nisa'
sehingga ketika aku sampai:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 18pt;">فَكَيْفَ إِذَا جِئْنَا مِنْ كُلِّ أُمَّةٍ بِشَهِيدٍ وَجِئْنَا بِكَ
عَلَى هَؤُلَاءِ شَهِيدًا</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Maka bagaimanakah (halnya orang kafir nanti), apabila
Kami mendatangkan seseorang saksi (rasul) dari tiap-tiap umat dan Kami mendatangkan
kamu (Muhammad) sebagai saksi atas mereka itu (sebagai umatmu).</i>" (QS.
An-Nisa': 41). Beliau bersabda: "cukup!". Lalu beliau berbalik,
tiba-tiba kedua matanya sudah basah.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Al-Baihaqi meriwayatkan dari Abu Hurairah <i>radliyallah
'anhu</i>berkata: ketika diturunkan</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 18pt;">أَفَمِنْ هَذَا
الْحَدِيثِ تَعْجَبُونَ وَتَضْحَكُونَ وَلَا تَبْكُونَ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Maka apakah kamu merasa heran terhadap pemberitaan ini?
Dan kamu mentertawakan dan tidak menangis?</i>" (QS. An-Najm: 59-60) Ahlu
shuffah menangis sehingga air mata mereka mengalir di pipi-pipi mereka. Ketika
Rasulullah<i>shallallahu 'alaihi wasallam</i> mendengar tangisan mereka,
beliau menangis bersama mereka dan kamipun menangis karena tangisan beliau.
Lalu beliau bersabda, "Tidak akan tersentuh api neraka orang yang menangis
karena takut kepada Allah."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Ibnu Umar <i>radliyallah 'anhu </i>pernah membaca surat
al-Muthaffifin, ketika sampai:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 18pt;">يَوْمَ يَقُومُ النَّاسُ لِرَبِّ الْعَالَمِينَ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>(yaitu) hari (ketika) manusia berdiri menghadap Tuhan
semesta alam?</i>" beliau menangis hingga pingsan, dan tidak kuasa
melanjutkannya.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dari Muzahim bin Zufar berkata: "sufyan ats-Tsauri shalat
Maghrib bersama kami, ketika bacaan beliau sampai</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> </span></b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 18pt;">إِيَّاكَ نَعْبُدُ
وَإِيَّاكَ نَسْتَعِين</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Hanya kepada Engkaulah kami menyembah dan hanya kepada
Engkaulah kami mohon pertolongan.</i>" (QS. Al-Fatihah: 5) lalu beliau
menangis hingga terputus bacaan beliau kemudian mengulanginya lagi dari
al-hamdu.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dari Ibrahim bin al-Asy'asy berkata, "Aku mendengar Fudhail
pada satu malam berkata saat ia membaca surat Muhammad, dia dalam keadaan
menangis dan bertambah tangisannya saat sampai pada ayat,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 18pt;">وَلَنَبْلُوَنَّكُمْ حَتَّى نَعْلَمَ الْمُجَاهِدِينَ مِنْكُمْ
وَالصَّابِرِينَ وَنَبْلُوَ أَخْبَارَكُمْ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> "<i>Dan sesungguhnya Kami benar-benar akan menguji kamu
agar Kami mengetahui orang-orang yang berjihad dan bersabar di antara kamu; dan
agar Kami menyatakan (baik buruknya) hal ihwalmu.</i>" (QS. Muhammad: 31)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Beliau berkata, "<i>dan agar Kami menyatakan (baik buruknya)
hal ihwalmu.</i>" Dia mengulanginya dan "(ia berkata) Engkau memberi
tahu tentang hal ihwal kami, jika Engkau membuka hal ihwal kami berarti Engkau
memperlihatkan kesalahan-kesalahan kami dan menyingkap penutup-penutup kami.
Jika Engkau menyatakan hal ihwal kami pastinya Engkau membinasakan kami dan
menyiksa kami." Dan beliau (Fudhail) menangis."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">5. Duduk di masjid sampai matahari terbit</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Adalah Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i>,
apabila shalat Shubuh beliau duduk di tempat shalatnya hinga matahari terbit
(HR. Muslim). Imam al-Tirmidzi meriwayatkan dari Anas, dari Rasulullah <i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i>, beliau bersabda,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">مَنْ
صَلَّى الْغَدَاةَ فِي جَمَاعَةٍ ثُمَّ قَعَدَ يَذْكُرُ اللَّهَ حَتَّى تَطْلُعَ
الشَّمْسُ ثُمَّ صَلَّى رَكْعَتَيْنِ كَانَتْ لَهُ كَأَجْرِ حَجَّةٍ وَعُمْرَةٍ
تَامَّةٍ تَامَّةٍ تَامَّةٍ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"Siapa shalat Shubuh dengan berjama'ah, lalu duduk berdzikir
kepada Allah hingga matahari terbit, lalu shalat dua raka'at, maka baginya
seperti pahala haji dan umrah sempurna, sempurna , sempurna." (Dishahihkan
oleh Syaikh Al-Albani)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Keutamaan ini berlaku pada semua hari, lalu bagaimana kalau itu
dikerjakan di bulan Ramadhan? Maka selayaknya kita bersemangat menggapainya
dengan tidur di malam hari, meneladani orang-orang shalih yang bangun di
akhirnya, dan menundukkan nafsu untuk tunduk kepada Allah dan bersemangat untuk
menggapai derajat tinggi di surga.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">6. I'tikaf</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Adalah Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> senantiasa
beri'tikaf pada bulan Ramadhan selama 10 hari. Dan pada tahun akan
diwafatkannya, beliau beri'tikaf selama 20 hari (HR. Bukhari dan Muslim).
I'tikaf merupakan ibadah yang berkumpul padanya bermacam-macam ketaatan;
berupa tilawah, shalat, dzikir, doa dan lainnya. Bagi orang yang belum pernah
melaksanakannya, i'tikaf dirasa sangat berat. Namun, pastinya ia akan mudah
bagi siapa yang Allah mudahkan. Maka siapa yang berangkat dengan niat yang
benar dan tekad kuat pasti Allah akan menolong. Dianjrukan i'tikaf di sepuluh
hari terakhir adalah untuk mendapatkan Lailatul Qadar. I'tikaf merupakan
kegiatan menyendiri yang disyariatkan, karena seorang mu'takif (orang yang
beri'tikaf) mengurung dirinya untuk taat kepada Allah dan mengingat-Nya,
memutus diri dari segala kesibukan yang bisa mengganggu darinya, ia mengurung
hati dan jiwanya untuk Allah dan melaksanakan apa saja yang bisa mendekatkan
kepada-Nya. Maka bagi orang beri'tikaf, tidak ada yang dia inginkan kecuali
Allah dan mendapat ridha-Nya.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">7. Umrah pada bulan Ramadhan</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Telah diriwayatkan dari Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i>,
beliau bersabda,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">عُمْرَةً
فِي رَمَضَانَ حَجَّةٌ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Umrah pada bulan Ramadhan menyerupai haji.</i>" (HR.
Al-Bukhari dan Muslim) dalam riwayat lain, "seperti haji bersamaku."
Sebuah kabar gembira untuk mendapatkan pahala haji bersama Nabi <i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i>.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">8. Menghidupkan Lailatul Qadar</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Allah Ta'ala berfirman,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">إِنَّا
أَنْزَلْنَاهُ فِي لَيْلَةِ الْقَدْرِ وَمَا أَدْرَاكَ مَا لَيْلَةُ
الْقَدْرِ لَيْلَةُ الْقَدْرِ خَيْرٌ مِنْ أَلْفِ شَهْرٍ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Sesungguhnya Kami telah menurunkannya (Al Qur'an) pada
malam kemuliaan. Dan tahukah kamu apakah malam kemuliaan itu? Malam kemuliaan
itu lebih baik dari seribu bulan.</i>" (QS. Al-Qadar: 1-3)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> bersabda,</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">وَمَنْ
قَامَ لَيْلَةَ الْقَدْرِ إِيمَانًا وَاحْتِسَابًا غُفِرَ لَهُ مَا تَقَدَّمَ مِنْ
ذَنْبِهِ</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"<i>Dan siapa shalat pada Lailatul Qadar didasari imandan
mengharap pahala, diampuni dosa-dosanya yang telah lalu.</i>" (HR. Bukhari
dan Muslim)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Adalah Nabi <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i> berusaha
mencari Lailatul Qadar dan memerintahkan para sahabatnya untuk mencarinya.
Beliau juga membangunkan keluarganya pada malam sepuluh hari terakhir dengan
harapan mendapatkan Lailatul Qadar. Dalam Musnad Ahmad, dari Ubadah secara
marfu', "Siapa yang shalat untuk mencari Lailatul Qadar, lalu ia
mendapatkannya, maka diampuni dosa-dosa-nya yang telah lalu dan akan
datang." (Di dalam Sunan Nasai juga terdapat riwayat serupa, yang
dikomentari oleh Al-hafidz Ibnul Hajar: isnadnya sesuai dengan syarat Muslim)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 5.0pt; text-align: center;">
<b><span style="color: red; font-family: Arial, sans-serif;">. . . Lailatul Qadar
berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya pada malam-malam ganjilnya.
Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke 27-nya, sebagaimana yang
diriwayatkan Muslim. . .<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 5.0pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Terdapat beberapa keterangan, sebagian ulama salaf dari kalangan
sahabat tabi'in, mereka mandi dan memakai wewangian pada malam sepuluh hari
terakhir untuk mencari Lailatul Qadar yang telah Allah muliakan dan tinggikan
kedudukannya. Wahai orang-orang yang telah menyia-nyiakan umurnya untuk sesuatu
yang tak berguna, kejarlah yang luput darimu pada malam kemuliaan ini.
Sesungghnya satu amal shalih yang dikerjakan di dalamnya adalah nilainya lebih
baik daripada amal yang dikerjakan selama seribu bulan di luar yang bukan
Lailatul Qadar. Maka siapa yang diharamkan mendapatkan kebaikan di dalamnya,
sungguh dia orang yang jauhkan dari kebaikan.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Lailatul Qadar berada di sepuluh hari terakhir Ramadhan, tepatnya
pada malam-malam ganjilnya. Dan malam yang paling diharapkan adalah malam ke
27-nya, sebagaimana yang diriwayatkan Muslim, dari Ubai bin Ka'ab <i>Radhiyallahu
'Anhu</i>, "Demi Allah, sungguh aku tahu malam keberapa itu, dia itu malam
yang Rasulullah <i>Shallallahu 'Alaihi Wasallam</i>memerintahkan kami
untuk shalat, yaitu malam ke-27." Dan Ubai bersumpah atas itu dengan
mengatakan, "Dengan tanda dan petunjuk yang telah dikabarkan oleh Ramadhan<i>Shallallahu
'Alaihi Wasallam</i> kepada kami, matahari terbit di pagi harinya dengan
tanpa sinar yang terik/silau."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Dari 'Aisyah, ia berkata: Wahai Rasulullah, jika aku mendapatkan
Lailatul Qadar, apa yang harus aku baca? Beliau menjawab, "Ucapkan:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<blockquote class="tr_bq" style="text-align: right;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"> </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 13.5pt;">اللَّهُمَّ إنَّك عَفُوٌّ تُحِبُّ الْعَفْوَ
فَاعْفُ عَنِّي</span></blockquote>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">"Ya Allah, sesungguhnya Engkau Maha Pemaaf, menyukai
pemberian maaf maka ampunilah aku." (HR. Ahmad dan al-Tirmidzi,
dishahihkan Al-Albani)</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<b><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">9. Memperbanyak dzikir, doa dan istighfar</span></b><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Sesungguhnya malam dan siang Ramadhan adalah waktu-waktu yang
mulia dan utama, maka manfaatkanlah dengan memperbanyak dzikir dan doa,
khususnya pada waktu-waktu istijabah, di antaranya:</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">- Saat berbuka, karena seorang yang berpuasa saat ia berbuka
memiliki doa yang tak ditolak.</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">- Sepertiga malam terkahir saat Allah turun ke langit dunia dan
berfirman, "Adakah orang yang meminta, pasti aku beri. Adakah orang
beristighfar, pasti Aku ampuni dia."</span><span style="font-family: 'Times New Roman', serif; font-size: 13.5pt;"><o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">- Beristighfar di waktu sahur, seperti yang Allah firmankan,
"<i>Dan di akhir-akhir malam mereka memohon ampun (kepada Allah).</i>"
(QS. Al-Dzaariyat: 18)<o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm; text-align: justify;">
<br /></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 5.0pt; text-align: center;">
<b><span style="color: red; font-family: Arial, sans-serif;">. . . Sesungguhnya
berpuasa tidak hanya sebatas meninggalkan makan, minum, dan hubungan suami
istri, tapi juga mengisi hari-hari dan malamnya dengan amal shalih. . .<o:p></o:p></span></b></div>
<div align="center" class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: 5.0pt; text-align: center;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Demikian informasi 9
amal ibadah utama di bulan ramadhan semoga kita semua senantiasa diberikan
rahmad dan hidayah dari Allah SWT Marilah kita sama-sama tingkatkan amal ibadah
dibulan suci ini ..Amiiinnnnn..!!!! <o:p></o:p></span></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<br /></div>
<div class="MsoNormal" style="background: white; line-height: 13.5pt; margin-bottom: .0001pt; margin-bottom: 0cm;">
<span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;">Sumber Artikel : </span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"><a href="http://www.voa-islam.com/islamia/ibadah/2011/08/03/15713/9-amal-ibadah-utama-di-bulan-ramadhan/" target="_blank"><b><span style="color: blue;">www.voa-islam.com</span></b></a></span><span style="font-family: Arial, sans-serif; font-size: 10pt;"><o:p></o:p></span></div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com17tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-23461738592842120512012-07-19T05:39:00.003+08:002012-07-21T02:34:29.219+08:00SITEMAPSITEMAP - PEMULA PUNYA BLOG<br />
<a name='more'></a><br />
<div style="border: 1px solid #e6e4e3; height: 400px; overflow: auto; padding: 1px; width: auto;">
<script>
var numposts = 100;
var standardstyling = true;
</script>
<script src="http://mr-form.googlecode.com/files/label-post.js" type="text/javascript">
</script>
<h3>
<a href="http://reformasibaru.blogspot.com/search/label/Blog" title="Tutorial Blog">Tutorial Blog</a></h3>
<script src="http://reformasibaru.blogspot.com/feeds/posts/default/-/Blog?orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts&max-results=999">
</script>
<br />
<h3>
<a href="http://reformasibaru.blogspot.com/search/label/Unik%20Aneh%20dan%20Lucu" title="Unik Aneh dan Lucu">Unik Aneh dan Lucu</a></h3>
<script src="http://reformasibaru.blogspot.com/feeds/posts/default/-/Unik?orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts&max-results=999">
</script>
<br />
<h3>
<a href="http://reformasibaru.blogspot.com/search/label/islami" title="Konten Islami">ISLAMI</a></h3>
<script src="http://reformasibaru.blogspot.com/feeds/posts/default/-/islami?orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts&max-results=999">
</script>
<br />
<h3>
<a href="http://reformasibaru.blogspot.com/search/label/Cerita%20Lucu" title="Kumpulan Cerita Lucu">Kumpulan Cerita Lucu</a></h3>
<script src="http://reformasibaru.blogspot.com/feeds/posts/default/-/Cerita%20Lucu?orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts&max-results=999">
</script>
<br />
<h3>
<a href="http://reformasibaru.blogspot.com/search/label/Tips%20Komputer" title="Aneka Tips Komputer">Aneka Tips Komputer</a></h3>
<script src="http://reformasibaru.blogspot.com/feeds/posts/default/-/Tips%20Komputer?orderby=published&alt=json-in-script&callback=showrecentposts&max-results=999">
</script>
</div>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com3tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-53477703035875395302012-07-19T02:39:00.003+08:002013-02-15T02:17:24.336+08:00BANNER SAHABATBanner Sahabat - PEMULA PUNYA BLOG : BANNER SAHABAT<br />
<a name='more'></a><br />
<table align="center" style="border: 1px; height: autopx; width: auto;">
<tbody>
<tr>
<td align="center"><div style="background-color: black; color: white; font-family: Verdana, Arial, Helvetica, sans-serif; font-weight: bold; height: 25px; padding-top: 5px; text-align: center; width: auto;">
BANNER SAHABAT</div>
<br />
<center>
<div style="border: 1px solid #e6e4e3; height: 550px; overflow: auto; padding: 1px; width: 550px;">
<a href="http://wizyuloverz.blogspot.com/" style="background-color: white;" target="_blank"><img alt="wIzYuLoVeRz" height="38" src="http://i1123.photobucket.com/albums/l546/wizyuloverz/Banner.png" title="Sharing Science, Information And Software" width="auto" /></a><br />
<a href="http://denbo-seo.blogspot.com/" target="_blank" title="[Klik] Go to my Web
"><img src="http://img692.imageshack.us/img692/3802/cooltext722818102.png" style="border: 0px; height: 83px; margin-top: 5px; width: 270px;" /></a><br />
<a href="http://pgtk--darunnajah.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Create your own banner at mybannermaker.com!" border="0" src="http://i.imgur.com/44nIl.gif" width="auto" /></a><br />
<a href="http://ceef88.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="O.B.E.N.G" border="0" src="http://i624.photobucket.com/albums/tt328/irfak_2009/irfa.gif" width="120" /></a>
<br />
<a href="http://bocahdoko.co.cc/"><img alt="carapada" height="120" src="http://i.imgur.com/A0Ap9.gif " width="auto" /></a><br />
<a href="http://simpandihati.blogspot.com/" target="_blank" title="Link Exchange/Tukar Link."><img alt="mutiara kisah para wali." border="0" src="http://i1138.photobucket.com/albums/n524/simpandihati/bannerkulo.gif" width="auto" /></a><br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://fayescool.blogspot.com/" target="_blank">
<img alt="Fayes cool" src="https://sites.google.com/site/fayesupload/q/FAYESCOOL.jpg" width="auto" /></a></div>
<br />
<a href="http://blogtutorial2012islami.blogspot.com/" onmouseover="window.location=this.href" target="blank"><img alt="BLOG TUTORIAL 2012 DAN ISLAMI" src="http://4.bp.blogspot.com/-XP5nrXE-Dw8/UBmxYVsLO4I/AAAAAAAAAEA/_VGo3vtZ8UM/s320/cooltext738268447.png" title="BLOG TUTORIAL 2012 DAN ISLAMI" /></a><br />
<a href="http://rizkyadipranata04.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Image" border="0" height="33" src="http://i1160.photobucket.com/albums/q481/RizkAdiPranata/DOWNLOADAA.gif" width="120" /></a><br />
<a href="http://ariatmancool.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="All-Published" border="0" height="120" src="http://i1269.photobucket.com/albums/jj596/ariatmancool/anigif.gif" width="120" /></a><br />
<a href="http://fatholthearseko.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Photob
ucket" border="0" src="http://i632.photobucket.com/albums/uu43/afganmarcellino/Bendera005.jpg" /></a> <br />
<a href="http://aldyttc.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="banner" border="0" src="http://i494.photobucket.com/albums/rr305/aldy_TTC/benner-baru-sempurna.gif" width="120" /></a><br />
<a href="http://rac-cuttingsticker.blogspot.com/" target="_blank"><br />
<img alt="R.A.C. Cutting Sticker" border="0" src="http://i1007.photobucket.com/albums/af197/amirfauzi_2008/RACLOGOchiklet.jpg" /></a><br />
<br />
<br />
<center>
<a href="http://zuazz.blogspot.com/" target="_blank" title="tips and trick computer,tips and trick blog, SEO Friendly Blog, free
game, software, dll."><img alt="Zuaz'z creator™" src="http://zuazz-blogspot.googlecode.com/files/zuazz%20siiip.gif" /></a></center>
<br />
<a href="http://swardik.blogspot.com/" target="_blank" title="Swara Pendidikan"><img alt="Swara Pendidikan" border="0" src="http://i1237.photobucket.com/albums/ff462/pandeka1/cooltext692524503.png" /></a><br />
<a href="http://pullaufiles.blogspot.com/" target="_top"><img alt="Pullau Files" border="0" src="http://blog.flamingtext.com/blog/2012/04/12/flamingtext_com_1334212494_748201605.png" title=" go to Pullau Files" /></a>
<br />
<br />
<br />
<center>
<a href="http://pecintareggaeuyee.blogspot.com/" target="_blank" title="download lagu reggae, lirik lagu reggae, profil band reggae,
dll."><img alt="Reggae Mp3 Download™" src="http://www.tabaccheria21.net/images/rass/rasta/rastab.gif" /></a></center>
<br />
<a alt="blogs of hariyanto" href="http://hariyantowijoyo.blogspot.com/" rel="dofollow" title="BlogS of Hariyanto"><img alt="Blogs of Hariyanto" src="http://1.bp.blogspot.com/-1Vm02Bce9Fs/Tjk_MguGZ6I/AAAAAAAAA70/Og3WvHbTvU4/s1600/hariyanto+120x60.jpg" /></a><br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://www.masyusa.blogspot.com/"><img border="0" height="144" src="http://s7.postimage.org/3ypwql9qj/Banner_blog.jpg" width="320" /></a></div>
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
</div>
<div align="center">
<a href="http://www.jamboghkita.com/"><imageanchor style="margin-left: 1em; margin-right: 0em;"><img border="0" height="60" src="http://3.bp.blogspot.com/--hfekUvorJM/Tr0BCwSsiBI/AAAAAAAAA2s/eR6dWiACX5M/s320/BANNER+JK+New.jpg" width="250" /></imageanchor></a><br />
<br />
<br />
<center>
<a href="http://akrizz.blogspot.com/" target="_blank" title=" Kupulan Ilmu-Ilmu Bermanfaat"><img alt=" Akriz'Z " src="http://1.bp.blogspot.com/-dg9Ix78qa18/UAIWtbx8oUI/AAAAAAAABNM/AqGWTDnbRxc/s1600/barner+akriz%2527z.png" /></a></center>
<br />
<a href="http://bacotankeren.blogspot.com/"><img alt="Blogging After
Dark" height="46" src="http://images.cooltext.com/2687318.png" width="178" /></a> <br />
<br />
<br />
<center>
<a href="http://senantiasa-berproses.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Senantiasa Berproses" border="0" src="http://1.bp.blogspot.com/-A5uRfbIzfBE/T-SkeejQz9I/AAAAAAAAAGo/hcqtUqo9Y_I/s200/coollogo_com-1460814406.gif" title="senantiasa berproses" /></a></center>
<a href="http://tutorial-blogz.blogspot.com/"><img alt="tutorial blog" src="http://1.bp.blogspot.com/-jCFLYvH5TZA/TzoZpVun-OI/AAAAAAAAAPk/ORn1Bi_ps0M/s350/fav.jpg" /></a>
<br />
<div style="text-align: center;">
<a href="http://planktoon.blogspot.com/" imageanchor="1" style="margin-left: 1em; margin-right: 1em;" target="_blank"><img border="0" src="http://3.bp.blogspot.com/-6kepd59v8cs/T5egQYc1LuI/AAAAAAAAAWU/Xnwq-eSzUMs/s1600/neo_loguoo-copy.gif" title="planktoon blog™::blogger tutorial,photoshop tutorial::" /></a></div>
<br />
<a href="http://onlyx-45.blogspot.com/"><img alt="Informasi Dunia Samaran" height="58" src="http://images.cooltext.com/2675542.jpg" width="385" /></a></div>
<br />
<a href="http://bluesky-rikudo.blogspot.com/"><img alt="Sobat Blogger's" height="77" src="http://images.cooltext.com/2554041.gif" width="345" /></a><br />
<a href="http://www.bocahit.com/" target="_blank"><img alt="Blogging|Tutorial|Case|Bahasa C++|" border="0" src="https://lh3.googleusercontent.com/-GfyFK1mdTRQ/UBHwXUP8q2I/AAAAAAAAAjk/S5b2LEVM7kI/s174/cooltext735676013.png" /></a><br />
<a href="http://novel-terlaris-iwan.blogspot.com/" target="_blank"><img src="http://img403.imageshack.us/img403/9157/ntbaru.png" /></a><br />
<a href="http://dirkanex.blogspot.com/" title="Tempat Downlod Filem, Game, Aplikasi dan Informasi Yang Terbaru Dan Menarik"><img height="100px" src="http://lh6.googleusercontent.com/-2gRHfID9GBY/AAAAAAAAAAI/AAAAAAAAABQ/E-FWCBdDkmY/s512-c/photo.jpg" width="100px" /></a><br />
<br />
<center>
<a href="http://jokosun.blogspot.com/" target="_blank" title="BERBAGI APA SAJA"><img alt="BERBAGI APA SAJA" src="http://i1254.photobucket.com/albums/hh608/jokosun1/backlink-jokosun.jpg" /></a></center>
<br />
<a href="http://www.2bieallside.co.cc/" target="_blank">
<img alt="2-bie Allside" border="0" height="65" src="http://images.cooltext.com/2677615.png" title="KLIK!" width="220" /></a><br />
<a href="http://irvanavibazizi.blogspot.com/"><img alt="" height="100" src="http://images.cooltext.com/2698364.png" width="400" /></a>
<br />
<a href="http://hackmadxxx.blogspot.com/" target="_blank"><img alt="Photobucket" border="0" src="http://i1250.photobucket.com/albums/hh522/Ahmadfki2011/hackmadxxxblogspotcom.png" /></a><br />
<a href="http://tokotua-shop.blogspot.com/"><img alt="Tokotua shop" border="0" src=" http://i1252.photobucket.com/albums/hh577/Tokotua777/Tokotuashop-1.gif " /></a><br />
<a href="http://qnozza.blogspot.com/"><img alt="Qnozzaholick" src="http://i1075.photobucket.com/albums/w426/qnozzaholick/41d91cfa.gif
" /></a><br />
<a href="http://www.ajirthamlika13.co.cc/" target="_blank" title="Ajir Anak Atjeh."><img alt="Ajir Anak Atjeh." height="120" src="http://upload.kapanlagi.com/c.php?f=201208160059374_graphic1_502be389415f4.jpg" width="240" />
</a>
<br />
<a href="http://coretansangboss.blogspot.com/" target="_blank"> <img alt="CoretanSangBoss | Tukar Link Otomatis" border="0" src="http://www.ziddu.com/download/20145787/fl.jpg.html" /></a><br />
<a hight="100" href="http://bahribux.blogspot.com/" target="_blank" width="100"><img alt="Link Banner" border="0" src="https://dl.dropbox.com/u/23071021/Blogger/blogbahri.png" /></a><br />
<a href="http://ahwazisaputra.com"><img src="https://lh6.googleusercontent.com/-Qj5u5boiDIo/UJhhEqsn6YI/AAAAAAAAAoA/bxzQjuU5A6I/h65/cooltext814473868.gif" width="131" height="24" alt="ahwazisaputra blogspot.com" /></a><br />
<a alt="Berbagi Kebahagiaan" href="http://bahasaarabokebanget.blogspot.com/" target="_blank" title="Blog Motivasi| bahasa arab | SEO | Tips | Keislaman | Blogging | Kesehatan | Dan Sebagainya "><img alt="Berbagi Kebahagiaan" height="80" src=" http://i1066.photobucket.com/albums/u416/Amar_Fatkhalloh/baner-kecil.jpg " width="360" /></a> <br />
<a href='http://androdoctor.blogspot.com/' target='_blank'><img src='http://3.bp.blogspot.com/-CvPIE-HYgj0/UQ9w1oRPveI/AAAAAAAAAwA/7nWpOWWqEtM/s1600/anigif6.gif' border='0' alt="anigif7" /></a>
<br /></div>
</center>
</td>
</tr>
</tbody></table>
Anonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com7tag:blogger.com,1999:blog-4951415148767668895.post-59508292048625416242012-07-17T16:28:00.003+08:002012-07-17T23:48:59.387+08:00Award Pertama Dari SahabatAward Pertama Dari Sahabat - Sahabat <a href="http://masyusa.blogspot.com/2012/07/1st-award-untuk-para-sahabat-mas-yusa.html" target="_blank">Mas Yusa</a> lagi baik hati bagi-bagi award untuk para sahabat keren banget deh.. thanks to mas yusa..ayo..teman2 segera keblognya mas yusa..<br />
Inilah awardnya..<br />
<br />
<div class="separator" style="clear: both; text-align: center;">
<a href="http://masyusa.blogspot.com/"><img alt="Award Dari Mas Yusa" border="0" height="300" src="http://1.bp.blogspot.com/-3CuvT4UwrNY/UAANH5nWjeI/AAAAAAAAAKU/MKNO1QDYNws/s320/Award.jpg" title="Award Dari Mas Yusa" width="300" /></a></div>
Semoga persahabatan ini abadi.. Happy Blogging..<br />
Award Pertama Dari SahabatAnonymoushttp://www.blogger.com/profile/05420786460751340547noreply@blogger.com7